PENDAHULUAN
Dalam dua/tiga dekade terakhir, penelitian tentang regulasi emosi terus menerus dilakukan (Balzarotti,
John, & Gross, 2010; Cohn, Jakupcak, Seibert, Hildebrant, & Zeichner, 2010; Ehring, Tuschen-Caffier,
Schnlle, Fischer, & Gross, 2010). Hal ini mengindikasikan bahwa regulasi emosi adalah hal yang penting
dalam menjelaskan dan memprediksi berbagai fungsi psikologis, mulai dari fungsi afektif yang bersifat
Untuk memfasilitasi berbagai penelitian tersebut, beberapa alat ukur emotion regulation sudah
dikembangkan. Beberapa alat ukur tersebut adalah Emotion Regulation Checklist (ERC; Shields &
Cicchetti, 1997); Emotion Regulation Questionnaire (ERQ; Gross & John, 2003); Difficulties in Emotion
Regulation Scale (DERS; Gratz & Roemer, 2004); dan Emotion-Regulation Skills Questionnaire (ERSQ;
Alat ukur Emotion Regulation Checklist (ERC; Shields & Cicchetti, 1997) pernah digunakan dalam
penelitian, Harsh parenting in relation to child emotion regulation and aggression (Chang, Schwartz,
Dodge, & McBride-Chang, 2003); Individual differences in trajectories of emotion regulation processes:
The effects of maternal depressive symptomatology and childrens physiological regulation (Blandon,
Calkins, Keane, & O'Brien, 2008). ERC mengukur persepsi orangtua terhadap emotion regulation yang
dimiliki oleh anak. ERC memiliki dua dimensi, yaitu: emotion regulation dan negativity, dengan jumlah
pernyataan secara keseluruhan adalah 23 butir. Respons diberikan dalam bentuk 4 skala Likert (1 =
Dimensi emotion regulation pada ERC, terdiri dari 8 butir pernyataan yang pada dasarnya
mengukur emotion understanding / empathy. Contoh butir observasi pada dimensi tersebut adalah:
displays appropriate negative affect in response to hostile, aggressive or intrusive play (anak
1
menunjukkan emosi negatif yang proporsional (cukup sesuai & tidak berlebihan), dalam merespons
permainan yang bersifat kasar/agresif) and is a cheerful child (anak menunjukkan keceriaan).
Cronbachs alpha untuk dimensi emotion regulation memiliki rentang antara .59 s.d. .66.
Dimensi negativity pada ERC, terdiri dari 15 butir yang mengukur kemarahan (angry reactivity),
intensitas emosi (emotional intensity), dan ketidakteraturan emosi positif (dysregulated positive
emotions). Contoh butir observasi pada dimensi ini adalah: exhibits wide mood swings (anak
menampilkan suasana hati yang mudah berubah); is easily frustrated (anak mudah mengalami
frustrasi). Cronbachs alpha untuk dimensi negativity lebih baik daripada dimensi emotion regulation,
Selain informasi internal consistency reliability yang ditunjukkan oleh koefisien cronbachs alpha,
terdapat informasi inter-rater reliability alat ukur ERC. Konsistensi skor ERC, hasil penilaian oleh orangtua
(Ibu) dan Guru, menunjukkan bahwa inter-rater reliability pada dimensi negativity (rorangtua & guru = .30 s.d. .
43); koefisien ini lebih tinggi daripada inter-rater reliability pada dimensi emotion regulation (rorangtua & guru
Hasil studi yang dilakukan oleh Shields dan Cicchetti (1997), menunjukkan bahwa ERC memiliki
construct validity terhadap hasil pengukuran jenis emosi (positif/negatif) yang ditampilkan (expressed
positive and negative affect). Semakin tinggi skor ERC pada dimensi emotion regulation, semakin banyak
jenis emosi positif yang ditampilkan oleh anak; semakin tinggi skor ERC pada dimensi negativity; semakin
banyak jenis emosi negatif yang ditampilkan. Studi construct validity (homogeneity evidence) pada ERC
juga dilakukan melalui pengujian korelasi antara hasil pengukuran dimensi emotion regulation dan
dimensi negativity. Korelasi kedua dimensi tersebut berkisar antara .37 s.d. .48. Semakin tinggi skor
ERC lebih banyak digunakan pada penelitian untuk mengukur regulasi emosi pada anak. Namun
untuk penelitian pada orang dewasa, ERC jarang atau bahkan tidak ada yang menggunakan. Alat ukur
2
emotion regulation yang umum digunakan aladah alat ukur dengan menggunakan Emotion Regulation
Emotion Regulation Questionnaire (ERQ; Gross & John, 2003). Alat ukur ini digunakan untuk
mengukur kecenderungan emotion regulation yang dilakukan individu (typical use of emotion regulation:
reappraisal vs. suppression). Format respons masing-masing butir dibuat dalam bentuk skala 1 7
(dimana 1 = sangat tidak setuju s.d. 7 = sangat setuju. Beberapa penelitian yang pernah menggunakan
alat ukur ini adalah: Emotion regulation and culture: Are the social consequences of emotion
suppression culture-specific? (Butler, Lee, & Gross, 2007); Implicit theories of emotion: Affective and
social outcomes across a major life transition (Tamir, John, Srivastava, & Gross, 2007); Culture, emotion
regulation, and adjustment (Matsumoto, Yoo, & Nakagawa, 2008); The social costs of emotional
suppression: A prospective study of the transition to college (Srivastava, Tamir, McGonigal, John, &
Gross, 2009); Emotion regulation and vulnerability to depression: Spontaneous versus instructed use of
emotion suppression and reappraisal (Ehring, Tuschen-Caffier, Schnlle, Fischer, & Gross, 2010).
ERQ memiliki dua skala/dimensi ukur, yaitu dimensi untuk mengukur cognitive reappraisal dan
dimensi untuk mengukur suppresion. Confirmatory factor analyses (CFA) telah dilakukan oleh Gross dan
John, 2003 (dalam Studi 1) untuk mendukung bahwa dua skala/dimensi yang membentuk ERQ, memiliki
construct validity. Berdasarkan hasil CFA tersebut dapat dikatakan bahwa strategi cognitive reappraisal
dan suppresion adalah konstruk yang terpisah (independence). Masing-masing konstruk, pada berbagai
tingkatan/derajat, dapat digunakan individu sebagai strategi yang bersifat terpisah dalam melakukan
Dimensi reappraisal diukur oleh 6 butir pernyataan; misalnya, When I want to feel less negative
emotion, I change the way Im thinking about the situation (Pada saat saya ingin merasakan sedikit
emosi negatif, saya mengubah apa yang sedang saya pikirkan). Dimensi suppression diukur oleh 4 butir
3
pernyataan. Contoh butir pernyataan (dimensi suppression) adalah: I keep my emotions to myself (Saya
Di samping tersedianya informasi hasil penelitian yang mendukung validitas ERQ sebagai alat ukur
regulasi emosi, tersedia juga informasi mengenai reliabilitas ERQ (Vuorela & Nummenmaa, 2004).
Vuorela dan Nummenmaa menyatakan bahwa ERQ sudah memenuhi kriteria internal reliability, baik
untuk dimensi cognitive reappraisal, maupun dimensi suppression. Hasil pengujian internal consistency
reliability, menghasilkan koefisien Cronbachs alpha pada dimensi suppression adalah = .81; sedangkan
pada dimensi reappraisal adalah = = .74. Hal ini berarti masing-masing dimensi pada alat ukur ERQ
mengukur hal yang bersifat homogen atau memiliki internal konsistensi yang tergolong baik.
Alat ukur emotion regulation lainnya, yang tidak digunakan untuk anak (untuk partisipan
remaja/dewasa) adalah Difficulties in Emotion Regulation Scale (DERS; Gratz & Roemer, 2004). DERS
pernah digunakan dalam penelitian dengan judul: Escaping affect: How motivated emotion regulation
creates insensitivity to mass suffering (Cameron & Payne (2011). DERS memiliki internal consistency
reliability sebesar ( = .93) dan testretest reliability (r = .88; Gratz & Roemer, 2004).
Hasil studi mengenai construct validity dari DERS menunjukkan bahwa DERS berhubungan dengan
hasil pengukuran Negative Mood Regulation Scale. Semakin tinggi skor pada alat ukur DERS, semakin
tinggi skor hasil pengukuran Negative Mood Regulation Scale. Construct validity terhadap alat ukur DERS,
juga didukung oleh hasil studi yang dilakukan oleh Baer, Smith, Hopkins, Krietemeyer, dan Torey (2006)
bahwa DERS dan Mindful Acceptance of Mental States berhubungan negatif. Semakin tinggi skor DERS,
semakin rendah skor Mindful Acceptance of Mental States (complete attention to the experiences
Di samping informasi mengenai internal consistency reliability, test-retest reliability, dan construct
validity, alat ukur DERS juga dilengkapi dengan informasi criterion validity. Berdasarkan hasil studi, alat
ukur DERS mampu memprediksi perilaku agresif, kondisi depresi (Weinberg & Klonsky, 2009), kecemasan
4
(anxiety disorders) (Roemer et al., 2009), penyalahgunaan obat (Fox, Hong, & Sinha, 2008), and
gangguan pada perilaku makan (Buckholdt, Parra, & Jobe-Shields, 2010). Semakin tinggi skor pada alat
ukur DERS (semakin individu mengalami kesulitan dalam melakukan regulasi emosi), semakin individu
dapat diprediksi akan mengalami kecenderungan perilaku agresif, cemas, atau mengalami gangguan
Beberapa contoh butir pernyataan alat ukur DERS adalah sebagai berikut: When Im upset, I
believe that there is nothing I can do to make myself feel better (Saat saya sedang marah, tidak ada hal
yang dapat saya lakukan untuk membuat emosi saya menjadi lebih baik); When Im upset, I have
difficulty focusing on other things (Saat saya sedang marah, saya memiliki kesulitan untuk
berkonsentrasi pada suatu hal); and When Im upset, I have difficulty controlling my behaviors (Saat
saya sedang marah, saya memiliki kesulitan untuk mengendalikan tingkah laku saya).
Lebih lanjut, setelah ERQ dan DERS, ada juga alat ukur emotion regulation yang dikembangkan
oleh ilmuwan psikologi Jerman, yaitu Emotion-Regulation Skills Questionnaire (ERSQ; Berking & Znoj
dalam Berking et al., 2011). Alat ukur ini pernah digunakan dalam penelitian Prospective effects of
emotion-regulation skills on emotional adjustment (Berking, Orth, Wupperman, Meier, & Caspar, 2008).
ERSQ terdiri dari 27 butir pernyataan. Untuk merespons butir-butir pernyataan dalam alat ukur tersebut,
digunakan 5 poin skala Likert (0 4, summative rating scale, 0 = not at all s.d. 4 = almost always). Hasil
penguji construct validity (convergent evidence), menunjukkan bahwa ERSQ memiliki positive
associations dengan hasil pengukuran well-being and mental health (Berking & Znoj, dalam Berking et
al., 2011). Semakin tinggi skor ERSQ, semakin tinggi tingkat well-being dan kondisi kesehatan mental
yang dimiliki individu. Hasil pengujian exploratory dan confirmatory factor analyses juga menunjukkan
bahwa ERSQ memiliki construct validity (homogeneity evidence) pada berbagai sampel/partisipan
psychotherapeutic treatment.
5
ERSQ memiliki 8 dimensi, yaitu: awareness, sensations, clarity, understanding, acceptance,
tolerance, readiness to confront distressing situations, modification. Contoh masing-masing butir dalam
Tabel 1
Gambaran Butir Pernyataan Alat Ukur ERSQ per Dimensi
Butir Adaptasi dalam Bahasa
Butir asli dalam Bahasa Inggris
Dimensi Indonesia
Last week,
Minggu lalu,
Perhatian saya tertuju pada
Awareness I paid attention to my feelings berbagai perasaan yang saya
alami.
Kondisi fisik yang saya rasakan
my physical sensations were a good
Sensations saat ini, menunjukkan kondisi
indication of how I was feeling
emosi yang sedang saya alami.
Saya mengetahui dengan pasti
I was clear about what emotions I was
Clarity tentang emosi apa yang sedang
experiencing
saya alami.
Saat saya sedang mengalami
gejolak emosi, saya memahami
Understanding I was aware of why I felt the way I felt
mengapa saya merasakan emosi
tersebut.
Saya menerima berbagai emosi
Acceptance I accepted my emotions
yang saya rasakan/alami.
Saya merasa dapat mengelola
I felt I could cope with even intense
Tolerance berbagai emosi yang saya alami,
negative feelings
termasuk emosi negatif.
Saya akan melakukan apa yang
sudah saya rencanakan,
Readiness to confront I did what I had planned, even if it made
sekalipun hal tersebut
distressing situations me feel uncomfortable or anxious
berpotensi membuat saya tidak
nyaman.
I was able to influence my negative Saya dapat mengubah emosi
Modification
feelings negatif yang saya alami.
Hasil pengujian test-retest stability pada alat ukur ERSQ menunjukkan hasil sebesar rtt = .75 (dalam
jangka waktu 2 minggu); dan internal consistency reliability (Cronbachs ) berkisar antara .61
6
(sensations) s.d. 0.84 (tolerance). Gambaran internal consistency reliability secara lebih rinci pada
masing-masing dimensi dan keseluruhan butir pernyataan, dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
7
Tabel 2
Gambaran Internal Consistency Reliability per Dimensi dan Inter-Correlation antar Sub-Dimensi
Berdasarkan berbagai alat ukur emotion regulation yang sudah digambarkan di atas (ERC, ERQ, DERS, &
ERSQ), alat ukur ERQ adalah alat ukur yang paling umum digunakan dalam berbagai penelitian dan
diterjemahkan ke dalam berbahagi bahasa. Dalam penelitian ini, penulis mengajukan tujuan untuk
mengadaptasi dan melakukan validasi terhadap alat ukur ERQ dalam Bahasa Indonesia. Menurut
Purwono (2011), setidaknya ada dua alasan untuk melakukan adaptasi suatu alat ukur dari lingkungan
suatu bahasa/budaya, ke lingkungan bahasa/budaya lain. Alasalan tersebut adalah: (a) ketersediaan alat
ukur; dalam hal ini ketersediaan alat ukur ERQ dalam bahasa Indonesia; dan (b) keperluan untuk studi
lintas budaya, dalam hal ini bila ada alat ukur emotion regulation dalam Bahasa Indonesia, strategi
emotion regulation dalam budaya Indonesia dapat dibandingkan dengan budaya dari negara lainnya.
Dalam melakukan adaptasi ERQ ini, penulis mempertimbangkan prosedur adaptasi berdasarkan
Purwono (2011). Purwono menyatakan bahwa prosedur dalam studi adaptasi alat ukur adalah: (1)
penelaahan kontruk yang akan diukur; (2) alih bahasa/penerjemahan; (3) penelaahan pada butir-butir
yang telah diterjemahkan, berdasarkan konstruk yang akan diukur; dan (4) melakukan validasi ulang
berdasarkan studi yang sudah pernah dilakukan pada alat ukur yang sama. Mengacu pada prosedur
tersebut, penulis juga akan melakukan hal yang sama, pada alat ukur Emotion Regulation Questionaire.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dua strategi emotion regulation yang menjadi dasar pemikiran dari alat ukur ERQ adalah (a) reappraisal
(strategi regulasi emosi dengan cara berpikir mengenai suatu situasi, sehingga makna situasi dan dampak
emosional dari situasi tersebut dapat lebih positif) dan (b) suppresion (strategi regulasi emosi dengan
cara menghambat atau mengurangi tingkah laku mengekspresikan emosi yang sedang dialami) (Gross,
1998a, 1998b).
Berdasarkan proses pembentukan regulasi emosi, reappraisal dan suppresion memiliki perbedaan
fungsi (Gross & John, 2003). Fokus dari strategi cognitive reappraisal bersifat antecedent atau diaktivasi
sebelum respons emosi dialami. Oleh karena itu, strategi cognitive reappraisal diharapkan dapat
mengantisipasi keseluruhan respons emosi yang tidak diharapkan. Berbeda dengan strategi suppresion;
strategi suppresion diaktivasi setelah emosi atau respons emosi terhadap suatu situasi dialami. Dengan
kata lain, suppresion adalah bentuk intervensi terhadap respons emosi yang sedang dialami.
Berdasarkan studi yang dilakukan (Gross & John, 2003; Studi 2), variasi (individual differences)
dalam skor ERQ berasosiasi pengelolaan mood (mood management). Hasil studi menunjukkan bahwa
strategi suppression berhubungan negatif dengan perhatian terhadap berbagai emosi yang dialami,
berasosiasi dengan kurangnya fokus dalam pengelolaan mood, dan tidak adanya usaha untuk
memperbaiki emosi negatif yang dirasakan. Implikasi lain dari strategi suppresion, khususnya dalam
sistem tubuh adalah aktivasi syaraf symphatetic. Aktivasi ini menyebakan sistem cardiovascular menjadi
Hasil studi Gross dan John (2003, Studi 3, 4, 5) menunjukkan bahwa ERQ memiliki criterion validity
(predictive validity). Strategi cognitive reappraisal memiliki implikasi jangka panjang terhadap affective
responding, social functioning, dan well-being. Individu yang melakukan emotion regulation dengan
9
strategi reappraisal, diprediksi akan mengalami emosi positif, memiliki hubungan yang baik dengan
orang lain, disukai oleh lingkungan/rekan-rekannya, mendapatkan dukungan sosial, dan cenderung
bahagia.
Sebaliknya, strategi suppresion berhubungan negatif dengan pengalaman dan ekspresi emosi
positif, kecenderungan sosial untuk saling berbagi, intensitas dukungan sosial dan kebahagiaan/
kesejahteraan psikologis; strategi supression justru mempengaruhi timbulnya gejala depresi. Sebagai
tambahan informasi validitas, Carver et al. (dalam Balzarotti, John, & Gross, 2010) merumuskan bahwa
reappraisal berhubungan dengan jenis coping reinterpretation, yaitu memandang kondisi yang penuh
tekanan (stressful) dari sudut pandang yang positif; dari setiap peristiwa sulit (stressful) yang dialami,
Perbedaan antara reappraisal dan suppresion adalah implikasi kedua strategi tersebut (Gross &
John, 2003). Cognitive reappraisal berimplikasi pada penurunan ekspresi (behavioral) dan pengalaman
internal (subjective sign) emosi negatif, dengan disertai stabilitas dalam kemampuan memori (verbal)
Berbeda dengan strategi suppresion, penurunan indikasi emosi negatif hanya pada domain tingkah
laku (negative-emotion expression); namun pada domain pengalaman internal (subjective sign), emosi
negatif tetap dirasakan. Strategi suppresion juga menyebabkan individu tidak stabil dalam kemampuan
memori (verbal) dan responsi dalam melakukan interaksi sosial. Individu yang melakukan strategi
suppresion, cenderung mengalami penurunan memori (verbal) dan penurunan responsi dalam
melakukan interaksi sosial. Berdasarkan perbedaan ini, tampak bahwa cognitive reappraisal lebih banyak
10
Alih Bahasa Emotion Regulation Questionnaire
Setelah melakukan tinjauan mengenai konsep yang mendasari emotion regulation, penulis melakukan
identifikasi awal terhadap 10 butir pernyataan yang ada dalam alat ukur ERQ. Berdasarkan studi
terhadap konstruk emotion regulation (Gross 1998a, 1998b), penulis kemudian melakukan alih bahasa ke
Bahasa Indonesia. Identifikasi dan hasil alih bahasa tehadap 10 butir pernyataan alat ukur ERQ, dapat
Tabel 3
Butir-butir Strategi Cognitive Reappraisal
No.
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia
Asli
When I want to feel more positive emotion Saat saya ingin merasakan emosi positif
1 (such as joy or amusement), I change what Im (perasaan senang atau terhibur), saya
thinking about. mengubah apa yang sedang saya pikirkan.
When I want to feel less negative emotion (such Pada saat saya ingin merasakan sedikit emosi
3 as sadness or anger), I change what Im thinking negatif, saya mengubah apa yang sedang saya
about. pikirkan.
Pada saat saya menghadapi situasi yang sangat
When Im faced with a stressful situation, I
menekan, saya dapat mengkondisikan diri saya
5 make myself think about it in a way that helps
untuk berpikir mengenai sesuatu yang dapat
me stay calm.
membuat saya tenang.
When I want to feel more positive emotion, I Saat saya ingin merasakan lebih banyak emosi
7 change the way Im thinking about the positif, saya mengubah cara berpikir saya
situation. mengenai situasi.
Saya mengendalikan emosi saya dengan
I control my emotions by changing the way I
8 mengubah cara saya berpikir tentang situasi
think about the situation Im in.
dimana saya berada.
When I want to feel less negative emotion, I Saat saya ingin merasakan sedikit emosi negatif,
10 change the way Im thinking about the saya mengubah cara saya berpikir mengenai
situation. situasi.
Tabel 4
Butir-butir Strategi Suppression
11
No.
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia
Asli
Saya menyimpan secara pribadi,
2 I keep my emotions to myself.
perasaan/emosi yang saya alami.
When I am feeling positive emotions, I am Saat saya merasakan emosi positif, saya tidak
4
careful not to express them. mengekspresikannya secara spontan.
Saya mengendalikan emosi saya dengan tidak
6 I control my emotions by not expressing them.
mengekspresikannya.
When I am feeling negative emotions, I make Saat saya merasakan emosi negatif, saya pasti
9
sure not to express them. tidak akan mengekspresikannya.
Berdasarkan telaah yang dilakukan penulis terhadap konsep emotion regulation, seharusnya ERQ
memiliki konteks situasi dan jenis emosi yang lebih spesifik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Erber,
Wegner, dan Therriault (1996). Mereka menyatakan bahwa emotion regulation bersifat kontekstual dan
spesifik. Bersifat kontekstual, misalnya: regulasi emosi pada saat berinteraksi dengan seseorang yang
dianggap penting, regulasi emosi pada saat akan melakukan job interview, regulasi emosi pada saat
menghadapi ujian, dan lain-lain yang pada prinsipnya adalah regulasi emosi pada saat tertentu yang
dianggap penting. Selain bersifat kontekstual emotion regulation juga bersifat spesifik. Misalnya, bukan
sekedar regulasi emosi yang dilakukan menjelang job interview, tetapi regulasi emosi yang dilakukan
pada saat menjelang job interview, khusus pada saat pertama kali sejak lulus kuliah; atau bukan sekedar
regulasi emosi pada saat menghadapi ujian, tetapi khusus regulasi emosi saat akan menghadapi ujian
Di samping bersifat kontekstual dan spesifik, regulasi emosi seharusnya dilakukan dengan tujuan
mengendalikan jenis emosi tertentu (typical emotion regulatory goals). Stearns dan Stearns (1986) serta
Tavris (1982) menyatakan bahwa emosi marah cenderung ingin diregulasi daripada emosi lain (seperti
emosi senang dan surprise/kejutan). Dalam konsep typical emotion regulatory goals, umumnya individu
memiliki kecenderungan untuk mengurangi emosi negatif dan meningkatkan emosi positif. Namun
12
demikian, regulasi emosi juga dapat ditujukan untuk meningkatkan emosi negatif. Misalnya, individu
yang berprofesi sebagai bill collectors, secara sengaja meningkatkan ekspresi emosi marah ketika
Berdasarkan kajian bahwa emotion regulation bersifat kontekstual, spesifik, dan pada jenis emosi
tertentu, maka penulis mengusulkan dalam melakukan adaptasi ERQ ke dalam Bahasa Indonesia, ERQ
juga akan direvisi menjadi lebih bersifat kontekstual, spesifik, dan pada jenis emosi tertentu. Untuk itu,
penulis mengajukan beberapa butir adaptasi dan modifikasi ERQ seperti pada Tabel 5, 6, dan 7 berikut
ini.
Tabel 5
Revisi terhadap Butir-butir Strategi Cognitive Reappraisal
No. Butir ERQ yang lebih Kontekstual, Spesifik,
Butir ERQ dalam Bahasa Indonesia
Asli pada Jenis Emosi Tertentu (Senang/Happy)
13
Tabel 6
Revisi terhadap Butir-butir Strategi Suppression (emosi positif)
No. Butir Suppresion
Butir Suppresion secara Umum
Asli pada Positive Emotion
Saya menyimpan secara pribadi, Saya tidak mengungkapkan perasaan senang
2
perasaan/emosi yang saya alami. yang sedang saya alami.
Saat saya merasa senang/gembira, saya tidak
Saat saya merasakan emosi positif, saya tidak
4 mengekspresikan perasaan tersebut kepada
mengekspresikannya secara spontan.
orang lain.
Saya sengaja mengatur perasaan
Saya mengendalikan emosi saya dengan tidak
6 senang/gembira yang saya alami, dengan
mengekspresikannya.
tidak mengekspresikannya kepada orang lain.
Saat saya merasakan suatu emosi, saya pasti Saat saya merasa senang, saya pasti tidak
9
tidak akan mengekspresikannya. akan mengekspresikannya.
14
Tabel 7
Revisi terhadap Butir-butir Strategi Suppression (emosi negatif) Sebagai Tambahan
Code Butir Suppresion secara Umum Butir Suppresion pada Negative Emotion
Saya menyimpan secara pribadi, Saya tidak mengungkapkan perasaan kesal
+
perasaan/emosi yang saya alami. yang sedang saya alami.
Saat saya merasa kesal, saya tidak
Saat saya merasakan emosi positif, saya tidak
+ mengekspresikan perasaan tersebut kepada
mengekspresikannya secara spontan.
orang lain.
Saya sengaja mengatur perasaan kesal yang
Saya mengendalikan emosi saya dengan tidak
+ saya alami, dengan tidak
mengekspresikannya.
mengekspresikannya kepada orang lain.
Saat saya merasakan emosi negatif, saya pasti Saat saya merasa kesal, saya pasti tidak akan
+
tidak akan mengekspresikannya. mengekspresikannya.
Pada Tabel 5, 6, dan 7, tampak ada beberapa perubahan/revisi yang diusulkan oleh penulis. Beberapa
perubahan/revisi yang dimaksud adalah: (a) pada butir-butir strategi cognitive reappraisal, konteks dari
situasi yang dialami oleh individu adalah kemacetan lalu lintas; (b) jenis emosi yang dialami pada butir-
butir strategi cognitive reappraisal, dinyatakan secara jelas, yaitu perasaan senang (mewakili emosi
positif) atau perasaan tidak senang (mewakili emosi negatif); (c) pada butir-butir strategi suppression,
penulis memberikan tambahan butir untuk memisahkan suppression pada jenis emosi negatif dan
Studi Validasi terhadap Alat Ukur Emotion Regulation yang Sudah Mengalami Alih Bahasa
Seperti studi yang telah dilakukan sebelumnya, ERQ dikatakan valid jika memenuhi beberapa kriteria,
yaitu: (a) berdasarkan hasil confirmatory factor analysis, dimensi cognitive reappraisal dan suppression
merupakan konstruk yang independen, (b) ERQ memiliki criterion validity terhadap positive affective,
social functioning, dan psychological well-being, (c) ERQ memiliki construct validity terhadap jenis coping
reinterpretation (strategi yang digunakan individu untuk mengatasi tekanan/stres yang dialami dengan
cara memaknai suatu peristiwa secara positif atau menginterpretasi peristiwa yang dialaminya secara
positif).
15
Confirmatory factor analysis (CFA). CFA adalah suatu metode statistik yang digunakan untuk
menguji apakah suatu konstruk pengukuran sudah konsisten dengan model teoretis yang digunakan oleh
peneliti (Cohen & Swerdlik, 2005). Sehubungan dengan validitas hasil adaptasi alat ukur ERQ, penulis
berharap dimensi reappraisal tidak memiliki common-variance dengan dimensi suppression. Dengan
kata lain, dimensi reappraisal mengukur hal yang berbeda dengan dimensi suppression.
ERQ memiliki criterion validity terhadap positive affective, social functioning, dan psychological
well-being. Berdasarkan hasil adaptasi, ERQ dianggap valid jika hasil pengukuran ERQ mampu
memprediksi positive affect, social functioning, dan psychological well-being yang dimiliki oleh individu.
Penulis berharap, hasil pengujian validitas mengindikasikan semakin tinggi skor ERQ, semakin banyak
positive affect yang dialami, serta semakin tinggi skor social functioning dan psychological well-being
partisipan.
ERQ memiliki construct validity terhadap jenis coping reinterpretation. ERQ hasil adaptasi dalam
versi Bahasa Indonesia, akan dianggap valid jika hasil pengukurannya mengindikasikan adanya hubungan
terhadap hasil pengukuran jenis coping reinterpretation. Seperti yang telah dilakukan oleh Carver et al.
(dalam Balzarotti, John, & Gross, 2010), penulis berharap bahwa semakin tinggi skor ERQ hasil adaptasi
(dalam dimensi reappraisal), semakin individu akan mengatasi tekanan/stres yang dialami, dengan cara
16
BAB III
METODE PENELITIAN
Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 68 orang, dengan rentang usia 23.35 sampai dengan 64.18
tahun (M = 37.78, SD = 11.698). Partisipan adalah pasangan suami istri; dengan demikian, jumlah laki-
laki adalah sama banyaknya dengan jumlah perempuan, yaitu 34 orang. Peneliti mengambil partisipan
pasangan suami istri, dengan tujuan untuk penelitian lebih lanjut, khususnya yang berkaitan dengan
penelitian-penelitian yang melibatkan intimate relationship. Seperti yang dikutip dari Mirgain dan
Cordova (2007, p. 983), Of all the domains of life, marriage and family relationships are perhaps the
most consistently emotionally challenging. Oleh karena itu, menurut peneliti, penelitian modifikasi alat
Jenjang pendidikan partisipan bervariasi dari tingkat tamat SMP sampai dengan tamat S2.
Sebagian besar partisipan (59%) memiliki tingkat pendidikan tamat S1. Rincian lebih lanjut mengenai
Tabel 8
Gambaran Partisipan berdasarkan Jenjang Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
SMP 2 3
SMA 11 16
Diploma 2 3
S1 40 59
S2 10 15
Total Respons 65 95
Tidak Menjawab 3 5
Total Partisipan 68 100
Pengukuran
17
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua alat ukur yaitu, subjective well-being scale (SWB scale)
dan difficulties in emotion regulation scale (DERS). Kedua alat ukur tersebut digunakan untuk melakukan
uji validitas dari alat ukur ERQ yang diadaptasi. Informasi psikometri mengenai kedua alat ukur, peneliti
well-being (Diener, Lucas, & Oishi, 2005), yang dimodifikasi oleh Rostiana (2008). Alat ukur ini memiliki
45 butir yang terbagi menjadi tiga dimensi, yaitu: dimensi positive affect, dimensi negative affect, dan
dimensi global life satisfaction (GLS). Dimensi positive affect, berjumlah 22 butir, terdiri dari kata-kata
yang mengindikasikan affect seperti Senang, Damai, Merasa Diterima, Kuat. Pengujian internal
consistency reliability pada dimensi positive affect menunjukkan nilai alpha 0.888. Semakin tinggi skor
pada dimensi ini menunjukkan bahwa semakin sering partisipan merasakan positive affect (senang,
seperti Frustrasi, Tidak Berdaya, Dikucilkan, Merasa Terancam. Pengujian internal consistency
reliability pada dimensi negative affect menunjukkan nilai alpha 0.890. Semakin tinggi skor pada dimensi
ini menunjukkan bahwa semakin sering partisipan merasakan negative affect (frustrasi, tidak berdaya,
puas dengan hidup saya, Kondisi hidup saya terasa sempurna, atau Di akhir hidup saya, saya ingin
kondisi seperti saat ini. Pengujian internal consistency reliability pada dimensi global life satisfaction
menunjukkan nilai alpha 0.824. Semakin tinggi skor pada dimensi ini menunjukkan bahwa partisipan
merasakan kepuasan dalam hidupnya, partisipan merasa bahwa hidupnya telah sempurna, dan
18
Untuk menguji construct validity dari ERQ yang diadaptasi, peneliti menggunakan modifikasi alat ukur
DERS yang dikembangkan oleh Gratz dan Roemer (2004). Alat ukur ini terdiri dari 50 butir, yang tercakup
dalam enam dimensi. Keenam dimensi dan jumlah butir pada masing-masing dimensi adalah sebagai
berikut: (a) dimensi lack of emotional awareness (5 butir); (b) dimensi limited access to effective emotion
regulation strategies (15 butir); (c) dimensi difficulties engaging in goal-directed behavior when
distressed (7 butir); (d) dimensi lack of emotional clarity (10 butir); (e) dimensi nonacceptance of
negative emotional responses (3 butir); dan (f) dimensi difficulties controlling impulsive behaviors when
memahami perasaan saya sendiri saat mengalami sesuatu atau Saya kurang dapat memahami emosi
yang saya rasakan. Pengujian internal consistensi reliability pada dimensi ini menunjukkan nilai alpha
sebesar0.766. Semakin tinggi skor pada dimensi ini menunjukkan bahwa partisipan semakin sulit
Ketika saya marah, saya percaya ada yang dapat saya lakukan untuk merasa lebih baik (butir negatif)
atau Ketika saya marah, saya butuh waktu yang lama untuk kembali seperti sediakala. Pengujian
internal consistensi reliability pada dimensi ini menunjukkan nilai alpha sebesar 0.840. Semakin tinggi
skor pada dimensi ini menunjukkan bahwa partisipan semakin sulit meregulasi/mengendalikan emosi
adalah: Ketika saya marah, saya tetap dapat memikirkan pekerjaan saya dengan baik (butir negatif)
atau Kemarahan saya membuat pekerjaan yang sedang saya kerjakan menjadi berantakan. Pengujian
internal consistensi reliability pada dimensi ini menunjukkan nilai alpha sebesar 0.820. Semakin tinggi
skor pada dimensi ini menunjukkan bahwa pada saat mengalami emosi negatif, partisipan semakin sulit
19
mengarahkan tujuan yang ingin dicapai (tidak dapat memikirkan pekerjaan dengan baik dan merasa
yang saya alami (butir negatif) atau Jika saya marah, saya sulit menjelaskan mengapa saya marah.
Pengujian internal consistensi reliability pada dimensi ini menunjukkan nilai alpha sebesar 0.847.
Semakin tinggi skor pada dimensi ini menunjukkan bahwa partisipan merasa sulit menjelaskan mengenai
perasaan yang sedang dialaminya (partisipan tidak mampu menjelaskan mengapa ia marah, kecewa,
ataupun senang).
Nonacceptance of Negative Emotional Responses. Contoh butir pada dimensi ini adalah: Ketika
saya marah, saya merasa tidak pantas atau Ketika saya marah, saya menjadi jengkel pada diri saya
sendiri. Pengujian internal consistensi reliability pada ketiga butir dimensi ini menunjukkan nilai alpha
sebesar 0.533. Semakin tinggi skor pada dimensi ini menunjukkan bahwa di saat partisipan mengalami
emosi negatif, partisipan sulit menerima emosi yang sedang dirasakannya, atau merasa tidak pantas
untuk menampilkannya.
Difficulties Controlling Impulsive Behaviors When Distressed. Contoh butir pada dimensi ini adalah:
Ketika saya marah, saya tetap dapat mengendalikan perilaku saya (butir negatif) atau Ketika saya
kesal, saya sulit mengendalikan kata-kata saya. Pengujian internal consistensi reliability pada ketiga butir
dimensi ini menunjukkan nilai alpha sebesar 0.836. Semakin tinggi skor pada dimensi ini menunjukkan
bahwa di saat partisipan mengalami tekanan, partisipan sulit mengendalikan berbagai tingkah laku (kata-
Prosedur
Penelitian ini diawali dengan melakukan adaptasi terhadap alat ukur ERQ. Adaptasi bukan sekedar
melakukan translasi penerjemahan (translasi), tetapi juga menyesuaikan bahasa/kalimat yang digunakan
agar sesuai dengan budaya/dialek Indonesia. Saat melakukan adaptasi, peneliti menambahkan 4 butir
pernyataan untuk membedakan suppression terhadap positive emotion dan suppression terhadap
negative emotion. Dengan demikian, ERQ yang aslinya memiliki 10 butir pernyataan, berdasarkan hasil
20
adaptasi memiliki 14 butir pernyataan. Idealnya, setelah melakukan adaptasi bahasa, peneliti melakukan
content validity kembali untuk memastikan bahwa butir pernyataan yang sudah diadaptasi tetap
mengukur konstruk strategi emotion regulation yang dituju (reappraisal dan suppression). Namun,
karena keterbatasan waktu, peneliti melakukan secara pribadi. Pada saat dilakukan monitoring-
evaluation, peneliti berharap mendapatkan masukan dari reviewer mengenai content validity ERQ hasil
adaptasi.
Setelah proses adaptasi dilakukan, peneliti melakukan pengumpulan data untuk melakukan uji
reliability, uji construct validity (homogeneity), dan uji criterion validity. Pengumpulan data dibantu oleh
para mahasiswa semester 1 dan semester 2 (Kelas B/C, 20112, Program Studi Magister Psikologi,
partisipan dalam proses pengisian, bukan sekedar mengejar jumlah data. Oleh karena itu, peneliti
berpesan kepada mahasiswa yang membantu pengumpulan data untuk mementingkan kebenaran
proses pengambilan data, bukan mementingkan pengumpulan data sebanyak-banyaknya. Dalam proses
pengumpulan data, peneliti memberikan informed consent kepada partisipan, yang pada prinsipnya
memberikan kebebasan kepada partisipan untuk bersedia/tidak bersedia ikut dalam penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil analisis, ERQ hasil adaptasi memiliki koefisien reliabilitas yang cukup baik pada masing-
masing dimensi. Dimensi positive suppression memiliki nilai internal consistency reliability (alpha)
sebesar 0.664. Nilai corrected item-total correlation masing-masing butir pernyataan berkisar antara
0.306 sampai dengan 0.547. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing butir pernyataan pada dimensi
positive suppression secara konsisten mengukur hal yang sama. Gambaran uji internal consistency
reliability pada dimensi positive suppression, secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 9.
21
Tabel 9
Internal Consistency Reliability Dimensi Positive Suppression
No. Pernyataan Corrected Item-Total Correlation
Saat saya merasa senang, saya tidak
1 0,306
menunjukkannya kepada pasangan.
Saya mengatur perasaan senang/gembira
8 yang saya alami, dengan tidak 0,547
mengekspresikannya kepada orang lain.
Saat saya merasa senang/gembira, saya tidak
9 mengekspresikan perasaan tersebut kepada 0,541
orang lain.
Saya tidak mengungkapkan perasaan senang
11 0,453
yang sedang saya alami.
Internal Consistency Reliability ( ) 0.664
Dimensi negative suppression memiliki nilai internal consistency reliability (alpha) sebesar 0.625.
Berdasarkan item-analysis, terdapat satu butir pernyataan yang dianggap tidak konsisten mengukur
dimensi negative-suppression. Nilai corrected item-total correlation pada butir tersebut adalah 0.131.
Pernyataan pada butir tersebut adalah Saya tidak mengungkapkan perasaan kesal yang sedang saya
alami. Jika butir nomor 4 dimensi negative suppression tidak diikutsertakan dalam pengujian internal
consistency reliability, maka nilai koefisien alpha dimensi tersebut menjadi 0.727. Gambaran lebih rinci
uji internal consistency reliability pada dimensi negative suppression, dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10
Internal Consistency Reliability Dimensi Negative Suppression
22
Saat saya merasa kesal, saya tidak
12 0,574 0,585
mengekspresikannya.
Dimensi reappraisal memiliki nilai internal consistency reliability (alpha) sebesar 0.638. Seperti pada
dimensi positive suppression, nilai corrected item-total correlation masing-masing butir pernyataan
sudah cukup baik, yaitu berkisar antara 0.306 sampai dengan 0.547. Hal ini menunjukkan bahwa masing-
masing butir pernyataan pada dimensi reappraisal secara konsisten mengukur hal yang sama. Gambaran
uji internal consistency reliability pada dimensi reappraisal, secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 11.
23
Tabel 11
Internal Consistency Reliability Dimensi Reappraisal
Corrected
No. Pernyataan Item-Total
Correlation
Saat pasangan mengeluarkan kata-kata seperti, kamu tidak becus, seharusnya
2 kamu ., saya mengalihkan pikiran saya kepada hal lain yang membuat saya 0,306
tenang.
Saya tidak dapat menahan diri (saya kembali membalas) ketika pasangan
3 0,544
mengeluarkan kata-kata seperti, kamu tidak becus, seharusnya kamu ..
Saya berpikir mengenai sesuatu, yang membuat saya tetap tenang, dalam
5 0,290
berbagai situasi yang sedang saya alami.
Ketika pasangan mengeluarkan kata-kata yang menyalahkan/merendahkan saya,
6 0,382
saya sulit berpikir mengenai sesuatu yang dapat membuat saya tetap tenang.
Saat pasangan mengeluarkan kata-kata seperti, kamu tidak becus, seharusnya
7 0,331
kamu ., pikiran saya tertuju pada sesuatu yang membuat saya tetap tenang.
Saat pasangan mengeluarkan kata-kata seperti, kamu tidak becus, seharusnya
13 0,361
kamu ., saya merasa kesal.
Internal Consistency Reliability ( ) 0.638
Berdasarkan confirmatory factor analysis, dengan menggunakan Lisrel 8.80 (versi student) didapatkan
hasil bahwa alat ukur ERQ hasil adaptasi, memiliki construct validity (homogeneity) yang cukup baik (X2 =
Construct validity (homogeneity) tercapai setelah tiga butir pernyataan tidak diikut sertakan dalam
analisis. Tiga butir pernyataan yang dimaksud adalah: (a) Saya tidak dapat menahan diri (saya kembali
membalas) ketika pasangan mengeluarkan kata-kata seperti, kamu tidak becus, seharusnya kamu .;
(b) Ketika pasangan mengeluarkan kata-kata yang menyalahkan/merendahkan saya, saya sulit berpikir
mengenai sesuatu yang dapat membuat saya tetap tenang; dan (c) Saat pasangan mengeluarkan kata-
24
kata seperti, kamu tidak becus, seharusnya kamu ., saya merasa kesal. Diskusi lebih lanjut mengenai
ketidakikutsertaan dari tiga butir pernyataan tersebut akan dibahas oleh peneliti dalam bagian diskusi.
Untuk menguji construct validity (convergent evidence), peneliti menggunakan alat ukur DERS. Alat ukur
DERS mengindikasikan kesulitan individu dalam melakukan regulasi emosi. Berdasarkan dugaan peneliti,
semakin individu memiliki skor rendah pada alat ukur DERS, maka semakin rendah pula skor pada alat
ukur ERQ. Untuk menguji construct validity, peneliti menggunakan metode Pearson Correlation. Hal
tersebut berdasarkan hasil analisis bahwa distribusi skor pada ketiga dimensi ERQ dan keenam dimensi
Hasil analisis pada Tabel 5, mengindikasikan bahwa alat ukur ERQ (dimensi reappraisal) memiliki
hubungan negatif yang siginifikan terhadap pengukuran DERS (pada keseluruhan dimensi). Koefisien
korelasi hasil pengukuran ERQ (dimensi reappraisal) dan pengukuran DERS (pada keseluruhan dimensi)
berkisar antara (-0.29, p = 0.015 sampai dengan 0.56, p = 0.000). Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa
25
semakin tinggi skor kemampuan individu mengelola emosinya agar tetap tenang atau tidak merasakan
perasaan kesal pada saat menghadapi situasi yang memancing emosi (diindikasikan oleh semakin tinggi
skor tinggi pada ERQ dimensi reappraisal), maka semakin rendah kesulitan individu dalam mengenali,
menerima, dan mengendalikan emosinya (diindikasikan oleh semakin rendah skor pada DERS seluruh
dimensi).
Pada Tabel 5, juga tampak hasil pengujian alat ukur ERQ (dimensi positive suppression dan
negative suppression). Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada alat ukur ERQ (dimensi suppression),
dimensi positive suppression berkorelasi dengan hasil pengukuran DERS (dimensi lack of awareness). Hal
ini berarti, semakin individu tidak mengekspresikan (tidak mengungkapkan) perasaan senang/gembira
yang dialaminya kepada orang lain, semakin individu kurang menyadari emosi yang sedang dialaminya.
Berdasarkan hasil analisis, dapat dikatakan bahwa alat ukur ERQ hasil adaptasi (dimensi
reappraisal), memiliki construct validity (covergent evidence) terhadap hasil pengukuran DERS.
Sedangkan alat ukur ERQ hasil adaptasi pada dimensi suppression, hanya dimensi postive suppression
26
Tabel 12
Construct Validity (Convergent Evidence) terhadap Difficulties in Emotion Regulation
No Rata-
. Dimensi ERQ dan DERS rata SD 1 2 3 4 5 6 7 8 9
-
3,48 0,45* 0,29 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4 Lack of Emotional Awareness 11,13 5 * 0,03 * 1 0 0 0 0 0
-
Difficulties Engaging in Goal-Directed Behavior when 4,54 0,29* - 0,00 0,16 0,00
6 Distressed 16,46 0 * 0,04 0,02 0,44 0,58 1 0 5 0
-
6,55 0,42* - 0,08 0,00
7 Lack of Emotional Clarity 22,31 9 * 0,21 0,11 0,61 0,67 0,42 1 0 1
-
2,32 0,42* 0,05
8 Nonacceptance of Negative Emotional Responses 7,72 1 * 0,02 0,13 0,48 0,40 0,17 0,22 1 3
9 Difficulties Controlling Impulsive Behaviors when 22,10 6,04 - - 0,07 0,49 0,63 0,56 0,38 0,24 1
27
0,54*
Distressed 6 * 0,20
Catatan. ** Korelasi signifikan pada level 0.01 (2-tailed). * Korelasi signifikan pada level 0.05 (2-tailed). Diagonal kanan atas mengindikasikan
nilai probability signifikansi. Diagonal kiri bawah mengindikasikan nilai/koefisien korelasi.
28
Criterion Validity terhadap Subjective Well-Being
Untuk menguji criterion validity, peneliti menggunakan hasil pengukuran SWB sebagai kriteria. Hasil
pengukuran SWB mengindikasikan affect positive, affect negative, dan kepuasan hidup secara umum
(global life satisfaction). Dalam pengujian criterion validity, peneliti menggunakan metode Spearman
Correlation. Hal tersebut berdasarkan hasil analisis bahwa distribusi skor SWB (pada dimensi global life
Hasil analisis pada Tabel 6, mengindikasikan bahwa alat ukur ERQ (dimensi reappraisal) memiliki
hubungan positif dengan hasil pengukuran SWB (pada dimensi positive affect). Koefisien korelasi hasil
pengukuran ERQ (dimensi reappraisal) dan pengukuran SWB (pada dimensi positive affect) adalah r (67)
= 0.32, p = 0.009. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi skor kemampuan individu
mengelola emosinya (diindikasikan oleh semakin tinggi skor tinggi pada ERQ dimensi reappraisal), maka
semakin banyak emosi positif (positive affect) yang dirasakan oleh individu.
Tabel 13
Criterion Validity terhadap Subjective Well-Being
29
Catatan. * Korelasi signifikan pada level 0.05 (2-tailed). Diagonal kanan atas mengindikasikan nilai
probability signifikansi. Diagonal kiri bawah mengindikasikan nilai/koefisien korelasi.
30
Dengan demikian, berdasarkan hasil analisis dapat dikatakan bahwa alat ukur ERQ hasil adaptasi
(dimensi reappraisal), memiliki criterion validity terhadap hasil pengukuran SWB. Namun demikian, alat
ukur ERQ tidak memiliki criterion validity terhadap hasil pengukuran SWB (pada dimensi global life
31
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
(1) Dihasilkan adaptasi alat ukur ERQ yang terdiri dari 14 butir pernyataan, yang tercakup dalam
(2) Alat ukur ERQ hasil adaptasi, memiliki internal consistency reliability yang tergolong baik ( >
0.60).
(3) Alat ukur ERQ hasil adaptasi, memiliki construct validity/homogeneity evidence (X2 = 53.54, p
(4) Alat ukur ERQ hasil adaptasi (dimensi reappraisal), memiliki construct validity/convergent
evidence dengan hasil pengukuran DERS (pada keseluruhan dimensi); Alat ukur ERQ hasil
(5) Alat ukur ERQ hasil adaptasi (dimensi reappraisal), memiliki criterion validity terhadap hasil
Alat ukur yang dihasilkan dalam penelitian ini, merupakan modifikasi dari alat ukur ERQ yang terdiri dari
10 butir pernyataan. Pada awalnya (sebelum adaptasi) terhitung enam butir pernyataan mengukur
reappraisal, dan 4 butir pernyataan mengukur suppression. Namun karena pertimbangan bahwa konsep
emotion regulation strategy tidak saja menurunkan negative emotion, tetapi juga positive emotion, maka
32
menurut penulis perlu adanya spesifikasi dalam dimensi suppression. Dimensi suppression, bukan saja
mengukur negative suppression, tetapi seharusnya juga mengukur positive suppression. Dengan
penambahan sub-dimensi tersebut, maka peneliti membagi dua dimensi suppression, dengan jumlah
butir: empat pernyataan mengukur negative suppression, dan empat pernyataan mengukur positive
suppression. Dengan demikian, jumlah butir pernyataan ERQ hasil adaptasi menjadi 14.
Dalam pengujian internal consistency reliability, khususnya pada dimensi negative suppression,
ada satu butir pernyataan, yaitu butir nomor 4, yang memiliki daya beda (r it < 0.2). Butir tersebut adalah,
Saya tidak mengungkapkan perasaan kesal yang sedang saya alami. Jika dibandingkan dengan butir
lainnya, tampak bahwa ada perbedaan pada butir nomor 4 tersebut. Pada butir tersebut menggunakan
istilah mengungkapkan, sedang pada butir lain yang mengukur negative suppression, istilah yang
mengekspresikan, walaupun tampak sama, tetapi boleh jadi merujuk pada perilaku yang berbeda.
Kemungkinannya adalah, istilah mengekspresikan merujuk pada ungkapan emosi yang ditampilkan
individu pada wajah; sedangkan istilah mengungkapkan merujuk pada ungkapan emosi yang
diutarakan individu melalui kata-kata. Individu dapat mengungkapkan bahwa dirinya sedang marah,
walaupun tanpa ekspresi emosi marah. Sebaliknya individu dapat mengekspresikan emosi kesal/marah,
walaupun tanpa mengungkapkan kepada orang lain bahwa dirinya sedang marah. Perbedaan istilah
untuk penelitian selanjutnya, untuk membahas spesifikasi dalam tingkatan suppression. Individu boleh
jadi tidak mengekspresikan emosi negatif yang dirasakannya, tetapi mengungkapkan kepada individu
lain; atau Individu boleh jadi tidak mengungkapkan emosi negatif yang dirasakannya, tetapi
Construct validity/homogeneity evidence alat ukur ERQ hasil adaptasi tergolong cukup baik (X2 =
53.54, p = 0.09070, RMSEA = 0.068). Dalam penelitian ini, pengujian homogeneity tidak sampai
33
membentuk satu faktor tunggal (g-factor). Hal ini didasari atas pemikiran bahwa dimensi suppression dan
dimensi reappraisal bukan bersifat vektor yang dapat dijumlahkan. Berdasarkan Tabel 12, tampak bahwa
dimensi suppression (positive suppression dan negative suppression) tidak berhubungan dengan
reappraisal. Sedangkan positive suppression dan negative suppression, menunjukkan konstruk yang
saling berhubungan. Hal ini menunjukkan bahwa dimensi suppression dan reappraisal adalah strategi
regulasi emosi yang berbeda; sedangkan positive suppression dan negative suppression, adalah strategi
yang serupa. Hal yang menarik untuk diuji dalam penelitian selanjutnya, adalah tipe-tipe regulasi emosi
yang mungkin terbentuk dari kedua kombinasi dimensi suppression dan appraisal.
Berdasarkan hasil pengujian (Tabel 12), tampak bahwa alat ukur ERQ hasil adaptasi (dimensi
reappraisal), memiliki construct validity/convergent evidence dengan hasil pengukuran DERS (pada
keseluruhan dimensi). Namun, alat ukur ERQ hasil adaptasi (dimensi positive suppression), memiliki
construct validity/convergent evidence dengan hasil pengukuran DERS hanya pada dimensi lack of
awareness. Hal ini mengindikasikan bahwa strategi regulasi reappraisal tampak lebih efektif
dibandingkan dengan strategi suppression. Telaah lebih lanjut (Tabel 12), mengenai efektifitas strategi
suppression (positive suppression vs. negative suppression) terhadap hasil pengukuran DERS,
mengindikasikan bahwa strategi positive suppression sedikit lebih efektif dibandingkan dengan strategi
negative suppression. Hal ini membuktikan dugaan peneliti dalam mengusulkan perlunya spesifikasi
dalam dimensi suppression; yaitu bahwa dalam strategi suppression diperlukan dimensi positive
suppression. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa dalam konsep strategi emotion regulation, individu
tidak hanya bertujuan mengendalikan emosi negatif, tetapi kadang kala juga untuk mengendalikan emosi
positif. Dengan demikian, dalam penelitian lebih lanjut diperlukan validasi terhadap spesifikasi dari sub-
Berdasarkan pengujian, alat ukur ERQ hasil adaptasi (dimensi reappraisal) memiliki criterion
validity terhadap hasil pengukuran SWB (pada dimensi positive affect). Hasil ini mengindikasikan bahwa
34
strategi reapprasal cukup efektif untuk meningkatkan subjective well-being individu, khususnya dalam
aspek positive emotion. Namun demikian, strategi reappraisal belum cukup kuat dalam meningkatkan
kepuasan hidup (global life satisfaction) atau dalam menurunkan negative emotion yang dimiliki
individu. Berdasarkan hal ini, penelitian lebih lanjut dapat mengeksplorasi alat ukur yang mengukur
strategi regulasi emosi yang mampu memprediksi kebahagiaan (SWB) secara lebih komprehensif atau
mampu memprediksi peningkatan emosi positif, penurunan emosi negatif, dan pengikatan kepuasan
hidup.
35
Daftar Pustaka
Balzarotti, S., John, O. P., & Gross, J. J. (2010). An italian adaptation of the emotion regulation
questionnaire. European Journal of Psychological Assessment, 26(1), 6167.
Baer, R. A., Smith, O. J., Hopkins, J., Krietemeyer, J. R., & Torey, L. (2006). Using self-report assessment
methods to explore facets of mindfulness. Assessment, 13, 2745.
Berking, M., Margraf, M., Ebert, D., Wupperman, P., Hofmann, S. G., & Junghanns, K. (2011). Deficits in
emotion-regulation skills predict alcohol use during and after cognitivebehavioral therapy for
alcohol dependence. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 79(3), 307-318.
Berking, M., Orth, U., Wupperman, P., Meier, L. L., & Caspar, F. (2008). Prospective effects of emotion-
regulation skills on emotional adjustment. Journal of Counseling Psychology, 55(4), 485-494.
Blandon, A. Y., Calkins, S. D., Keane, S. P., & O'Brien, M. (2008). Individual differences in trajectories of
emotion regulation processes: The effects of maternal depressive symptomatology and children's
physiological regulation. Developmental Psychology, 44(4), 1110-1123.
Buckholdt, K. E., Parra, G. R., & Jobe-Shields, L. (2010). Emotion dysregulation as a mechanism through
which parental magnification of sadness increases risk for binge eating and limited control of
eating behavior. Eating Behaviors, 11, 122126. Retrieved November 12 th, 2011, from
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/ S1471015309001111
Butler, E. A., Lee, T. L., & Gross, J. J. (2007). Emotion regulation and culture: Are the social consequences
of emotion suppression culture-specific? Emotion, 7(1), 30-48.
Cameron, C. D., & Payne, B. K. (2011). Escaping affect: How motivated emotion regulation creates
insensitivity to mass suffering. Journal of Personality and Social Psychology, 100(1), 1-15.
Chang, L., Schwartz, D., Dodge, K. A., & McBride-Chang, C. (2003). Harsh Parenting in Relation to Child
Emotion Regulation and Aggression. Journal of Family Psychology, 17(4), 598-606.
Cohn, A. M., Jakupcak, M., Seibert, L. A., Hildebrant, T. B., & Zeichner, A. (2010). The role of emotion
dysregulation in the association between mens restrictive emotionality and use of physical
aggression. Psychology of Men and Masculinity, 11, 5364.
Diener, Ed., Lucas, R. E., & Oishi, S. (2005). Subjective well-being: The Science of Happiness and Life
Satisfaction. In C. R. Snyder & S. J. Lopez (Eds.), Handbook of positive psychology (pp. 63 - 73). New
York: Oxford University Press, Inc.
Ehring, T., Tuschen-Caffier, B., Schnlle, J., Fischer, S., & Gross, J. J. (2010). Emotion regulation and
vulnerability to depression: Spontaneous versus instructed use of emotion suppression and
reappraisal. Emotion, 10(4), 563-572.
Fox, H. C., Hong, K. A., & Sinha, R. (2008). Difficulties in emotion regulation and impulse control in
recently abstinent alcoholics compared with social drinkers. Addictive Behaviors, 33, 388394.
Retrieved November 12th, 2011, from http://www.sciencedirect.com/science/
article/pii/S0306460307002870
Gratz, K. L., & Roemer, L. (2004). Multidimensional assessment of emotion regulation and dysregulation:
Development, factor structure, and initial validation of the Difficulties in Emotion Regulation Scale.
Journal of Psychopathology and Behavioral Assessment, 26, 4154. Retrieved 20 September 2011,
from http://www.springerlink.com/content/ p2mhn1ng7w827u64/
Gross, J.J. (1998). Antecedent- and response-focused emotion regulation: Divergent consequences for
experience, expression, and physiology. Journal of Personality and Social Psychology, 74, 224237.
36
Gross, J. J. (2001). Emotion regulation in adulthood: Timing is everything. Current Directions in
Psychological Science, 10, 214219.
Gross, J. J., & John, O. P. (2003). Individual differences in two emotion regulation processes: Implications
for affect, relationships, and well-being. Journal of Personality and Social Psychology, 85, 348362.
John, O. P., & Gross, J. J. (2004). Healthy and unhealthy emotion regulation: Personality processes,
individual differences, and life span development. Journal of Personality, 72, 13011333.
Lavender, J. M. (2010). Contribution of emotion regulation difficulties to disordered eating and bodily
dissatisfaction in college men. International Journal of Eating Disorders, 43, 352357. Retrieved
November November, 7th, 2011, from http://onlinelibrary.wiley.com/doi/
10.1002/eat.20705/abstract
Matsumoto, D., Yoo, S. H., & Nakagawa, S. (2008). Culture, emotion regulation, and adjustment. Journal
of Personality and Social Psychology, 94(6), 925-937.
Mirgain, S. A., & Cordova, J. V. (2007). Emotion skills and marital health: The association between
observed and self-reported emotion skills, intimacy, and marital satisfaction. Journal of Social &
Clinical Psychology, 26(9), 983-1009.
Purwono, U. (2011). Pengantar adaptasi instrumen pengukuran psikologi. Handout dipresentasikan pada
perkuliahan S3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 23 November 2011, Depok.
Roemer, L., Lee, J. K., Salters-Pedneault, K., Erisman, S. M., Orsillo, S. M., & Mennin, D. S. (2009).
Mindfulness and emotion regulation difficulties in generalized anxiety disorder: Preliminary
evidence for independent and overlapping contributions. Behavior Therapy, 40, 142154.
Retrieved November 04th, 2011, from http://www.sciencedirect.com/science/
article/pii/S0005789408000658
Rostiana. (2008). Alat ukur subjective well-being. Rancangan alat ukur tidak diterbitkan, Fakultas
Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta.
Shields, A. M., & Cicchetti, D. (1997). Emotion regulation among schoolage children: The development
and validation of a new criterion Q-sort scale. Developmental Psychology, 33, 906916.
Srivastava, S., Tamir, M., McGonigal, K. M., John, O. P., & Gross, J. J. (2009). The social costs of emotional
suppression: A prospective study of the transition to college. Journal of Personality and Social
Psychology, 96(4), 883-897.
Sutton, R. I. (1991). Maintaining norms about expressed emotions: The case of bill collectors.
Administrative Science Quarterly, 36, 245-268.
Tamir, M., John, O. P., Srivastava, S., & Gross, J. J. (2007). Implicit theories of emotion: Affective and social
outcomes across a major life transition. Journal of Personality and Social Psychology, 92(4), 731-
744.
Vuorela, M., & Nummenmaa, L. (2004). Experienced emotions, emotion regulation and student activity
in a web-based learning environment. European Journal of Psychology of Education, 19, 423436.
Weinberg, A., & Klonsky, E. D. (2009). Measurement of emotion dysregulation in adolescents.
Psychological Assessment, 21, 616621.
Salovey, P., Mayer, J. D., Golman, S. L., Turvey, C., & Palfai, T. P. (1995). Emotional attention, clarity, and
repair: Exploring emotional intelligence using the trait meta-mood scale. In J. W. Pennebaker (Ed.),
Emotion, disclosure, and health (pp. 125154). Washington, DC: American Psychological
Association.
37