Anda di halaman 1dari 12

Intensive Care Unit 2015

LAPORAN PENDAHULUAN

EKLAMPSIA

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi

Eklampsia adalah akut dengan kejang coma pada wanita hamil dan wanita dalam
nifasdisertai dengan hipertensi, edema, dan proteinuria.(Obsetri Patologi;UNPAD)

Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia


memburuk menjadi kejang(helen varney;2007)

Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi


dengan baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena
eklampsia juga sering mengalami kejang-kejang. Eklampsia dapat menyebabkan
koma atau bahkan baik sebelum, saat atau setelah
melahirkan.(http://www.en.wikipedia.org/wiki/Eclampsia/23/03/2010)

Kesimpulan dari kelompok; eklampsia adalah suatu keadaan dimana


preeklampsiatidak dapat diatasi sehingga mengalami gangguan yang lebih lanjut yaitu
hipertensi,edema, dan proteinuria serta kejang
2. Etiologi
Penyebab eklampsia belum diketahui secara pasti. Salah satu teori
mengemukakan bahwa eklampsia disebabkan iskemia rahim dan
placenta(ischaemia uteroplacentae). Selamakehamilan uterus memerlukan darah
lebih banyak. Pada mola hydatidosa, hydramnion,kehamilan ganda, multipara, pada
akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu, dibetes,
peredaran darah dalam dinding rahim kurang, maka keluarlahzat-zat dari plasenta
atau desidua yang menyebabkan vasospasme dan hipertensi.
3. Patofisiologi

Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan
dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia di jumpai kadar aldosteron yang rendah
dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting
Intensive Care Unit 2015
untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Serta
pada eklampsia parmeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan
gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga
terjadi gawat janin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenasi.
Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada
eklampsia, sehingga mudah terjadi pada partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah dalam ginjal menurun, sehingga
menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah
dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air.
Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat
filtrasi glomerulus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan
normal penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus.
Penurunan filtrasi glomerulus akibat spasmus arterioles ginjal menyebabkan filtrasi
natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan retensi air.
Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga menyebabkan
dieresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada beberapa
arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan oleh edema
intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan. Setelah persalinan
berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari samapai 2 bulan. Skotoma, diplopia, dan
ambiliopia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan
ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri
atau dalam retina.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia. Komplikasi
disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa resistensi
pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi pada
eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada eklampsia akan
menurun.
Metabolism dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia sebabnya
terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler keruang interstisial. Kejadian ini,
diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema,
menyebabkan volume darah edema berkurang, viskositet darah meningkat, waktu
Intensive Care Unit 2015
peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai tubuh
berkurang akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang,
sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai sebagai ukuran perbaiakan keadaan
penyakit dan berhasilnya pengobatan.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara.
Asidum latikum dan asam organic lain naik, dan bicarbonas natrikus, sehingga
menyebabkan cadangan alakali turun. Setelah kejang, zat organic dioksidasi sehingga
natrium dilepaskan untuk dapat berekreasi dengan asam karbonik menjadi bikarbaonas
natrikus. Dengan demikian, cadangan alakali dapat pulih kembali. Pada kehamilan
cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-
kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklampsia.
4. Manifestasi klinik
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang atau
koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :
1. Tingkat awal atau aura ( invasi )
Berlangsung 30 35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat ( pandangan
kosong ), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke kiri.
2. Stadium kejang tonik
Seluruh otot menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok
kedalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit,
berlangsung kira kira 20 30 detik
3. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka
dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit.Mata melotot, muka
kelihatan kongesti dan sianosis.Setelah berlangsung 1 -2 menit kejang klonik berhenti
dan penderita tidak sadar, menarik nafas, seperti mendengkur.
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam jam.Kadang antara
kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
5. KLASIFIKASI
Eklampsia di bagi menjadi 2 golongan :
1. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini
paling sering terjadi)
Intensive Care Unit 2015
kejadian 150 % sampai 60 %
serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan.
Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %
Saat sedang inpartu
Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat
mulai inpartu.
3. Eklampsia postpartum ialah eklampsia setelah persalinan
Kejadian jarang
Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.
6. PENATALAKSANAAN DAN TERAPI
1. Penanganan eklampsia
Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menghentikan berulangnya serangan
kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan
ibu mengizinkan. Penanganan yang dilakukan :
Beri obat anti konvulsan
Perlengkapan untuk penanganan kejang
Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
aspirasi mulut dan tenggorokan
baringkan pasien pada sisi kiri
posisikan secara trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
berikan oksigen 4 6 liter / menit.
2. Pengobatan eklampsia
Eklampsia merupakan gawat darurat kebidanan yang memerlukan pengobatan di
rumah sakit untuk memberikan pertolongan yang adekuat.
Konsep pengobatannya :
a. Menghindari terjadinya : Kejang berulangMengurangi koma
Meningkatkan jumlah dieresis
b. Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan :
Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium
Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan valium 10 sampai 20
mgr
c. Sertai petugas untuk memberikan pertolongan:
Intensive Care Unit 2015
Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah
Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan O2
Hindari terjadinya trauma tambahan
Perawatan kolaborasi yang dilaksanakan dirumah sakit sebagai berikut :
1. Kamar isolasi
- Hindari rangsangan dari luar sinar dan keributan
- Kurangi penerimaan kunjungan untuk pasien
- Perawat pasien dengan jumlahnya terbatas
2. Pengobatan medis
Banyak pengobatan untuk menghindari kejang yang berkelanjutan dan meningkatkan
vitalitas janin dalam kandungan. Dengan pemberian :
- Sistem stroganoff
- Sodium pentothal dapat menghilangkan kejang
- Magnesium sulfat dengan efek menurunkan tekanan darah , mengurangi sensitivitas
saraf pada sinapsis, meningkatkan deuresis dan mematahkan sirkulasi iskemia plasenta
sehingga menurunkan gejala klinis eklampsia.
- Diazepam atau valium
- Litik koktil
3. Pemilihan metode persalinan
Pilihan pervaginam diutamakan :
- Dapat didahului dengan induksi persalinan
- Bahaya persalinan ringan
- Bila memenuhi syarat dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban, mempercepat
pembukaan, dan tindakan curam untuk mempercepat kala pengeluaran.
- Persalinan plasenta dapat dipercepat dengan manual
- Menghindari perdarahan dengan diberikan uterotonika
Pertimbangan seksio sesarea :
- Gagal induksi persalinan pervaginam
- Gagal pengobatan konservatif
7. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematia ibu dan janin, usaha utama adalah melahirkan
bayi hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan eklampsia.
a. Terhadap janin dan bayi.
Intensive Care Unit 2015
1. Solution plasenta
Karena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah sehingga
terjadi hematom retoplasenta yang menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.
2. Asfiksia mendadak, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim.
3. Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membran sel
darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik
hemolisis yang dikenal karena ikterus.
b. Terhadap ibu

1. Hiprofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah, biasanya dibawah 100mg
persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.
2. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita eklampsia.
3. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu. Perdarahan
kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan terjadinya
apopleksia serebri.
4. Edema paru paru
5. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan
enzim-enzimnya.
6. Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan
enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma
HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari
setelah melahirkan.
7. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial
tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria
sampai gagal ginjal.
Intensive Care Unit 2015
8. Kopmlikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang -
kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.
9. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

8. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah rutin
b. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan diagnostik
a. Ultrasonografi
b. Elektrokardiograf
B. Konsep keperawatan
A. Pengkajian
Sumber(http://download-askep.blogspot.com/2010/01/pengkajian-diagnosa-
keperawatan_07.html)
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :
1. Data subyektif :
a. Identitas pasien dan penanggung jawab:Umur biasanya sering terjadi pada primi
gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun

b. Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing,


nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM
d. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan dengan pre eklampsia atau eklampsia sebelumnya
e. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
f. Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.

2. Data Obyektif :

a. Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam


Intensive Care Unit 2015
b. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
c. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
d. Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika
refleks + )

e. Pemeriksaan penunjang :

1) Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan
interval 6 jam
2) Laboratorium : protein urine dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ
urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml

3) Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu

4) Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak

5) USG ; untuk mengetahui keadaan janin

6) NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin.

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa Pre Op :
1. Cemas berhubungan dengan prosedur invasif saat operasi SC yang akan dilakukan.
Diagnosa Post Op :
1. Resiko cidera berhubungan dengan kejang berulang
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah upaya yang dilakukan perawat untuk mencapai hasil yang
diharapkan yaitu kesembuhan pasien dan kemampuan pasien melakukan atau memenuhi
kebutuhan hidupnya kembali dan tujuan pemulangan pasien.Intervensi pada pasien dengan
eklampsia meliputi :
Intervensi Pre Op :
1. Cemas berhubungan dengan prosedur invasif saat operasi SC akan dilakukan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah
keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Klien tidak cemas lagi
Intensive Care Unit 2015
b. Klien terlihat tenang
c. Klien terlihat rileks
Rencana tindakan :
1) Beritahu klien tentang prosedur pembedahan
Rasional: Klien dapat mengetahui prosedur pembedahan
2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan rasa cemasnya
Rasional: Dapat meringankan beban pikiran klien
3) Ciptakan suasana tenang dan nyaman
Rasional: Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat mengurangi rasa cemas klien
Intervensi Post Op :
1. Resiko cidera berhubungan dengan kejang berulang
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah
keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Kesadaran Compos Metis , GCS : 15 ( 4-5-6 )
b. Tanda tanda vital dalam batas normal
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36 37 C
Nadi : 60 80 x/menit
RR : 16 20 x/menit
Rencana tindakan :
1) Monitor tekanan darah tiap 4 jam
Rasional: Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari
PIH
2) Kaji tingkat kesadaran pasien
Rasional: Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
3) Kaji adanya tanda-tanda eklampsia (hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,
dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
Rasional: Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung
dan paru yang mendahului status kejang
4) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
Rasional: Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah
terjadinya kejang
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
Intensive Care Unit 2015
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah
keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Klien tidak meringis
b. Skala nyeri 2 3 ( 1 10 )
c. Pasien melaoporkan rasa nyeri hilang atau berkurang
Rencana tindakan :
1) Kaji skala nyeri
Rasional: Setiap skala nyeri memiliki managemen yang berbeda
2) Ajarkan teknik relaksasi
Rasional: Relaksasi dapat mengalihkan persepsi nyeri
3) Ajarkan teknik nafas dalam
Rasional: Tekhnik nafas dalam dapat mengurangi rasa nyeri
4) Berikan posisi yang nyaman
Rasional: Posisi yang nyaman dapat mengurangi sensasi nyeri
5) Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional: Terapi analgetik dapat membantu melokalisir nyeri

3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah
keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Menunjukkan regenerasi jaringan dan mencapai penyembuhan tepat waktu
b. Pada area luka tampak bersih dan tidak kotor
c. Luka tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Rencana tindakan :
1) Monitor tanda tanda vital
Rasional: Mengetahui keadaan umum klien
2) Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor, dolor,
fungsi laesa
Rasional: Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi
3) Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka
Rasional: Meminimalkan terjadinya kontaminasi
4) Kolaborasi pemeriksaan darah : leukosit
Rasional: Leukosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi
Intensive Care Unit 2015
5) Kolaborasi pemberian obat - obatan antibiotika sesuai indikasi
Rasional: Obat antibiotik dapat membantu membunuh kuman
Intensive Care Unit 2015
DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta: EGC
Corwin Elizabeh.J.2009 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa Tim
penerbit PSIK UNPAD, Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia
Carpenito,Lynda Juall, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi, Jakarta : EGC
Price, Silvia A, 2006. Patofisiologi, volume 2, Jakarta: Buku kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai