Anda di halaman 1dari 11

KEDUDUKAN KETETAPAN MPR BERDASARKAN UU NO.

12 TAHUN 2011
TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Delfina Gusman dan Andi Nova


Fakultas Hukum Universitas Andalas
E-mail : Vivin_Nissa@yahoo.co.id

Abstract

MPR Decree in resettlement of legislation under the Constitution of 1945 on the basis of Law No. 12
Year 2011 cocerning formation of legislation gives rise to a variety of polemics in the position of the
MPR as State institutions. Provisions of the MPR is considered to have urgency in Indonesia's system,
because the MPR as State institutions is considered to still have the duty and the authority of its
strategic, e.g: inauguration of President and Vice President, the establishment of the Constitution.
MPR also made provisions as one of basic national legislation program.

Keywords : MPR Decree, national legislation program, rule of law

Abstrak

Tap MPR di bawah UUD 1945 sebagai dasar pembentukan Undang-Undang Nomor 12 dari 2011 tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan menimbulkan berbagai polemik terhadap posisi MPR
sebagai lembaga negara. Keberadaan dari MPR masih dianggap memiliki urgensi dalam sistem di
Indonesia, karena MPR sebagai lembaga negara yang dianggap masih memiliki tugas dan kewenangan
yang strategis, misalnya: pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, pembentukan konstitusi. MPR juga
membuat ketetapan sebagai salah satu program legislasi dasar nasional.

Kata kunci: Keputusan MPR, program legislasi nasional, rule of law

Pendahuluan Perubahan Keempat UUD 1945 pada 2002,


Indonesia adalah negara hukum. Gagasan konsepsi negara hukum atau Rechtsstaat
negara hukum dibangun dengan mengembang- yang sebelumnya hanya tercantum dalam Pen-
kan perangkat hukum itu sendiri sebagai suatu jelasan UUD 1945, dirumuskan dengan tegas
sistem yang fungsional dan berkeadilan, dikem- dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan, Ne-
bangkan dengan menata supra struktur dan gara Indonesia adalah negara hukum. Dalam
infra struktur kelembagaan politik, ekonomi konsep negara hukum itu, diidealkan bahwa
dan sosial yang tertib dan teratur, serta dibina yang harus dijadikan panglima dalam dinamika
dengan membangun budaya dan kesadaran hu- kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan
kum yang rasional dan impersonal dalam kehi- politik ataupun ekonomi. Oleh karena itu, jar-
dupan bermasyarakat, berbangsa dan berne- gon yang biasa digunakan dalam bahasa Inggris
gara. Untuk itu, sistem hukum perlu dibangun untuk menyebut prinsip negara hukum ada-
(law making) dan ditegakkan (law enforcing) lah the rule of law, not of man. Pemerintah-
sebagaimana mestinya, dimulai dengan konsti- an pada pokoknya adalah hukum sebagai sis-
tusi sebagai hukum yang paling tinggi keduduk- tem, bukan orang perorang yang hanya bertin-
annya.1 dak sebagai wayang dari skenario sistem yang
mengaturnya.2

1
Artikel ini merupakan artikel hasil penelitian dengan Jimly Asshiddiqie, Gagasan Negara Hukum Indonesia,
sumber Dana DIPA Fakultas Hukum Universitas Andalas http://jimly.com/makalah/namafile/57/Konsep_Negar
Tahun 2011, dengan Nomor Kontrak Penelitian 03/XIII/ a_Hukum_Ind 127k, hlm. 1
2
D/FHuk/2011 Ibid.
438 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 3 September 2012

Pada 17 Agustus 1945 Negara Indonesia dan bagaimana melaksanakannya. Hal ini dika-
lahir sebagai suatu negara baru di tengah-te- renakan dalam negara modern adalah utopia
ngah masyarakat negara-negara di dunia. Ke- jika mengharapkan rakyat melaksanakan sendiri
cuali pengumuman tentang bentuk negara, ya- seluruh kedaulatan yang dimilikinya.4
itu republik, Indonesia juga menyatakan diri Pasca perubahan UUD 1945, maka ada 6
sebagai negara berdasar hukum (negara hu- (enam) lembaga negara yang diberikan kekua-
kum). Lebih dari setengah abad kemudian, ne- saan secara langsung oleh konstitusi. Undang-
gara Republik Indonesia masih harus bergulat Undang Dasar merupakan hukum tertinggi di
dengan berbagai masalah mendasar yang tim- mana kedaulatan berada di tangan rakyat dan
bul sebagai akibatnya. Eksistensi Republik Indo- dijalankan sepenuhnya menurut UUD. UUD
nesia sebagai negara kesatuan ternyata masih memberikan pembagian kekuasaan (separation
harus terus dibina dan dipertahankan. Selain of power) kepada 6 Lembaga Negara dengan
itu, pembangunan negara hukum ternyata be- kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Presi-
lum juga kunjung selesai dengan baik, bahkan den, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),
yang terjadi adalah sebaliknya. Indonesia men- Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwa-
jadi terkenal di dunia sebagai negara dengan kilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksa Keuangan
sistem hukum sangat buruk. Dimaksud dengan (BPK), Mahkamah Agung (MA), dan Mahkamah
pembangunan yang belum kunjung selesai ada- Konstitusi (MK).5
lah bagaimana menjadikan negara hukum itu Bab I Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945 menentu-
suatu organisasi yang secara substansial mampu kan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat
menjadi rumah yang menyenangkan, menyejah- dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Da-
terakan dan membahagiakan bagi bangsa Indo- sar. Dengan rumusan itu dimaksudkan, bahwa
nesia. kedaulatan itu pada hakekatnya tetap melekat
Konsep negara hukum Indonesia, Simo- dan berada di tangan rakyat, dan Undang-Un-
rangkir memberikan pengertian, bahwa negara dang Dasar yang mengatur pelaksanaannya.
termasuk pemerintah dan lembaga-lembaga ne- Sebagian kedaulatan itu tetap dipegang dan
gara lain dalam menjalankan aktifitasnya harus dilaksanakan sendiri oleh rakyat, yaitu dalam
dilandasi oleh hukum dan dapat dipertanggung- hal memilih Presiden dan Wakil Presiden, me-
jawabkan secara hukum. Hukum disini adalah milih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggo-
dalam arti luas, tidak semata-mata undang-un- ta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ang-
dang termasuk didalamnya hukum hukum tidak gota Dewan Perwakilan Daerah. Berdasarkan
tertulis. Negara hukum Indonesia bukanlah kon- ketentuan undang-undang dasar itu, undang-
sep negara hukum dalam pengertian hukum for- undang kemudian juga menetapkan, rakyat te-
mal, melainkan negara hukum dalam arti mate- tap memegang kedaulatannya secara langsung,
ril, yang didalamnya tercakup pengertian bah- yaitu dalam hal memilih Gubernur dan Wakil
wa negara tidak hanya melindungi segenap Gubernur, memilih Bupati dan Wakil Bupati,
bangsa Indonesia, tetapi juga memiliki kewajib- serta Walikota dan Wakil Walikota. Untuk se-
an untuk memajukan kesejahteraan umum dan lebihnya undang-undang dasar menetapkan di-
mencerdaskan kehidupan bangsa.3 bentuknya lembaga-lembaga negara (DPR, MPR,
Negara Indonesia juga merupakan negara DPD, Presiden dan Wakil Presiden, Badan Pe-
demokrasi, dimana bentuk sistem penyelengga-
raan negaranya adalah perwujudan kedaulatan 4
Yordan Gunawan dan Alex Adi Iskandar, Implementasi
rakyat. Perbedaannya dengan sistem lain terle- Kedaulatan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Pasca
Amandemen UUD 1945, Jurnal Konstitusi Vol. 3 No. 1
tak pada siapa pelaksana kedaulatan tersebut
Juni 2010, Padang: Fak. Hukum Univ. Andalas Padang,
hlm.64
3 5
Wahyudi Djafar, Menegaskan Kembali Komitmen Delfina Gusman, Politik Hukum dan Modifikasi Hukum
Negara Hukum : Sebuah Catatan Atas Kecenderungan Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Defisit Negara Hukum di Indonesia, Jurnal Konstitusi Nasional, Jurnal Ilmiah TAMBUA, Vol. X No.1 Januari-
Vol. 7 No. 5 Oktober 2010, Padang: Fak. Hukum Univ. April 2011, Univ. Mahaputra Muhammad Yamin Solok,
Andalas Padang, hlm.164 hlm. 76
Kedudukan Ketetapan MPR Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan... 439

meriksa Keuangan, Mahkamah Agung, dan Mah- baga pemerintah non departemen, keputusan
kamah Konstitusi), dan kepada masing-masing direktur jenderal departemen, keputusan kepa-
lembaga itu ditetapkan secara definitif fungsi la badan negara di luar jajaran pemerintah
dan kewenangannya sesuai dengan posisi/kedu- yang dibentuk dengan undang-undang, peratu-
dukannya. Lembaga-lembaga negara itu berada ran daerah tingkat I, Keputusan Gubernur kepa-
dalam kedudukan yang setara. Antara lembaga la daerah tingkat II, Keputusan Bupati/ Wali Ko-
yang satu dengan yang lain dilaksanakan prin- tamadya Kepala Daerah Tingkat II.7 Lain lagi
sip saling mengawasi dan saling mengimbangi halnya dengan pendapat Jimly Assiddiqie yang
atau checks and balances.6 menyebutkan bahwa kedudukan Ketetapan MPR
Berdasarkan ketentuan Pasal 7 Ayat (1) sejak lama mendapat kritik dari para ahli hu-
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang kum tata negara.
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Penelitian terhadap kedudukan TAP MPR
TAP MPR kembali masuk dalam jenis peraturan akan mampu memberikan jawaban akademis
perundang-undangan di Indonesia. Pada pasal karena ada yang menyatakan bahwa masuknya
itu, jenis dan hierarki peraturan perundang- TAP MPR ke dalam hierarki merupakan langkah
undangan mulai dari yang tertinggi secara ber- mundur. Ini seperti mundur kembali ke bela-
turut-turut adalah UUD 1945, TAP MPR, UU/ kang. Padahal, dahulu TAP MPR sudah dikeluar-
Peraturan Pemerintah Pengganti UU, Peraturan kan dari hierarki.
Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan
Daerah Provinsi, Peraturan Daerah Kabupaten/ Permasalahan
Kota. Seperti diketahui, sebelumnya TAP MPR Berdasarkan latar belakang masalah di
pernah masuk ke dalam hierarki peraturan atas, dapat dirumuskan suatu masalah yaitu ba-
perundang-undangan sebagaimana diatur dalam gaimana kedudukan Ketetapan Majelis Permu-
TAP MPRS No. XX Tahun 1966 dan TAP MPR No syawaratan Rakyat berdasarkan Undang-Undang
III Tahun 2000. Namun, karena adanya perubah- Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
an kewenangan MPR dalam amendemen UUD Peraturan Perundang-Undangan?
1945, akhirnya TAP MPR dikeluarkan dari hie-
rarki dengan berlakunya UU Nomor 10 Tahun Metode Penelitian
2004 tentang Pembentukan Peraturan Perun- Penelitian ini merupakan penelitian hu-
dang-Undangan. Di dalam undang-undang itu, kum normatif (yuridis normatif), yaitu beranjak
UU/Perppu langsung berada di bawah UUD dari norma-norma hukum. Pendekatan yang
1945. digunakan adalah pendekatan analisis hukum
Kedudukan TAP MPR penting artinya un- (analythical approach). Dalam pendekatan ini,
tuk diteliti, karena beberapa peraturan yang peneliti menelaah dan mengkaji secara men-
menjadikan TAP MPR sebagai salah satu jenis dalam atas bunyi teks sebuah peraturan per-
peraturan perundang-undangan bertolak bela- undang-undangan. Sumber data adalah data se-
kang dengan pendapat A. Hamid Attamimi yang kunder, yaitu data yang tidak langsung diper-
menyatakan bahwa UUD 1945 dan TAP MPR ti- oleh dari lapangan, melainkan diperoleh dari
dak termasuk jenis peraturan perundang-unda- tangan kedua. Data sekunder dalam penelitian
ngan, melainkan sebagai aturan dasar/pokok ini dapat dikategorikan kepada bahan hukum
negara, sedangkan yang termasuk peraturan primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hu-
perundang-undangan adalah: undang-undang/ kum tertier. Bahan hukum primer dalam pene-
perpu, peraturan pemerintah, keputusan presi-
den, keputusan menteri, keputusan kepala lem- 7
A. Hamid Attamimi, 1990, Peranan Keputusan Presiden
Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerin-
tahan Negara; Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan
6
Delfina Gusman, Independensi Bank Indonesia Sebagai Presiden yang Berfungsi Pengaturan dalam kurun waktu
Bank Sentral Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Pelita I Pelita IV, Disertasi untuk memperoleh Gelar
Jurnal Normative, Vol. 2 No. 1 Juni 2010, Padang: Uni- Doktor dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Pascasarjana
versitas Taman Siswa Padang, hlm. 5 Universitas Indonesia, Jakarta, hlm. 289.
440 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 3 September 2012

litian ini adalah seluruh peraturan yang ber- Hukum yang demokratis meletakkan kedaulatan
kaitan dengan ketetapan MPR terutama sekali rakyat sebagai posisi tertinggi, kehendak rakyat
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang adalah segala-galanya, sehingga hanya peme-
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. rintahan yang demokratik yang memberikan ke-
Bahan hukum sekunder berupa buku-buku yang sempatan sebesar-besarnya bagi warga negara
berkaitan dengan objek penelitian. untuk menggunakan kebebasan menentukan na-
Data yang sudah dikumpulkan diolah. Se- sibnya sendiri di bawah hukum yang mereka pi-
lanjutnya data yang telah selesai diseleksi di- lih.9
atur agar memudahkan untuk pengolahan se- Azhary, berpendapat ciri-ciri negara hu-
lanjutnya. Data yang terkumpul dianalisis de- kum Indonesia, sebagai berikut:10 hukumnya
ngan menggunakan teknik analisis kualitatif. bersumber pada pancasila; berkedaulatan rak-
Teknik analisis kualitatif yang dengan cara yat; pemerintah berdasar atas sistem konstitu-
deskriptif analitis, yaitu dengan memberikan si; persamaan dindalam hukum dan pemerin-
gambaran yang memadai terhadap seluruh per- tahan; kekuasaan kehakiman yang bebas dari
soalan penelitian, kemudian gambaran yang te- pengaruh kekuasaan lainnya; pembentukan un-
lah dipaparkan demikian rupa dianalisis. Dalam dang-undang oleh Presiden bersama DPR; dan
hal ini dimaksudkan sebagai analisis data pene- dianutnya sistem MPR.
litian dengan menggunakan kerangka teoritis Pernyataan Indonesia sebagai negara hu-
dan konseptual yang telah dijabarkan sebelum- kum itu sendiri sebelum amandemen UUD 1945
nya. Selanjutnya, hasil analisis ditempatkan ditemukan pada penjelasan UUD 1945, yang
sesuai klasifikasi data sehingga data yang ada menyatakan bahwa sistem pemerintahan terdiri
tersusun secara sistematis. Penempatan hasil atas 9 kunci pokok, yakni:11 Indonesia, ialah ne-
analisis merupakan salah satu proses dan rang- gara yang berdasar atas hukum (Rechtstaat);
kaian dari penelitian yang dilaksanakan sehing- sistem konstitusionil; kekuasaan negara yang
ga data betul-betul teruji validitasnya dan me- tertinggi ditangan MPR; Presiden ialah penye-
nutup peluang terjadinya bias. Tentunya mela- lenggara pemerintah negara yang tertinggi di
lui analisis yang dilaksanakan yang dituju de- bawah MPR; Presiden tidak bertanggungjawab
ngannya adalah terdapatnya sinkronisasi yang kepada DPR; menteri negara adalah pembantu
logis dan kronologis dalam seluruh tahapan presiden, menteri negara tidak bertanggung ja-
penelitian sehingga hasil penelitian betul-betul wab kepada DPR; kekuasaan Kepala Negara ti-
mampu menjawab seluruh permasalahan pene- dak tak terbatas; kedudukan DPR adalah kuat;
litian. Dengannya, penelitian ini diarahkan un- dan menteri-menteri negara bukan pegawai
tuk betul-betul mampu merealisasikan tujuan tinggi biasa
dan manfaat yang telah dirancang sebelumnya Berbeda halnya dengan setelah perubah-
yang akhirnya betul-betul mampu memberikan an UUD 1945, pernyataan Indonesia sebagai ne-
kesimpulan yang representatif. gara hukum jelas diatur pada Pasal 1 ayat 3
UUD 1945, begitu juga halnya dengan kebera-
Pembahasan daan MPR yang bukan lagi sebagai pemegang
Sistem perundang-undangan suatu negara
tidak lepas dari sistem hukum yang berlaku di 9
Veri Junaidi, Pelanggaran Sistematis, Terstruktur dan
suatu negara, karena peraturan perundang-un- Masif: Suatu Sebab Pembatalan Kehendak Rakyat dalam
Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2010, Jurnal Kons-
dangan sebagai hukum tertulis merupakan
titusi Vol. 7 No. 5 Oktober 2010, Padang: Fak. Hukum
esensi atau bagian penting dalam sistem hukum Univ. Andalas Padang, hlm. 43
10
Fatmawati, Perlindungan Hak Atas Kebebasan Ber-
dari negara hukum yang demokratis.8 Negara
agama dan Beribadah Dalam Negara Hukum Indonesia,
Jurnal Konstitusi Vol. 8 No. 4 Agustus 2011, Padang:
Fak. Hukum Univ. Andalas Padang, hlm. 501
8 11
Machmud Aziz, Pengujian Peraturan Perundang-unda- R.M.A.B.Kusuma, Sistem Pemerintahan Sebelum dan
ngan Dalam Sistem Perundang-undangan Indonesia, Sesudah Amandemen, Jurnal Konstitusi Vol. 1 No. 1
Jurnal Konstitusi Vol. 7 No. 5 Oktober 2010, Padang: November 2010, Padang: Fak. Hukum Univ. Andalas
Fak. Hukum Univ. Andalas Padang, hlm. 118 Padang, hlm.13
Kedudukan Ketetapan MPR Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan... 441

kedaulatan rakyat sebagaimana yang termaktub tama, Staatsfundamentalnorm (Norma Funda-


pada Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 sebelum aman- mental Negara); kedua, Staatsgrundgesetz
demen. (Aturan Dasar/Pokok Negara); ketiga, Formell
Keberadaan MPR sebagai lembaga negara Gesetz (UU Formal); keempat, Verordnung dan
pelaksana kedaulatan rakyat secara tidak lang- Autonome Satzung (Aturan Pelaksana dan Atu-
sung masih ada setelah perubahan UUD 1945, ran Otonom).13
meskipun ada lembaga-lembaga negara lain Berdasarkan teori di atas, dapat ditinjau
yang menurut UUD 1945 juga sebagai pelaksana keberadaan norma hukum di Indonesia secara
kedaulatan rakyat. Oleh karena itu pada UU historis berdasarkan peraturan yang pernah
No. 12 Tahun 2011, kedudukan TAP MPR ditem- ada. Sejak tahun 1966 sampai dengan sekarang
patkan lagi dalam hierarki peraturan perun- telah dilakukan perubahan atas hierarki (tata
dang-undangan. Kedudukan TAP MPR dapat di- urutan) peraturan perundang-undangan di Indo-
ketahui dengan melihat dan memahami materi nesia. Pada tahun 1996, dengan Ketetapan MPR
muatan UU Nomor 12 Tahun 2011. No. XX/MPR/1966 Lampiran 2, disebutkan bah-
wa hierarki peraturan perundang-undangan In-
TAP MPR Sebagai Salah Satu Jenis Peraturan donesia adalah:14 Undang-undang Dasar 1945;
Perundang-undangan Ketetapan MPR; Undang-undang atau Peraturan
Menurut stuffenbau theory (teori hirarki Pemerintah Pengganti Undang-undang; Peratur-
peraturan perundang-undangan), secara umum an Pemerintah; Keputusan Presiden; Peraturan-
dapat dikelompokkan peraturan perundang-un- peraturan pelaksananya, seperti: Peraturan
dangan ke dalan empat tingkat yaitu: pertama, Menteri, Instruksi Menteri, dan lain-lainnya
adalah ketentuan yang memuat norma dasar Pada 1999, dengan dorongan yang besar
(grundnorm) yaitu UUD; kedua adalah ketentu- dari berbagai daerah di Indonesia untuk menda-
an legislatif yang menjabarkan norma dasar patkan otonomi yang lebih luas serta semakin
yaitu Undang Undang; ketiga adalah ketentuan kuatnya ancaman disintegrasi bangsa, pemerin-
yang dibentuk oleh pemerintah sebagai aturan tah mulai mengubah konsep otonomi daerah.
pelaksanaan dari undang-undang yaitu Peratu- Maka lahirlah Undang Undang No. 22 tahun
ran Pemerintah (implementing legislation); dan 1999 tentang Pemerintahan Daerah (telah di-
keempat adalah ketentuan organik untuk meng- ganti dengan UU No. 32 Tahun 2004) dan Un-
operasionalkan secara rinci Peraturan Pemerin- dang-undang No. 25 tahun 1999 tentang Perim-
tah yaitu antara lain: Peraturan Presiden, Per- bangan Keuangan Pusat dan Daerah (telah di-
aturan Menteri, dan Peraturan Daerah. Dalam ganti dengan UU No. 33 Tahun 2004). Peruba-
praktik, banyak dijumpai bahwa penyusunan han ini tentu saja berimbas pada tuntutan pe-
peraturan perundang-undangan tidak selalu di- rubahan terhadap tata urutan peraturan perun-
lakukan seraca runtut, dapat saja misalnya su- dang-undangan di Indonesia. Karena itulah, di-
atu undang-undang memerintahkan penetap- buat Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 Tentang
an peraturan pelaksanaan dari salah satu nor- Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Per-
ma yang dimuatnya untuk diatur lebih lan- undang-undangan. Kalau selama ini Peraturan
jut dengan Peraturan Presiden, Peraturan Men- Daerah (Perda) tidak dimasukkan dalam tata
teri, atau Peraturan Daerah.12 urutan peraturan perundang-undangan, setelah
Sebagai penguat dari teori Hans Kelsen lahirnya Ketetapan MPR No. III Tahun 2000,
dapat dipadankan dengan teori Algemeine Perda ditempatkan dalam tata urutan tersebut
Rechtslehre (Hans Nawiasky). Berdasarkan teori setelah Keputusan Presiden.
Nawiasky ini norma hukum itu terdiri dari: per- Lengkapnya, tata urutan peraturan per-
undang-undangan di Indonesia setelah tahun
12
Yuliandri, 2007, Asas-Asas Pembentukan Peraturan Per-
undang-undangan Yang Baik Dalam Rangka Pembuatan
13
Undang-Undang Berkelanjutan, Disertasi, Surabaya: Ibid.
14
Universitas Airlangga, hlm. 44-45 Ibid, hlm. 51
442 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 3 September 2012

2000 adalah sebagai berikut:15 Undang-undang siden; Peraturan Daerah Provinsi; dan Pera-
Dasar 1945; Ketetapan Majelis Permusyawara- turan Daerah Kabupaten/Kota. Kedua, kekuat-
tan Rakyat; Undang-undang; Peraturan Peme- an hukum Peraturan Perundang-undangan se-
rintah Pengganti Undang-undang; Peraturan Pe- suai dengan hierarki sebagaimana dimaksud pa-
merintah; Keputusan Presiden; dan Peraturan da ayat (1). Penjelasan I. Umum disebutkan
Daerah bahwa sebagai penyempurnaan terhadap Un-
Pada 24 Mei 2004 lalu, DPR telah menye- dang-undang sebelumnya, terdapat materi mu-
tujui RUU Pembentukan Peraturan Perundang- atan baru yang ditambahkan dalam Undang-
undangan (PPP) menjadi UU No. 10 Tahun 2004, undang ini, yaitu antara lain: penambahan Ke-
yang berlaku efektif pada bulan November tetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat se-
2004. Keberadaan undang-undang ini sekaligus bagai salah satu jenis Peraturan Perundang-un-
menggantikan pengaturan tata urutan peratur- dangan dan hierarkinya ditempatkan setelah
an perundang-undangan yang ada dalam Kete- UUD 1945.
tapan MPR No. III Tahun 2000. Tata urutan per-
aturan perundang-undangan dalam UU PPP ini Kategorisasi TAP
diatur dalam Pasal 7 sebagai berikut: Undang- Apabila membaca, memahami dan meng-
undang Dasar 1945; Undang-Undang/Peraturan analisis ketentuan Undang-Undang Nomor 12
Pemerintah Pengganti Undang-undang; Peratur- Tahun 2011 dapat diketahui bahwa Ketetapan
an Pemerintah; Peraturan Presiden; Peraturan MPR terdiri dari beberapa kategori. Hal ini
Daerah, yang meliputi: Peraturan Daerah Pro- dapat diketahui dari rumusan Penjelasan Pasal
vinsi, Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, Per- 7 Ayat 1 huruf B yang menyatakan bahwa Yang
aturan Desa.16 dimaksud dengan Ketetapan Majelis Permusya-
Pada UU No.10 Tahun 2004, Ketetapan waratan Rakyat adalah Ketetapan Majelis Per-
MPR tidak termasuk lagi dalam tata urutan pe- musyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetap-
raturan perundang-undangan di Indonesia. Na- an Majelis Permusyawaratan Rakyat yang masih
mun, terjadi perubahan lagi tentang kedudukan berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
Ketetapan MPR setelah dicabutnya UU No.10 dan Pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawarat-
Tahun 2004 dan digantikan dengan UU No.12 an Rakyat Republik Indonesia No. I/MPR/2003
Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Sta-
Perundang-undangan.17 tus Hukum Ketetapan Majelis Permusyawara-
Kedudukan TAP MPR Sebagai Salah Satu tan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis
Jenis Peraturan Perundang-undangan dapat Permusyawaratan Rakyat Tahun 1960 sampai
diketahui melalui rumusan UU Nomor 12 Tahun dengan Tahun 2002, tanggal 7 Agustus 2003.18
2011 pada Bab III Jenis, Hierarki, dan Materi Akibat ditetapkannya Ketetapan MPR ter-
Muatan Peraturan Perundang-undangan. Pasal 7 sebut, maka seluruh Ketetapan MPRS dan Kete-
menentukan hal-hal sebagai berikut. Pertama, tapan MPR yang berjumlah 139 dikelompokkan
Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-un- ke dalam 6 pasal (kategori) sesuai dengan ma-
dangan terdiri atas: Undang-Undang Dasar Ne- teri dan status hukumnya. Substansi Ketetapan
gara Republik Indonesia Tahun 1945; Ketetapan MPR tersebut adalah sebagai berikut.19 Perta-
Majelis Permusyawaratan Rakyat; Undang-Un- ma, Kategori I: TAP MPRS/TAP MPR yang dica-
dang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- but dan dinyatakan tidak berlaku (8 Ketetap-
Undang; Peraturan Pemerintah; Peraturan Pre- an); kedua, Kategori II: TAP MPRS/TAP MPR
yang dinyatakan tetap berlaku dengan ketentu-
15 an (3 Ketetapan); ketiga, Kategori III: TAP
Ibid, hlm. 53
16
Delfina Gusman, Tinjauan Materi dan Status Hukum
18
Ketetapan MPRS/MPR Berdasarkan Ketetapan RI Nomor Abdul Gani Abdullah, Pengantar Memahami Undang-
I /MPR/2003, Jurnal Ilmiah Normative, Univ. Taman Undang Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Siswa Padang Padang, Vol. I No. 8 Oktober 2008, hlm. undangan, Jurnal legislasi Indonesia, Vol. 1 No. 2 Sep-
21 tember 2004, hlm 5
17 19
Loc.cit Ibid, hlm. 22-23
Kedudukan Ketetapan MPR Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan... 443

MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku tapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor
sampai dengan terbentuknya Pemerintahan Ha- II/MPR/2003 tentang Perubahan Kelima atas
sil Pemilu 2004 (8 Ketetapan); keempat, Kate- Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Re-
gori IV: TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan te- publik Indonesia Nomor II/MPR/1999 tentang
tap berlaku sampai dengan terbentuknya Un- Peraturan Tata Tertib Majelis Permusyawaratan
dang-undang (11 Ketetapan); kelima, Kategori Rakyat Republik Indonesia yang juga hanya ber-
V: TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan masih laku sampai dengan ditetapkannya Peraturan
berlaku sampai dengan ditetapkannya Peratur- Tata Tertib oleh Majelis Permusyawaratan Rak-
an Tata Tertib Baru oleh MPR Hasil Pemilu 2004 yat Republik Indonesia hasil Pemilihan Umum
(5 Ketetapan); dan keenam, Kategori VI: TAP 2004. Ketetapan MPR yang terakhir kalinya ini
MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tidak perlu di- juga ditetapkan di Jakarta pada hari yang sama
lakukan tindakan hukum lebih lanjut, baik kare- yaitu tanggal 7 Agustus 2003.
na bersifat final (einmalig), telah dicabut, mau
pun telah selesai dilaksanakan (104 Ketetapan) TAP MPR sebagai Dasar Penyusunan Program
Berdasarkan kategori di atas, dapat di- Legislasi Nasional
pahami bahwa TAP MPR itu terdiri dari TAP Program Legislasi Nasional yang selan-
MPRS dan TAP MPR. Namun tidak semua berla- jutnya disebut Prolegnas adalah instrumen pe-
ku. Implikasinya tentu TAP MPR yang masuk da- rencanaan program pembentukan Undang-un-
lam jenis dan hirarki peraturan perundang-un- dang yang disusun secara terencana, terpadu,
dangan setelah berlakunya Undang-Undang No. dan sistematis. Dalam pasal 16 Undang-Undang
12 Tahun 2011 adalah TAP MPR yang termasuk Nomor 12 Tahun 2011 disebutkan bahwa Peren-
kategori masih berlaku. canaan penyusunan Undang-undang dilakukan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rak- dalam Prolegnas. Sedangkan dalam Pasal 17 di-
yat Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan Ter- tegaskan tentang Prolegnas sebagaimana di-
hadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Ma- maksud dalam Pasal 16 merupakan skala priori-
jelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan tas program pembentukan Undang-Undang da-
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Re- lam rangka mewujudkan sistem hukum nasio-
publik Indonesia Tahun 1960 sampai dengan nal. Selanjutnya pada Pasal 18 disebutkan bah-
Tahun 2002 merupakan Ketetapan MPR pengun- wa dalam penyusunan Prolegnas sebagaimana
ci dari seluruh Ketetapan MPRS dan MPR. Di dimaksud dalam Pasal 16, penyusunan daftar
masa mendatang MPR tidak lagi berwenang me- Rancangan Undang-Undang didasarkan atas: Pe-
ngeluarkan garis-garis besar daripada haluan rintah UUD 1945; Perintah Ketetapan Majelis
negara dalam bentuk ketetapan MPR sebagai- Permusyawaratan Rakyat; Perintah Undang-un-
mana masa lalu dikarenakan perubahan sistem dang lainnya; Sistem perencanaan pembangun-
ketata negaraan dimana MPR hanya menjadi an nasional; Rencana pembangunan jangka pan-
lembaga negara yang sejajar dengan lembaga jang nasional; Rencana pembangunan jangka
negara lainnya dan bukan lembaga tertinggi ne- menengah; Rencana kerja pemerintah dan ren-
gara lagi. Untuk menghindari kekosongan hu- cana strategis DPR; dan Aspirasi dan kebutuhan
kum akibat perubahan sistem ketata negaraan hukum masyarakat.
ini maka Aturan Tambahan Pasal I memerintah- Maksud dari kata-kata Perintah Ketetap-
kan MPR untuk melakukan peninjauan yang di- an Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah
gunakan sebagai payung hukum status seluruh Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Ketetapan MPRS dan MPR.20 Sementara dan Ketetapan Majelis Permusya-
Selain Ketetapan Majelis Permusyawarat- waratan Rakyat yang masih berlaku sebagai-
an Rakyat Nomor I/MPR/2003, MPR juga me- mana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ke-
ngeluarkan ketetapan terakhir MPR yaitu Kete- tetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Re-
publik Indonesia Nomor: I/MPR/2003 tentang
20
Loc.cit
Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum
444 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 3 September 2012

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat kan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat me-
Sementara dan Ketetapan Majelis Permusya- rupakan salah satu jenis peraturan perundang-
waratan Rakyat Tahun 1960 sampai dengan Ta- undangan selain sebagaimana dimaksud dalam
hun 2002, tanggal 7 Agustus 2003. (Penjelasan Pasal 7 ayat (1). Makna literal akan menga-
Pasal 18 huruf B) Selain tiga hal di atas, ada rahkan kepada pemahaman bahwa MPR dapat
persoalan lain yang menarik untuk dikritisi mengeluarkan jenis peraturan perundang-
dalam kaitannya dengan kedudukan TAP MPR undangan yang lain selain TAP MPR. 22
setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Implikasi UU No. 12 Tahun 2011 terhadap
Perundang-undangan, yang dijelaskan pada ba- Pembentukan dan Penyusunan Keputusan
gian di bawah ini. Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Pernyataan bahwa teknik Penyusunan
Kewenangan MPR dalam Membuat Peraturan dan/atau Bentuk yang Diatur dalam Undang-
Perundangan Selain TAP MPR Undang Nomor 12 Tahun 2011 berlaku secara
Adanya jenis peraturan perundang-un- mutatis mutandis bagi teknik penyusunan dan/
dangan yang lain selain yang telah ditetapkan atau bentuk Keputusan Pimpinan Majelis Per-
dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor musyawaratan Rakyat dapat diketahui dari ru-
12 Tahun 2011 dapat diketahui dari rumusan musan Bab XII Ketentuan Lain-lain. Pasal 97
Pasal 8 undang-undang tersebut. Pasal delapan menyebutkan bahwa teknik penyusunan dan/
menentukan 2 hal, yaitu:21 pertama, jenis Per- atau bentuk yang diatur dalam Undang-Un-
aturan Perundang-undangan selain sebagaimana dang ini berlaku secara mutatis mutandis bagi
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup pe- teknik penyusunan dan/atau bentuk Keputus-
raturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusya- an Presiden, Keputusan Pimpinan Majelis Per-
waratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, De- musyawaratan Rakyat, Keputusan Pimpinan
wan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, DPR, Keputusan Pimpinan DPD, Keputusan Ke-
Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuang- tua Mahkamah Agung, Keputusan Ketua Mahka-
an, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, mah Konstitusi, Keputusan Ketua Komisi Yu-
badan, lembaga, atau komisi yang setingkat disial, Keputusan Kepala Badan Pemeriksa Ke-
yang dibentuk dengan Undang-undang atau Pe- uangan, Keputusan Gubernur Bank Indonesia,
merintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Keputusan Menteri, Keputusan Kepala Badan,
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Keputusan Kepala Lembaga, atau Keputusan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/ Ketua Komisi yang setingkat, Keputusan Pim-
Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang pinan DPRD Provinsi, Keputusan Gubernur, Ke-
setingkat; dan kedua, Peraturan Perundang-un- putusan Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota, Ke-
dangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) putusan Bupati/Walikota, Keputusan Kepala
diakui keberadaannya dan mempunyai kekuat- Desa atau yang setingkat.
an hukum mengikat sepanjang diperintahkan Pada penjelasan bagian umum diilustrasi-
oleh Peraturan Perundang-undangan yang le- kan bahwa Undang-Undang tentang Pembentu-
bih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewena- kan Peraturan Perundang-undangan merupakan
ngan. pelaksanaan dari perintah Pasal 22A Undang-
Ketentuan di atas menimbulkan pertanya- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
an akademik, khususnya tentang apa maksud 1945 yang menentukan bahwa ketentuan lebih
dari rumusan Pasal 8 tersebut. Melalui pasal itu lanjut mengenai tata cara pembentukan un-
dapat diketahui bahwa peraturan yang ditetap- dang-undang diatur lebih lanjut dengan un-
dang-undang. Namun, ruang lingkup materi mu-
21
Delfina Gusman, Problematika Pembentukan Peratu-
atan Undang-Undang ini diperluas tidak saja
ran Perundang-undangan di Indonesia, Jurnal Yustisia,
Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2012, Padang: Fakultas Hukum
22
Universitas Andalas Padang, hlm. 10 Loc.cit
Kedudukan Ketetapan MPR Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan... 445

Undang-undang tetapi mencakup pula Peratur- dang tentang Pencabutan Peraturan Pemerin-
an Perundang-undangan lainnya, UUD1945 dan tah Pengganti Undang-undang; keempat, peng-
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat. aturan Naskah Akademik sebagai suatu persya-
Undang-undang tentang Pembentukan Pe- ratan dalam penyusunan Rancangan Undang-
raturan Perundang-undangan didasarkan pada Undang atau Rancangan Peraturan Daerah Pro-
pemikiran bahwa Negara Indonesia adalah ne- vinsi dan Rancangan Peraturan Daerah Kabupa-
gara hukum. Sebagai negara hukum, segala as- ten/Kota; kelima, pengaturan mengenai ke-
pek kehidupan dalam bidang kemasyarakat- ikutsertaan Perancang Peraturan Perundang
an, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pe- undangan, peneliti, dan tenaga ahli dalam ta-
merintahan harus berdasarkan atas hukum yang hapan Pembentukan Peraturan Perundang-un-
sesuai dengan sistem hukum nasional. Sistem dangan; dan keenam, penambahan teknik pe-
hukum nasional merupakan hukum yang berlaku nyusunan Naskah Akademik dalam Lampiran
di Indonesia dengan semua elemennya yang sa- I Undang-Undang ini.
ling menunjang satu dengan yang lain da- Masih diakuinya keberadaan MPR, serta
lam rangka mengantisipasi dan mengatasi per- terdapat beberapa kewenangan strategis yang
masalahan yang timbul dalam kehidupan ber- dimiliki MPR, meski terjadi pada waktu-waktu
masyarakat, berbangsa, dan bernegara yang tertentu saja, TAP MPR masih diperlukan kebe-
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.23 radaannya dalam hierarki peraturan perundang-
Undang-undang ini merupakan penyem- undangan. TAP MPR yang ke depannya dapat
purnaan terhadap kelemahan-kelemahan da- timbul ialah TAP MPR yang berisi mengenai pe-
lam UU No. 10 Tahun 2004, yaitu:24 pertama, netapan UUD, pelantikan Presiden dan wakil-
materi dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun nya, serta memilih Presiden dan wakilnya da-
2004 banyak yang menimbulkan kerancuan lam hal terjadi kekosongan. Mengenai TAP MPR
atau multitafsir sehingga tidak memberikan yang menetapkan gari-garis besar haluan nega-
suatu kepastian hukum; kedua, teknik penuli- ra, tidaklah dimungkinkan keberadaannya, hal
san rumusan banyak yang tidak konsisten; ini dikarenakan UUD tidaklah memberikan ke-
ketiga, terdapat materi baru yang perlu diatur wenangan itu kepada MPR lagi (dialihkan kepa-
sesuai dengan perkembangan atau kebutuhan da Presiden), pengaturan sistem perencanaan
hukum dalam Pembentukan Peraturan Perun- pembangunan nasional diatur dalam Undang-
dang-undangan; dan keempat, penguraian ma- Undang No. 25 Tahun 2004. 25
teri sesuai dengan yang diatur dalam tiap bab Berdasarkan hierarki norma hukum nega-
sesuai dengan sistematika. ra (die Theorie vom Stufenordnung der Rechts-
Sebagai penyempurnaan terhadap Un- normen) Hans Nawiasky, TAP MPR merupakan
dang-undang sebelumnya, terdapat materi mu- staatgrundgesetz atau aturan pokok negara
atan baru yang ditambahkan dalam Undang- yang setingkat dengan Batang Tubuh UUD/
Undang ini, yaitu: pertama, penambahan Ke- Konstitusi yang merupakan staatsverfassung
tetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat se- atau aturan dasar negara. Akan tetapi, perlu
bagai salah satu jenis Peraturan Perundang- diingat pula teori Pengikatan Diri (Selbtsbin-
undangan dan hierarkinya ditempatkan setelah dungtheorie) dari George Jellinek. Secara teori
UUD 1945; kedua, perluasan cakupan perenca- MPR memiliki kualitas utama sebagai Konsti-
naan Peraturan Perundang-undangan yang ti- tuante (menetapkan UUD), setelah itu MPR me-
dak hanya untuk Prolegnas dan Prolegda me- ngikatkan diri pada UUD yang ia bentuk terse-
lainkan juga perencanaan Peraturan Pemerin- but, dan selanjutnya berdasarkan UUD terse-
tah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Perun- but, MPR menciptakan TAP MPR. Oleh karena-
dang-undangan lainnya; ketiga, pengaturan
25
Dwi Putra Nugraha, TAP MPR dan Peraturan Lainnya
mekanisme pembahasan Rancangan Undang-un- dalam Hierarki Peraturan Perundang-Undangan,
http://ahok.org/berita/pemikiran/tap-mpr-dan-
23
Ibid peraturan-lainnya-dalam-hierarki-peraturan-perundang-
24
Yuliandri, op.cit, hlm. 58 undangan/.
446 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 3 September 2012

nya, TAP MPR ini diletakkan satu tingkat dari asas demokrasi; dan asas pemerintahan untuk
UUD/Konstitusi. Akan tetapi pilihan yang paling rakyat.
bijak, UUD dan TAP MPR sebagai aturan dasar
negara/aturan pokok negara tidaklah dimasuk- Penutup
kan dalam hierarki karena dengan dimasuk- Kedudukan TAP MPR setelah berlakunya
kannya aturan dasar negara/aturan pokok ne- undang-undang Nomor 12 tahun 2011 tentang
gara dalam suatu tata susunan/hierarki pera- pembentukan peraturan perundang-undangan
turan perundang-undangan (wetgeving) terse- adalah bahwa TAP MPR merupakan salah satu
but membawa dampak mengartikecilkan aturan jenis peraturan perundangan-undangan yang
dasar negara/aturan pokok negara yang dimiliki berlakunya di Indonesia. Secara hirarki TAP
oleh Indonesia.26 MPR berada di bawah Undang-Undang Dasar
Perdebatan kedudukan atau dimasukkan- Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kedu-
nya kembali TAP MPR dalam hierarki peraturan dukan TAP MPR dimaksud adalah TAP MPR seba-
perundang-undangan akan terus terjadi dan gaimana yang dimaksud oleh Pasal 2 dan 4 TAP
akan sulit menemukan titik temunya. Penulis MPR Nomor 1 Tahun 2003, sedangkan TAP MPR
berpendapat, tidak perlu mempermasalahkan yang diluar pasal tersebut dinyatakan tidak ber-
hal tersebut, yang paling penting adalah bagai- laku. TAP MPR juga menjadi salah satu da-sar
mana caranya melaksanakan negara hukum pembentukan Program Legislasi Nasional yakni
yang demokratis sesuai dengan asas-asas/prin- dengan adanya perintah dari TAP MPR tersebut.
sip negara hukum serta bagaimana melahirkan Penelitian ini masih bersifat tinjauan
suatu aturan hukum yang responsif seperti yang awal tentang kedudukan TAP MPR sebagai sikap
dikemukakan oleh Todung Mulya Lubis, bahwa proaktif dalam dunia akademik dengan telah
masalah kita saat ini adalah hukum kita belum berlakunya UU Nomor 12 tahun 2011 tentang
berkarakter responsif/otonom karena demokra- Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
si kita masih berada ditataran demokrasi pro- Oleh karena itu, disarankan agar ada penelitian
sedural, belum demokrasi substantif. Jadi ide- lanjutan sehingga dapat lebih mengungkapkan
alnya kedepan bukan bagaimana cara menste- eksistensi TAP MPR di Indonesia secara detail
rilkan hukum dari politik, melainkan bagaimana berdasarkan peraturan-perundangan yang ber-
membangun konfigurasi politik demokratis yang laku. Serta dapat juga ditinjau lebih jauh ten-
substantif, bukan hanya prosedural yang for- tang keberadaan TAP MPR ke depan dalam kait-
mal.27 annya dengan tugas dan kewenangan MPR yang
Maka jelaslah, bukan jenis produk hu- ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar Negara
kumnya yang harus dipermasalahkan kedudu- Republik Indonesia Tahun 1945.
kannya, melainkan hasil produk hukum tersebut
bagaimana sifatnya, apakah bertentangan de- Daftar Pustaka
ngan hak asasi manusia, apakah bertentangan Abdullah, Abdul Gani. Pengantar Memahami
dengan keadilan masyarakat dan lain sebagai- Undang-Undang Tentang Pembentukan
nya. Mengutip pendapat Schelmena, ada 4 un- Peraturan Perundang-undangan. Jurnal
sur utama suatu negara hukum yang baik, yai- legislasi Indonesia Jakarta, 2004;
tu:28 asas kepastian hukum; asas persamaan; Alfath, Mirza, Relasi Kekuasaan dan Hukum
dalam Kasus Kejahatan Terhadap Keama-
nan Negara, Kajian Putusan No.78/ Pid
26
Ibid. B/2003/ PN.LSK, Jurnal Yudisial Vol. IV
27
Todung Mulya Lubis, Menuju Hukum Responsif: In- No. 2 Agustus 2011. Jakarta: Komisi
donesia Di Persimpangan Jalan, Jurnal Konstitusi Vol.
1 No. 1 November 2010, Padang: Fak. Hukum Univ. An-
Yudisial;
dalas Padang, hlm. 40 Asshiddiqie, Jimly. Gagasan Negara Hukum
28
Mirza Alfath, Relasi Kekuasaan dan Hukum Dalam
Kasus Kejahatan Terhadap Keamanan Negara, Kajian
Indonesia. http://jimly.com/makalah/
Putusan No.78/ Pid B/2003/ PN.LSK, Jurnal Yudisial namafile/57/Konsep_Negara_Hukum_Ind;
Vol. IV No. 2 Agustus 2011, Jakarta: Komisi Yudisial,
hlm. 162-163
Kedudukan Ketetapan MPR Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan... 447

Attamimi, A. Hamid. 1990. Peranan Keputusan garaan Indonesia. Jurnal Normative.


Presiden Republik Indonesia dalam Pe- Padang: Universitas Taman Siswa Padang,
nyelenggaraan Pemerintahan Negara: Su- 2010;
atu Studi Analisis Mengenai Keputusan -------. Politik Hukum dan Modifikasi Hukum
Presiden yang Berfungsi Pengaturan da- dalam Pembentukan Peraturan Perun-
lam kurun waktu Pelita I Pelita IV. Di- dang-undangan Nasional. Jurnal Ilmiah
sertasi untuk memperoleh Gelar Doktor TAMBUA, Solok: Univ. Mahaputra Muham-
dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Pasca- mad Yamin Solok, 2011;
sarjana Universitas Indonesia, Jakarta
-------. Problematika Pembentukan Peraturan
Aziz, Machmud. Pengujian Peraturan Perun- Perundang-undangan di Indonesia. Jur-
dang-undangan dalam Sistem Perundang- nal Yustisia, Padang: Fakultas Hukum
undangan Indonesia, Jurnal Konstitusi Universitas Andalas Padang, 2012;
Vol. 7 No. 5 Oktober 2010. Padang: Fak.
Hukum Univ. Andalas; Junaidi, Veri. Pelanggaran Sistematis, Ter-
struktur dan Masif: Suatu Sebab Pemba-
Djafar, Wahyudi. Menegaskan Kembali Komit- talan Kehendak Rakyat dalam Pemilihan
men Negara Hukum: Sebuah Catatan Atas Kepala Daerah Tahun 2010. Jurnal
Kecenderungan Defisit Negara Hukum di Konstitusi Vol. 7 No. 5 Oktober 2010.
Indonesia. Jurnal Konstitusi Vol. 7 No. 5 Padang: Fak. Hukum Univ. Andalas;
Oktober 2010. Padang: Fak. Hukum Univ.
Andalas; Kusuma, R.M.A.B., Sistem Pemerintahan
Sebelum dan Sesudah Amandemen.
Gunawan, Yordan dan Alex Adi Iskandar- Im- Jurnal Konstitusi Vol. 1 No. 1 November
plementasi Kedaulatan Rakyat Dalam Sis- 2010. Padang: Fak. Hukum Univ. Andalas;
tem Ketatanegaraan Pasca Amandemen
UUD 1945- Jurnal Konstitusi Vol. 3 No. 1 Lubis, Todung Mulya. Menuju Hukum Respon-
Juni 2010. Padang: Fak. Hukum Univ. sif: Indonesia Di Persimpangan Jalan.
Andalas; Jurnal Konstitusi Vol. 1 No. 1 November
2010. Padang: Fak. Hukum Univ. Andalas;
Fatmawati, Perlindungan Hak Atas Kebebasan
Beragama dan Beribadah Dalam Negara Nugraha, Dwi Putra. TAP MPR dan Peraturan
Hukum Indonesia, Jurnal Konstitusi Vol. Lainnya dalam Hierarki Peraturan
8 No. 4 Agustus 2011. Padang: Fak. Hu- Perundang-Undangan, http://ahok.org/
kum Univ. Andalas; berita/pemikiran/tap-mpr-dan-peratur-
an-lainnya-dalam-hierarki-peraturan-
Gusman, Delfina- Tinjauan Materi dan Status perundang-undangan/.
Hukum Ketetapan MPRS/MPR Berdasarkan
Ketetapan RI Nomor I/MPR/2003. Jur- Yuliandri. 2007. Asas-Asas Pembentukan Per-
nal Ilmiah Normative. Padang: Univ. aturan Perundang-undangan yang Baik
Taman Siswa Padang Padang, 2008; dalam Rangka Pembuatan Undang-Un-
dang Berkelanjutan, Surabaya: Universi-
-------, Independensi Bank Indonesia Sebagai tas Airlangga.
Bank Sentral Dalam Sistem Ketatane-

Anda mungkin juga menyukai