FARMASI FISIKA
KOMPLEKSASI OBAT
OLEH
NIM : 821316011
KELOMPOK : II (DUA)
FARMASI FISIKA
KOMPLEKSASI OBAT
OLEH
NIM : 821316011
KELOMPOK : II (DUA)
Asisten NILAI
Kelompok II
(Devy Fatika)
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmasi merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yang
merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang
mempunyai tanggung-jawab memastikan efektivitas dan keamanan
penggunaan obat. Dalam dunia farmasi, terdapat beberapa cabang ilmu
yang harus dipelajari oleh seorang mahasiswa. Bukan hanya ilmu meracik
obat, tapi seorang farmasis juga harus memahami bagaimana sifat fisika
dari obat tersebut sehingga dikenal dengan ilmu Farmasi Fisika.
Farmasi Fisika merupakan suatu ilmu yang menggabungkan antara
ilmu Fisika dengan ilmu Farmasi. Ilmu Fisika mempelajari tentang sifat-
sifat fisika suatu zat baik berupa sifat molekul maupun tentang sifat
turunan suatu zat. Sedangkan ilmu Farmasi adalah ilmu tentang obat-obat
yang mempelajari cara membuat, memformulasi senyawa obat menjadi
sebuah sediaan jadi yang dapat beredar di pasaran. Gabungkan kedua ilmu
tersebut akan menghasilkan suatu sediaan farmasi yang berstandar baik,
berefek baik, dan mempunyai kestabilan yang baik pula.
Sifat fisika suatu zat dapat diketahui dari percobaan-percobaan,
salah satunya penetapan kelarutan dari penambahan suatu zat
pengompleks. Menurut Farianti (2000), senyawa kompleks adalah
senyawa yang tersusun atas atom pusat atau logam dengan ligan yang
mengelilinginya membentuk molekul netral atau ion dengan ikatan
kovalen koordinasi..
Pengetahuan tentang metode kompleksasi sediaan obat sangat
penting untuk seorang farmasis, sebab hal ini dapat membantu memilih
metode kompleksasi ini digunakan untuk menambah kelarutan suatu
senyawa obat. Dengan adanya penambahan senyawa pengkompleks, suatu
senyawa yang pada awalnya memiliki kelarutan yang rendah, perlahan
akan meningkat kelarutannya. Tetapi, kadar dari senyawa pengkomples
1
2
3
4
karena tekanan internal air yang besar. Kedua efek ini menyebabkan
derajat interaksi yang tinggi (Martin, 1990).
II.1.3 Pengertian Spektofotometer
Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk menganalisa
suatu senyawa baik kuantitatif maupun kualitatif, dengan cara mengukur
transmitan ataupun absorban suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Penentuan secara kualitatif berdasarkan puncak-puncak yang
dihasilkan pada spektrum suatu unsur tertentu pada panjang gelombang
tertentu, sedangkan penentuan secara kuantitatif berdasarkan nilai
absorbansi yang dihasilkan dari spektrum senyawa kompleks unsur yang
dianalisa dengan kompleks unsur yang dianalisa dengan pengompleks
yang sesuai. Spektrofotometris dapat dianggap sebagai perluasan suatu
pemeriksaan visual, lebih mendalam dari absorpsi energi radiasi oleh
macam-macam zat (Hariadi, 2013).
II.1.4 Prinsip Kerja Spektrofotometri
Spektrum elektromagnetik dibagi dalam beberapa daerah cahaya.
Suatu daerah akan diabsorbsi oleh atom atau molekul dan panjang
gelombang cahaya yang diabsorbsi dapat menunjukan struktur senyawa
yang diteliti. Spektrum elektromagnetik meliputi suatu daerah panjang
gelombang yang luas dari sinar gamma gelombang pendek berenergi
tinggi sampai pada panjang gelombang mikro (Marzuki, 2012)
Spektrum absorbsi dalam daerah-daerah ultra ungu dan sinar
tampak umumnya terdiri dari satu atau beberapa pita absorbsi yang lebar,
semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-tampak. Oleh
karena itu mereka mengandung electron, baik yang dipakai bersama atau
tidak, yang dapat dieksitasi ke tingkat yang lebih tinggi. Panjang
gelombang pada waktu absorbsi terjadi tergantung pada bagaimana erat
elektron terikat di dalam molekul. Elektron dalam satu ikatan kovalen
tunggal erat ikatannya dan radiasi dengan energy tinggi, atau panjang
gelombang pendek, diperlukan eksitasinya (Wunas, 2011).
7
METODE PRAKTIKUM
III.2.1 Alat
NO NamaAlat Fungsi
1. Batang Pengaduk
3. GelasUkur
Wadah untuk mengukur volume
larutan.
13
4. Kuvet
5. Neraca analitik
6. Pipet Tetes
7. Spatula
8. Spektrofotometer
III.2.2 Bahan
2. Aluminium foil
Untuk menutup larutan agar tidak
teroksidasi.
3. Aquades
Sebagai zat pelarut
4. Kertas Perkamen
Untuk meletakkan serbuk
paracetamol dan Na EDTA
5. Label
Untuk memberi label pada tiap
sampel yang akan digunakan.
15
6. Na2 EDTA
7. Serbuk Paracetamol
Sebagai sampel.
8. Tisu
Membersihkan alat.
B. Larutan sampel
Sampel Nilai absorban
PCT 0,1 g + Na2EDTA 0,1 gr 0,440 nm
PCT 0,1 g + Na2EDTA 1 gr 0,006 nm
PCT 0,1 g + Na2EDTA 1,5 gr 0,443 nm
C. Larutan blanko
Sampel Nilai absorban
Aquadest 0,437
IV.2 Perhitungan
0,1 gr
A. Pengenceran : X 1.000.000 = 1000 ppm (pekat)
100 ml
1 ml
X 1000 = 10 ppm (encer)
100 ml
1
X 10 = 1 ppm (encer)
10
Massa (gr) 0,1 100 mg
B. Faktor pengenceran : = = 100.000 = 0,001 mg/ml
volume (ml) 100.000
C. Konsentrasi
1. Dik : Ax1 = 0,440
As = 0,001
Cs = 1
Fp = 0,001
Dit : Cx1 ?
Penye :
18
19
Ax1
Cx1 = X C3 X fp
A3
0,440
= 0,001 X 1 X 0,001
= 0,44 g/ml
2. PCT 0,1 gr + Na-EDTA 1 gr
Dik : Ax1 = 0,006
A3 = 0,001
C3 = 1
Fp = 0,001
Dit : Cx?
Penye :
Ax
Cx = X Cs X fp
As
0,006
= X 1 x 0,001
0,001
= 0,006 g/ml
3. PCT 0,1 + Na-EDTA 1,5 gr
Dik : Ax1 = 0,443
As = 0,001
Cs = 1
Fp = 0,001
Dit : Cx?
Penye :
Ax
Cx = X Cs X fp
A3
0,443
= X 1 X 0,001
0,001
= 0,443 g/ml
IV.3 Pembahasan
Kompleksasi adalah suatu metode yang digunakan untuk menetapkan
kelarutan suatu senyawa dengan penambahan zat pengompleks. Kompleks
atau senyawa koordinasi, menurut definisi klasik diakibatkan oleh
20
mekanisme donor akseptor atau reaksi asam basah antara dua atau lebih
konsituen kimia yang berbeda (Martin, 1993).
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan mengenai
kompleksasi obat dengan menggunakan obat paracetamol dan Na2EDTA
sebagai zat pengompleks dengan menggunakan alat spektrofotometer Uv-
vis. Langkah pertama yang kami lakukan yaitu membersihkan alat yang
akan digunakan dibersihkan dengan alkohol 70%. Menurut Salim (2013)
Hal ini berguna agar menghilangkan semua jenis mikroorganisme yang
terdapat dalam alat yang akan digunakan agar tidak mempengaruhi pada
saat melakukan percobaan kompleksasi obat.
Dilakukan percobaan kompleksasi obat diawali dengan pembuatan
larutan standar, menurut Day underwood (1999), larutan standar adalah
larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Ditimbang
paracetamol sebanyak 0,1 gr dilarutkan dengan aquadest sebanyak 100 ml,
dan dilakukan pengenceran bertingkat, menurut gandjar (2010), dilakukan
pengenceran bertingkat agar sampel dapat terbaca pada spektrofotometer.
Kemudian diukur serapan larutan tersebut pada spektrofotometer dengan
panjang gelombang yang sesuai.
Pembuatan larutan sampel, menurut beran (1996), larutan sampel
adalah larutan reagen yang baik untuk titrasi baik itu sifat zat, konsentrasi,
dan lainnya. Ditimbang paracetamol sebanyak 0,1 gr dimasukan
paracetamol dengan aquadest sebanyak 100 ml, kemudian dilakukan
pengenceran bertingkat, menurut gandjar (2010), dilakukan pengenceran
bertingkat agar sampel dapat terbaca pada spektrofotometer. Dibuat larutan
sampel dengan menggunakan paracetamol dengan penambahan Na2EDTA
0,5 ; 1,0 ; 1,5 gr dengan cara dimasukan paracetamol dengan Na2EDTA dan
dicukupkan aquadest sebanyak 100 ml, Diukur larutan sampel tersebut pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang yang sesuai.
Dibuat larutan blanko, menurut Basset (1994), larutan blanko
merupakan larutan yang tidak mengandung analat untuk dianalisis. Diambil
aquadest dimasukan ke dalam cuvet yang telah dibersihkan diukur
21
22