Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

Etnografi berasal dari 2 kata yaitu ethnos artinya bangsa,dan graphy atau grafien artinya
gambaran atau uraian. Jadi, etnografi adalah uraian atau gambaran tentang bangsa-bangsa di
suatu tempat dan di suatu waktu. Gambaran bangsa-bangsa tersebut meliputi Lokasi
lingkungan alam dan demografi, asal mula dan sejarah suku bangsa, bahasa, sistem teknologi,
sistem mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, kesenian, sistem religi dan
sebagainya.

Uraian tentang adat istiadat suatu suku bangsa sebenarnya telah ada beberapa abad
sebelum masehi, seperti yang ditulis oleh Herodotus di abad V SM yaitu orang yunani yang
menulis tentang orang bangsa Mesir, I Tsing di abad VII M yang menulis tentang
perjalanannya ke berbagai daerah baik yang ada di cina, maupun di luar cina. Penulis
etnografi dari Arab tercatat Ibnu Khaldun, ia menulis tentang berbagai suku bangsa di luar
bangsa Arab. Selain itu, Ibnu Batutah banyak mengadakan perjalanan ke Asia tengah. Di
masa romawi tercatat Tacitus dan Caisar, yang menulis tentang bangsa Germania dan Gana.
Seorang pencatat adat kebiasaan bangsa asing lainnya adalah Marcopolo yang banyak
menulis tentang kisah perjalanannya mengembara ke negara-negara di Asia.

Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang kaya akan berbagai suku,
agama, ras dan juga adat istiadat. Semuanya hidup berdampingan satu dengan yang lain.
Berbagai Suku hidup di Indonesia menempati lokasi yang berbeda dan dengan kondisi alam
yang berbeda, asal-usul, bahasa, mata pencaharian, organisasi sosial, kesenian, dan juga
sistem religi yang berbeda pula, selain itu, sistem teknologi, mata pencaharian dan juga
sistem pengetahuan masyarakat yang juga semakin berkembang.

Di indonesia juga terdapat satu suku yang berada di pedalaman Aceh yaitu adalah
suku Gayo, di dalam makalah ini saya sebagai penulis akan mencoba membuatkan kerangka
etnografi tentang suku Gayo yang merupakan suku saya sendiri semoga dapat membuka
wawasan pembaca dan semoga dapat bermanfaat terima kasih.

1
BAB II

LOKASI LINGKUNGAN ALAM DAN DEMOGRAFI

Kabupaten Aceh Tengah yang biasa disebut dengan daerah Dataran Tinggi Gayo
merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Secara astronomis kabupaten Aceh Tengah terletak 410"-458" LU dan 9618"9622" BT,
memiliki lahan seluas 105,04 km serta berada pada ketinggian 1200 m diatas permukaan
laut. Hal ini menjadikan sebagian besar lokasi tempat tinggal di daerah kabupaten Aceh
Tengah merupakan daerah pegunungan dan juga lembah yang merupakan daerah yang
bersuhu dingin serta memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Untuk pencapaian ke lokasi
pemukiman perlu menempuh jalan yang berliku serta melewati lembah dan juga lereng.
Dengan keadaan suhu yang dingin serta dengan curah hujan yang tinggi maka Aceh Tengah
juga sering dikenal dengan sebutan Kota Dingin Takengon.

Sebagian besar penduduknya berasal dari suku Gayo. Selain itu terdapat pula suku-
suku lainnya, seperti Suku Aceh, Suku Jawa, Suku Minang, Suku Batak, Suku Tionghoa. 99
persen masyarakat Aceh Tengah beragama Islam. Pada umumnya, orang Gayo, dikenal dari
sifat mereka yang sangat menentang segala bentuk penjajahan. Daerah ini dulu dikenal
sebagai kawasan yang sangat menentang pemerintahan kolonial Belanda. Masyarakat Gayo
adalah penganut Islam yang kuat. Masyarakat di Gayo banyak yang memelihara kerbau,
sehingga ada yang mengatakan jika melihat banyak kerbau di Aceh maka orang itu sedang
berada di Gayo.

Tanah yang subur membuat sebagian besar masyarakat banyak yang bermata
pencaharian sebagai petani, terutama petani kopi meski dibeberapa daerah ada pula yang
bertani padi. Dari kenyataan-kenyataan tersebut tentunya membuktikan bahwa kehidupan di
daerah kabupaten aceh tengah cukup menjanjikan terutama pada sektor pertanian.

( Kabupaten Aceh Tengah )

2
BAB III

ASAL MULA DAN SEJARAH SUKU BANGSA

Ratusan suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, salah satunya adalah
suku Gayo. Suku ini merupakan salah satu suku minoritas terbesar yang mendiami wilayah
pedalaman Aceh. Asal-usul masyarakat Gayo yang mendiami gugusan pengunungan Bukit
Barisan ini hingga sekarang masih diselimuti kabut misteri. Beberapa narasumber
mempunyai pendapat yang bertolak belakang antara satu dengan yang lainnya.

Arti Gayo Kata Gayo, antara lain, diungkapkan oleh seorang pakar yang berasal
dari Brunai Darussalam, yaitu Prof Dr Burhanuddin. Dia mengatakan, kata Gayo dalam
bahasa Melayu Brunai Darussalam dan Malaysia adalah Indah Kata ini hanya pantas
diungkapkan/ dilontarkan pada saat-saat upacara tertentu. Menurut sebuah informasi yang
disampaikan secara turun temurun (kekeberen/bahasa Gayo), kata Gayo berasal dari kata
Garib atau Gaib. Hal ini dihubungkan dengan datangnya pertama sekali leluhur orang
Gayo ke wilayah ini, yaitu pemimpin rombongan yang datang tidak nampak wujudnya, tapi
suaranya kedengaran. Ada lagi yang menghubungkan kata Gayo dengan dagroian yang
berasal dari kata-kata drang- gayu , yang artinya orang Gayo. Dan ada juga menyebut
dengan sebutan pegayon, yang artinya mata air yang jernih. Asal usul Dari beberapa literatur
yang penulis baca dan hasil diskusi dengan beberapa orang yang pernah mendengar cerita
tentang asal usul orang Gayo dan dari tokoh-tokoh Gayo, secara umum penulis
menyimpulkan bahwa leluhur rakyat Gayo berasal dari Asia, yaitu Tionghoa bagian selatan
tepatnya daerah Yunan Utara dari lembah hulu sungai Yang Tze Kig. Mereka bermigrasi ke
selatan memasuki daerah Hindia Belakang (Vietnam).

Suku Gayo adalah pecahan dari bangsa Melayu yang merupakan rumpun bangsa
Austronesia yang termasuk ras Melayu Mongoloid. Mereka bermigrasi ke Indonesia pada
gelombang I, kira-kira pada tahun 2000 SM - 2500 SM. Pendatang gelombang ini disebut
Proto Melayu (Baca; Melayu Tua). Leluhur Suku Gayo masuk ke Indonesia melalui
Semenanjung Melayu. Mereka masuk ke Sumatra dan membawa kebudayaan Neolithikum.

Mereka masuk ke Tanah Gayo melalui dua jalur. Pertama; melalui muara sungai
peusangan yang berhulu ke danau Laut Tawar. Sehingga mereka disebut pegayon (air mata
yang jernih).

3
Hal ini juga diperkuat dengan ditemukannya kehidupan di dataran tinggi Tanoh Gayo
di zaman prasejarah. Bukti ini dapat kita lihat dari hasil penelitian Madya Bidang Prasejarah
Balai Arkeologi Medan yang menemukan adanya sebuah kehidupan manusia purba di Ceruk
Mendale dan Loyang Putri Pukes. Proses hunian telah berlangsung di kawasan ini sejak
periode mesolitik, 3.580 tahun yang lalu. Dan dalam penelitian tersebut, mereka juga
menemukan kerangka manusia purba yang diyakini sebagai salah satu leluhur rakyat Gayo.
Kedua, masuk melalui jalur sungai Jambu Aye, kira - kira baru pada tahun 300 SM mereka
menyingkir ke pedalaman wilayah Aceh. Hal ini disebabkan kedatangan Melayu Muda dari
Kincir dan Kamboja. Dan juga dilatarbelakangi ekonomi, yaitu karena masyarakat tersebut
bermata pencaharian mencari ikan dan bercocok tanam. Sebagian mereka ingin memperluas
usaha dan menambah penghasilan, terus menyelusuri sungai tersebut sampai ke muara sungai
yang ada di pedalaman.

Beberapa periode kemudian terjadi pembauran dengan pendatang - pendatang baru


berikutnya yang menetap dan berkembang di tanah Gayo. Pertama, ini berhubungan dengan
berdirinya kerajaan Islam Linge. Konon kabarnya Kerajaan Islam Linge didirikan oleh orang-
orang keturunan Persia yang datang ke tanah Gayo. Ada sebuah informasi yang mengatakan,
orang Gayo yang berada di daerah Serule merupakan keturunan mereka, yang mempunyai
ciri - ciri fisik tinggi kurus dengan warna mata cokelat gelap dan berhidung mancung.
Mereka ini berbeda dengan bentuk fisik orang Gayo kebanyakan.Ketiga, ada sebuah
informasi yang mengatakan, bahwa dulunya ada rombongan pengungsi dari wilayah kerajaan
Majapahit yang menetap di sekitar daerah yang sekarang dikenal dengan sebutan daerah
Penarun. Raut wajah mereka lebih mirip kejawaan. Informasi ini berhubungan dengan cerita
yang berkembang di masyarakat tentang Legenda Keris Majapahit.Keempat, kedatangan
orang Batak Karo yang menuntut kematian saudara mereka yang datang untuk melihat
keindahan danau Laut Tawar. Mereka dibunuh oleh rakyat kerajaan Bukit. Hasil negoisasi
akhirnya menyepakati sebagian daerah kerajaan bukit diberikan kepada mereka. Maka
berdirilah kerajaan Cik Bebesen atau mereka sering disebut dengan sebutan Batak 27.
Kelima, era tahun 1900 - an dengan dibukanya lahan perkebunan di dataran tinggi tanah
Gayo oleh Belanda. Karena kekurangan tenaga pekerja, pemerintahan kolonialisme Belanda
mendatangkan pekerjanya dari daerah luar tanah Gayo, khususnya dari pulau Jawa.Dengan
perjalanan waktu dan adanya interaksi antara mereka, terjadilah pembauran melalui jalur
perkawinan. Mereka inilah cekal bakal masyarakat Gayo yang sekarang tumbuh dan
berkembang dari waktu ke waktu.

4
BAB IV

BAHASA

Bahasa Gayo merupakan salah satu bahasa daerah yang terdapat di Aceh. Bahasa ini
digunakan oleh masyarakat yang mendiami Aceh Tengah, Bener Meriah, Blang Kejeren di
Gayo Lues, sebagian Masyarakat Aceh Tenggara, masyarakat Lokop di Aceh Timur, serta
masyarakat Tanah Jambo Aye Aceh Utara dan Tamiang Hulu.

Berdasarkan pembagian wilayah kabupaten, bahasa Gayo memiliki tiga dialek


(Dardanila, 2004:2). Bahasa Gayo dialek Gayo Lut dipakai oleh suku Gayo yang mendiami
Kabupaten Aceh Tengah. Dialek Lut memiliki dua subdialek, yaitu Bukit dan Cit. Bahasa
Gaya dialek Gayo Lues dipakai di Kabupaten Aceh Tenggara. Bahasa Gayo dialek Serbejadi
dipakai di Kabupaten Aceh Timur.

Bahasa Gayo memiliki 6 fungsi, yaitu sebagai :

(1) lambang identitas masyarakat Gayo

(2) lambang kebanggaan masyarakat Gayo

(3) alat komunikasi dalam keluarga dan masyarakat lokal Gayo

(4) pengungkap pikiran dan kehendak masyarakat Gayo

(5) pendukung kebudayaan Gayo yang meliputi bidang kesenian, adat-istiadat,


agama, dan lain sebagainya

(6) pilar penyangga kebudayaan Indonesia.

5
Contoh Percakapan perkenalan dalam bahasa Gayo:

o Basa Gayo = Bahasa Gayo


o Sa Geral ni Kam = Sapa nama Kamu
o Geralku Sejuk = Nama saya Sejuk
o sana kber? = Apa kabar?
o Kber jeroh = Kabar baik
o Nge ke mangan? = Sudah makan?
o Gre ilen = Belum

Karena bahasa Gayo memiliki kedudukan seperti yang disebutkan di atas dan juga
merupakan bagian dari kebudayaan yang hidup dalam masyarakat, kegiatan inventarisasi,
pembinaan, pemeliharaan, dan pengembangan bahasa ini perlu dilakukan untuk mendukung
bahasa Indonesia dan budaya Indonesia.

Inventarisasi berkaitan dengan pengumpulan data atau pencatatan yang meliputi


kegiatan-kegiatan, hasil yang dicapai, pendapat umum, surat kabar, kebudayaan, dsb. Jadi,
inventarisasi bahasa Gayo berarti pengumpulan data atau pencatatan segala hal yang
berkaitan dengan bahasa gayo.

Sebagai bahasa yang memiliki kedudukan dalam masyarakat serta bagian dari
kebudayaan yang hidup dalam masyarakat, kegiatan inventarisasi terhadap bahasa Gayo
sudah banyak dilakukan para peneliti, baik Indonesia maupun asing.

Hal tersebut merupakan pertanda bahwa bahasa Gayo bukanlah bahasa baru di Aceh.
Menurut hasil penelitian, bahasa ini sudah ada di Aceh sebelum Masehi. Namun, belum
diketahui periodisasi pasti perihal perkembangan bahasa ini.

6
BAB V
SISTEM TEKNOLOGI

A. Perumahan Penduduk
Letak rumah Gayo biasanya membujur dari timur ke barat, dan letak tangga yang
menuju pintu masuk juga biasanya dari arah timur atau utara. Rumah yang dianggap normal
letaknya, dibangun timur-barat disebut bujur, dan bila letaknya utara-selatan disebut lintang.
Jika tidak sama sekali mengikuti arah mata angin maka rumah seperti ini disebut sirung
gunting. Semua perkayuan yang dipakai seperti pada balok penyangga dari tiang ke tiang
disusun pangkal sesama pangkal, di pasang di arah pintu masuk arah ke lepo dan anyung
sebelah timur, sedangkan bagian ujung kayu di letakkan ke arah barat. Inilah sebabnya rumah
di tanah Gayo terdapat sebutan bagian ralik (pangkal), ujung (ujung), dan lah (tengah).

Umah Edet Pitu Ruang

Rumah Adat Tujuh Ruang


Rumah Adat Tujuh Ruang (Umah Edet Pitu Ruang) bahasa Gayo, adalah
peninggalan reje Baluntara yang nama aslinya Jalaluddin sudah berdiri sejak pra-
kemerdekaan.

7
B. Pakaian

Pakaian perempuan sehari-hari di tanah Gayo adalah Upuh pawak, yaitu kan pinggang
yang dililiti lagi dengan sepotong kain stagen yang khusus ditenun bernama ketawak,
sepotong baju yang hampir seluruhnya berwarna hitam (upuh item) sama dengan yang
dipakai di aceh, kadang-kadang ada hiasan bunga-bunga dan bis-bis dari benang putih,
ditambah dengan kombinasi kain selendang atau kain lepas bernama upuh ules.

C. Kerajinan Tangan

1. Anyaman
Kerajinan menganyam biasanya dibuat oleh para wanita Gaoy. Kerajinan anyamannya
lebih diutamakan pada berbagai tempat duduk tikar dan anyaman yang digunakan untuk
tempat menyimpan beras, perkakas sirih, dan bermacam barang lainnya. Bahan baku dari
anyaman ini bervariasi tergantung pada halus atau kasarnya pemesanan. Bahan dasar
anyaman biasa terbuat dari daun pandan. Pekerjaan menganyam bagi perempuan Gayo
hanyalah sebagai pengisi waktu.
2. Keramik
Kerajinan tanah liat dinamakan nepa yang artinya meratakan tanah liat dengan kayu tipis
dengan menggunakan landasan batu (atu giling). Tidak banyak wanita gayo yang mampu
membuat keramik sehalus yang dikehendakinya. Benda yang biasa dibuat dalam kerajinan ini
adalah: kuren, belanga, capah dan keni, cerek, buyung. Setelah bentuk keramik telah selesai,
maka keramik siap untuk dibakar.

D. Pekerjaan Pertukangan

Pekerjaan pertukangan ini hanya dilakukan oleh laki-laki saja. Pekerjaan pertukangan
di tanah Gayo terbagi menjadi tukang besi dan tukang mas dan perak. Tukang besi memiliki
perkakas seperti martil, tang, landasan. Tukang besi membuat alat-alat yang diperlukan para
petani untuk mengolah tanah. Selain itu tukang besi memiliki kemampuan juga dalam
pembuatan senjata kasar seperti mata ni nengel (mata luku), jelbang (cangkul), peti (skop),
paranga dan sebagainya. Tukang emas dan perak dapat membuat alat perkakasnya sendiri.
Perkakasnya terdiri dari tukul, senepit, pat-pat kecil, dan lenesen.

8
BAB VI

SISTEM MATA PENCAHARIAN

Adapun sistem mata pencaharian yang digeluti suku Gayo di kabupaten aceh tengah
adalah sebagai berikut:
1. Petani
Suku gayo mata pencahariannya yaitu bertani atau berkebun yang menjadi andalannya
adalah kopi, karena udara di takengon cukup dingin maka tanaman kopi dapat tumbuh baik
disana dan memiliki harga yang tinggi.
2. Peternak
Suku Gayo juga beternak orang gayo pada umumnya suka memakan daging kerbau
sehingga disana masyarakatnya kebayakan berternak kerbau sehingga apabila pendatang
ke aceh melihat banyak kerbau maka dapat dipastikan bahwa dia sedang berada di gayo.
3. Penambak Ikan
Selain dari kedua jenis mata pencaharian diatas, masyarakat gayo di Kabupaten Aceh
Tengah Juga ada yang bermata pencaharian sebagai penambak Ikan. Kegiatan
penambakan ikan yang paling banyak dilakukan yaitu didaerah danau Laut Tawar.

( KOPI GAYO ) (PETERNAK KERBAU GAYO)

(PENAMBAK IKAN GAYO)

9
BAB VII

ORGANISASI SOSIAL

Sistem Organisasi kemasyarakatan orang Gayo, kodrat manusia selalu hidup


berkelompok, diawali dengan suatu keluarga inti, terdiri dari Bapak, Ibu dan anak-anak,
keluarga inti bersatu dengan keluarga inti lainnya dan lambat laun menjadi keluarga besar
disebut clan/blah, kehidupan mereka semakin konplek dan beranekaragam perilaku yang
dapat menganggu ketertiban dan keamanan, oleh sebab itu mereka mengatur norma-norma
kemasyarakat dalam kehidupan bersama tersebut, saya tidak tahu persis bagaimana mereka
mengaturnya pada masa lalu, yang dapat kita baca dokumen 45 Pasal Hukum Raja Lingga
dan sistem pemerintahan Sarak Opat, suatu bentuk pemerintahan bersama yang terdiri dari
4 unsur.
unsur Ke-1, Reje = Raja, ada kemungkinan sejak awal kedatangan orang Gayo ke
pedalaman Gayo adalah kumpulan pelarian dari Indocina yang dipimpin oleh seorang Raja,
karena istilah Reje ini sudah disebut sejak orang Gayo melek terhadap pemerintahan di Gayo,
termasuk dalam pantun dan melengkan, oleh karenanya kepemimpinan di Linge berdasarkan
turunan, terakhir Raja Asa yang meninggal diseputar tahun 63.
Unsur Ke-2. Petue = orang-orang tua yang berpengaruh atau disegani baik karena
keahliannya dibidang adat, meramal, memiliki pengetahuan yang luas, mereka dijadikan nara
sumber oleh Raja dalam mengambil keputusan terhadap hal-hal yang menyangkut
kewibawaan kerajaan, ketertiban masyarakat, dan tempat rakyat bertanya bila ada masalah
yang dihadapi, sekarang mungkin dinamakan Staf Ahli.
Unsur ke-3 Tengku muperlu sunet, sekarang istilahnya Imem muperlu sunet = imam
dalam pemahaman Islam, yaitu seseorang yang dianggap memahami ajaran Islam, dan
dijadikan panutan keagamaan serta untuk imam shalat, unsur ke-4.
Rakyat Genap mupakat ; maksudnya ada beberapa orang yang dianggap dapat
mewakili kelompoknya atau keluarga besar yang dapat dikumpulkan sesaat (tidak
melembaga), dalam bentuk pemerintahan raja-raja kecil adakalanya raja memerlukan
pertimbangan rakyatnya, maka rakyat berkumpul untuk memecahkan masalah dengan
menyepakati apa yang diusulkan oleh rakyat atau raja, termasuk dalam hal menentukan naik
tahtanya raja untuk menggantikan raja yang meninggal, (istilah sekarang Lembaga
Musyawarah seperti MPR/DPRD, atau LKMD ).

10
BAB VIII

SISTEM PENGETAHUAN

Jika pengetahuan diartikan segala sesuatu yang diketahui dan dijadikan milik diri
sendiri dan dapat diteruskan kepada generasi berikutnya, maka pengetahuan orang gayo
cukup tinggi, hal ini terlihat dari fungsi Kejurun dalam menentukan kapan waktu bersawah
dimulai, melakukan penyidikan terhadap calon menantu dengan istilah Beramal tidur mimpi
jege, artinya mereka sudah memahami pengaruh genetik dalam kehidupan manusia.
Membuat cerita terhadap gejala alam, cerita tersebut mengandung peringatan agar tidak
melanggar hukum perkawinan adatnya, seperti : Atu Belah, Inen Mayak pukes, Puteri Ijo,
Puteri Bensu, mereka juga mampu melakukan jual beli secara barter dengan daerah lain (
pesisir Aceh Timur, Utara, Barat ), mereka sudah dapat menangkap ikan tanpa kail dan
umpan, termasuk membuat rumah, keben (tempat menyimpan beras), cara menumbuk padi ;
ada jingki, roda, lesung & alu, mengambil air dengan bahan dari tanah (gerabah), mengolah
kulit kayu untuk jangkat (tali rami yang dijalin), itu semua membuktikan tingginya
pengetahuan orang Gayo.
Dalam sistem pengobatan contohnya penyakit gondok, orang Gayo biasa minum air
renggayung yang dicampur dengan air terong peret, sebangsa terong yang bila terkena bijinya
akan mengalami gatal-gatal. Selain diminum, campuran kedua air tersebut dioleskan atau
digosokkan pada permukaan yang terkena gondok. Air renggayung merupakan air saringan
yang telah di masak terlebih dahulu. Yang mana air tersebut bersumber dari sumur yang
mengandung garam. Menurut pengalaman orang Gayo, seseorang yang terkena gondok akan
sembuh, bila ikut bekerja selama beberapa bulan dalam memasak garam lane. Penyakit
gondok ini berjangkit karena mereka suka minum air yang ditampung dalam satu jenis
tanaman hutan.

11
BAB IX

KESENIAN

Suatu unsur budaya yang tidak pernah lesu di kalangan masyarakat Gayo adalah
kesenian, yang hampir tidak pernah mengalami kemandekan bahkan cenderung berkembang.
Bentuk kesenian Gayo yang terkenal, antara lain tari Saman,tari bines, tari Guel dan seni
bertutur yang disebut Didong. Selain untuk hiburan dan rekreasi, bentuk-bentuk kesenian ini
mempunyai fungsi ritual, pendidikan, penerangan, sekaligus sebagai sarana untuk
mempertahankan keseimbangan dan struktur sosial masyarakat.

Dalam seluruh segi kehidupan, orang Gayo memiliki dan membudayakan sejumlah
nilai budaya sebagai acuan tingkah laku untuk mencapai ketertiban, disiplin, kesetiakawanan,
gotong royong, dan rajin (mutentu). Pengalaman nilai budaya ini dipacu oleh suatu nilai yang
disebut bersikemelen, yaitu persaingan yang mewujudkan suatu nilai dasar mengenai harga
diri (mukemel). Nilai-nilai ini diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam
bidang ekonomi, kesenian, kekerabatan, dan pendidikan. Sumber dari nilai-nilai tersebut
adalah agama Islam serta adat setempat yang dianut oleh seluruh masyarakat Gayo.

Berikut ini beberapa kesenian yang berasal dari suku gayo :

Tari Saman

Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo


yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-
peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian
Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa
Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga
ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur
menyebutkan tari Saman di Aceh didirikan dan
dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama
yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara.

TARI SAMAN

12
Tari Guel

Tari Guel adalah salah satu khasanah budaya Gayo di NAD.


Guel berarti membunyikan. Khususnya di daerah dataran tinggi
gayo, tarian ini memiliki kisah panjang dan unik. Para peneliti dan
koreografer tari mengatakan tarian ini bukan hanya sekedar tari.
Dia merupakan gabungan dari seni sastra, seni musik dan seni tari
itu sendiri. Dalam perkembangannya, tari Guel timbul tenggelam,
namun Guel menjadi tari tradisi terutama dalam upacara adat
tertentu Guel sepenuhnya apresiasi terhadap wujud alam,
lingkungan kemudian dirangkai begitu rupa melalui gerak simbolis
TARI GUEL
dan hentakan irama. Tari ini adalah media informatif. Kekompakan
dalam padu padan antara seni satra, musik/suara, gerak memungkinkan untuk dikembangkan
(kolaborasi) sesuai dengan semangat zaman, dan perubahan pola pikir masyarakat setempat.
Guel tentu punya filosofi berdasarkan sejarah kelahirannya.

Didong

Sebuah kesenian rakyat Gayo yang dikenal


dengan nama Didong, yaitu suatu kesenian yang
memadukan unsur tari, vokal, dan sastra. Didong dimulai
sejak zaman Reje Linge XIII. Kesenian ini diperkenalkan
pertama kali oleh Abdul Kadir Toet. Kesenian didong
lebih digemari oleh masyarakat Takengon dan Bener

Meriah.
DIDONG GAYO

13
Suku gayo juga memiliki kerawang yaitu ukiran tangan yang digunakan untuk
memperindah suatu objek kerawang awalnya adalah ukiran pada rumah Adat Gayo
"Pitu Ruang", yang kemudian motifnya diadopsi kedalam barang-barang kerajinan khas
Gayo. Bordir Kerawang memiliki corak yang khas, dimana mempunyai makna filosofi yang
dalam dari setiap ukiran dan bentuknya. Bordir Kerawang Gayo ini sering dipakai untuk
hiasan dinding, alas meja, motif pakaian , tas dan lain sebagainya. Motif Kerawang Gayo
tidak hanya diminati masyarakat lokal saja, namun daerah Aceh lainnya juga banyak mencari
motif ini. Bahkan wisatawan dari luar daerah Aceh juga menyukai kerajinan yang
menggunakan Kerawang Gayo ini.
Berikut ini adalah beberapa motif kerawang yang di adopsi kedalam beberapa barang
kerajinan khas gayo :

14
Suku Gayo juga memiliki alat kesenian yang khas yaitu adalah bantal didong dan teganing :

Alat Musik Teganing

Seniman Sanggar Uluh Guel memainkan


alat musik bambu tradisional suku Gayo, yang di
sebut dengan Teganing, pada malam pergelaran
seni di Takengon, Kab Aceh Tengah, Aceh.
Musik tradisional Teganing akhir-akhir ini mulai
di lupakan dalam suku Gayo, biasa alat musik
Teganing di gunakan sebagai musik pengiring
dalam nyayian Gayo yang saat ini kembali
dilestarikan.

Alat musik bantal didong

Adalah bantal yang digunakan pada melakukan didong, bantal ini berisikan kapas
yang sangat padat sehingga apabila di tepuk akan bersuara sangat keras.

15
BAB X

SISTEM RELIGI

Dasar kepercayaan di seluruh tanah Gayo adalah satu. Yang mana setiap orang Gayo
sudah memeluk agama islam. Kaidah islam sudah tertanam dalam kehidupan orang Gayo.
Pola kepercayaan orang Gayo di luar agama islam sampai saat ini masih tersisa. Hal ini
terlihat dari masyarakatnya yang masih mempercayai takhayul, dunia roh halus dan pemujaan
suatu tempat.
Kehidupan beragama di tanah Gayo dapat dikatakan berbeda dengan suku lainnya.
Dalam hal ini mereka yang memang suku Gayo memiliki keinginan untuk menunaikan
ibadah haji. Namun anehnya setelah mereka kembali dari tanah mekah tersebut, tidak ada
ilmu yang diterapkan di kampungnya. Sehingga tidak terlihat perubahan pada diri mereka.
Mereka cenderung jarang menyebarkan atau mengajarkan ilmu yang telah diperoleh kepada
orang lain. Kehidupan kekerabatan suku Gayo sama seperti penduduk yang menganut ajaran
islam lainnya. Sedikit demi sedikit di tarik ke dalam kehidupan alam islami, namun masih
ada saja yang bertahan pada kepercayaan sebelumnya. Dalam kehidupan beragamanya, suku
Gayo tetap menggunakan aturan adat.

16
BAB XI

PENUTUP

Demikian saja kerangka Etnografi tentang suku Gayo yang berada di daerah
pedalaman aceh saya buat. Semoga dapat membuka ataupun menambah wawasan pembaca
mengenai suku suku yang ada di indonesia dan terutama sudah lebih memahami lagi
mengenai satu suku yang telah dibuatkan kerangka atau pun gambarannya yang sudah
dijelaskan diatas tadi yaitu suku Gayo, seperti lokasi lingkungan alam dan demografi suku
Gayo, asal mula dan sejarah suku Gayo, Bahasa suku gayo, sistem teknologi suku gayo,
sistem mata pencaharian suku gayo, organisasi sosial suku gayo, sistem pengetahuan suku
gayo, kesenian suku gayo, dan sistem religi suku gayo.

Sebagai generasi muda sudah sepatutnya lah kita yang melestarikan kebudayaan
kebudayaan yang ada di indonesia yang telah ada turun temurun dari nenek moyang kita,
akan tetapi beberapa kebudayaan nenek moyang kita yang tidak baik sebaiknya di hilangkan
dan mempertahankan yang bernilai positif saja. Karena sesungguhnya kebudayaan adalah
suatu harta ataupun warisan dari nenek moyang kita yang dapat kita jual kebangsa lain tanpa
mengurangi kebudayaan itu sendiri, selama ini banyak kita lihat anak muda yang malu
memperkenalkan identitasnya yaitu adalah kebudayaan dia malah membanggakan
kebudayaan negara asing yang sebenarnya lebih banyak efek negatif dari pada positifnya bagi
bangsa ini.

Sebagai generasi muda tentulah sudah sepatutnya kita tetap menjaga dan
melestarikan adat istiadat dan juga kebudayaan Indonesia, seperti halnya melestarikan adat
dan budaya suku Gayo. Sehingga semua adat dan istiadat indonesia akan bisa tetap lestari dan
terjaga keasliannya hingga pada akhirnya dapat diwariskan kepada anak-cucu di masa
mendatang.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://mengerjakantugas.blogspot.com/2012/11/pengertian-etnografi-dan-etnologi.html

http://unj-pariwisata.blogspot.com/

http://ms.wikipedia.org/wiki/Gayo

http://www.lintasgayo.com/6698/bangsa-gayo-penduduk-asli-aceh.html

http://unj-pariwisata.blogspot.com/2012/05/sistem-teknologi-suku-gayo.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Gayo

Komunitas peduli kerawang gayo

http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Gayo

http://kejaritakengon.blogspot.com/p/letak-geografis-aceh-tengah.html

18

Anda mungkin juga menyukai