Anda di halaman 1dari 2

NAMA : RUELLA SALSABILA

NIM : 11151130000015
KELAS : ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL (A/3)

Review I Teori Hub. Internasional

POLITICS AMONG NATIONS


Hans J. Morgenthau
Salah satu teori yang menjadi great debate dalam studi Hubungan Internasional adalah
teori realisme. Dimana teori ini menekankan konsep power dalam mencapai kepentingan
nasional (national interest) suatu negara itu sendiri. Pemikiran realisme yang sangat berpengaruh
yaitu pemikiran Hans J. Morgenthau yang tertuang dalam bukunya yaitu Politics Among Nations
dimana ia mengembangkan realisme menjadi teori Hubungan Internasional yang komperehensif.
Sejatinya, pemikiran realisme Morgenthau merupakan perkembangan dari asumsi dasar tokoh
realis sebelumnya yaitu Thomas Hobbes.

Dalam bukunya Politics Among Nations, kontribusi Morgenthau dapat dilihat dari tiga
ide utama yaitu human nature, power, dan kepentingan nasional (national interest) serta secara
umum balance of power. Perkembangan dari asumsi dasar Hobbes sebelumnya tergambar dari
apa yang disebut Morgenthau sebagai Six Principles of Political Realism. Pertama, politik
ditentukan oleh hukum objektif yang berakar pada kodrat manusia. Untuk memperbaiki
masyarakat, terlebih dahulu harus memahami hukum yang mengatur masyarakat tersebut. Dalam
hal ini realisme percaya akan hukum objektivitas politik dan percaya terhadap kemungkinan
untuk mengembangkan teori rasional yang mencerminkan hukum objektif yang dapat dianggap
dapat membedakan antara kebenaran yang memang benar secara rasional dan objektif.
Kemungkinan politik tersebut juga harus didukung dengan bukti dan diperjelas dengan alasan.

Kedua, konsep kepentingan (interest) yang harus diperjuangkan dengan power. Konsep
kepentingan yang di definisikan sebagai kekuasaan dianggap terlalu memaksakan sebuah disiplin
intelektual untuk memasukkan tatanan rasional ke dalam permasalahan politik. Jadi, pandangan
realis terhadap politik internasional akan berhati-hati terhadap dua kesalah pahaman, yaitu yang
berkenaan dengan motif dan prefensi ideologis. Realis berasumsi bahwa realitas politik penuh
dengan ketidakpastian dan keadaan yang tidak masuk akal dan sistematik, serta berpengaruh
terhadap pengambilan kebijakan luar negeri. Realisme juga menganggap bahwa politik luar
negeri yang rasional merupakan politik luar negeri yang baik

Ketiga, kepentingan bersifat dinamis, objektif, dan universal. Corak kepentingan yang
menentukan tindakan politik suatu negara dapat dilihat dari konteks politik dan kebudayaan.
Dalam hal ini, sasaran yang diraih oleh setiap negara dapat meliputi seluruh rangkaian tujuan
yang mungkin pernah menjadi tujuan yang ingin dicapai. Kepentingan itu harus bersifat dinamis
yaitu selalu bergerak sesuai dengan keadaan politik internasional. Karena setiap negara memiliki
kepentingan dan kebutuhan yang berbeda-beda.
Keempat, prinsip-prinsip moral universal tidak menuntut sikap negara, meski sikap
negara jelas akan memiliki implikasi moral dan etika. Pada dasarnya realisme politik menyadari
akan pentingnya moral dari tindakan politik bagi individu, akan tetapi hal itu tidak dapat
diimplementasikan ke dalam tindakan negara dalam mengambil keputusan luar negeri. Realisme
justru menganggap bahwa kebijaksanaan berupa pertimbangan atas konsekuensi alternatif
tindakan politik sebagai kebaikan tertinggi dalam politik.

Kelima, tidak ada serangkaian prinsip-prinsip moral yang disetujui secara universal.
Konsep kepentingan yang didefinisikan kekuasaan telah menyelamatkan kita dari kebodohan
politik itu sendiri. Karena cerminan dari negara-negara yang sama sama ingin mendapatkan
kekuasaan membuat kita dapat berlaku secara adil. Dalam arti lain yaitu kita dapat menilai
bangsa-bangsa lain seperti hal nya menilai bangsa kita sendiri dan setelah menilai ini kita mampu
untuk menghormati kepentingan negara lain selagi kita mampu untuk menjaga kepentingan
negara sendiri.

Dan keenam, adanya perbedaan antara realisme politik dengan paradigma lain. Secara
intelektual, bidang politik itu otonom dari setiap bidang perhatian manusia lainnya, entah bidang-
bidang yang lain tersebut bersifat legal, moral atau ekonomi. Kaum realis cenderung
mempertahankan otonomi di bidang politik, akan tetapi tetap mengakui eksistensi dan
pentingnya pemikiran di bidang lain. Karena realisme politik didasarkan pada hakikat manusia
yang pluralistic dimana manusia itu sendiri merupakan gabungan atas economic man, political
man, moral man, religious man, dan lain-lain. Manusia yang hanya memiliki sifat political man
hanya akan berfikiran tentang kekuasaan saja karena tidak memiliki kendala moral.

Dari pemikiran Morgenthau sebagai tokoh realisme, maka ada beberapa hal yang menjadi
penekanan utama atau asumsi utama dari realisme. Pertama, sepakat bahwa negara adalah actor
utama dalam hubungan internasional. Kedua, terdapat keadaan anarki dalam hubungan
internasional. Ketiga, struggle for power merupakan hal yang mendasari suatu negara. Mereka
juga mendasari pemikiran mereka berdasarkan human nature manusia yang bersifat jahat dan
egois. Secara mendalam lagi, Morgenthau membagi national power ke dalam tiga bagian yaitu
power inself (berdasar kepentingan negara masing-masing), power influencing (hasil yang
didapat jika power inself dimanfaatkan dengan baik), dan power forced (faktor militer dalam
melakukan hubungan internasional).

Pemikiran realisme dari Morgenthau telah memberikan suatu konsep dan teori yang
terinci dan secara eksplisit. Dengan ini, Morgenthau telah memberi andil yang besar terhadap
perkembangan realisme. Walaupun pada akhirnya tidak sedikit tokoh non-realisme yang
memberikan kritikannya mengenai pemikiran realisme ini. Para pemikir liberalisme banyak
menyuguhkan argumennya tentang paham realis ini yang dianggap bahwa realisme hanya
mengasumsikan tentang pesimistis belaka. Sehingga hal ini menjadi cikal bakal munculnya teori
baru yaitu Neo-Realisme.

Anda mungkin juga menyukai