Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

MENCEDERAI DIRI (BUNUH DIRI)

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Mencederai diri (Bunuh diri)
A. DEFINISI
1. Pengertian
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah
pada kematian (Gail W. Stuart, 2008). Bunuh diri adalah pikiran untuk
menghilangkan nyawa sendiri (Isaacs, Ann, 2008).
Bunuh diri adalah ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai
gangguan depresif dan sering terjadi pada remaja (Harold Kaplan,2008).
Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman
verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka atau mernyakiti diri sendiri
(Yosep, Iyus. 2009).
Bunuh diri adalah suatu aktivitas yang tidak dapat mengalah pada
kematian (Gall W.Start, 2008).

2. Tanda dan Gejala


a. Keputusasaan
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
c. Alam perasaan depresi
d. Agitasi dan gelisah
e. Insomnia yang menetap
f. Penurunan BB
g. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
Petunjuk psikiatrik :
a. Upaya bunuh diri sebelumnya
b. Kelainan afektif
c. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
d. Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja
e. Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia

Riwayat psikososial:
a. Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
b. Hidup sendiri
c. Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
Faktor-faktor kepribadian :
a. Implisit, agresif, rasa bermusuhan
b. Kegiatan kognitif dan negatif
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah
e. Batasan/gangguan kepribadian antisosial
(Rastirainia, 2009)

3. Tingkatan
Menurut Tri Aan (2009), perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang
diantaranya :
a) Suicidal ideation. Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide,
atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/tindakan, bahkan
klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan.
Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini
memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati
b) Suicidal intent. Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan
perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri,
c) Suicidal threat. Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan
hasrat yan dalam bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya .
d) Suicidal gesture. Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang
diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam
kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri.
Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan,
misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada
lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami ambivalen antara mati
dan hidup dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki
kemauan untuk hidup, ingin di selamatkan, dan individu ini sedang
mengalami konflik mental. Tahap ini sering di namakan Crying for help
sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak mampu di
selesaikan.
e) Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai
indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum
obat yang mematikan. Walaupun demikian banyak individu masih
mengalami ambivalen akan kehidupannya.
f) Suicide. Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini telah
didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang yang
berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah melakukan
percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini merupakan hasil dari
individu yang tidak punya pilihan untuk mengatasi kesedihan yang
mendalam.

4. Klasifikasi
Perilaku bunuh diri dibagi menjadi 3 kategori:
a) Ancaman bunuh diri: ada peringatan verbal & non verbal, ancaman ini
menunjukkan ambivalensi seseorang terhadap kematian, jika tidak
mendapat respon maka akan ditafsirkan sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
b) Upaya bunuh diri: semua tindakan yang dilakukan individu terhadap diri
sendiri yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
c) Bunuh diri: terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan,
orang yang melakukan upaya bunuh diri walaupun tidak benarbenar ingin
mati mungkin akan mati.
B. RENTANG RESPON
Rentang respon perilaku mencederai diri sendiri mempunyai peningkatan diri
sebagai respon paling adaptif, sedangkan perilaku mencederai diri sendiri secara
tidak langsungdan bunuh diri merupakan respon maladaptif.

Rentang ResponMencederai Diri

Respon Adaptif Respon maladaptif

Peningkatan diri pengambilan resiko perilaku mencederai diri bunuhdiri


tidak langsung
yang meningkatkan
pertumbuhan

(Stuart dan Sundeen, 2011)

Rentang respon perilaku mencederai mempunyai peningkatan diri sebgai


respon yang paling adaptif hal ini terjadi jika seseorang mampu beradaptasi dengan
baik terhadap stressor yang sedang dihadapi. Sebaliknya, perilaku destruktif diri
tidak langsung, penderaan diri dan bunuh diri merupakan respon maladaptif yang
terjadi jika seseorang tidak mampu beradaptasi dengan baik terhadap stressor yang
dihadapinya.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut Stuart dan Sundeen (2011), faktor predisposisi bunuh diri antara lain
:
1. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
2. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian, kehilangan
yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan bunuh diri.
3. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko
penting untuk prilaku destruktif.
4. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik
menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.

D. FAKTOR PRESIPITASI
Menurut Stuart (2008) faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh
diri adalah :
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

Penyebab lain:
1. Adanya harapan untuk reuni dan fantasy.
2. Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidakberdayaan
3. Tangisan untuk minta bantuan
4. Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari kehidupan yang lebih
baik

E. MEKANISME KOPING
1. Mood/affek
Depresi yangpersisten, merasa hopelessness, helplessness, isolation, sedih,
merasa jauh dari orang lain, afek datar, sering mendengar atau melihat bunyi yang
sedih dan unhappy, membenci diri sendiri, merasa dihina, sering menampilkan
sesuatu yang tidak adekuat di sekolah, mengharapkan untuk dihukum.
2. Perilaku/behavior.
Perubahan pada penampilan fisik, kehilangan fungsi, tak berdaya seperti tidak
intrest, kurang mendengarkan, gangguan tidur, sensitive, mengeluh sakit perut,
kepala sakit, perilaku antisocial : menolak untuk minum, menggunakan obat-
obatan, berkelahi, lari dari rumah.
3. Sekolah dan hubungan interpersonal. Menolak untuk ke sekolah, bolos dari
sekolah, withdraw sosial teman-temannya, kegiatan-kegiatan sekolah dan hanya
interest pada hal hal yang menyenangkan, kekurangan system pendukung sosial
yang efektif.
4. Ketrampilan koping.
Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan diri, tidak menggunakan
support system, melihat diri sebagai orang yang secara total tidak berdaya.

F. POHON MASALAH

Bunuh diri

Resiko Bunuh Diri/mencederai diri

Isolasi sosial

Harga Diri Rendah

II. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


A. Masalah Keperawatan
1. Bunuh Diri
2. Resiko Bunuh Diri
3. Isolasi

B. Data yang perlu dikaji


No Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji

1 Mencederai Diri DS: - Klien mengungkapkan keinginan bunuh

diri

- Klien mengungkapkan keinginan untuk

Mati

-KLien Mengungkapkan rasa bersalah

dan keputusasaan

-Klien berbicara tentang kematian,

menanyakan tentang dosis obat yang

nematikan

-Mengungkapkan adanya konflik

interpersonal.

DO: - Inpulsive

- Menunjukkan perilaku yang

Mencurigakan yang biasanya menjadi

sangat patuh.

- Ada riwayat penyakit fisik (penyakit /

Terminal)

- Status perkawinan yang tidak harmonis.


III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Mencederai diri
b) Resiko mencederai diri/ Bunuh diri
c) Isolasi Sosial
IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien tetap aman dan Setelah.....x pertemuan, pasien mampu: SP 1
selamat
- Mengidentifikasi benda-benda yang - Identifikasi benda-benda yang dapat membahayakan
dapat membahayakan pasien. pasien
- Mengendalikan dorongan bunuh diri. - Amankan benda-benda yang dapat membahayakan
pasien
- Lakukan kontrak treatment
- Ajarkan cara mengendalikan dorongan dunuh diri
- Latih cara mengendalikan dorongan bunuh diri.
Setelah.....x pertemuan, pasien mampu: SP 2
- Mengidentifikasi aspek positif dan - Identifikasi aspek positif pasien
mampu menghargai diri sebagai - Dorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri
individu yang berharga. - Dorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang
berharga.
Setelah.....x pertemuan, pasien mampu : SP 3
Mengidentifikasi pola koping yang - Identifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien
konstuktif dan mampu menerapkannya - Nilai pola koping yang biasa dilakukan
- Identifikasi pola koping yang konstruktif
- Dorong pasien memilih pola koping yang konstruktif
- Anjurkan pasien menerapkan pola koping yang konstruktif
dalam kegiatan harian.
Setelah.....x pertemuan, pasien mampu : SP 4
Membuat rencana masa depan yang - Buat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
realistis dan mampu melakukan kegiatan. - Identifikasi cara mencapai rencana masa depan yang
realistis.
- Beri dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka
meraih masa depan yang realistis.
Keluarga mampu Setelah.....x pertemuan, keluarga mampu SP 1
merawat pasien dengan Merawat pasien dan mampu menjelaskan
risiko bunuh diri pengertian, tanda dan gejala serta jenis - Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
perilaku bunuh diri. merawat pasien.
- Jelaskan pengertian, tanda dan gejala risiko bunuh diri dan
jenis perilaku bunuh diri yang dialami pasien beserta proses
terjadinya
- Jelaskan cara-cara merawat pasien risiko bunuh diri
Setelah.......x pertemuan keluarga mampu: SP 2
Merawat pasien dan mampu melakukan - Latih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
langsung cara merawat pasien. risiko bunuh diri
- Latih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada
pasien risiko bunuh diri.
Setelah......x pertemuan keluarga mampu : SP 3
Membuat jadwal aktifitas di rumah dan - Bantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
mampu melakukan follow up termasuk minum obat
- Jelaskan follow up pasien setelah pulang
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, LJ. 2008. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi Praktek Klinik. Jakarta : EGC.

Isaacs, Ann. (2008). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 4. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama.

Keliat, Anna Budi. 2010. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Rastirainia. 2009. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawtan Pada Klien Dengan Perilaku
Percobaan Bunuh Diri. Diakses dari situs http://rastirainia.wordpress.com/2009 tanggal
30 Oktober 2016

Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 2011, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Penerbit : Buku Kedokteran
EGC ; Jakarta.

Stuart, GW. 2008, Buku Saku Keperawatan Jiwa. Penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.

Tri Aan Agustiansyah. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Risiko Bunuh Diri. Diakses
dari situs http://triaan.blog.com/ tanggal 30 Oktober 2016.

Townsend C. Mary , 2012.Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Penerbit Buku Kedokteran, EGC


; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai