Anda di halaman 1dari 12

SURVEILANS

No. Dokumen :
TerbitKe :
SPO
No. Revisi :
Tgl. Berlaku : UPTD
Halaman : PuskesmasLombakasih
DitetapkanKepala UPTD Zaenab M. Syahid, S.Farm, Apt.
PuskesmasLombakasih Nip.19880308 201101 2 017

1. Pengertian Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit


menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan
penyakit menular
2. Tujuan Sebagai pedoman kerja petugas surveilans dalam pengambilan data
3. Kebijakan Semua tindakan yang dilakukan harus berdasarkan SOP
4. Referensi 1. (Kepmenkes) No.1479 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular
Terpadu
2. Depkes RI Direktorat Jenderal TPM-PLP Jakarta 1998 tentang
Survailans epidemiologi penyakit menular
3. peranan Surveilans dalam upaya penanggulangan KLB Penyakit
menular
5. Prosedur Melengkapi Administrasi
6. Langkah- 1. Petugas mengumpulkan data dari poli umum,kebidanan,pustu dan
langkah poskesdes.
2. Petugas meregistrasi semua kasus penyakit
3. Petugas merekap dan mencatat kedalam format W2 maupun STP
(laporan Bulanan)
4. Petugas menganalisa hasil pencatatan untuk mengambil suatu
tindakan jika ada desa yang bermasalah
5. Petugas melaporkan hasil W2 ke Dinas kesehatan kabupaten
morowali
6. Petugas melapor dan meminta tanda tangan ke pemimpin
7. Setelah ditandatangani laporan dikirim ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Morowali
7. Alur Gambar

Petugas mengumpulkan data dari poli


umum,perawatan,ruang bersalin,pustu dan
poskesdes

Petugas meregistrasi semua kasus penyakit

Petugas merekap dan mencatat kedalam format


W2 maupun STP (laporan Bulanan)

)
Petugas menganalisa hasil pencatatan untuk
mengambil suatu tindakan jika ada desa yang
bermasalah

Petugas melaporkan hasil W2 ke Dinas


kesehatan kabupaten Morowali

Petugas melapor dan meminta tanda tangan ke


pemimpin

Setelah ditandatangani laporan dikirim ke Dinas


Kesehatan Kabupaten Morowali

8. Hal hal 1. Diagnosa yang tepat


yang perlu 2. Tempat dan waktu harus jelas
diperhatikan
1. Kepala Puskesmas
2. Unit KIA-KB
3. Klinik sanitasi
9. Unit terkait
4. Poli gizi
5. Pustu
6. Poskesdes
1. Blanko W2
10. Unit
2. Blanko STP
Dokumen
3. Buku Register
11. Rekaman
Histori Tanggal Mulai
No. Yang diubah Isi Perubahan
Perubahan Diberlakukan
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB

No. Dokumen :Diisi no Dok.


TerbitKe :TglTerbit
No. Revisi :Jikaada
SPO
Tgl. Berlaku :Tgldiberlakukan
: / (hal.
Halaman kedarijumlahhal. UPTD
) PuskesmasLombakasih
DitetapkanKepala UPTD Zaenab M. Syahid, S.Farm, Apt.
(TTD KepalaPuskesmas)
PuskesmasLombakasih Nip.19880308 201101 2 017
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB

SPO
No. Dokumen

:Diisi no Dok.

TerbitKe :TglTerbit
No. Revisi :Jikaada
Tgl. Berlaku :Tgldiberlakukan
: / (hal.
Halaman kedarijumlahhal. UPTD
) PuskesmasLombakasih
DitetapkanKepala UPTD Zaenab M. Syahid, S.Farm, Apt.
(TTD KepalaPuskesmas)
PuskesmasLombakasih Nip.19880308 201101 2 017

1. Penger Merupakan suatu kegiatan penyelidikan atau Survei yang bertujuan untuk
tian mendapatkan gambaran terhadap masalah kesehatan atau penyakit secara lebih
menyeluruh.
2. Tujuan 1. Sebagaian acuan dalam melakukan kegiatan penyelidikan epidemiologi
2. Memberikan informasi tentang factor resiko (lingkungan,Vector,perilaku dll)
3. Memastikan bahwa terjadi KLB/Wabah
3. Kebijakan
4. Referensi Pedoman pengelola Puskesmas
5. Prosedur 1. konfirmasi / menegakkan diagnosa
2. menentukan apakah peristiwa itu cetusan / wabah atau bukan
3. membuat laporan hasil penanggulangan
6. Langkah- 1. Mengumpulkan dan pengelolaan data
langkah 2. Analisa
3. Menarik kesimpulan
4. Mengidentifikasi info tambahan
5. Menguji kesimpulan
6. Penanggulangan
7. Laporan
8. Selasai
7. Alur
Gambar
Mengumpulkan dan pengelolaan data

Analisa

Menarik kesimpulan

Mengidentifikasi info tambahan

Menguji kesimpulan

Penanggulangan

Laporan

8. Hal hal 1.
yang
perluh

diperhatikan
1. Kepala Puskesmas
9. Unit 2. Kesling
terkait 3. P2 imunisasi
4. Perangkat desa
10. Unit
Dokumen 1.

TEM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASA (SKD-KLB)


Rabu, 02 Juli 2014
Pendahuluan
Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular, keracunan makanan, keracunan bahan
berbahaya lainnya masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat menyebabkan
jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar, menyerap anggaran yang besar dalam
upaya penanggulangannya, berdampak padasektor ekonomi, pariwisata serta berpotensi
menyebar luas lintaskabupaten/kota, provinsi, regional bahkan internasional yang
membutuhkan koordinasi dan penanggulangan.
Penanggulangan KLB/wabahpenyakit menular diatur dalam UU No.4 tahun 1984 tentang
wabah penyakit menular, Permenkes no 949 tahun 2004 tentang pedoman penyelenggaraan
SKD KLB dan PP No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah pusat dan provinsi
sebagai daerah otonom yang berpengaruh terhadap penyelenggaran penggulangan KLB/wabah
serta peraturan terkait lainnya yang berhubungan dengan SKD KLB.
Dampak KLB : KLB penyakit dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kesakitan dan
kematian yang besar sehingga membutuhkan perhatian dan penanganan oleh semua pihak
yang terkait. Kejadian-kejadian KLB perlu dideteksi secara dini dan diikuti tindakan yang
cepat dan tepat, perlu diidentifikasi ancaman KLB agar dapat dilakukan peningkatan
kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan KLB/wabah.
Pengertian KLB : (1) Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB adalah kewaspadaan terhadap
penyakit berpotensi KLB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan
teknologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap
kesiapsiagaan, upaya-upaya dan tindakan penanggulangan KLB yangcepat dan tepat; (2)
Peringatan kewaspadaan dini KLB adalah pemberian informasi adanya ancaman KLB pada
suatu daerah dalam periode waktu tertentu; (3) Deteksi dini KLB adalah kewaspadaan
terhadap kemungkinan terjadinya KLB dengan cara melakukan intensifikasi pemantauan
secara terus menerus dan sistematis terhadap perkembangan penyakit berpotensi KLB dan
perubahan kondisi rentan KLB agar dapat mengetahui secara dini terjadinya KLB; (3) Kondisi
rentan KLB adalah kondisi masyarakat, lingkungan, perilaku dan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang merupakan faktor risiko terjadinya KLB.
Ruang Lingkup : Kegiatan SKD KLB meliputi kajian epidemiologi secara terus menerus dan
sistematis terhadap penyakit berpotensi KLB dan kondisi rentan KLB, peringatan
kewaspadaan dini KLB dan peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan sarana dan
prasarana kesehatan pemerintah, swasta dan masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya
KLB/wabah.
Tujuan penyelenggaraan Kegatan SKD KLB : Terselenggaranya kewaspadaan dan
kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB, seperti (1) Teridentifikasinya adanya
ancaman KLB; (2)Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB; (3)Terselenggaranya
kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLB; (4) Terdeteksinya secara dini adanya
kondisi rentan KLB; (4) Terdeteksinya secara dini adanya KLB; (5) Terselenggaranya
penyelidikan dugaan KLB.
Penyelenggaraan SKD KLB : Dalam penyelenggaraan SKD KLB dapat dilakukan dengan : (1)
Pengorganisasian, Sesuai dengan peran dan fungsinya maka setiap unit pelayanan kesehatan,
Dikes kab./kota, provinsi dan Depkes RI wajib menyelenggarakan SKD KLB dengan
membentuk unit pelaksana yang bersifatfungsional atau struktural; (2) Sasaran, sasaran SKD
KLB meliputi penmyakit berpotensi KLB dan kondisi rentan KLB; (3) Kegiatan SKD KLB.
Secara umum kegiatan SKD KLB meliputi :
Kajian Epidemiologi, Untuk mengetahui adanya ancaman KLB, maka dilakukan kajian
secara terus menerus dan sistematis terhadap berbagai jenis penyakit berpotensi KLB dengan
menggunakan kajian. Kajian tersebut diantaranya adalah : Data surveilans epidemiologi
penyakit berpotensi KLB; Kerentanan masyarakat spt status gizi yang buruk, imunisasi yang
tdk lengkap, personal hygiene yang buruk dll; Kerentanan lingkungan spt sanitasi dan
lingkungan yang jelek; Kerentanan pelayanan kesehatan spt sumberdaya, sarana dan
prasarana yang rendah atau kurang memadai; Ancaman penyebaran penyakitberpotensi KLB
dari daerah lain; Sumber data lain dalam jejaring surveilans epidemiologi.Sumber data
surveilans epidemiologi penyakit adalah :Laporan KLB/wabah dan hasil penyelidikan KLB,
Data epidemiologi KLB dan upaya penanggulangannya, Surveilans terpadu penyakit berbasis
KLB, Sistem peringatan dini KLB di rumah sakit.Sumber data lain dalam jejaring surveilans
epidemiologi adalah :Data surveilans terpadu penyakit, Data surveilans khusus penyakit
berpotensi KLB, Data cakupan program. Data cakupan program tersebut diantaranya adalah
Datalingkungan pemukiman, dataperilaku masyarakat, data pertanian, data meteriologi dan
fisika;Informasi masyarakat sebagai laporan kewaspadaan dini; Data terkait lainnya.
Peringatan Kewaspadaan, Peringatan kewaspadaan dini KLB dan atau terjadinya
peningkatan KLB pada daerah tertentu dibuat untuk jangka pendek (periode 3 6 bulan yang
akan datang) dan disampaikan kepada semua unitterkait di Dikes kab./kota, provinsi dan
Depkes RI, sektor terkait dan masyarakat sehingga mendorong peningkatan kewaspadaan dan
kesiapsiagaan terhadap KLB di unit pelayanan kesehatan dan program terkait serta
peningkatan kewaspadaan masyarakat perorangan dan kelompok.Peringatan kewaspadaan
dini KLB dapat juga dilakukan terhadap penyakit berpotensi KLB dalam jangka panjang
(periode 5 tahun yangakan datang) agarterjadi kesiapsiagaan yang lebih baik serta dapat
dijadikan acuan perumusan perencanaan strategis program penanggulangan KLB.
Suatu wilayah tertentu dinyatakan KLB apabila memenuhi kriteria sbb : (a) Angka kesakitan
dan atau angka kematian di suatu wilayah (Desa/Kelurahan, Kecamatan) menunjukkan
kenaikan yang mencolok (bermakna) selama 3 kali masa observasi berturut-turut (Harian atau
Mingguan), (b) Jumlah penderita dan atau jumlah kematian di suatu wilayah
(Desa/Kelurahan, Kecamatan) menunjukkan 2 kali atau lebih dalam periode waktu tertentu
(Harian, MIngguan, Bulanan) dibandingkan dengan rata-rata dalam satu tahun terakhir, (c)
Peningkatan CFR (case fatality rate) pada suatu wilayah (Desa/Kelurahan, Kecamatan) dalam
waktu satu bulan dibandingkan CFR bulan lalu, (d) Peningkatan jumlah kesakitan atau
kematian dalam periode waktu (Mingguan, Bulanan) di suatu wilayah (Desa/Kelurahan,
Kecamatan) dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yang lalu.
Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan terhadap KLB. Kewaspadaan dan
peningkatan kesiapsiagaan terhadap KLB meliputi peningkatan kegiatan surveilans untuk
deteksi dini kondisi rentan KLB, peningkatan kegiatan surveilans untuk deteksi dini KLB,
penyelidikan epidemiologi adanya dugaan KLB, kesiapsiagaan menghadapi KLB dan
mendorong segera dilaksanakan tindakan penggulangan KLB.
Deteksi dini kondisi rentan KLB. Deteksi dini kondisi rentan KLB merupakan kewaspadaan
terhadap timbulnya kerentanan masyarakat, kerentanan lingkungan, perilaku dan kerentanan
pelayanan kesehatan terhadap KLB dengan menerapkan cara-cara surveilans epidemiologi
atau PWS kondisi rentan. Dalam penerapan cara surveilans epidemiologi terhadap KLB, dapat
dilakukan dengan : (1) Identifikasi kondisi rentan KLB, (2) Mengidentifikasi secara terus-
menerus perubahan kondisi lingkungan, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan, kondisi
status kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan KLB di daerah, (3) Pemantauan
wilayah setempat kondisi rentan KLB. Setiap sarana pelayanan kesehatan merekam data
perubahan kondisi rentan KLBmenurut desa/kelurahan atau lokasi tertentu lainnya,
menyusun tabel dan grafik PWS kondisi rentan KLB. Setiap kondisi rentan KLB dianalisis
terus-menerus dan secara sistematis untuk mengetahui secara dini adanya ancaman KLB, (4)
Penyelidikan dugaan kondisi rentan KLB. Penyelidikan tersebut dapat dilakukan : Di Sarkes
secara aktif mengumpulkan informasi kondisi rentan KLB dari berbagai sumber termasuk
laporan perubahan kondisi rentan oleh masyarakat,perorangan atau kelompok; Di Sarkes
petugas meneliti dan mengkaji data kondisi rentan KLB, data kondisi kesehatan lingkungan
dan perilaku masyarakat, status kesehatan masyarakat,status pelayanan kesehatan; Petugas
kesehatan mewawancarai pihak-pihak terkait yang patut diduga mengetahui adanya
perubahan kondisi rentan KLB; Mengunjungi daerah yangdicurigai terdapat perubahan
kondisi rentan.
Deteksi dini KLB. Deteksi dini KLB merupakan kewaspadaan terhadap timbulnya KLB
dengan mengidentifikasi kasus berpotensi KLB, pemantauan wilayah setempat terhadap
penyakit-penyakit berpotensi KLB dan penyelidikan dugaan KLB : (1) Identifikasi kasus
berpotensi KLB. Setiap kasus berpotensi KLB yang datang ke UPK diwawancarai kemungkinan
adanya penderita lain disekitar tempat tinggal kemudian dilanjutkan dengan penyelidikan
kasus; (2) PWS penyakit berpotensi KLB. Setiap UPK melakukan analisis adanya dugaan
peningkatan penyakit dan faktor risiko yang berpotensi KLB diikuti penyelidikan kasus; (3)
Penyelidikan dugaan KLB. Penyelidikan dugaan KLB dilakukan dengan cara : Di UPK setiap
petugas menanyakan kepada setiap pengunjung UPK tentang kemungkinan adanya
peningkatansejumlah penderita yang diduga KLB pada lokasi tertentu; Di UPK setiap petugas
meneliti register rawat jalan dan rawat inap khususnya yang berkaitan dengan alamat
penderita, umur dan jensis kelamin atau karakteristiklain; Petugas kesehatan mewawancarai
kepala desa atau pihak yang terkait yang mengetahui keadaan masyarakat tentang adanya
peningkatan kasus yang diduga KLB; Membuka pos pelayanan di lokasi yangdiduga terjadi
KLB; Mengunjungi rumah-rumah penderita yang dicurigai memunculkan KLB.
Deteksi dini KLB dapat dilakukan melalui : pelaporan kewaspadaan KLB oleh masyarakat,
Perorangan dan organisasi yang wajib membuat laporan kewaspadaan KLB antara lain : Orang
yang mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit berpotensi KLB; Petugas
kesehatan yang memeriksa penderita yangberpotensi KLB; Kepala instansi yangterkait seperti
kepala pelabuhan, kepala stasiun kereta api, kepala bandara udara dll serta UPK lainnya;
Nahkoda kapal, pilot dan sopir.
Kesiapsiagaan menghadapi KLB. Kesiapsiagaan menghadapi KLB dilakukan terhadap SDM,
sistem konsultasi dan referensi, sarana penunjang, laboratorium dan anggaran biaya, strategi
dan tim penanggulangan KLB serta jejaring kerja tim penanggulangan KLB kabupaten/kota,
provinsi dan pusat.
Tindakan Penanggulangan KLB yang Cepat dan Tepat. Setiap daerah menetapkan
mekanisme agar setiap kejadian KLB dapat terdeteksi dini dan dilakukan tindakan
penanggulangan dengan cepat dan tepat. Tindakan penanggulangan KLB yang cepat dan tepat
dilakukan dengan : Advokasi dan Asistensi Penyelenggaran SKD KLB Advokasi dan asistensi
tujuannya agar SKD KLB berjalan secara terus menerus dengan dukungan daripihak yang
terkait; Pengembangan SKD KLB Darurat. Untuk menghadapi ancaman terjadinya KLB
penyakit tertentu yang sangat serius dapat dikembanghkan dan atau ditingkatkan SKD KLB
penyakittertentu dalam periode waktu terbatas dan wilayah terbatas.
Peran Unit SKD KLB dan Mekanisme Kerja. Masing masing unit yang ada dijajaran
kesehatan dapat berperan sebagai berikut : (1)Peran Dinas Kesehatan Provinsi : Kajian
Epidemiologi Ancaman KLB; Peringatan Kewaspadaan Dini KLB; Peningkatan Kewaspadaan
dan Kesiapsiagaan Terhadap KLB; Advokasi dan Asistensi Penyelenggaraan SKD KLB,(2) Peran
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota: Kajian Epidemiologi Ancaman KLB, Peringatan
Kewaspadaan Dini KLB, Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Terhadap KLB,
Advokasi dan Asistensi Penyelenggaraan SKD KLB, Pengembangan SKD KLB Darurat; (3)
Peran Puskesmas : Kajian Epidemiologi Ancaman KLB, Peringatan Kewaspadaan Dini KLB,
Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Terhadap KLB, (4) Peran Masyarakat
(perorangan, kelompok dan masyarakat): Peningkatan kegiatan pemantauan perubahan
kondisi rentan; Peningkatan kegiatan pemantauan perkembangan penyakit dengan melapor
kepada puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai laporan kewaspadan dini;
Melaksanakan penyuluhan serta mendorong kewaspadaan KLB di tengah masyarakat;
Melakukan identifikasi penderita, pengenalan tatalaksana kasus dan rujukan serta upaya
pencegehan dan pemberantasan tingkat awal
Indikator Kinerja : Indikator kinerja SKD KLB adalah : (1) Kajian dan peringatan
kewaspadaan dini KLB secara teratur setidak-tidanya setiap bulan dilaksanakan oleh Dikes
Kabupaten/Kota, Provinsi dan Depkes RI; (2) Terselenggaranya deteksi dini KLB penyakit
berpotensi KLB prioritas di puskesmas, Rumah Sakit dan Laboratorium, (3) Kegiatan
penyelidikan dan penanggulangan KLB yangcepat dan tepat terlaksana kurang dari 24 jam
sejak teridentifikasi adanya KLB atau dugaan KLB, (4) Tidak terjadi KLB yang besar dan
berkepanjangan.
Menurut WHO :
Surveilans adalah : Pengumpulan, pengolahan, analisis data kesehatan secara sistematis dan
terus menerus, serta desiminasi informasi tepat waktu kepada pihak pihak yang perlu
mengetahui sehingga dapat diambil tindakan
yang tepat.(Last, 2001 dalam Bhisma Murti, 2003 )
b. Menurut Centers for Disease Control ( CDC ), 1996.
Surveilans adalah : Pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis
dan terus menerus, yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya
kesehatan masyarakat, dipadukan dengan desiminasi data secara tepat waktu kepada pihak
pihak yang perlu mengetahuinya.

Anda mungkin juga menyukai