Word Tugas Akt Syariah Kel.7
Word Tugas Akt Syariah Kel.7
Kelompok :
1) Eka Indriyani
2) Fitri Indriyani
3) Lisem Sabuna
4) Rio Gunadi
AKUNTANSI SYARIAH
2017
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Segala aturan yang Allah SWT turunkan dalam sistem Islam mengarah pada
tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan,
kerugian, pada seluruh Ciptaan-Nya.Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah
membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di akhirat.
Di Era Globalisasi ini, kebaikan dan keburukan nyaris taka ada beda. Oleh karena itu,
diperlukan pemupukan kembali segala hal yang dapat menuju kebaikan. Pemupukan tersebut
dalam islam telah di atur. Yakni dengan ketentuan Al-Quran dan Al- Hadis.
Begitu pun dengan Bermuamlah.Dua sumber tersebut telah menjelaskannya. Disini
saya akan menjelaskan tentang bagian dari muamalah tersebut. Yakni Murabahah,
Musyarokah, Mudlarabah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, landasan, rukun, syarat, jenis, dan ketentuan akad mudharabah ?
2. Apa pengertian, landasan, rukun, syarat, jenis, dan ketentuan akad musyarakah ?
3. Apa pengertian, landasan, rukun, syarat, jenis, dan ketentuan akad murabahah ?
4. Sebutkan study kasus akad mudharabah, musyarakah, dan murabahah !
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian, landasan, rukun, syarat, jenis, dan ketentuan akad mudharabah
2. Mengetahui pengertian, landasan, rukun, syarat, jenis, dan ketentuan akad musyarakah
3. Mengetahui pengertian, landasan, rukun, syarat, jenis, dan ketentuan akad murabahah
4. Mengetahui kasus akad mudharabah, musyarakah, dan murabahah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mudharabah
1. Pengertian
Secara bahasa mudharabah berasal dari akar kata dharaba yadhribu dharban yang
bermakna memukul. Dengan penambahan alif pada dho, maka kata ini memiliki konotasi
saling memukul yang berarti mengandung subjek lebih dari satu orang. Para fukoha
memandang mudharabah dari akar kata ini dengan merujuk kepada pemakaiannya dalam al-
Quran yang selalu disambung dengan kata depan fi kemudian dihubungkan dengan al-
ardh yang memiliki pengertian berjalan di muka bumi.
Mudharabah merupakan bahasa yang biasa dipakai oleh penduduk Irak sedangkan
penduduk Hijaz lebih suka menggunakan kata qirodh untuk merujuk pola perniagaan yang
sama. Mereka menamakan qiradh yang berarti memotong karena si pemilik modal memotong
dari sebagian hartanya untuk diniagakan dan memberikan sebagian dari labanya.
Terkadang mudharabah juga dinamakan dengan muqaradhah yang berarti sama-sama
memiliki hak untuk mendapatkan laba karena si pemilik modal memberikan modalnya
sementara pengusaha meniagakannya dan keduanya sama-sama berbagi keuntungan. Dalam
istilah fikih muamalah, mudharabah adalah suatu bentuk perniagaan di mana si pemilik
modal menyetorkan modalnya kepada pengusaha/pengelola, untuk diniagakan dengan
keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak
sedangkan kerugian, jika ada, akan ditanggung oleh si pemilik modal.
Para ulama sepakat bahwa landasan syariah mudharabah dapat ditemukan dalam al-
Quran, as-Sunnah, Ijma dan qiyas.
Dan orang-orang yang lain berjalan di muka bumi mencari keutamaan Allah(Q.S. Al-
Muzammil : 20)
Ayat ini menjelaskan bahwa mudharabah ( berjalan di muka bumi) dengan tujuan
mendapatkan keutamaan dari Allah (rizki). Dalam ayat yang lain Allah berfirman :
Maka apabila shalat (jumat) telah ditunaikan, maka bertebaranlah di muka bumi dan
carilah keutamaan Allah (Q.S al-Jumah : 10)
Dipandang secara umum, kandungan ayat di atas mencakup usaha mudharabah karena
mudharabah dilaksanakan dengan berjalan-jalan di muka bumi dan ia merupakan salah satu
bentuk mencari keutamaan Allah.
2. Rukun dan Syarat Mudharabah
Rukun Mudharabah yaitu:
1) Pemilik modal (Shahibul maal)
2) Pemilik Usaha ( Mudharib)
3) Proyek/usaha (Amal)
4) Modal (Rasul maal)
5) Ijab Qabul (Sighat)
6) Nisbah bagi hasil
b. Mudharabah muqoyyadah.
Dimana pemilik dana menentukan syarat dan pembatasan kepada pengelola dalam
penggunaan dana tersebut dengan jangka waktu, tempat, jenis usaha dan sebagainya
B. Musyarakah
1. Pengertian
Musyarakah adalah mencampurkan salah satu dari macam harta dengan harta lainnya
sehingga tidak dapat dibedakan di antara keduanya. Dalam pengertian lain musyarakah adalah
akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Penerapan yang dilakukan Bank Syariah, musyarakah adalah suatu kerjasama antara
bank dan nasabah dan bank setuju untuk membiayai usaha atau proyek secara bersama-sama
dengan nasabah sebagai inisiator proyek dengan suatu jumlah berdasarkan prosentase tertentu
dari jumlah total biaya proyek dengan dasar pembagian keuntungan dari hasil yang diperoleh
dari usaha atau proyek tersebut berdasarkan prosentase bagi-hasil yang telah ditetapkan
terlebih dahulu.
Pengertian Musyarakah dari Buku Akuntansi Perbankan Syariah di Indonesia :
Musyarakah adalah bentuk kerjasama dua orang atau lebih dengan pembagian keuntungan
secara bagi hasil.
Menurut Dewan Syariah Nasional MUI dan PSAK Np. 106 mendefinisikan
musyarakah sebagai akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
dimana masing masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan dibagi
berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan kontribusi dana.
Para mitra bersama sama menyediakan dana untuk mendanai suatu usaha tertentu
dalam masyarakat, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang baru. Investasi musyarakah
dapat dalam bentuk kas, setara kas atau asset non kas.
Landasan Hukum Musyarakah
Landasan hukum Musyarakah berdasarkan Al-Quran;
.....maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu,....(QS.An-Nisa:12)
Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian
mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal yang saleh.(QS.Shaad:24)
Landasan al-hadist tentang Musyarakah
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. Berkata :Sesungguhnya Allah Azza wa jalla
berfirman;Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya
mengkhianati yang lainnya(HR.Abu Dawud dan Hakim)
1) Syirkah abdan
Merupakan bentuk syirkah antara dua pihak atau lebih dari kalangan pekerja atau
professional dimana mereka sepakat untuk bekerjasama mengerjakan suatu pekerjaan
dan berbagi penghasilan yang diterima. Syirkah ini dibolehkan oleh ulama malikiyah,
hanabilah dan zaidiyah dengan alasan tujuan dari kerjasama ini adalah mendapat
keuntungan selain itu kerjasama ini tidak hanya pada harta tetapi dapat juga pada
pekerjaan. Sedangkan ulama syafiiyah, imamiyah dan zafar dari golongan hanafiyah
menyatakan bahwa sirkah jenis ini batal karena syirkah itu dikhususkan pada harta
(modal) dan bukan pada pekerjaan.
2) Syirkah wujuh
Kerjasama antara dua pihak dimana masing masing pihak sama sekali tidak
menyertakan modal dan menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan pihak ketiga.
Penamaan wujuh ini dikarenaknan jual beli tidak terjadi secara kontan.Kerjasama ini
hanya berbentuk kerjasama tanggungjawab bukan modal atau pekerjaan. Ulama
hanafiyah, hanabilah dan zaidiyah membolehkan syirkah ini sebab mengandung unsure
perwakilan dari seorang partner dalam penjualan dan pembeli sedangkan, ulama
malikiyah, sayifiiyah berpendapat bahwa syirkah ini tidak sah karena syirkah ini gada
unsur kerjasama modal atau pekerjaan.
3) Syirkah inan
Sebuah persekutuan dimana posisi dan komposisi pihak pihak yang terlibat di
dalamnya adalah tidak sama, baik dalam modal maupun pekerjaan. Ulama foqoh
membolehkan syirkah ini.
4) Syirkah muwafadah
Sebuah persekutuan dimana posisi dan komposisi pihak pihak yang terlibat
didalamnya harus sama, baik dalam hal modal, pekerjaan, agama, keuntungan maupun
resiko kerugian. Jika komposisi modal tidak sama maka syirkahnya batal. Menurut
pendapat ulama hanafiyah dan maliki syirkah ini boleh namun, menurut syafii dan
hanabilah dan kebanyakan ulama fiqih lain menolaknya karena syirkah ini tidak
dibenarkan syara, selain itu syarat untuk menyamakan modal sangatlah sulit dilakukan
dan mengundang unsure ke-gharar-an.
C. Murabahah
1. Pengertian
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.Pembayaran atas akad
jual beli dapat dilakukan secara tunai maupun kredit.Hal yang membedakan murabahah
dengan jual beli lainnya adalah penjual harus memberitahukan kepada pembeli harga barang
pokok yang dijualnya serta jumlah keuntungan yang diperoleh.
Penjualan dapat dilakukan secara tunai atau kredit , jika secara kredit harus dipisahkan
antara keuntungan dan harga perolehan .Keuntungan tidak boleh berubah sepanjang akad ,
kalau terjadi kesulitan bayar dapat dilakukan restrukturisasi dan kalau kesulitan bayar karma
lalai dapat dikenakan denda. Denda tersebut akan dianggap sebagai dana kebajikan . Uang
muka juga dapat diterima , tetapi harus dianggap sebagai pengurang piutang.
Landasan Hukum Murabahah
Landasan hukum Murabahah dalam al-quran
...padahal allah telah menghalalakan jual beli dan mengharamkan riba..(QS.Al-
Baqarah:275)
Landasan al-hadist tentang Murabahah
Pendapatan yang paling afdhal adalah hasil karya tangan seseorang dan jual bei yang
mabrur.(HR.Ahmad Al Bazar Ath Thabrani)
Dari Abu said Al-Hudriyyi bhawa rasulullah saw.Bersabda: sesungguhnya jual beli itu
harus dilakukan atas dasar suka sama suka.(HR.al-baihaqi dan Ibn majah)
3. Jenis Murabahah
a. Murabahah Berdasarkan Pesanan (Murabahah to the purcase order)
Murabahah ini dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat. Mengikat bahwa apabila
telah memesan barang harus dibeli sedangkan tidak mengikat bahwa walaupun telah
memesan barang tetapi pembeli tersebut tidak terikat maka pembeli dapat menerima atau
membatalkan barang tersebut.
b. Murabahah Tanpa Pesanan
Murabahah ini termasuk jenis murabahah yang bersifat tidak mengikat.Murabahah ini
dilakukan tidak melihat ada yang pesan atau tidak sehingga penyediaan barang dilakukan
sendiri oleh penjual.