Anda di halaman 1dari 13

AKAD MUDHARABAH, MUSYAROKAH, DAN MURABAHAH

Kelompok :

1) Eka Indriyani
2) Fitri Indriyani
3) Lisem Sabuna
4) Rio Gunadi

AKUNTANSI SYARIAH

UNIVERSITAS PRAMITA INDONESIA

2017
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Segala aturan yang Allah SWT turunkan dalam sistem Islam mengarah pada
tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan,
kerugian, pada seluruh Ciptaan-Nya.Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah
membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di akhirat.
Di Era Globalisasi ini, kebaikan dan keburukan nyaris taka ada beda. Oleh karena itu,
diperlukan pemupukan kembali segala hal yang dapat menuju kebaikan. Pemupukan tersebut
dalam islam telah di atur. Yakni dengan ketentuan Al-Quran dan Al- Hadis.
Begitu pun dengan Bermuamlah.Dua sumber tersebut telah menjelaskannya. Disini
saya akan menjelaskan tentang bagian dari muamalah tersebut. Yakni Murabahah,
Musyarokah, Mudlarabah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, landasan, rukun, syarat, jenis, dan ketentuan akad mudharabah ?
2. Apa pengertian, landasan, rukun, syarat, jenis, dan ketentuan akad musyarakah ?
3. Apa pengertian, landasan, rukun, syarat, jenis, dan ketentuan akad murabahah ?
4. Sebutkan study kasus akad mudharabah, musyarakah, dan murabahah !

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian, landasan, rukun, syarat, jenis, dan ketentuan akad mudharabah
2. Mengetahui pengertian, landasan, rukun, syarat, jenis, dan ketentuan akad musyarakah
3. Mengetahui pengertian, landasan, rukun, syarat, jenis, dan ketentuan akad murabahah
4. Mengetahui kasus akad mudharabah, musyarakah, dan murabahah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mudharabah
1. Pengertian
Secara bahasa mudharabah berasal dari akar kata dharaba yadhribu dharban yang
bermakna memukul. Dengan penambahan alif pada dho, maka kata ini memiliki konotasi
saling memukul yang berarti mengandung subjek lebih dari satu orang. Para fukoha
memandang mudharabah dari akar kata ini dengan merujuk kepada pemakaiannya dalam al-
Quran yang selalu disambung dengan kata depan fi kemudian dihubungkan dengan al-
ardh yang memiliki pengertian berjalan di muka bumi.
Mudharabah merupakan bahasa yang biasa dipakai oleh penduduk Irak sedangkan
penduduk Hijaz lebih suka menggunakan kata qirodh untuk merujuk pola perniagaan yang
sama. Mereka menamakan qiradh yang berarti memotong karena si pemilik modal memotong
dari sebagian hartanya untuk diniagakan dan memberikan sebagian dari labanya.
Terkadang mudharabah juga dinamakan dengan muqaradhah yang berarti sama-sama
memiliki hak untuk mendapatkan laba karena si pemilik modal memberikan modalnya
sementara pengusaha meniagakannya dan keduanya sama-sama berbagi keuntungan. Dalam
istilah fikih muamalah, mudharabah adalah suatu bentuk perniagaan di mana si pemilik
modal menyetorkan modalnya kepada pengusaha/pengelola, untuk diniagakan dengan
keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak
sedangkan kerugian, jika ada, akan ditanggung oleh si pemilik modal.
Para ulama sepakat bahwa landasan syariah mudharabah dapat ditemukan dalam al-
Quran, as-Sunnah, Ijma dan qiyas.
Dan orang-orang yang lain berjalan di muka bumi mencari keutamaan Allah(Q.S. Al-
Muzammil : 20)
Ayat ini menjelaskan bahwa mudharabah ( berjalan di muka bumi) dengan tujuan
mendapatkan keutamaan dari Allah (rizki). Dalam ayat yang lain Allah berfirman :
Maka apabila shalat (jumat) telah ditunaikan, maka bertebaranlah di muka bumi dan
carilah keutamaan Allah (Q.S al-Jumah : 10)
Dipandang secara umum, kandungan ayat di atas mencakup usaha mudharabah karena
mudharabah dilaksanakan dengan berjalan-jalan di muka bumi dan ia merupakan salah satu
bentuk mencari keutamaan Allah.
2. Rukun dan Syarat Mudharabah
Rukun Mudharabah yaitu:
1) Pemilik modal (Shahibul maal)
2) Pemilik Usaha ( Mudharib)
3) Proyek/usaha (Amal)
4) Modal (Rasul maal)
5) Ijab Qabul (Sighat)
6) Nisbah bagi hasil

Syarat Mudharabah yaitu;


1) Syarat yang shahih (dibenarkan) yaitu syarat yang tidak menyelisihi tuntutan akad dan
tidak pula maksudnya serta memiliki maslahat untuk akad tersebut. Contohnya Pemilik
modal mensyaratkan kepada pengelola tidak membawa pergi harta tersebut keluar
negeri atau membawanya keluar negeri atau melakukan perniagaannya khusus dinegeri
tertentu atau jenis tertentu yang gampang didapatkan. Maka syarat-syarat ini dibenarkan
menurut kesepakatan para ulama dan wajib dipenuhi, karena ada kemaslahatannya dan
tidak menyelisihi tuntutan dan maksud akad perjanjian mudharabah.

2) Syarat yang fasad (tidak benar). Syarat ini terbagi tiga:

1) Syarat yang meniadakan tuntutan konsekuensi akad, seperti mensyaratkan tidak


membeli sesuatu atau tidak menjual sesuatu atau tidak menjual kecuali dengan harga
modal atau dibawah modalnya. Syarat ini disepakati ketidak benarannya, karena
menyelisihi tuntutan dan maksud akad kerja sama yaitu mencari keuntungan.
2) Syarat yang bukan dari kemaslahatan dan tuntutan akah, seperti mensyaratkan
kepada pengelola untuk memberikan Mudharabah kepadanya dari harta yang
lainnya.
3) Syarat yang berakibat tidak jelasnya keuntungan seperti mensyaratkan kepada
pengelola bagian keuntungan yang tidak jelas atau mensyaratkan keuntungan satu
dari dua usaha yang dikelola, keuntungan usaha ini untuk pemilik modal dan yang
satunya untuk pengelola atau menentukan nilai satuan uang tertentu sebagai
keuntungan. Syarat ini disepakati kerusakannya karena mengakibatkan keuntungan
yang tidak jelas dari salah satu pihak atau malah tidak dapat keuntungan sama sekali.
Sehingga akadnya batal.
3. Jenis-Jenis Mudharabah
Secara umum mudharabah dapat dibagi menjadi dua macam yaitu
a. Mudharabah muthlaqoh
Dimana pemilik modal (shahibul maal) memberikan keleluasaan penuh kepada
pengelola (mudharib) untuk mempergunakan dana tersebut dalam usaha yang dianggapnya
baik dan menguntungkan. Namun pengelola tetap bertanggung jawab untuk melakukan
pengelolaan sesuai dengan praktek kebiasaan usaha normal yang sehat (uruf)

b. Mudharabah muqoyyadah.
Dimana pemilik dana menentukan syarat dan pembatasan kepada pengelola dalam
penggunaan dana tersebut dengan jangka waktu, tempat, jenis usaha dan sebagainya

4. Ketentuan Umum Mudharabah dalam Institusi keuangan


Sejauh ini skema mudahrabah yang telah kita bahas adalah skema yang berlaku antara
dua pihak antara dua pihak saja secara langsung, yaitu shahibul maal berhubungan langsung
dengan mudharib.
Mudaharabah seperti ini memiliki ciri-ciri khusus, yakni bahwa biasanya hubungan
antara shahib al maal dengan mudharib merupakan hubungan personal dan langsung serta
dilandasi oleh rasa saling percaya (amana). Shahib al-maal hanya mau menyerahkan pada
orang yang ia kenal dengan baik profesionalitas maupun karakternya. Modus mudharabah
seperti ini tidak efisien lagi dan kecil kemungkinannya untuk dapat diterapkan oleh bank,
karena beberapa hal ;
1) Sistem kerja pada bank adalah investasi kelompok, dimana mereka tidak saling mengenal.
Jadi kecil kemungkinannya terjadi hubungan yang langsung dan personal.
2) Banyak investasi sekarang ini membuthkan dana dalam jumlah yang besar, sehingga
diperlukan puluhan bahkan ratusan ribuan shahib al maal untuk sama- sama menjadi
penyandang dana untuk satu proyek tertentu.
3) Lemahnya disiplin terhadap ajaran islam menyebabkan sulitnya bank memperoleh
jaminan keamanan atas modal yang disalurkannya.

Adapun ketentuan umum pembiayaan mudharabah yaitu sebagai berikut;


a) Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah pelaku selaku pengelola modal harus
diserahkan secara tunai, dan dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya
dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap, harus jelas tahapannya dan
disepakati bersama.
b) Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan dengan cara
perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing) dan perhitungan dai keuntungan
proyek (profit sharing).
c) Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu
yang disepakati. Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh kerugian kecuali akibat
kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah.
d) Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan rumah namun tidak berhak
mencampuri urusan pekerjaan usaha nasabah. Jika nasabah cedera janji dengan sengaja,
misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban, maka ia
dapat dikenai sanksi administrasi.

B. Musyarakah
1. Pengertian
Musyarakah adalah mencampurkan salah satu dari macam harta dengan harta lainnya
sehingga tidak dapat dibedakan di antara keduanya. Dalam pengertian lain musyarakah adalah
akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Penerapan yang dilakukan Bank Syariah, musyarakah adalah suatu kerjasama antara
bank dan nasabah dan bank setuju untuk membiayai usaha atau proyek secara bersama-sama
dengan nasabah sebagai inisiator proyek dengan suatu jumlah berdasarkan prosentase tertentu
dari jumlah total biaya proyek dengan dasar pembagian keuntungan dari hasil yang diperoleh
dari usaha atau proyek tersebut berdasarkan prosentase bagi-hasil yang telah ditetapkan
terlebih dahulu.
Pengertian Musyarakah dari Buku Akuntansi Perbankan Syariah di Indonesia :
Musyarakah adalah bentuk kerjasama dua orang atau lebih dengan pembagian keuntungan
secara bagi hasil.
Menurut Dewan Syariah Nasional MUI dan PSAK Np. 106 mendefinisikan
musyarakah sebagai akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
dimana masing masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan dibagi
berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan kontribusi dana.
Para mitra bersama sama menyediakan dana untuk mendanai suatu usaha tertentu
dalam masyarakat, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang baru. Investasi musyarakah
dapat dalam bentuk kas, setara kas atau asset non kas.
Landasan Hukum Musyarakah
Landasan hukum Musyarakah berdasarkan Al-Quran;
.....maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu,....(QS.An-Nisa:12)
Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian
mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal yang saleh.(QS.Shaad:24)
Landasan al-hadist tentang Musyarakah
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. Berkata :Sesungguhnya Allah Azza wa jalla
berfirman;Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya
mengkhianati yang lainnya(HR.Abu Dawud dan Hakim)

2. Rukun dan Syarat Musyarakah


Rukun Musyarakah yaitu :
1) Akad(ijab kabul)
2) Dua pihak yang berakad(aqidani)
3) Objek akad(modal atau pekerjaan)
Manakala syarat sah perkara yang boleh disyirkahkan adalah adalah objek tersebut boleh
dikelola bersama atau boleh diwakilkan.
Syarat Musyarakah yaitu :
1) Benda (harata dinilai uang)
2) Harta-harta itu sesuai dalam jenis dan macamnya
3) Harta-harta dicampur
4) Satu sama lain membolehkan untuk membelanjakan harta itu
5) Untung dan rugi diterima dengan ukuran masing-masing

3. Jenis akad musyarakah


Berdasarkan eksistensi musyarakah yaitu ; :
a) Syirkah Al Milk atau perkongsian amlak
Mengandung kepemilikan bersama yang keberadaannya muncul apabila dua orang atau
lebih memperoleh kepemilikan bersama atas suatu kekayaan.Syirkah ini bersifat memaksa
dalam hokum positif.Misalnya : dua orang atau lebih menerima warisan atau hibah atau
wasiat sebidang tanah.
b) Syirkah Al Uqud
Yaitu kemitraan yang tercipta dengankesepakatan dua orang atau lebih untuk bekerja
sama dlam mencapai tujuan tertentu. Setiap mitra berkontribusi dana dn atau dengan
bekerja, serta berbagai keuntungan dan kerugian. Syirkah jenis ini dapat dianggap
kemitraan yang sesungguhnya Karena pihak yang bersangkutan secara sukarela
berkeinginan untuk membuat kerjasama investasi dan berbagi keuntungn dan
resiko.Syirkah uqud sifatnya ikhtiariyah (pilihan sendiri). Syirkah Al Uqud dapat dibagi
menjadi sebagai berikut :

1) Syirkah abdan
Merupakan bentuk syirkah antara dua pihak atau lebih dari kalangan pekerja atau
professional dimana mereka sepakat untuk bekerjasama mengerjakan suatu pekerjaan
dan berbagi penghasilan yang diterima. Syirkah ini dibolehkan oleh ulama malikiyah,
hanabilah dan zaidiyah dengan alasan tujuan dari kerjasama ini adalah mendapat
keuntungan selain itu kerjasama ini tidak hanya pada harta tetapi dapat juga pada
pekerjaan. Sedangkan ulama syafiiyah, imamiyah dan zafar dari golongan hanafiyah
menyatakan bahwa sirkah jenis ini batal karena syirkah itu dikhususkan pada harta
(modal) dan bukan pada pekerjaan.
2) Syirkah wujuh
Kerjasama antara dua pihak dimana masing masing pihak sama sekali tidak
menyertakan modal dan menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan pihak ketiga.
Penamaan wujuh ini dikarenaknan jual beli tidak terjadi secara kontan.Kerjasama ini
hanya berbentuk kerjasama tanggungjawab bukan modal atau pekerjaan. Ulama
hanafiyah, hanabilah dan zaidiyah membolehkan syirkah ini sebab mengandung unsure
perwakilan dari seorang partner dalam penjualan dan pembeli sedangkan, ulama
malikiyah, sayifiiyah berpendapat bahwa syirkah ini tidak sah karena syirkah ini gada
unsur kerjasama modal atau pekerjaan.
3) Syirkah inan
Sebuah persekutuan dimana posisi dan komposisi pihak pihak yang terlibat di
dalamnya adalah tidak sama, baik dalam modal maupun pekerjaan. Ulama foqoh
membolehkan syirkah ini.
4) Syirkah muwafadah
Sebuah persekutuan dimana posisi dan komposisi pihak pihak yang terlibat
didalamnya harus sama, baik dalam hal modal, pekerjaan, agama, keuntungan maupun
resiko kerugian. Jika komposisi modal tidak sama maka syirkahnya batal. Menurut
pendapat ulama hanafiyah dan maliki syirkah ini boleh namun, menurut syafii dan
hanabilah dan kebanyakan ulama fiqih lain menolaknya karena syirkah ini tidak
dibenarkan syara, selain itu syarat untuk menyamakan modal sangatlah sulit dilakukan
dan mengundang unsure ke-gharar-an.

4. Ketentuan Umum Musyarakah dalam Institusi keuangan


Ketentuan umum pembiayaan musyarakah adalah ;
1. Semua modal disatukan dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut
serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksanaan proyek. Tetapi
pemilik modal tidak diperkenankan melakukan hal-hal berikut :
Menggabungkan harta proyek dengan harta pribadi.
Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin pemilik modal lainnya.
Setiap pemilk modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan pihak lain.
Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila menarrik diri dari
perserikatan, meninggal dunia, atau menjadi tidak cakap hukum.
2. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus diketahui
bersama. Kkeuntungan dibagi sesuai porsi kesepakatan, sedangkan kerugian diabgi sesuai
dengan porsi kontribusi modal.
3. Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek selesai,
nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati.

C. Murabahah
1. Pengertian
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.Pembayaran atas akad
jual beli dapat dilakukan secara tunai maupun kredit.Hal yang membedakan murabahah
dengan jual beli lainnya adalah penjual harus memberitahukan kepada pembeli harga barang
pokok yang dijualnya serta jumlah keuntungan yang diperoleh.
Penjualan dapat dilakukan secara tunai atau kredit , jika secara kredit harus dipisahkan
antara keuntungan dan harga perolehan .Keuntungan tidak boleh berubah sepanjang akad ,
kalau terjadi kesulitan bayar dapat dilakukan restrukturisasi dan kalau kesulitan bayar karma
lalai dapat dikenakan denda. Denda tersebut akan dianggap sebagai dana kebajikan . Uang
muka juga dapat diterima , tetapi harus dianggap sebagai pengurang piutang.
Landasan Hukum Murabahah
Landasan hukum Murabahah dalam al-quran
...padahal allah telah menghalalakan jual beli dan mengharamkan riba..(QS.Al-
Baqarah:275)
Landasan al-hadist tentang Murabahah
Pendapatan yang paling afdhal adalah hasil karya tangan seseorang dan jual bei yang
mabrur.(HR.Ahmad Al Bazar Ath Thabrani)
Dari Abu said Al-Hudriyyi bhawa rasulullah saw.Bersabda: sesungguhnya jual beli itu
harus dilakukan atas dasar suka sama suka.(HR.al-baihaqi dan Ibn majah)

2. Rukun dan Syarat Murabahah


Rukun Murabahah yaitu:
1) Penjual(bai)
2) Pembeli (musytari)
3) Barang/objek(mabi)
4) Harga(tsaman)
5) Ijab Qabul(sighat)

Dalam murobahah terdapat beberapa syarat, yaitu:


1) Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah.
2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3) Kontrak harus bebas dari riba.
4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang.
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian

3. Jenis Murabahah
a. Murabahah Berdasarkan Pesanan (Murabahah to the purcase order)
Murabahah ini dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat. Mengikat bahwa apabila
telah memesan barang harus dibeli sedangkan tidak mengikat bahwa walaupun telah
memesan barang tetapi pembeli tersebut tidak terikat maka pembeli dapat menerima atau
membatalkan barang tersebut.
b. Murabahah Tanpa Pesanan
Murabahah ini termasuk jenis murabahah yang bersifat tidak mengikat.Murabahah ini
dilakukan tidak melihat ada yang pesan atau tidak sehingga penyediaan barang dilakukan
sendiri oleh penjual.

4. Ketentuan Umum Murabahah


Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah dimiliki atau hak
kepemilikan telah berada ditangan penjual.
Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal (harga pembeli) dan biaya-
biaya lain yang lazim dikeluarkan dalam jual beli..
Ada informasi yang jelas tentang hubungan baik nominal maupun presentase
sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah satu syarat sah murabahah
Dalam system murabahah, penjual boleh menetapkan syarat kepada pembeli untuk
menjamin kerusakan yang tidak tampak pada barang, tetapi lebih baik syarat
seperti itu tidak ditetapkan.
Transaksi pertama (antara penjual dan pembeli pertama) haruslah sah, jika tidak
sah maka tidak boleh jual beli secara murabahah (anatara pembeli pertama yang
menjadi penjual kedua dengan pembeli murabahah.

D. Study kasus akad mudharabah, musyarakah, dan murabahah


1. Study kasus mudharabah
Seorang pedangan yang memerlukan modal untuk berdagang dapat mengajukan
permohonan untuk pembiayaan bagi hasil seperti mudharabah, dimana bank bertindak
selaku shahibul mal dan nasabah selaku mudharib. Caranya adalah dengan menghitung
dulu perkiraan pendapatan yang akan diperoleh nasabah dari proyek yang bersangkutan.
Misalnya, dari modal Rp. 30.000.000 diperoleh sebesar Rp. 5.000.000 per bulan. Dari
pendapatan ini harus disisihkan terlebih dahulu untuk tabungan pengembalian modal,
misalnya Rp. 2.000.000 selebihnya dibagi antara bank dengan nasabah dengan
kesepakatan dimuka, misalnya 60% untuk nasabah 40% untuk bank.
2. Study kasus musyarakah
Pak usman adalah seorang pengusaha yang akan melaksanakan suatu proyek. Usaha
tersebut memerlukan modal sejumalh Rp. 100.000.000, ternyata setelah dihitung Pak
Usman hanya memiliki Rp. 50.000.000 atau 50% dari modal yang diperlukan. Pak Usman
datang ke sebuah bank syariah dan mengajukan pembiayaan dengan skema musyarakah.
Dalam hal ini, kebutuhan terhadap modal sejumlah Rp. 100.000.000 dipenuhi 50% dari
nasabah dan 50% dari bank. Setelah proyek selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut
besama bagi hasil yang telah disepakati bank.
Seandainya keuntungan dari proyek tersebut adalah Rp 20.000.000 dan nisbah atau porsi
bagi hasil yang disepakati 50:50, pada akhir proyek Pak usman harus mengembalikan
dana sebesar Rp. 50.000.000 (dana pinjaman dari bank) ditambah Rp. 10.000.000 (50%
keuntungan untuk bank)
3. Study kasus murabahah
Misalkan seorang nasabah ingin memiliki sebuah motor. Ia dapat datang ke bank syariah
dan memohon agar bank membelikannya, setelah diteliti dan dunyatakan dapat diberikan,
bank membelikan motor tersebut dan diberikan kepada nasabah. Jika harga motor tersebut
Rp. 4.000.000 rupiah dan bank ingin mendapat keuntungan Rp. 800.000 selama dua
tahun, harga yang ditetapkan kepada nasabah seharga Rp. 4.800.000, nasabah dapat
mencicil pembayaran tersebut Rp. 200.000 per bulan
BAB III
SIMPULAN

Mudharabah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan


dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Musyarakah adalah mencampurkan salah satu dari macam harta dengan harta lainnya
sehingga tidak dapat dibedakan di antara keduanya.
Murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada
pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah, Akad seluruhnya halal asalkan
memenuhi hukum dan ketentuan syaria'ah.kitalah yang bisa menentukan baik buruknya apa
yang kita lakukan.

Anda mungkin juga menyukai