(diisi)
Kadar glukosa darah dipertahankan tidak saja selama puasa tetapi juga sewaktu
berolahraga saat sel otot menyerap glukosa dari darah dan mengoksidasinya untuk memperoleh
energi. Selama berolahraga, hati memasok glukosa ke dalam darah melalui proses glikogenolisis
dan glukoneogenesis. Kadar glukosa darah senantiasa dipertahankan karena glukosa darah
memiliki fungsi penting bagi tubuh salah satunya untuk menghasilkan energi untuk melakukan
aktivitas (Marks 2012). Praktikum yang dilakukan kali ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
puasa terhadap kadar glukosa darah dan kandungan glikogen hati pada tikus, dalam keadaan
puasa, kadar glikogen hati akan berkurang karena mengalami pemecahan (glikogenolisis) untuk
mempertahankan kadar glukosa darah. Kandungan glikogen hati diukur secara tidak langsung
dengan menetapkan kadar glukosa yang berasal dari hasil hidrolisis glikogen hati.
Pada praktikum dilakukan pengukuran kadar glikogen pada hati tikus yang mendapat
perlakuan puasa dan tidak berpuasa. Hati memiliki peranan penting dalam penyimpanan
cadangan glukosa. Sebagian glukosa yang diserap dari usus akan disimpan di dalam hati (liver).
Pada saat tubuh tidak mendapatkan makanan (puasa), hati akan melepaskan kembali cadangan
glukosa yang tersimpan (Pudjiadi 1994). Pengukuran kadar glukosa hati dilakukan dengan
membandingkan glukosa hati pada tikus yang dilakukan perlakuan puasa dengan tidak puasa.
Tahap awal dari percobaan ini sama dengan percobaan pengukuran kadar glukosa
darah pada tikus. Hati tikus diambil kemudian dimasukkan pada tabung yang berisi
larutan NaCl 0,9 g/dl. Setelah itu, hati dikeluarkan kembali untuk selanjutnya dilumatkan
dengan cara hati dikeluarkan dari larutan NaCl, kemudian dikeringkan di antara kertas
saring, lalu ditimbang. Setelah mengetahui berapa berat dari hati, kemudian hati
dilumatkan kemudian ditambahkan akuades 100 ml. Penambahan akuades ini bertujuan
untuk melarutkan/mengencerkan hati tikus sehingga bisa dilakukan ekstraksi. Pada proses
pengekstraksian ini, larutan ini dimasukkan ke dalam kaserol. Selanjutnya dipanaskan
dan ditambahkan asam asetat. Setelah itu dididihkan kembali sambil diaduk. Setelah
mendidih, larutan disaring kemudian dilarutkan dengan alkohol 95%.
Pengukuran kadar glukosa hati pada sampel akan dilakukan dengan cara folin wu.
Prinsip metode ini adalah protein akan mengendap pada penambahan asam tungstat.
Larutan sampel hati tikus dilakukan pemisahan protein. Pemisahan protein sampel ini
dilakukan dengan cara menambahkan akuades ke dalam darah sampel di dalam labu
Erlenmeyer, kemudian ditambahkan larutan Na tungstat 10%. Penambahan Na tungstat
bertujuan mengendapkan protein yang terlarut dalam air (Poedjiadji 1994). Selanjutnya,
larutan ditambahkan dengan larutan H2SO4 2/3 N secara perlahan lahan tetes demi
tetes. Penambahan H2SO4 berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi
pengendapan protein oleh Na tungstat. Selanjutnya, labu Erlenmeyer digoyang dan
didiamkan selama 10 menit. Larutan disaring hingga menghasilkan filtrat jernih.
(Pembahasan Hasil)
Menurut Prijanti (2008), kadar glukosa di dalam hati pada saat puasa akan lebih sedikit
dibandingkan saat tidak puasa Cadangan glikogen dalam hati akan digunakan ketika keadaan
lapar, hal ini dikarenakan dalam keadaan puasa glikogen di hati dipecah melalui proses
glikogenolisis menjadi glukosa yang langsung ditransfer ke darah. Glikogen yang dipecah akan
menyebabkan glukosa di hati menjadi lebih sedikit (Prijanti 2008). Kesalahan hasil perhitungan
kadar glukosa diduga disebabkan kurangnya ketelitian praktikan dalam melakukan prosedur
kerja sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur yang didapat.
Burtis CA dan Ashwood. 1994. Tietz Textboook of Clinical Chemistry 2nd Edn., Saunders,
Philadelphia, pp: 1002-1093.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat.1997. Gizi Olahraga untuk Prestasi. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI
Groff JL dan Gropper. 2000. Advanced Nutrition and Human Metabolism 3 Ed. USA:
Wadsworth-Thomson Learning.
Marks DB, Allan DM dan Collen MS. 2012. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan
Klinis. Jakarta: EGC.
Montgomery R, Dryer RL, Conway TW, Spector AA. 1983. Biokimia: Suatu Pendekatan
Berorientasi Kasus-Kasus Jilid 1. Yogyakarta : Penerbit Gajah Mada University Press
Montgomery R, Dryer RL, Conway TW, Spector AA. 1983. Biokimia: Suatu Pendekatan
Berorientasi Kasus-Kasus Jilid 1. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Poedjiadji A.
1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.