Makalah Reklamasi & RPT Rudi 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

REKLAMASI LAHAN TAMBANG PADA

PERTAMBANGAN TERBUKA DENGAN PENGELOLAAN

TANAMAN MANGGA (Mangifera indica L.)

LOGO UPRI

OLEH :

HAERUDIN

(13.31.1.318)

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

UNIVERSITAS PEJUANG REPUBLIK INDONESIA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karuniaNya jualah
penulis dapat menyelesaikan Makalah Reklamasi & RPT ini tepat pada waktunya. Pada
kesempatan yang baik ini penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Dosen Pembimbing atas bimbingan dan penjelasan yang telah
diberikan sehingga sangat membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan semua ini
tidak lain karena kurangnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai ilmu Tambang dan penerapannya.

Makassar , Juli 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II ISI

BAB III LAMPIRAN

BAB IV PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknik penambangan batubara yang umum dilakukan di Kalimantan adalah teknik


penambangan terbuka (open pit mining) dengan metoda gali-isi kembali (back filling
methods). Penggunaan teknilk ini mengakibatkan terjadinya pembukaan areal
bervegetasi dan mempunyai kecenderungan untuk bertambah seiring dengan
bertambah luasnya areal tambang (Djajakirana, G. 2001).
Penggunaan teknik ini juga menyebabkan terjadinya lahan kritis karena hilangnya
vegetasi penutup tanah, adanya tekanan berat dari pukulan air hujan, erosi, sentuhan
langsung cahaya matahari dan terjadinya pemadatan tanah akibat aktifitas alat berat
(Adisoemarto, S. 2004).
Untuk menanggu1angi dampak yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan penambangan
dengan teknik penambangan terbuka, telah dilakukan kegiatan reklamasi dan
rehabilitasi lahan bekas tambang untuk memperbaiki kondisi areal yang terbuka.
Undang-undang pertambangan mineral dan batubara mewajibkan setiap pemegng IUP
dan IUPK melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan
termasuk kegiatan reklamasi dan pasca tambang (Djajakirana, G. 2001).
Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan
yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar dapat
berfungsi dan berdaya guna sesuai dengan peruntukannya (Adisoemarto, S. 2004).

1.2 Perumusan Masalah

1. Apa pengertian kegiatan tambang dan reklamasi?


2. Apa dasar hukum dan ketentuan dalam reklamasi lahan?
3. Manfaat menggunakan Mangifera indica serta pelestariannya dalam upaya
reklamasi lahan tambang?

1.3 Tujuan Pembahasan


Tujuan dari pembahasan ini adalah
1. Mengetahui pengertian kegiatan tambang dan reklamasi
2. Mengetahui dasar hukum dan ketentuan dalam reklamasi lahan
3. Mengetahui manfaat penggunaan Mangifera casturi serta pelestariannya dalam
upaya reklamasi lahan
BAB II

ISI

A. Pertambangan
Teknik. penambangan batubara yang umum dilakukan di Kalimantan adalah teknik
penambangan terbuka (open pit mining) dengan metoda gali-isi kembali (back filling
methods). Dampak yang ditimbulkan dari penambangan tersebut adalah lapisan penutup
tanah yang sudah tidak ada karena topsoil dan subsoil dibalik. dan digusur, sedangkan
bahan induk muncul di permukaan. Proses penggalian pada lahan bekas tambang batu
bara mengakibatkan terangkatnya bahan-bahan sulfidik ke permukaan sehingga
menyebabkan teroksidasi, proses oksidasi terhadap mineral sulfida seperti pirit, akan
melepaskan asam asam sulfat yang berdampak pada menurunnya pH tanah secara
drastis. Nilai pH tanah yang asam ini akan mempengaruhi kesetimbangan hara dalam
tanah (Ginoga, 2009).
Penggusuran tersebut menyebabkan hilangnya bahan organik tanah sehingga tanah
menjadi kritis. Tanah yang miskin akan bahan organik kurang mampu dalam menyangga
pupuk dan air, karena bahan organik merupakan koloid tanah yang berfungsi dalam
pembentukan agregat mikrahan kritis merupakan lahan yang karena tidak sesuai
penggunaan dan kemampuannya telah mengalami atau dalam proses kerusakan fisik,
kimia dan biologi yang akhirnya membahayakan fungsi hidrologis, orologis, produksi
pertanian, pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi dari daerah lingkungan
pengaruhnya (Hardjowigeno, 1995).
Undang-undang pertambangan mineral dan batubara mewajibkan setiap pemegang IUP
dan IUPK melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan termasuk
kegiatan reklamasi dan pascatambang. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan
memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha
pertambangan umum, agar dapat berfungsi dan berdaya Juna sesuai dengan
peruntukannya. Pada prinsipnya kawasan atau sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh
kegiatan pertambangan harus dikembalikan ke kondisi yang aman dan produktif melalui
reklamasi dan rehabilitasi. Kondisi akhir rehabilitasi dapat diarahkan untuk mencapai
kondisi seperti sebelum ditambang atau kondisi lain yang telah disepakati (Perrow,
2002).

B. Dasar Hukum Reklamasi


Kebijakan dasar pengelolaan sumber daya alam tercantum pada pasal 33 ayat (3) UUD
1945 yang berbunyi Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Keterkaitan dengan pasal tersebut, pertambangan merupakan komponen atau sub-sistem
dari sistem kekayaan alam, sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara
terkoordinasi, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun tahap pengendalian
pemanfaatannya (Adisoemarto, S. 2004).
Kemudian untuk minimisasi dampak negatif dari aktivitas pertambangan, pada Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan
Pasal 30 dituliskan bahwa setiap pemegang kuasa pertambangan diwajibkan untuk
mengembalikan tanah sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya penyakit
atau bahaya lainnya, antara lain melalui kegiatan reklamasi.
Perusahaan pertambangan juga wajib untuk melakukan pemulihan kawasan bekas
pertambangan dan telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan, yaitu:
1. Pasal 30 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok
Pertambangan:
Apabila selesai melakukan penambangan bahan galian pada suatu tempat pekerjaan,
pemegang Kuasa Pertambangan diwajibkan mengembalikan tanah sedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi masyarakat sekitarnya.
2. Pasal 46 ayat (4) dan (5) Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2001 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969:
Sebelum meninggalkan bekas wilayah Kuasa Pertambangannya, baik karena pembatalan
maupun karena hal yang lain, pemegang Kuasa Pertambangan harus terlebih dahulu
melakukan usaha-usaha pengamanan terhadap benda-benda maupun bangunan-
bangunan dan keadaan tanah di sekitarnya yang dapat membahayakan keamanan umum.
Regulasi diatas menjadi pijakan untuk melakukan perbaikan lingkungan pasca tambang
sehingga dampak kerusakan lingkungan bahkan sosial dapat diminimisasi. Prosedur
teknis reklamasi tambang hingga penutupan tambang juga telah disiapkan secara jernih
oleh pemerintah. Ketentuan reklamasi diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan
Tambang (Djajakirana, G. 2001).
Pada beberapa perusahaan tambang telah dilakukan rekonstruksi lahan dan manaiemen
too soil sebelum revegetasi dilakukan. Sebelum ditambana top soil dikupas sampai pada
zona perakaran tanaman dan dipindahkan ke lokasi penimbunan sementara (soil
stockpile) atau segera digunakan untuk pelapisan tanah didaerah timbunan batuan sisa
yang telah diatur kemiringannya. Setelah kegiatan penambangan selesai, top soil
dihamparkan kembali secara merata hingga ketebalan maksimum 10 cm atau dapat juga
dilakukan secara lokal (perlubang). Setelah kegiatan reklamasi, kemudian dilakukan
revegetasi. Metode revegetasi lahan bekas tambang bermacam-macam. Ginoga dan
Masripatin (2009) menyebutkan beberapa metode revegetasi lahan yaitu restorasi,
reboisasi, agroforestri dan hydro seeding. Restorasi merupakan upaya untuk
memperbaiki atau memulihkan suatu ekosistem rusak atau menglami gangguan sehingga
dapat pulih atau mencapai suatu ekosistem yang mendekati kondisi aslinya (Perrow,
2002).

C. Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)


Kegiatan penanaman kembali (reklamasi) di lahan tambang selama ini menggunakan
tanaman pohon cepat tumbuh dan besar, seperti pohon sengon (Paraserianthes falcataria
L. Nielsen.) memang memberikan wujud yang cepat terlihat menghijaukan kembali
lahan. Karena itu pohon sengon atau jenis pohon lainnya yang sifatnya bisa tumbuh dan
besar dengan cepat menjadi pilihan semua perusahaan tambang dalam kegiatan
reklamasinya, keunggulan sengon merupakan jenis yang paling cepat pertumbuhannya
di antara jenis-jenis yang dikenal di dunia saat ini. Setelah berumur 1 tahun tingginya 7
m dan setelah 12 tahun mencapai 39 m dengan diameter batang 60 cm. Eloknya lagi
tinggi bebas cabangnya sekitar 10-30 m. Batangnya lurus tidak berbanir dengan kayu
berwarna putih. Berat jenis kayu sekitar 0,3. Namun dengan pohon sengon dan
sejenisnya itu tidak memberikan manfaat langsung bagi masyarakat selain lahan yang
kembali hijau (Rismunandar, 1990).
Akan lebih baik apabila reklamasi lahan dengan menggunakan pohon- pohon yang khas
pada daerah tersebut, hal ini dikarenakan pohon tersebut mempunyai kondisi fisik, kimia
dan biologi yang mungkin tepat pada tanah tersebut. Selain lahan kembali hijau,
tanaman buah khas Kalimantan Selatan sudah mulai punah dan ditinggalkan masyarakat
sehingga bukan hanya sekedar reklamasi lahan tapi juga memiliki manfaat lain yaitu
upaya konservasi. Buah-buahan khas Kalimantan Selatan seperti ramania (Bouea
macrophylla Griff.), pampaken (Durio kutejensis (Hassk.) Becc.), kuini (Mangifera
odorata Griff.), hampalam (Mangifera sp.), dan kasturi (Mangifera casturi) lebih
memberikan manfaat terhadap masyarakat sekitar dari pada hanya sekedar penghijaun
belaka.
Mangga (Mangifera indica) merupakan tanaman yang khas dan sering kita temui
didaerah Kalimantan selatan khususnya Banjarmasin, namun keberadaan manga saat ini
mulai sulit untuk ditemukan dan jarang terdapat dipasaran, padahal ketika musimnya
tiba manga sangant banyak ditemukan dikalimantan selatan bahkan ada yang sampai
menjualnya dipinggiran jalan. Mangga merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon
yang berasal dari Negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia
Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia Mangga merupakan satu genus tumbuhan
yang terdiri dari 35 spesies pokok buah tropika dalam famili Anacardiaceae (Pracaya,
1998).
Klasifikasi botani tanaman mangga adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub division : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledoneae (berkeping dua)
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Mangifera
Species : Mangifera indica L (Rismunandar, 1990).
Pohon mangga berperawakan besar, dapat mencapai tinggi 40 m atau lebih, meski
kebanyakan mangga peliharaan hanya sekitar 10 m atau kurang. Batang mangga tegak,
bercabang agak kuat, dengan daun-daun lebat membentuk tajuk yang indah berbentuk
kubah, oval atau memanjang, dengan diameter sampai 10 m. Kulit batangnya tebal dan
kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun. Warna
pepagan (kulit batang) yang sudah tua biasanya coklat keabuan, kelabu tua sampai
hampir hitam (Pracaya, 1998).
D. Manfaat Tanaman Mangga
1. Komoditi Ekspor dan Bisa Menambah Pendapatan
Mangga sebagai komoditas ekspor telah dimulai sejak tahun 1930 hingga sekarang.
Namun nilai ekspor mangga Indonesia khususnya dikalimantan selatan mengalami
ketidakstabilan, hal ini dapat dilihat dengan turun naiknya jumlah mangga yang diekspor
dan pemasukan devisa.
2. Sebagai Bahan Makanan
Hasil yang diperoleh dan dimanfaatkan dari pohon mangga ternyata bukan hanyabuah
segar saja, tetapi buah mangga dapat diolah secara khusus menjadi bahan makanan yang
berguna bagi tubuh manusia. Komposisi buah mangga terdiri dari 80% air dan 15%-20%
gula, serta berbagai macam vitamin, antara lain vitamin A,B.C. Kegunaan Vitamin A
dari buah mangga adalah untuk mencegah kerusakan mata, Vitamin B mencegah
penyakit beri beri, dan Vitamin C menjaga kesehatan gigi dan mencegah penyakit gusi
berdarah serta kulit pecah.
3. Sebagai Tanaman Peneduh dan Penyelamat Lapisan Tanah
Dikota kota besar dekat pantai yang berudara panas, banyak sekali halaman depan
rumah atau sekelilingnya ditanami pohon mangga yang tidak terlalu tinggi dan besar.
Tanaman ini berasal dari bibit okulasi atau cangkokan. Disamping berfungsi sebagai
penghias tanaman dan penyejuk halaman, maka buahnya dapat dinikmati sendiri
(Rismunandar, 1990).
Pohon mangga juga baik untuk proyek reboisasi terutama didaerah perbukitan yang
gundul. Sebab, tanaman mangga mempunyai jaringan akar yang kuat, luas dan dalam,
sehingga mampu menahan lapisan tanah atas (humus) yang larut bersama air, bila
musim penghujan tiba. Mahkota daunnya rimbun dan luas, dapat mengurangi laju
penguapan air tanah, sehingga lapisan tanah disekitarnya tidak mudah rusak (pecah-
pecah). Pada padang penggembalan ternak yang luas, tanaman mangga dapat
dipergunakan sebagai peneduh, sehingga ternak bias beristirahat dengan tenang.
Disamping itu, tanaman mangga juga dapat digunakan untuk penguat tanggul jalan dan
melindungi aspal dari terpaan sinar matahari (Rismunandar, 1990).

E. Teknik Penanaman
1) Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan panjang, lebar dan kedalaman 100 cm. Pada waktu
penggalian, galian tanah sampai kedalaman 50 cm dipisahkan dengan galian dari
kedalaman 50-100 cm. Tanah galian bagian dalam dicampur dengan pupuk kandang lalu
dikeringanginkan beberapa hari. Masukkan tanah galian bagian atas, diikuti tanah galian
bagian bawah. Pembuatan lubang tanam dilakukan pada musim kemarau.
2) Cara Penanaman
Lubang tanam yang telah ditimbun digali kembali dengan ukuran panjang dan lebar 60
cm pada kedalaman 30 cm, taburi lubang dengan furadan 10-25 gram. Polibag bibit
digunting sampai ke bawah, masukkan bibit beserta tanahnya dan masukkan kembali
tanah galian sampai membentuk guludan. Tekan tanah di sekitar batang dan pasang kayu
penyangga tanaman.
3) Penanaman Pohon Pelindung
Pohon pelindung ditanam untuk menahan hembusan angin yang kuat. Jenis yang biasa
dipakai adalah pohon asam atau trembesi (Rismunandar, 1990).

F. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyiangan
Penyiangan tidak dapat dilakukan sembarangan, rumput/gulma yang telah dicabut dapat
dibenamkan atau dibuang ke tempat lain agar tidak tumbuh lagi. Penyiangan juga biasa
dilakukan pada waktu penggemburan dan pemupukan.
2) Penggemburan/Pembubunan
Tanah yang padat dan tidak ditumbuhi rumput di sekitar pangkal batang perlu
digemburkan, biasanya pada awal musim hujan. Penggemburan tanah di kebun mangga
cangkokan jangan dilakukan terlalu dalam
3) Perempelan/Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan untuk membentuk kanopi yang baik dan meningkatkan
produksi. Ketika tanaman telah mulai bertunas perlu dilakukan pemangkasan tunas agar
dalam satu cabang hanya terdapat 34 tunas saja. Tunas yang dipilih jangan terletak
sama tinggi dan berada pada sisi yang berbeda. Tunas dipelihara selama kurang lebih 1
tahun saat tunas-tunas baru tumbuh kembali. Pada saat ini dilakukan pemangkasan
kedua dengan meninggalkan 2-3 tunas. Pemangkasan ketiga, 1 tahun kemudian,
dilakukan dengan cara yang sama dengan pemangkasan ke-2 (Pracaya, 1998).

G. Pemupukan
a. Pupuk organik
1. Umur tanaman 1-2 tahun: 10 kg pupuk kandang, 5 kg pupuk kandang.
2. Umur tanaman 2,58 tahun: 0,5 kg tepung tulang, 2,5 kg abu.
3. Umur tanaman 9 tahun: tepung tulang dapat diganti pupuk kimia SP-36, 50 kg pupuk
kandang, 15 kg abu.
4. Umur tanaman > 10 tahun: 100 kg pupuk kandang, 50 kg tepung tulang, 15 kg abu
(Pracaya, 1998).
Pupuk kandang yang dipakai adalah pupuk yang sudah tercampur dengan tanah.
Pemberian pupuk dilakukan di dalam parit keliling pohon sedalam setengah mata
cangkul (5 cm) (Bambang, 1994).
b) Pupuk anorganik
1. Umur tanaman 1-2 bulan : NPK (10-10-20) 100 gram/tanaman.
2. Umur tanaman 1,5-2 tahun: NPK (10-10-20) 1.000 kg/tanaman.
3. Tanaman sebelum berbunga: ZA 1.750 gram/tanaman, KCl 1.080 gram/tanaman.
4. Tanaman waktu berbunga : ZA 1.380 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 970
gram/tanaman, KCl 970 gram/tanaman.
5. Tanaman setelah panen: ZA 2700 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 1.940
gram/tanaman, KCl 1.940 gram/tanaman (Bambang, 1994).

H. Peningkatan Kuantitas Buah


Dari sejumlah besar bunga yang muncul hanya 0,3% yang dapat menjadi buah yang
dapat dipetik. Untuk meningkatkan persentase ini dapat disemprotkan polinator maru
atau menyemprotkan serbuk sari diikuti pemberian 300 ppm hormon giberelin. Dengan
cara ini, persentase pembentukan buah yang dapat dipanen dapat ditingkatkan menjadi
1,3% (Bambang, 1994).

I. Panen
Mangga cangkokan mulai berbuah pada umur 4 tahun, mangga okulasi pada umur 5-6
tahun. Banyaknya buah panen pertama hanya 10-15 buah, pada tahun ke 10 jumlah buah
dapat mencapai 300-500 buah/pohon. Panen besar biasanya jatuh di bulan September-
Oktober. Tanda buah sudah dapat dipanen adalah adanya buah yang jatuh karena matang
sedikitnya 1 buah/pohon, warna buah arumanis/manalagi berubah menjadi hijau tua
kebiruan, warna buah mangga golek/gedok berubah menjadi kuning/merah Buah yang
dipetik harus masih keras (Pracaya, 1998).
Pada saat pemetikan, buah jangan sampai terpotong, tercongkel atau jatuh sampai
memar. Buah dipetik di sore hari dengan menggunakan pisau tajam atau dengan galah
yang diujungnya terdapat pisau dan keranjang penampung buah.
Di Indonesia khususnya di Kalimantan Selatan pohon mangga berbunga satu tahun
sekali sehingga panen dilakukan satu periode dalam satu tahun. Dari satu pohon, buah
tidak akan masak bersamaan sehingga dilakukan beberapa kali panen. Pohon muda
okulasi menghasilkan 50-100 buah/tahun, meningkat sampai 300-500 buah pada umur
10 tahun, 1.000 buah pada umur 15 tahun dan 2.000 buah pada waktu produksi
maksimum di umur 20 tahun (Rismunandar, 1990).

BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas adalah
1. Teknik tambang terbuka menyebabkan terjadinya lahan kritis karena hilangnya
vegetasi penutup tanah, adanya tekanan berat dari pukulan air hujan, erosi, sentuhan
langsung cahaya matahari dan terjadinya pemadatan tanah akibat aktifitas alat berat
2. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan
yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar dapat
berfungsi dan berdaya guna sesuai dengan peruntukannya
3. Dasar-dasar hukum reklamasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, Pasal 46 ayat (4) dan (5) Peraturan
Pemerintah Nomor 75 Tahun 2001, dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 18 Tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang.
4. Mangga (Mangifera indica L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang khas
diKalimantan Selatan Khususnya di daerah Banjarmasin
5. Pohon mangga berperawakan besar, dapat mencapai tinggi 40 m atau lebih, meski
kebanyakan mangga peliharaan hanya sekitar 10 m atau kurang. Batang mangga tegak,
bercabang agak kuat, dengan daun-daun lebat membentuk tajuk yang indah berbentuk
kubah, oval atau memanjang, dengan diameter sampai 10 m
6. Dengan menggunakan mangga untuk reklamasi lahan tambang dapat memperoleh
manfaat Komoditi Ekspor, Sebagai Bahan Makanan, Sebagai Tanaman Peneduh dan
Penyelamat Lapisan Tanah.
7. Pemeliharaan tanaman manga dapat menggunakan beberapa cara efektif yaitu
Penyiangan, Penggemburan dan Perempelan / Pemangkasan.
8. Reklamasi lahan dengan menggunakan pohon pohon yang khas pada daerah
tersebut sangat cocok karena pohon tersebut mempunyai kondisi fisik, kimia dan biologi
yang mungkin tepat pada tanah tersebut.
9. Pohon mangga juga baik untuk proyek reboisasi terutama didaerah perbukitan yang
gundul. Sebab, tanaman mangga mempunyai jaringan akar yang kuat, luas dan dalam,
sehingga mampu menahan lapisan tanah atas (humus) yang larut bersama air, bila
musim penghujan tiba.

4.2 Saran
Untuk lahan pertambangan hendaknya segera melakukan reklamasi yang tepat dengan
cara mengidentifikasi tanah tersebut dan menentukan tanaman apa saja yang tepat pada
wilayah tersebut sehingga meminimalisir terjadinya degradasi tanah
DAFTAR PUSTAKA

Adisoemarto, S. 2004. dasar-Dasar Ilmu Tanah. Edisi ke-6. Terjemahan dari


Fundamental of Soil Science. Erlangga. Jakarta.

Djajakirana, G. 2001. Kerusakan Tanah Sebagai Dampak Pembangunan Pertanian.


Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ginoga, K. dan N. Masripatin. 2009. Potensi Perdagangan Karbon pada Lahan Bekas
Tambang. Prosiding Workshop IPTEK Penyelamatan Hutan Melalui Rehabilitas5 Lahan
Bekas Tambang Batubara. Balai Besar Penelitian Dipterokarpa. Samarinda

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Edisi Revisi. Penerbit Akademika. Pressindo.


Jakarta. Hal. 126.
Perrow, M. R. and A. J. Davy. 2002. Handbook of Ecological Restoration. Volume i
Principles of Restoration. Cambridge University Press. Cambridge.

Bambang Marhijanto, Drs & Setiyo Wibowo. 1994. Bertanam Mangga. Arkola.
Surabaya.

Pracaya, Ir. 1998. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya. Jakarta

Rismunandar. 1990. Membudayakan Tanaman Buah-buahan. Sinar Baru Bandung

Anda mungkin juga menyukai