Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH PEMERIKSAAN JANTUNG

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Patofisiologi

Dosen Pengampu : dr. Antonius Budi Giri Bawono, SpOG

Disusun oleh :
KELOMPOK 2

Anggota : Fatmi Andriati


Fitri Muriyasari
Indarwati
Juda Julia K
Khairunnisa Safitri
Kristuti Catur Sumarah
Levia Imania
Lia Nicolas Indriyani Suprihatin
Liza Zahroil Minani
Maryani
Maulidah
Mega Kurniasari
Niken Sri Hastini

PROFESI KEBIDANAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan karunia-Nya kami mendapat kesehatan dan kekuatan fisik serta
pikiran sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah
ini dibuat memenuhi tugas mata kuliah PATOFISIOLOGI untuk meningkatkan
kemampuan dan pemahaman tentang mata kuliah ini.
Tidak lupa pula pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, kami
mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah PATOFISIOLOGI yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan terkait dengan materi yang dibahas. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
yang membangun guna memperbaiki makalah yang akan kami buat di masa
mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua.

Klaten, September 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Jantung sebagai sebuah pemompa darah yang terdiri dari dua pompa yang
terpisah yakni jantung kanan yang memompa darah ke paru- paru dan jantung
kiri yang memompa darah ke organ- organ perifer. Selanjutnya setiap bagian
jantung yang terpisah ini merupakan dua ruang pompa yang dapat berdenyut
yang terdiri atas satu atrium dan satu ventrikel. Atrium terutama berfungsi
sebagai pompa primer yang lemah, bagi ventrikel yang membantu
mengalirkan darah masuk ke ventrikel. Ventrikel selanjutnya menyediakan
tenaga utama yang dapat dipakai untuk mendorong darah ke sirkulasi
pulmonal atau sirkulasi perifer.
Penyakit jantung merujuk pada penyakit menyerang jantung dan sistem
pembuluh darah. Jantung merupakan organ strategis dalam tubuh seseorang
karena perannya sebagai pemompa darah. Ada banyak penyebab penyakit
jantung, seperti pola hidup, kelainan bawaan sejak lahir, dan pola makan yang
tidak sehat. Serangan jantung merupakan akibat mematikan dari penyakit
jantung koroner yang menjadi pembunuh wanita dan pria. Contoh contoh
penyakit jantung antara lain gagal jantung, masalah pada katup jantung,
aritmia, perikarditis, dan penyakit jantung koroner.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada makalah penyakit jantung ini adalah :
1. Apa landasan teori tentang penyakit jantung ?
2. Apa saja penyakit jantung dan penyebab penyakit jantung?
3. Bagaimana diagnosis pertama penyakit jantung?
4. Bagaimana pencegahan penyakit jantung?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah penyakit jantung ini adalah :
1. Untuk mengetahui landasan teori tentang penyakit jantung.
2. Untuk mengetahui apa saja penyakit jantung dan penyebabnya.
3. Untuk mengetahui diagnosis pertama penyakit jantung.
4. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit jantung
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
Jantung (bahasa latin : cor) adalah sebuah rongga, rongga organ berotot
yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang
berulang. Jantung adalah salah satu organ manusia yang berperan dalam
sistem peredaran darah.
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Cara bekerjanya
menyerupai otot polos yaitu di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan
saraf otonom). Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya
tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Di sebelah bawah
agak runcing yang disebut apeks kordis.
Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum
anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada , diatas diafragma,
dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di
bawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyutan jantung yang
disebut iktus kordis. Ukurannya kurang lebih sebesar genggaman tangan
kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.
Serangan jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan jantung sama
sekali tidak berfungsi. Kondisi ini biasanya terjadi mendadak dan sering di
sebut gagal jantung. Penyebabnya bervariasi, namun penyebab utamanya
adalah terhambatnya suplai darah ke otot jantung oleh karena itu pembuluh-
pembuluh darah yang biasanya mengalirkan darah ke otot- otot jantung
tersebut tersumbat atau mengeras yang bisa disebabkan oleh lemak dan
kolesterol atau pun oleh karena zat- zat kimia seperti penggunaan obat yang
mengandung Phenol Prophano Alanin (PPA) yang banya di temukan dalam
obat obat seperti Decolgen, dan Nicotin.

B. Penyakit Jantung
Ada berbagai macam penyakit jantung yaitu :
1. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak bisa memasok
aliran darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan berpotensi mematikan.
Penyakit jantung jenis ini memiliki gejala antara lain : pembengkakan
pada kaki dan tangan, penambahan atau pengurangan berat badan sebelum
terjadi pembengkakan karena kelebihan cairan, napas pendek, kelelahan
yang terus menerus, angina atau ketidak nyamanan pada dada dan lengan
karena penyumbatan arteri koroner.
Gagal jantung (heart failure) adalah suatu keadaan patofisiologis
berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic
secara abnormal (Mansjoer, 2001).
a. Ada 2 penyakit gagal jantung :
1) Gagal jantung kiri / gagal jantung ventrikel kiri : terjadi karena
adanya gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga
curah jantung kiri menurun dengan akibat tekanan terakhir
diastolek dalam ventrikel kiri dan volume akhir diastolik dalam
ventrikel kiri meningkat.
2) Gagal jantung kanan. Dapat terjadi karena gangguan / hambatan
pada daya pompa ventrikel kanan, sehingga isi sekuncup ventrikel
kanan menurun tanpa didahului oleh adanya gagal jantung kiri
sehingga tekanan dan volume akhir diastolek ventrikel kanan akan
meningkatkan dan keadaan menjadi beban bagi atrium kanan
dalam kerjanya mengisi ventrikel kanan pada waktu diastolik.
b. Gejala Gagal Jantung
1) Napas terengah-engah
2) Sering batuk, terutama ketika berbaring
3) Pembengkakan perut, kaki dan telapak kaki
4) Keletihan atau kurang energi
5) Kepala terasa pening atau pusing
6) Naik berat badan akibat penahanan cairan
c. Mendiagnosis Gagal Jantung
Angiogram koroner dapat dilakukan untuk mendiagnosis
penghambatan yang menyebabkan gagal jantung. Sebuah pewarna
disuntikkan ke dalam aliran darah dan menjelajahi seluruh pembuluh
darah di dalam jantung dan tubuh. Pewarna ini terlihat dalam
pemeriksaan sinar x, sehingga menjadikan pembuluh darah terlihat
dalam angiogram. Hal ini memungkinkan dokter untuk menemukan
pembuluh darah yang terhalang atau menyempit (Herdin, 2005).

2. Serangan Jantung (heart valve disease)


Serangan jantung adalah suatu kondisi penyempitan/blokade pada
sebagian pembuluh darah sehingga aliran darah ke jantung terhambat, dan
terjadi penurunan suplai oksigen dan zat makanan yang dapat
menyebabkan kerusakan permanen pada otot jantung. Kondisi
penghambatan tersebut terjadi secara tiba-tiba atau mendadak yang
umumnya menimbulkan nyeri atau ketidaknyamanan di tengah dada dalam
beberapa menit.
Serangan jantung (heart valve disease) adalah keadaan dimana salah
satu atau lebih katup jantung tidak bekerja dengan baik. Dalam beberapa
kasus orang-orang terlair dengan masalah pada katup jantung sedangkan
beberapa orang mendapatkan kelainan pada katup dimasa hidupnya.
Kelainan pada katup jantung ini disebabkan oleh infeksi, usia, dan penyakit
lain. Hampir tidak ada kejala yang ditemukan pada penderita kelainan
penyakit jantung.
Penyebab utama serangan jantung adalah terhambatnya aliran darah
ke jantung. Hambatan ini disebabkan oleh :
a. Penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan
penyempitan dan kekakuan pada pembuluh darah disebut pengerasan
pada arteri atau aterosklerosis. Penumpukan lemak dapat terjadi
akibat : merokok, diet yang tidak sehat, dan kurang aktivitas.
b. Bekuan darah yang menyumbat pembuluh darah.
c. Selain itu, serangan jantung juga dapat dipicu oleh adanya beberapa
faktor risiko berikut:
d. Usia
e. Jenis kelamin
f. Riwayat keluarga
g. Riwayat penyakit jantung koroner sebelumnya
h. Kadar lemak darah tinggi (hiperlipidemia)
i. Riwayat penyakit diabetes, hipertensi, sindrom metabolik
j. Stres kronis
k. Penggunaan obat tertentu
l. Denyut jantung tidak teratur

a. Gejalanya
Serangan jantung umumnya diawali dengan rasa sakit atau
ketidaknyamanan di tengah dada yang berlangsung lebih dari beberapa
menit atau hilang timbul. Ketidaknyamanan yang terjadi bisa berupa
rasa tertekan, seperti diremas-remas. Rasa sakit dan ketidaknyamanan
juga terasa di telapak tangan, bahu kiri, siku, rahang atau punggung.
Gejala lainnya adalah:
1) Kesulitan bernapas atau napas pendek
2) Merasa tidak enak badan atau muntah
3) Pusing
4) Keringat dingin
5) Pucat
Ada tiga jenis penyakit katup jantung atau serangan jantung yaitu
antara lain kebocoran, penyempitan, dan katup tanpa lubang. Tidak ada
obat untuk kelainan katup jantung selain operasi. Penderita yang tidak
terkena penyakit katup jantung sejak lahir dapat menjaga pola makan dan
pola hidupnya utuk terbebas dari penyakit ini (Herdin, 2005).
3. Aritmia
Aritmia yang pada umumnya dikenal sebagai desiran jantung, adalah
kondisi di mana laju detak jantung terlalu cepat, terlalu lambat atau tidak
teratur. Takikardia adalah kondisi di mana jantung berdetak terlalu cepat.
Bradikardia terjadi ketika detak jantung terlalu lambat. Aritmia tidak
berbahaya, yang lainnya dapat mengancam nyawa.
Beberapa aritmia dapat menyebabkan jantung tidak memompakan
cukup darah ke tubuh, sehingga menyebabkan kemungkinan kerusakan
pada otak, jantung dan organ vital lainnya. Aritmia dapat disebabkan oleh
serangan jantung sebelumnya. Kondisi lain yang juga merusak sistem
listrik jantung mencakup tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner
dan gagal jantung. Kebiasaan gaya hidup tidak sehat seperti merokok,
peminum berat, terlalu banyak kafein dan penyalahgunaan obat-obatan
juga dapat menyebabkan aritmia.
Aritmia adalah penyakit jantung yang mengganggu yakni gangguan
irama atau detak jantung. Detak jantung bisa lebih cepat, lebih lambat, dan
tidak teratur. Faktor utama penyakit aritmia adalah kurangnya kalsium
dalam tubuh dan terjadinya penyumbatan pembuluh darah jantung.
Penyumbatan pembuluh darah jantung yang juga berefek pada detak
jantung yang tidak normal akan berakibat pada serangan jantung. Selain itu
penyebab aritmia lainnya yaitu diabetes, tekanan darah tinggi, merokok,
kaffein, alkohol, strees, kematian otot jantung, penyalahgunaan obat da
terlalu aktifnya kelenjar tiroid.
a. Gejala Aritmia mencakup:
1) Keletihan atau kurang energi
2) Palpitasi
3) Kecemasan
4) Berkeringat
5) Napas terengah-engah
6) Nyeri dada
b. Prosedur medis
Alat pacu jantung digunakan pada pasien yang detak jantungnya
terlalu lambat serta mereka yang memiliki detak jantung tidak teratur.
Alat pacu jantung adalah perangkat kecil yang diletakkan di bawah
kulit di dada atau perut yang membantu mendeteksi kepekaan listrik
jantung. Ketika alat ini merasakan irama jantung yang tidak normal,
maka akan mengirimkan impuls listrik pada irama jantung yang tepat.
Perangkat serupa bernama Implantable Cardioverter Defibrillator
(ICD) mengendalikan aritmia yang mengancam nyawa dengan
memantau detak jantung secara terus menerus dan mengirimkan
kejutan listrik untuk memulihkan detak jantung normal.
Kardioversi dapat dilakukan dengan menggunakan kejut energi
(kardioversi listrik) atau obat-obatan (kardioversi farmakologis).
Kardioversi listrik atau defibrilasi adalah sebuah proses di mana
sentakan listrik dikirim ke jantung untuk memperbaiki irama jantung.
Namun demikian, proses ini hanya cocok untuk jenis aritmia tertentu
yang mengancam nyawa (Herdin, 2005).

4. Perikarditis
Perikarditis adalah peradangan pada kantong jantung atau perikardium
sehingga menimbulkan penimbuna cairan dan penebalan. Peradangan ini
disebabkan oleh beberapa hal, seperti infeksi virus dan terapi penyinaran
untuk kanker payudara.
Gejala yang timbul akibat perikarditis adalah sesak napas, batuk,
tekanan darah tinggi dan kelelahan akibat kerja jantung menjatu tidak
efisien. Penyakit jantung ini bisa didiagnosa melalui MRI atau Kateterisasi
jantung. Mengkonsumsi obat untuk mengurangi cairan dapat membantu
mengurangi gejala perikarditis, tetapi kesembuhan total dilakukan dengan
mengangkat perikardium.
Pericarditis adalah proses peradangan yang mencakup lapisan parietal
dan viseral dari pericardium dan lapisan terluar dari myocardium.
Pericarditis terjadi sebagai proses isolasi atau komplikasi dari penyakit
sistemik. Pericarditis dikatakan akut atau kronik ditentukan dari
serangannya frekuensinya, terjadinya dan gejala-gejalanya. Pericarditis
acut dapat terjadi dalam 2 minggu dan hal tersebut bisa mengganggu
sampai 6 minggu, disertai dengan effusion atau tamponade, Pericarditis
kronis diikuti oleh pericarditis akut dan gejalanya selambat-lambatnya 6
bulan.
Perikarditis Kronis adalah suatu peradangan perikardium yang
menyebabkan penimbunanan cairan atau penebalan dan biasanya terjadi
secara bertahap serta berlangsung lama. Pada Perikarditis Efusif Kronis,
secara perlahan cairan terkumpul di dalam perikardium. Biasanya
penyebabnya tidak diketahui, tetapi mungkin disebabkan oleh kanker,
tuberkolosis atau penurunan fungsi tiroid. Jika memungkinkan,
penyebabnya diobati, jika fungsi jantung normal, dilakukan pendekatan
dengan cara menunggu dan melihat perkembangannya.
Perikarditis konstriktif kronis adalah penyakit yang jarang terjadi jika
jaringan fibrosa terbentuk disekitar jantung. Jaringan fibrosa cenderung
untuk menetap selama bertahun-tahun, menekan jantung dan membuat
jantung menjadi kecil. Penekanan jantung akan menyebabkan
meningkatnya tekanan didalam vena yang mengangkut darah kejantung
karena mengisi jantung diperlukan tekanan yang lebih tinggi. Cairan akan
mengalir balik dan kemudian meresap dan terkumpl dibawah kulit,
didalam perut dan kadang-kadang dirongga sekitar paru-paru
(Mansjoer,2001)
a. Gejala
1) Kelelahan, Kelemahan
2) Takikardia, Disritmia
3) Dispneu dengan aktifitas
4) Nyeri pada dada anterior diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakan
menelan, berbaring.
5) Demam karena infeksi virus, bakteri, jamur.
Gejala-gejala yang dapat menjadi petunjuk penting bahwa
seseorang menderita perikarditis kronis adalah tekanan darah tinggi,
penyakit arteri koroner atau penyakit katub jantung.

5. Penyakit jantung koroner


Penyakit Jantung Koroner adalah penyempitan pembuluh darah kecil
yang memasok darah dan oksigen ke jantung. Ini disebabkan oleh
pembentukan plak di dinding arteri, dikenal pula sebagai pengerasan arteri.
Pembentukan plak ini dapat menyertai perpaduan pradisposisi genetik dan
pilihan gaya hidup. Faktor risiko mencakup usia, jenis kelamin, riwayat
genetik dan ras. Faktor lain yang memengaruhi kemungkinan CCHD
mencakup kolesterol tinggi, merokok, penyalahgunaan substansi dan
masalah berat badan. Jika dibiarkan tidak diperiksa, CHD dapat
menyebabkan serangan jantung dan bahkan kematian.
a. Gejala Penyakit Jantung Koroner mencakup:
1) Nyeri dada (angina)
2) Napas terengah-engah
3) Keletihan setelah kegiatan fisik
4) Merasa berat
5) Jantung terasa seperti diremas
Penyakit jantung koroner disebabkan oleh lapisan lemak atau kolestrol
didinding nadi yang menyumbat pembuluh darah, sehingga suplai darai
dari jantung dan kejantung terganggu. Ketika darah terus tersumbat lapisan
lemak maka inilah yang disebut serangan jantung. Gejala-gejala penyakit
jantung seperti nyeri didada bagian tengah yang menjalar kelengan kiri
dan leher bahkan sampai kepunggung, keringat dingin dan rasa mual.
Seperti halnya anggota tubuh yang lain, jantung memerlukan oksigen
dan zat makanan sebagai sumber energi agar dapat memompa darah ke
seluruh tubuh. Bagian yang berperan mengantarkan zat makanan dan
oksigen ini adalah pembuluh darah koroner. Pembuluh koroner merupakan
cabang dari pembuluh besar aorta jantung. Jantung memiliki empat cabang
besar pembuluh koroner, Pipa pembuluh darah koroner melekat pada
dinding jantung. Penyakit jantung koroner terjadi jika pembuluh darah
koroner tersumbat. Manifestasi penyakit jantung koroner disebabkan
ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen sel otot jantung dengan
masukannya. Penyaluran oksigen yang kurang dari arteri koroner akan
menyebabkan kerusakan sel otot jantung (Nadesul, 2009).

6. Penyakit jantung bawaan sejak lahir


Otot jantung yang lemah merupakan kelainan jantung bawaan sejak
lahir. Hal ini membuat penderita tidak bisa melakukan aktivitas yang
berlebihan karena pemaksaan kinerja jantung yang berlebihan akan
menimbulkan rasa sakit dibagian dada dan kadangkala akan menyebabkan
tubuh tampak kebiru-biruan, penderita lemah otot jantung ini mudah
pingsan.
Penyakit jantung bawaan sebetulnya penyakit sejak lahir yang di
mana si buah hati masih dalam kandungan dengan keadaan yang kurang
sempurna di bagian jantung. Misalnya saja terdapat kebocoran jantung saat
pembentukan jantung sewaktu masih dalam janin. Hal tersebut yang
menjadikan penyakit jantung bawaan, maksudnya bawaan tersebut adalah
penyakit atau ketidak sempurnaan jantung sewaktu masih dalam
kandungan.
Selain itu masih banyak lagi jenis penyakit jantung bawaan sejak lahir
pada anak. seperti pembuluh darah terbalik (TOF), Patent Ductus
Arteriosus (PDA), bocor pada bagian bawah/Ventrical Septal Defect
(VSD), bocor pada bagian atas/Atrial Septal Defect (ASD), dan mungkin
masih ada lagi yang lainnya.
Penyakit jantung bawaan diderita sekitar satu persen dari jumlah
kelahiran hidup dan sebagian besarnya harus dioperasi. Penyakit ini sudah
dapat dideteksi melalui USG sejak bayi berusia 20 minggu di kandungan.
Bila dideteksi saat kehamilan dokter akan melakukan tindakan
intervensi agar kelainan penyakitnya tidak parah. Deteksi kelainan
jantung bawaan juga bisa dilakukan saat bayi lahir.
a. Penyebab Penyakit Jantung Bawaan
Walaupun penyakit jantung bawaan seperti penyakit yang tak bisa
terhindarkan, namun dalam penelitian mendapati ada
beberapa penyebab penyakit jantung bawaan yang menjadikan si buah
hati lahir dalam keadaan tidak sempurna. Seperti disebabkan pengaruh
obat-obatan/minum banyak anti biotik, makanan (pengawet, instan,
pewarna kimia, dll), polusi udara dan lain sebagainya.
Risiko bayi menderita penyakit jantung bawaan meningkat jika ibu
hamil punya kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol,
dan memiliki riwayat penyakit ini dalam keluarga.
b. Gejala Penyakit Jantung Bawaan
Pada bayi penyakit jantung bawaan ini bisa dikenali dari sejumlah
gejala, misalnya lekas letih, ada gangguan tumbuh kembang, sering
panas dan batuk, ada gangguan atau sering berhenti saat menyusu
ibunya untuk bernapas. Gejala khas lainnya adalah biru pada ujung
kuku-kuku dan lidah. Meski begitu ada juga yang tidak bergejala biru.

C. Diagnosis Klinik
Semakin banyak teknik diagnostik canggih yang memungkinkan kita
mendeteksi penyakit jantung dan cacat klinisnya. Tetapi penggunaan teknik-
teknik ini dan interpretasi hasil pemeriksaan gan hanyalah merupakan
pelengkap penilaian klinis dan sistematis dari pasien yang bersangkutan, dan
bukan merupakan suatu pemeriksaan yang menggantikan, anamnesis dan
pemeriksaan fisik lengkap dari pasien tersebut. Karena itu, suatu tinjauan
singkat dari pemeriksaan sistematis di samping tempat tidur penderita
penyakit jantung harus dilakukan sebelum melangkah ke prosedur diagnostik
yang umum (Guyton, 1994).
1. Penilaian Klinis
Penilaian klinis sistematis mencakup pemeriksaan fisik dan riwayat
penyakit pasien secara lengkap dengan memakai teknik inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan sistem kardiovaskuler harus meliputi
jantung dan sistem pembuluh darah perifer (Guyton, 1994).
a. Anamnesis
Anamnesis mencakup penilaian dari gaya hidup individual serta
pengaruh penyakit jantung terhadap kegiatan sehari-hari bila bertujuan
merawat penderita dan bukannya penyakit itu sendiri. Tanda dan gejala
penyakit jantung dibawah ini sering kali ditemukan pada pengambilan
riwayat penderita penyakit jantung:
1) Angina, atau nyeri dada akibat kekurangan oksigen atau iskemia
miokardium
2) Dispnea, atau kesulitan dalam bernafas akibat meningkatnya usaha
bernafas yang ada hubungannya dengan kongesti pembuluh
pulmoner dan perubahan kemapuan pengembangan paru-paru;
ortopnea, atau kesulitan bernafas pada posisi berbaring; dispenea
paropsismal nokturnal, atau seraangan yang terjadi pada waktu
beristirahat di malam hari akibat payah ventrikel jantung
3) Palpitasi, atau meraskan denyut jantung sendiri karena perubahan
dalam kecepatan denyut, keteraturan atau kekuatan kontraksi
jantung
4) Edema perifer, atau pembengkakan yang disebabkan timbunan
cairan diruang-ruang interstisial
5) Sinkop, atau kehilangan kesadaran sesaat akibat aliran darah
serebral yang kurang memadai
6) Kelelahan dan kelemahan, biasanya diakibatkan curah jantung
yang rendah dan perkusi perifer yang berkurang

2. Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler


a. Inspeksi Jantung
Inspeksi jantung berarti mencari tanda-tanda yang mengungkapan
keadaan jantung pada permukaan dada dengan cara melihat /
mengamati. Tanda-tanda itu adalah bentuk prekordium, denyut pada
apeks jantung, denyut nadi pada dada, denyut vena.
1) Bentuk precordium
Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris. Prekordium
yang cekung dapat terjadi akibat perikarditis menahun, fibrosis
atau atelektasis paru, scoliosis atau kifoskoliosis dan akibat
penekanan oleh benda yang seringkali disandarkan pada dada
dalam melakukan pekerjaan (pemahat tukang kayu dsb).
Prekordium yang gembung dapat terjadi akibat dari pembesaran
jantung, efusi epikardium, efusi pleura, tumor paru, tumor
mediastinum dan scoliosis atau kifoskoliosis. Penyakit jantung
yang menimbulkan penggembungan setempat pada prekordium
adalah penyakit jantung bawaan (Tetralogi Fallot), penyakit katup
mitral atau aneurisma aorta yang berangsur menjadi besar serta
aneurisma ventrikel sebagai kelanjutan infark kordis.
2) Denyut apeks jantung (iktus kordis)
Tempat iktus kordis belum tentu dapat dilihat terutama pada
orang gemuk. Dalam keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur
terlentang atau berdiri iktus terlihat didalam ruangan interkostal V
sisi kiri agak medial dari linea midclavicularis sinistra. Pada anak-
anak iktus tampak pada ruang interkostal IV, pada wanita hamil
atau yang perutnya buncit iktus kordis dapat bergeser ke samping
kiri. Tempat iktus kordis sangat tergantung pada :
a) Sikap badan
Pada sikap tiduran dengan menghadap ke kiri iktus akan
terdapat dekat linea axillaries anterior. Pada sikap tiduran
dengan menghadap ke kanan iktus terdapat dekat tepi sternum
kiri. Pada sikap berdiri, iktus akan lebih rendah dan lebih ke
dalam dari pada sikap tiduran.
b) Letak diafragma.
Pada inspirasi yang dalam, maka letak iktus lebih ke bawah
dan pindah ke medial 1 1,5 cm. Pada wanita hamil
trimester III, dimana diafragma terdesak ke atas, maka iktus
akan lebih tinggi letaknya, bisa pada ruang interkostal III atau
bahkan II, serta agak di luar linea midklavikularis. Pada ascites
juga akan dijumpai keadaan seperti tersebut di atas, Kadang-
kadang iktus dapat ditentukan dengan melihat papilla mammae,
tapi seringkali hal ini tidak dapat dijadikan patokan karena
letak papilla mammae terutama pada wanita sangat variable.
Iktus sangat menentukan batas jantung kiri. Maka jika
didapatkan iktus terdapat pada perpotongan antara spatium
interkostale V kiri dengan linea midklavikularis, berarti besar
jantung normal. Jika iktus terdapat di luar linea
midklavikularis, maka menunjukan suatu hal tidak normal,
yang dapat disebabkan oleh pembesaran jantung kiri atau jika
besar jantung adalah normal, maka perpindahan itu disebabkan
oleh penimbunan cairan dalam kavum pleura kiri atau adanya
schwarte pleura kanan. Jika iktus terdapat lebih medial (lebih
kanan) dari normal, hal ini juga patologis, dapat terjadi karena
penimbunan cairan pleura kiri atau adanya schwarte pleura
kanan.
Sifat iktus :
a) Pada keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan
kecil, yang sifatnya lokal. Pada pembesaran yang sangat
pada bilik kiri, iktus akan meluas.
b) Iktus hanya terjadi selama systole. Oleh karena itu, untuk
memeriksa iktus, kita adakan juga palpasi pada a. carotis
comunis untuk merasakan adanya gelombang yang asalnya
dari systole.
3) Denyutan nadi pada dada
Bagian prekordium di samping sternum dapat bergerak naik-
turun seirama dengan diastolic dan sistolik. Tanda ini terdapat pada
ventrikel kanan yang membesar. Apabila di dada bagian atas
terdapat denyutan maka harus curiga adanya kelainan pada aorta.
Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan denyutan di ruang
interkostal II kanan, sedangkan denyutan dada di daerah ruang
interkostal II kiri menunjukkan adanya dilatasi a. pulmonalis dan
aneurisma aorta descenden.
4) Denyutan vena
Vena yang tampak pada dada dan punggung tidak menunjukkan
denyutan. Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena
jugularis interna dan eksterna.
b. Palpasi Jantung
Palpasi dapat menguatkan hasil yang didapat dari inspeksi.
Denyutan yang tidak tampak, juga dapat ditemukan dengan palpasi.
Palpasi pada prekordiun harus dilakukan dengan telapak tangan
dahulu, baru kemudian memakai ujung ujung jari. Palpasi mula-mula
harus dilakukan dengan menekan secara ringan dan kemudian dengan
tekanan yang keras. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien, sedang
pasien dalam sikap duduk dan kemudian berbaring terlentang. Telapak
tangan pemeriksa diletakkan pada prekordium dengan ujung-ujung jari
menuju ke samping kiri toraks. Hal ini dilakukan untuk memeriksa
denyutan apeks. Setelah itu tangan kanan pemeriksa menekan lebih
keras untuk menilai kekuatan denyutan apeks. Jika denyut apeks sudah
ditemukan dengan palpasi menggunakan telapak tangan, kita palpasi
denyut apeks dengan memakai ujung-ujung jari telunjuk dan tengah.
Denyutan, getaran dan tarikan dapat diteliti dengan jalan palpasi baik
ringan maupun berat.
Urutan palpasi dalam rangka pemeriksaan jantung adalah sebagai
berikut :
1) Pemeriksaan iktus cordis
Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus dan apabila teraba
dinilai kuat angkat atau tidak. Kadang-kadang kita tidak dapat
melihat, tetapi dapat meraba iktus. Pada keadaan normal iktus
cordis dapat teraba pada ruang interkostal kiri V, agak ke medial (2
cm) dari linea midklavikularis kiri. Apabila denyut iktus tidak
dapat dipalpasi, bisa diakibatkan karena dinding toraks yang tebal
misalnya pada orang gemuk atau adanya emfisema, tergantung
pada hasil pemeriksaan inspeksi dan perkusi. Denyut iktus cordis
sangat kuat kalau pengeluaran darah dari jantung (output) besar.
Dalam keadaan itu denyut apeks memukul pada telapak tangan
atau jari yang melakukan palpasi. Hal ini dapat terjadi pada
insufisiensi aorta dan insufisiensi mitralis. Pada keadaan hipertensi
dan stenosis aorta denyutan apeks juga kuat, akan tetapi tidak
begitu kuat, kecuali jika ventrikel kiri sudah melebar (dilatasi) dan
mulai timbul keadaan decomp cordis. Denyutan yang memukul
pada daerah sebelah kiri sternum menandakan keadaan abnormal
yaitu ventrikel kanan yang hipertrofi dan melebar. Hal ini dapat
terjadi pada septum atrium yang berlubang, mungkin juga pada
stenosis pulmonalis atau hipertensi pulmonalis. Denyutan yang
memukul akibat kelainan pada ventrikel kiri atau ventrikel kanan
dapat juga teraba di seluruh permukaan prekordium. Hal ini terjadi
apabila penjalaran denyutan menjadi sangat kuat karena jantung
berada dekat sekali pada dada. Namun, harus tetap ditentukan satu
tempat dimana denyutan itu teraba paling keras.
2) Pemeriksaan getaran / thrill
Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan katub
bawaan atau penyakit jantung kongenital. Disini harus diperhatikan
:
a) Lokalisasi dari getaran
b) Terjadinya getaran saat systole atau diastole
c) Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang
tersebut melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi jantung
dan darah akan mengalir lebih cepat.
d) Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya akan
terdengar bising jantung.
Contoh pada kelainan jantung bawaan VSD akan teraba getaran
sistolik di parasternal kiri bawah dan pada stenosis pulmonal akan
teraba getaran sistolik di parasternal kiri atas. Pada kelainan
jantung didapat seperti stenosis mitral akan teraba getaran distolik
di apeks jantung dan pada stenosis aorta akan teraba getaran
sistolik di bagian basis jantung.
3) Pemeriksaan gerakan trachea.
Pada pemeriksaan jantung, trachea harus juga diperhatikan
karena anatomi trachea berhubungan dengan arkus aorta. Pada
aneurisma aorta denyutan aorta menjalar ke trachea dan denyutan
ini dapat teraba. Cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan kedua jari telunjuknya
diletakkan pada trachea sedikit di bawah krikoid. Kemudian laring
dan trachea diangkat ke atas oleh kedua jari telunjuk itu. Jika ada
aneurisma aorta maka tiap kali jantung berdenyut terasa oleh kedua
jari telunjuk itu bahwa trachea dan laring tertarik ke bawah.
c. Perkusi Jantung
Kita melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung.
1) Batas kiri jantung
Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial. Perubahan
antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup relatif kita tetapkan
sebagai batas jantung kiri. Dengan cara tersebut kita akan dapatkan
tempat iktus, yaitu normal pada ruang interkostale V kiri agak ke
medial dari linea midklavikularis sinistra, dan agak di atas batas
paru-hepar. Ini merupakan batas kiri bawah dari jantung. Batas
jantung sebelah kiri yang terletak di sebelah cranial iktus, pada
ruang interkostal II letaknya lebih dekat ke sternum daripada letak
iktus cordis ke sternum, kurang lebih di linea parasternalis kiri.
Tempat ini sering disebut dengan pinggang jantung. Sedangkan
batas kiri atas dari jantung adalah ruang interkostal II kiri di linea
parasternalis kiri.
2) Batas kanan jantung
Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial. Disini agak
sulit menentukan batas jantung karena letaknya agak jauh dari
dinding depan thorak. Batas bawah kanan jantung adalah di sekitar
ruang interkostal III-IV kanan,di line parasternalis kanan.
Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea
parasternalis kanan. Perkusi jantung mempunyai arti pada dua
macam penyakit jantung yaitu efusi pericardium dan aneurisma
aorta. Kita ketahui bahwa pada emfisema daerah redup jantung
mengecil, tapi pada aneurisma aorta daerah redup jantung meluas
sampai ke sebelah kanan sternum sekitar ruang interkostal II. Suara
perkusi pada sternum pun menjadi redup. Pada efusi pericardium
daerah redup jantung meluas terutama bagian bawahnya sehingga
bentuknya menyerupai bentuk jambu.
d. Auskultasi Jantung
Auskultasi jantung menggunakan alat stetoskop. Yang dipakai
disini adalah stetoskop duplek, yang memiliki dua corong yang dapat
dipakai bergantian. Corong pertama berbentuk kerucut yang sangat
baik untuk mendengarkan suara dengan frekuensi tinggi, sedangkan
corong yang kedua berbentuk lingkaran yang sangat baik untuk
mendengarkan bunyi dengan nada rendah. Pada auskultasi, selama
beberapa pukulan jantung harus diusahan untuk mendengarkan dan
memusatkan perhatian pada bunyi I, setelah ada kepastian barulah
dipusatkan pada bunyi II. Pada auskultasi akan diperhatikan 2 hal,
Yaitu :
1) Bunyi jantung : Bunyi jantung I dan II
a) Bunyi Jantung I
Terjadi karena getaran menutupnya katub atrioventrikularis,
yang terjadi pada saat kontraksi isometris dari bilik pada
permulaan systole. Getaran yang terjadi tersebut akan
diproyeksikan pada dinding toraks yang kita dengar sebagai
bunyi jantung I.
Intensitas dari BJ I tergantung dari :
Kekuatan kontraksi bilik dimana ini tergantung dari
kekuatan otot bilik.
Kecepatan naiknya desakan bilik
Letak katub A V pada waktu systole ventrikel
Kondisi anatomis dari katub A V
Daerah auskultasi untuk BJ I :
Pada iktus : katub mitralis terdengar baik disini.
Pada ruang interkostal IV V kanan. Pada tepi sternum :
katub trikuspidalis terdengar disini
Pada ruang interkostal III kiri, pada tepi sternum,
merupakan tempat yang baik pula untuk mendengar katub
mitral.
Intensitas BJ I akan bertambah pada apek pada:
stenosis mitral
interval PR (pada EKG) yang begitu pendek
pada kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran darah yang
cepat misalnya [ada kerja fisik, emosi, anemi, demam dll.
Intensitas BJ I melemah pada apeks pada :
shock hebat
interval PR yang memanjang
decompensasi hebat.
b) Bunyi jantung II
Terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya katub aorta dan
a. pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada
permulaan diastole. BJ II normal selalu lebih lemah daripada
BJ I. Pada anak-anak dan dewasa muda akan didengarkan BJ II
pulmonal lebih keras daripada BJ II aortal. Pada orang dewasa
didapatkan BJ II aortal lebih keras daripada BJ II pulmonal.
Intensitas BJ II aorta akan bertambah pada :
hipertensi
arterisklerosis aorta
Intensitas BJ II pulmonal bertambah pada kenaikan desakan a.
pulmonalis, misalnya pada :
kelemahan bilik kiri
stenosis mitralis
cor pulmonal kronik
kelainan cor congenital
BJ II menjadi kembar pada penutupan yang tidak bersama-
sama dari katub aorta dan pulmonal. terdengar jelas pada basis
jantung. BJ I dan II akan melemah pada :
orang yang gemuk
emfisema paru-paru
perikarditis eksudatif
penyakit-penyakit yang menyebabkan kelemahan otot
jantung
2) Bising jantung / cardiac murmur
Bising jantung lebih lama daripada bunyi jantung. Hal-hal yang
harus diperhatikan pada auskultasi bising adalah :
a) Apakah bising terdapat antara BJ I dan BJ II (bising systole),
ataukah bising terdapat antara BJ II dan BJ I (bising diastole).
Cara termudah untuk menentukan bising systole atau diastole
ialah dengan membandingkan terdengarnya bising dengan saat
terabanya iktus atau palpasi a. carotis, maka bising itu adalah
bising systole.
b) Tentukan lokasi bising yang terkeras.
c) Tentukan arah dan sampai mana bising itu dijalarkan. Bising itu
dijalarkan ke semua arah tetapi tulang merupakan penjalar
bising yang baik, dan bising yang keras akan dijalarkan lebih
dulu.
d) Perhatikan derajat intensitas bising tersebut.
e) Ada 6 derajat bising : (1) Bising yang paling lemah yang dapat
didengar. Bising ini hanya dapat didengar dalam waktu agak
lama untuk menyakinkan apakah besar-benar merupakan suara
bising. (2) Bising lemah , yang dapat kita dengar dengan
segera. (3) dan (4) adalah bising yang sedemikian rupa
sehingga mempunyai intensitas diantara (2) dan (5). (5) Bising
yang sangat keras, tapi tak dapat didengar bila stetoskop tidak
diletakkan pada dinding dada. (6) Bising yang dapat didengar
walaupun tak menggunakan stetoskop.
f) Perhatikan kualitas dari bising, apakah kasar, halus, bising
gesek, bising yang meniup, bising yang melagu.
Secara klinis, bising dapat dibagi menjadi :
a) Bising fisiologis
Biasanya bising yang sistolik berupa bising yang fisiologis,
dan jarang patologis. Tetapi bising diastolic selalu merupakan
hal yang patologis. Sifat-sifat bising fisiologis adalah senagai
berikut:
Biasanya bersifat meniup
Tidak pernah disertai getaran
Biasanya tidak begitu terasa tetapi lebih dari derajat II
Pada auskultasi terdengar baik pada sikap terlentanng dan
pada waktu ekspirasi
Dapat diauskultasi paling baik di ruang interkostal II III
kiri pada tempat konus pulmonalis.
b) Bising patologis
Seperti sudah dijelaskan bahwa bising diastolic pasti
patologis, sedang bising sistolik biasa fisiologis tetapi bisa
patologis. Bising sistolik yang terdapat pada apeks biasanya
patologis. Sifatnya meniup, intensitasnya tidak tentu, lamanya
juga tidak tentu. Keadaan-keadaan ini sering dijumpai bising
sistolik pada apeks :
Insufisiensi mitralis organic misal pada cacat katub karena
reuma.
Pembesaran hebat dari bilik kiri, sehingga annulus fibrosis
relatif lebih besar daripada valvula mitralis. Jadi disini ada
insufisiensi mitral relatif. Hal ini terdapat pada
miodegenerasi dan hipertensi hebat.
Anemia dan hipertiroid atau demam. Bising disini terjadi
karena darah mengalir lebih cepat.
Stenosis aorta. Disini akan dijumpai adanya bising sistolik
pada aorta, yang kemudian dihantarkan ke apeks jantung.
Sehingga pada apeks akan terdengar bunyi yang lebih
lemah daripada aorta.

3. Prosedur Diagnostik Non Invasif


a. Elektrokardiogram permukaan
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu pencataatn grafis aktifitas
lidtrik jantung. Pada EKG akan tergambar gelombang yang disebut
sebagai gelombang P, QRS, dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi
listrik dan pemulihannya melalui sistem kondusi dan
miokardium.gelombang-gelombnag ini direkam pada kertas grafik
dengan skala waktu horizontal dan skala voltase vertikal (Sylvia,
1994).
b. Ekokardiografi
Ekokardiografi merupakan prosedur pemeriksaan mengenai
ultrasound sebagai media pemeriksaan. Suatu transduser yang
memancarkan gelombang ultrasonik atau gelombang suara dengan
frekuensi tinggi diluar kemampuan pendengar manusia., di tempatkan
pada dinding dada penderita dan di arahkan ke jantung. Ketika
gelombang ultrasonik berjalan melewati jantung, gelombang ultrasonik
tersebut akan di pantulkan kembali menuju transduser setiap kali
gelombang itu melewati batas antara jaringan-jaringan dengan densitas
berbeda atau yang memiliki impedansi akustik berbeda. Energi
mekanik dari gelombang suara yang di pantulkan kembali atau disebut
echo (=gema) dari jantung ini akan dikonversi menjadi implus listrik
oleh transduser dan diperlihatkan sebagai citra jantung pada osiloskop
atau pada secarik kertas pencatat (Robbins dan kumar, 1995).
c. CT (Computed Tomography) scan
Tomo adalah kata Yunani yang berarti bagian atau potongan.
Jadi, tomografi adalah suatu gambara potongan melintang tubuh. CT
telah meningkatkan pencitraan jantung dari hanya 2-D menjadi
gambaran 3-D untuk mendapatkan gambaran 3-D, sebuah kamera
diputar 360 derajat melingkari dada, merekam gambaran-gambaran 2-
D dari sudut-sudut yang berbeda. Sinar X ditransmisikan menembus
tubuh untuk diterima oleh detektor pada sisi yang berlawanan. Setiap
citra sinar-X menangkap selapis tipis potongan anatomi tubuh.
Biasanya penderita mendapat suntikan bahan kontras dalam jumlah
keecil. Suntikan, biasanya yodium diberikan melalui perifer, untuk
mempertajam perbedaan antara struktur-struktur jantung dan darah
(Robbins dan kumar, 1995).
d. Pencitraan radionuklid
Pencitraan radionuklid memerlukan suntikan intravena suatu bahan
isotop radioaktif dalam jumlah kecil. Suntikan ini di lakukan pada
vena perifer. Isotop ini dapat berikatan dengan elemen darah atau
secara selektif akan diambil oleh miokardium normal atau yang
mengalami infark., sehingga menjadi suatu radioaktif pemandu
(Sylvia, 1994).
Pada saat ini dipakai 3 teknik radionuklid yaitu: (1) pencitraan
miokardium dengan thalium untuk evaluasi perfusi miokardium, (2)
pencitraan lekatinfark memakai teknetium untuk mendeteksi nekrosis
miokardium akut, (3) sidik pool darah dengan memakai teknetium
untuk evaluasi fungsi vertikel (Robbins dan kumar, 1995).
e. Computed Emission Tomography
Computed Tomography dapat dipakai bersama pencitraan
radionuklid untuk membangun bayangan tiga dimensi. Cara
pemeriksaan dengan tomografy ini disebut Computed Emission
Tomography (CET) yang berbed dengan computed (transmission)
tomography. Citra dari pemeriksaan CET berdasarkan pada deteksi
radiasi yang dikeluarkan dari peluruhan radio nuklid dan bukan dengan
jalan mendeteksi sinar-X yang di transmisikan ke seluruh tubuh
(Robbins dan kumar, 1995).
f. Digital Subtraction Angiography
Digital Subtraction Angiography (DSA) dipakai untuk
mempertajam gambaran angiografy caranya yaitu dengan menyuntikan
bahan kontras melalui vena sentral atau perifer. Gambaran yang
disebut sebagai mask image, direkam dan disimpan sebelum
penyuntikan bahan kontras. Kemudian dilakukan pengambilan
berbagai gambar sewaktu bahan kontras berjalan melalui jantung
(Robbins dan kumar, 1995).
g. Magnetic Resonance Imaging
Magnetic Resonance Imaging (MRI), sebelumnya dikenal dengan
nama nuclear magnetic resonance (NMR), adalah suatu teknik
pencitraan dengan tomograpy yang tidak memerlukan radionuklid.
Resolusi gambar MRI mendeteksi hasil pemeriksaan computed
tomography. Tetapi, setelah menghitung biaya dari unit ini, pemakaian
secara luas untuk melakukan pemeriksaan jantung tampaknya akan
terbatas sebelum teknik analisis spektra biokimia atau teknik
kuantifikasi jaringan (Robbins dan kumar, 1995).
h. Uji berlatih
Latihan jasmani dengan memakai treamill atau sepeda argometer
memungkinkan evaluasi gejala-gejala yang timbul akibat beraktifitas
ataupun perubahan-perubahan elektrokardiografik. Selama pengujian
dilakukan pemantauan berbagai hantaran EKG secara terus menerus,
dan selain itu tekanan darah juga diperiks. Bila uji berlatih ini
abnormal, namun tidak diagnostik untuk penyakit arteria koronaria,
maka uji berlatih thalium atau stress imaging merupakan indikasi
(Robbins dan kumar, 1995).
i. Radiogram dada
Suatu seri pemeriksaan radiografi dada dalam 4 posisi standar
dapat membantu menata kerangka diagnostik jantung. (1) posisi
posteroanterior atau frontal, (2) posisi lateral kiri dengan sisi sebelah
kiri ke depan, (3) posisi miring anterior kanan dengan tubuh berputar
sekitar 60 derajat ke kiri, (4) posisi miring anterior kiri dengan bahu
kiri ke depan. Pada radiogram dada akan didapat temuan-temuan
sebagai berikut : (1) pembesaran jantung secara umum, atau
kardiomegali, (2) pembesaran lokal salah satu ruang jantung, (3)
klasifikasi katup atau arteria koronaria, (4) kongesti vena pulmonalis,
(5) edema interstisal atau alveolar, (6) pembesaran arteria pulmonalis
atau dilatasi aorta asendens (Sylvia, 1994).

4. Prosedur Diagnostik Invasif


a. Study elektrofisiologi
Study elektrofisiologi (EP) memungkinkan suatu analisis
mekanisme pembentukan implus dan konduksi jantung yang lebih rinci
dibandingkan dengan pencatatan elektrokardiografik standar. Studi EP
dipakai untuk tujuan-tujuan berikut: (1) untuk menilai fungsi sudut
sinus, (2) untuk evaluasi hantaran nodus (3) untuk analisis kompleks
atrial dan takikardia ventrikular dan (4) untuk menentukan evektifitas
dari terapi farmakologi ataupun terapi pacu jantung disritmia refraker
(Sylvia, 1994).
b. Kateterisasi pada penyakit katup jantung
Kateterisasi berguna untuk memastikan adanya stenosis atau
insufisiensi katup, memperkirakan berat lesi, dan untuk memastikan
atau menyingkirkan adanya gangguan tersebut. Cara pendekatan pada
kedua lesi stenosis atau obstruksi aliran darah dan regurgitasi atau
aliran balik melalui katup (Sylvia, 1994).
c. Pemantauan hermodinamik
Parameter-parameter hermodinamik berikut dapat dipantau dengan
unit perawatan gawat darurat (1) tekanan vena sentral atau tekanan
atrium kanan dan tekanan atrium kiri (2) tekanan ventrikel kanan dan
secara tak langsung juga tekanan akhir diastolik pada ventrikel kiri (3)
tekanan arteri pulmonalis dan tekanan baji kapiler paru, (4) tekanan
arteria (5) curah jantung (Sylvia, 1994).

D. Pencegahan Penyakit Jantung


Sejumlah perilaku dan gaya hidup kurang sehat yang sering dijumpai
antara lain mengonsumsi makanan siap saji dengan kadar lemak tinggi,
kebiasaan merokok, minuman berakohol, kerja berlebihan, kurang
berolahraga, dan stress. Pergeseran gaya hidup ini mempercepat munculnya
berbagai penyakit degeneratif, salah satunya adalah penyakit jantung (Utami,
2009).
Upaya pencegahan untuk menghindari penyakit jantung dimulai dengan
memperbaiki gaya hidup dan mengendalikan faktor resiko sehingga
mengurangi peluang terkena penyakit jantung. Pencegahannya antara lain
dengan cara :
1. Hindari obesitas dan kolesterol tinggi. Mulailah dengan mengkonsumsi
sayuran, buah- buahan, padi- padian, makanan berserat dan ikan. Kurangi
mengkonsumsi daging, makanan kecil atau cemilan dan makanan berkalori
tinggi yang banyak mengandung lemak jenuh. Makanan yang banyak
mengandung kolesterol akan tertimbun dalam dinding pembuluh darah
yang menyebabkan aterosklerosis yang memicu penyakit jantung.
2. Berhenti merokok, merokok menyebabkan elastisitas pembuluh darah
berkurang sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh darah arteri dan
meningkatkan faktor pembekuan darah yang memicu penyakit jantung.
3. Kurangi minum alkohol. Alkohol dapat menaikkan tekanan darah,
memperlemah jantung, mengentalkan darah, dan menyebabkan kejang
arteri. Melakukan olahraga agar dapat membantu mengurangi bobot
badan, mengendalikan kadar kolesterol dan menurunkan tekanan darah,
yang merupakan faktor resiko terkena jantung.

BAB III
KESIMPULAN
Jantung merupakan organ vital yang berperan penting mengalirkan darah
keseluruh tubuh dan membawa zat gizi bagi sel-sel organ di seluruh tubuh.
Terdapat berbagai macam penyakit jantung, tetapi penyakit jantung yang
umumnya diderita adalah penyakit jantung koroner. Selain penyakit jantung
koroner, masih ada penyakit jantung lainnya diantaranya yaitu gagal jantung,
serangan jantung, aritmania, perikarditis, dan penyakit jantung bawaan.
Semakin banyak teknik diagnostik canggih yang memungkinkan kita
mendeteksi penyakit jantung dan cacat klinisnya. Tetapi penggunaan teknik-teknik
ini dan interpretasi hasil pemeriksaan gan hanyalah merupakan pelengkap
penilaian klinis dan sistematis dari pasien yang bersangkutan, dan bukan
merupakan suatu pemeriksaan yang menggantikan, anamnesis dan pemeriksaan
fisik lengkap dari pasien tersebut. Karena itu, suatu tinjauan singkat dari
pemeriksaan sistematis di samping tempat tidur penderita penyakit jantung harus
dilakukan sebelum melangkah ke prosedur diagnostik yang umum.
Diagnosis penyakit jantung dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
dengan (1) penilaian klinis yang terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik, denyut
dan tekanan arteria, tekanan dan denyut vena, gerakan prekordial jantung, bunyi
jantung. (2) prosedur diagnostik non invasif, yang terdiri dari ektrokardiogram
permukaan, ekokardiografi, CT (Computed Tomography) scan, pencitraan
radionuklid, computed Emission Tomography, digital Subtraction Angiography,
magnetic Resonance Imaging, uji berlatih, radiogram dada. (3) prosedur
diagnostik invasif terdiri dari study elektrofisiologi, kateterisasi pada penyakit
katup jantung, pemantauan hermodinamik.

DAFTAR PUSTAKA
Burnside-Mc Glynn, 1995. Adams Diagnosis Fisik, EGC, Jakarta.
Delp and Manning, 1996. Major Diagnosis Fisik, EGC, Jakarta.
Guyton, A. C. 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 7. Jakarta : EGC
Herdin, sibuea. 2005. Ilmu penyakit dalam, cetakan kedua. Jakarta : PT Rineka
Cipta
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita selekta kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
Nadesul, H. 2009. Resep mudah tetap sehat. Jakarta : PT Kompas Media
Nusantara
Robbins dan kumar. 1995. Patologi II, Edisi 4. Jakarta : EGC
Sylvia. 1994. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, Edisi 4. Jakarta :
EGC
Sylvia. 1994. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, Edisi 6. Jakarta :
EGC
Utami, P. 2009. Solusi Sehat mengatasi jantung koroner. Jakarta : PT Agromedia
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai