Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan laboratorium merupakan salah satu sarana untuk

mengetahui serta memonitoring kondisi kesehatan. Salah satu pemeriksaan

yang sering dilakukan adalah pemeriksaan hematologi rutin. Pemeriksaan

hematologi rutin ini terdiri dari beberapa jenis pemeriksaan, diantaranya

sebagai berikut : pemeriksaan hemoglobin, hitung jumlah eritrosit, jumlah

trombosit, jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, hematokrit, laju endap

darah, dan retikulosit. (FK UNDIP, 2010)

Retikulosit adalah Sel Darah Merah (SDM) yang masih muda yang

tidak berinti dan berasal dari proses pematangan normoblas di sumsum

tulang. Sel ini mempunyai jaringan organel basofilik yang terdiri dari RNA

dan protoporfirin yang dapat berupa endapan dan berwarna biru apabila

dicat dengan pengecetan biru metilen. Retikulosit akan masuk ke sirkulasi

darah tepi dan bertahan kurang lebih selama 24 jam sebelum akhirnya

mengalami pematangan menjadi eritrosit. Hitung retikulosit pada pasien

tanpa anemia berkisar antara 1-2 %. Jumlah ini penting karena dapat

digunakan sebagai indikator produktivitas dan aktivitas eritropoiesis di

sumsum tulang dan membantu untuk menentukan klasifikasi anemia sebagai

hiperproliferatif, normoproliferatif dan hipoproliferatif. Perhitungan jumlah

retikulosit ini bisa dilakukan dengan metode manual menggunakan


2

pengecatan supravital dan bisa dengan analisa otomatis flowsitometer.

(Suega, K, 2011)

Hitung retikulosit digunakan untuk menilai ketepatan reaksi sumsum

tulang terhadap anemia. Hitung retikulosit relatif akurat untuk menunjukkan

jumlah produksi eritrosit dalam sistem eritropoetik. (Rosita, L, 2006)

Retikulosit mengandung sitoplasma yang dapat menyerap pewarnaan

tertentu seperti azure B, briliiant cresyl blue atau new methylene blue

(Rodak & Bell, 2002). Inkubasi antara darah dengan pewarna membantu

dalam proses penyerapan, sehingga dalam pewarnaan supravital membuat

benang-benang retikulum dalam eritrosit akan terlihat jelas dan mudah

dihitung. (FK UNDIP, 1995)

Pulasan vital digunakan untuk membuat sediaan basah atau kering

dalam menghitung jumlah retikulosit pada darah tepi. Cara kering dilakukan

dengan mencampur darah dengan pewarna lalu dibuat sediaan apus,

sedangkan cara basah dilakukan dengan mencampur darah dengan pewarna

lalu diteteskan diatas kaca objek dan ditutup dengan kaca penutup.

(Riswanto, 2013)

Sediaan metode kering memiliki keuntungan, yaitu pada proses

pembacaan dan penghitungan yang mudah, eritrosit menyebar. Sedangkan

kerugian pada sediaan metode kering, yaitu terletak pada waktu yang

memerlukan inkubasi 15-30 menit, sehingga menyebabkan proses

pemeriksaan lebih lama. (Subowo, 2002)


3

Pembuatan preparat sediaan hitung retikulosit pada beberapa literatur

memperlihatkan perbedaan dalam menentukan waktu inkubasi. Sediaan

kering dilakukan waktu inkubasi pada suhu 37o C selama 5 menit

(Gandasoebrata, 2011). Perhitungan retikulosit dilakukan pada suhu 37o C

selama 10 menit (Schimenti, Kerry J, 1992). Pemeriksaan retikulosit darah

EDTA dicampur BCB, kemudian diinkubasi selama 20-30 menit pada suhu

kamar (Rosita & Mulyaningrum,2006). Pemeriksaan retikulosit darah

ditambahkan zat warna New Methylen Blue atau BCB dan diinkubasi pada

suhu 37o C selama 30-60 menit (FKUI, 2000). Kenyataan di lapangan juga

memperlihatkan adanya penentuan waktu inkubasi yang berbeda-beda pada

pemeriksaan hitung retikulosit cara kering.

Waktu inkubasi yang tidak diperhatikan dapat menimbulkan

kesalahan dalam pemeriksaan, sehingga perlu dilakukan Quality Control

(QC). QC merupakan tindakan pengawasan sistematis periodik terhadap

alat, metode dan reagen. Perbedaan dalam waktu inkubasi ini menjadi

perhatian khusus peneliti untuk menelitinya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pemeriksaan hitung jumlah dan kualitas retikulosit dilakukan dengan

menggunakan zat warna Brilliant Cresol Blue (BCB) dengan inkubasi

pada suhu 37o C selama 5, 10 dan 20 menit.

2. Perbandingan hasil pemeriksaan hitung jumlah retikulosit dan kualitas

retikulosit dengan inkubasi pada suhu 37o C selama 5, 10 dan 20 menit.


4

3. Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan retikulosit.

4. Kelayakan menggunakan waktu inkubasi yang lebih cepat untuk

pemeriksaan hitung jumlah retikulosit.

1.3 Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh waktu inkubasi 5, 10 dan 20 menit pada

suhu 37o C terhadap pemeriksaan jumlah retikulosit.

2. Tujuan khusus

Untuk menganalisa ada tidaknya perbedaan yang bermakna terhadap

hasil pemeriksaan retikulosit dengan waktu inkubasi 5, 10 dan 20 menit

pada suhu 37o C.

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Peneliti

Menambah pengetahuan tentang pemeriksaan hitung retikulosit

khususnya dalam pengaruh waktu inkubasi.

2. Akademik

Menambah perbendarahan Karya Tulis Ilmiah mengenai retikulosit di

perpustakaan Poltekkes III Jakarta


5

3. Instansi

Memberikan informasi kepada para analis kesehatan tentang waktu

inkubasi dalam pemeriksaan hitung retikulosit.

4. Ilmu Pengetahuan

Menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang

Hematologi khususnya yang berkaitan dengan waktu inkubasi dalam

pemeriksaan hitung retikulosit.

Anda mungkin juga menyukai