Anda di halaman 1dari 9

Potensi Kulit Pisang (Musa paradisiaca) sebagai

Baterai Kering Ramah Lingkungan (biodegradable)

Disusun oleh : Danno Dimas Prabowo


NIM : 1541150061

PROGRAM STUDI SISTEM KELISTRIKAN


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan
kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul Pemanfaatan Limbah Sebagai Baterai Kering Ramah Lingkungan yang mengarah pada
pemanfaatan limbah kulit pisang. Saya menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini, masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan.
Akhirnya Saya berharap agar karya ilmiah ini, memberikan manfaat bagi masyarakat secara
umum dan masyarakat Malang khususnya.

DAFTAR ISI
Halaman

Kata Pengantar......................................................................................................I

Daftar Isi............................................................................................................... II

Ringkasan Karya Tulis..........................................................................................III

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah............................................................................. 2

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 3

1.4 Manfaat................................................................................................. 4

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 2

2.1 Perfoma Kulit Pisang Sebagai Baterai.......................................................6

BAB III. PENUTUP........................................................................................... 3

3.1 Kesimpulan................................................................................................7

3.2 Saran.........................................................................................................8
RINGKASAN KARYA TULIS
Krisis energi adalah masalah yang sangat fundamental, khususnya masalah energi
listrik. Energi listrik merupakan energi yang sangat diperlukan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Sumber energi listrik yang berasal dari batu bara dan minyak bumi, tidak
ramah lingkungan karena menimbulkan polusi udara, dan untuk memperbaharuinya
memerlukan waktu yang lama. Untuk itu sumber-sumber energi baru perlu
diberdayakan karena penggunaan bahan bakar seperti fosil akan habis kurang lebih 17
tahun mendatang (Kadir, 1995).

Baterai merupakan salah satu sumber energi yang sekali habis pakai. Baterai biasanya
terdiri dari tiga komponen penting, yaitu: batang karbon sebagai anoda (kutub positif),
seng (Zn) sebagai katoda (kutub negatif), dan pasta sebagai elektrolit (penghantar).
Salah satu komponen baterai yang dapat diperbaharui adalah pasta baterai. Baterai
yang setelah pakai biasanya dibuang atau tidak dimanfaatkan lagi. Hal ini tentu saja
tidak hemat dari segi energi maupun biaya. Selain itu baterai bekas yang dibuang ke
tanah akan menghasilkan limbah yang sulit terurai secara alami. Ditambah lagi dari
dampak yang ditimbulkan dari pasta baterai yang telah mencemari tanah, karena
kandungan pasta baterai tersebut merupakan bahan-bahan kimia yang bersifat racun
terhadap kesuburan tanah. Apabila kandungan pasta baterai tersebut mencemari tanah
maka dapat mengurangi kesuburan tanah.

Kebutuhan akan sumber energi baru sedang giat-giatnya dicari dan dikembangkan
seiring dengan berkembangnya bioteknologi. Pencarian sumber energi listrik juga
difokuskan berasal dari bahan-bahan organik yang ramah lingkungan, aman bagi
manusia, mudah didapat, serta dapat terus diperbaharui.

Limbah kulit pisang memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai bahan pembuatan
pasta pada baterai. Cara membuat pasta dari kulit pisang cukup mudah dan
pemanfaatan limbah kulit pisang sebagai pengganti pasta baterai sangat bermanfaat
bagi masyarakat. Di samping limbah kulitnya yang ramah lingkungan, ternyata kulit
pisang juga mudah didapatkan di sekitar kita.

Hal-hal tersebut di atas, menjadi dasar mengapa penulis tertarik untuk mengungkap
Potensi Kulit Pisang (Musa paradisiaca) Sebagai Baterai Kering Ramah Lingkungan
(biodegradable). Berdasarkan data yang penulis paparkan di atas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : Apakah limbah pisang mempunyai kandungan zat zat
alami yang dapat menggantikan peranan baterai yang berbahaya serta dapat dijadikan
sebagai baterai ramah lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah; menemukan
kandungan zat-zat alami yang tersimpan dalam limbah kulit pisang, menemukan
potensi kulit pisang sebagai baterai yang ramah lingkungan, menemukan fakta fakta
yang menunjukan bahwa kulit pisang berpotensi menjadi baterai ramah lingkungan,
sekaligus mengenalkan masyarakat pengolahan limbah limbah tersebut.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Alam semesta menyediakan berbagai kebutuhan manusia. Kebutuhan tersebut,


dibutuhkan manusia untuk melangsungkan dan memenuhi segala tuntutan hidup.
Manusia pun mulai berfikir untuk memanfaatkan kekayaan alam guna memenuhi
kebutuhan mereka. Seringnya manusia menggunakan otaknya untuk berfikir, maka
semakain cerdaslah pikiran manusia untuk mengolah dan memanfaatkan alam semesta
ini. Namun kecerdasan itu membuat manusia terlupa akan kebutuhan yang diberikan
alam terbatas, sedangkan manusia menggunakannya tanpa batas.

Kebanyakan manusia jarang yang berfikir untuk mendaur ulang ( recycle) kebutuhan-
kebutuhan yang sudah mereka konsumsi. Melainkan mereka hanya membuang
limbahnya begitu saja tanpa berfikir untuk memanfaatkannya. Ibarat sebuah pepatah
habis manis sepah dibuang. Ibarat tersebut tak jauh berbeda ketika kita mengkonsumsi
buah pisang kemudian membung limbah kulit pisangnya di sembarang tempat. Jarang
sekali orang yang berfikir untuk memanfaatkan kembali limbah kulit pisang tersebut,
padahal tanpa kita tahu sebenarnya kulit pisang berpotensi menjadi baterai kering
ramah lingkungan.

Kata baterai mungkin sudah tidak asing didengar. Namun, baterai dari kulit pisang
mungkin baru sekali didengar. Baterai adalah sebuah alat yang digunakan untuk
menyimpan tenaga listrik. Baterai sebagai sumber energi alat-alat elektronik seperti jam
dinding, laptop, radio, senter dan alat alat elektronik lainnya. Begitu banyaknya
peranan baterai bagi kehidupan manusia. Namun tak dipungkiri juga, bahwa baterai
yang kita gunakan sehari-hari sangat berbahaya baik untuk kita maupun alam sekitar.

Baterai mengandung berbagai macam logam berat seperti merkuri, mangan, timbal,
nikel, lithium dan kadmium. Jika baterai ini dibuang sembarangan maka logam berat
yang terkandung di dalamnya akan mencemari air dan tanah penduduk juga
membahayakan kesehatan. Jika air yang tercemar logam berat ini digunakan oleh
masyarakat, bisa menyebabkan penyakit kronis yang nantinya menimbulkan gangguan
di sistem saraf pusat, ginjal, sistem reproduksi bahkan kanker . (dr.Budi Haryanto
selaku Departemen Kesehatan Lingkungan FKM UI). Jadi,"Efek yang muncul adalah
jangka panjang. Dan biasanya masyarakat baru akan lebih peduli jika efek yang muncul
itu dalam jangka waktu dekat," ungkap dosen FKM yang lahir di Malang .

Limbah baterai tidak hanya berbahaya bagi manusia tetapi juga membahayakan
sumber daya alam karena mengandung logam berat dan elektrolit korosif yang dapat
mencemari tanah dan air. Apalagi Jika limbah baterai dicampur dengan limbah padat
lainnya, dari waktu ke waktu kandungan berbahaya di dalamnya dapat mengancam
kehidupan ikan, tanaman, perusakan lingkungan dan secara tidak langsung
mengancam kesehatan manusia

Dalam aksi mikroorganisme di dalam baterai, merkuri anorganik yang ada di dalamnya
bisa diubah menjadi methylmercury, kemudian berkumpul dalam tubuh ikan yang
kemudian dikonsumsi manusia. Methylmercury dapat memasuki sel-sel otak dan
berdampak serius seperti merusak sistem saraf yang bisa membuat orang menjadi gila
atau bahkan menyebabkan kematian. Sedangkan kadmium baterai dapat
mengkontaminasi tanah dan air, yang akhirnya masuk ke tubuh manusia menyebabkan
kerusakan hati dan ginjal, juga dapat menyebabkan tulang lunak atau kecacatan tulang
berat. Zat lainnya yang terkandung dalam baterai yaitu timbal. Timbal juga dapat
mengganggu fungsi ginjal dan fungsi reproduksi.

Peristiwa seperti ini semestinya tidak dibiarkan berlarut-larut. Jika dibiarkan bukan
hanya kesehatan kita yang dirugikan tetapi alam juga ikut merasakan kerugian tersebut.
Sehingga, harus ada pengganti bahan kimia tersebut, salah satunya yaitu
pengembangan potensi potensi limbah kulit buah sebagai baterai ramah lingkungan.

Limbah kulit pisang memiliki banyak manfaat, seperti sebagai bahan pembuatan pasta
pada baterai. Cara membuat pasta dari kulit pisang cukup mudah dan pemanfaatan
limbah kulit pisang sebagai pengganti pasta baterai sangat bermanfaat bagi
masyarakat.

Hal inilah yang melatar belakangi penelitian tentang potensi kulit pisang (Musa
paradisiaca) sebagai baterai kering ramah lingkungan ( biodelegredable ) dengan
memanfaatkan kekayaan alam Indonesia yang juga untuk megurangi dampak krisis
energi. Selain itu, melimpahnya Pohon Pisang di Kebumen, Jawa Tengah yang belum
dimanfaatkan secara maksimal menarik penulis untuk melakukan inovasi dengan
memanfaatkan limbah kulit pisang sebagai bahan pengganti pasta dalam baterai.

Hasil pemaparan di atas menunjukan fakta-fakta yang melatar belakangi penelitian,


antara lain :

1) Bahaya zat kimia yang ada dalam baterai bagi manusia maupun alam semesta

2) Seringnya penggunaaan zat kimia berbahaya dalam baterai, membuat semua pihak
mencari terobosan baru sebagai pengganti zat zat kimia tersebut.

3) Kurang sadarnya manusia untuk memanfaatkan limbah limbah yang ada untuk
dijadikan energi baru yang dapat diperbaharui oleh alam

4) Belum maksimalnya pemanfaatan kekayaan alam yang ada untuk diolah menjadi
energi baru yang lebih efisien dan ramah lingkungan
5) Belum siapnya semua pihak dalam menerima sebuah perubahan ( konversi dari zat
zat kimia menjadi zat zat alami )

Hal hal tersebut di atas, menjadi dasar mengapa penulis tertarik untuk mengungkap
Potensi Kulit Pisang ( Musa paradisiaca ) Sebagai Baterai Kering Ramah Lingkungan (
biodegradable ).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan data data yang penulis paparkan di atas dapat dirumuskan beberapa
permasalahan, antara lain :

1) Limbah pisang sering dijumpai masyarakat, apakah memiliki potensi menjadi baterai
ramah lingkungan ?

2) Apakah limbah pisang mempunyai kandungan zat zat alami yang dapat dijadikan
sebagai baterai ramah lingkungan ?

3) Apakah limbah pisang berpotensi menggantikan peranan baterai yang biasa


digunakan masyarakat ?

1.3 Tujuan Penelitian

1) Mendapatkan kandungan bahan baterai yang tersimpan dalam limbah kulit pisang.

2) Membuktikan potensi limbah kulit pisang yang digunakan untuk baterai.

3) Menemukan fakta fakta yang menunjukan bahwa kulit pisang berpotensi menjadi
baterai ramah lingkungan, sekaligus mengenalkan masyarakat pengolahan limbah
limbah tersebut.

1.4 Manfaat

1) Memberikan rujukan pada instansi terkait untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai potensi yang terdapat di dalam kulit pisang sebagai baterai kering ramah
lingkungan.

2) Memberikan masukan kepada pemerintah untuk menjadikan limbah kulit pisang


sebagai pengganti pasta yang ramah lingkungan.

3) Memberikan informasi dan masukan kapada masyarakat, khususnya masyarakat


Kebumen, untuk dapat mengelola limbah kulit pisang menjadi baterai yang ramah
lingkungan.
BAB II. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Performa Kulit Pisang Sebagai Baterai

Dari hasil percobaan untuk mengetahui apakah kulit pisang berpotensi sebagai baterai
ternyata benar, bahwa memang kulit pisang berpotensi menjadi baterai kering ramah
lingkungan. Percobaan yang penulis lakukan dapat membuktikan kalau baterai kulit
pisang yang dibuat penulis dapat menghasilkan listrik selama 3 jam lebih 15 menit.

Baterai kulit pisang hasil percobaan penulis dalam menghantarkan listrik tidak
sesempurna seperti baterai pada umumnya. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang
kurang mendukung penelitian yang dilakukan penulis. Faktor tersebut antara lain
kurangnya sarana dan prasarana yang kurang mendukung, kurangnya bimbingan dari
orang yang berpengalaman dalam bidang ini, dan terbatasnya informasi yang diperoleh
penulis.

Adapun data hasil percobaan yang telah diukur tegangannya beserta kandungan zat
kulit pisang oleh seorang peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
tegangan yang dihasilkan oleh baterai kering dengan elektrolit kulit pisang adalah 1,24
volt. Kemudian ketahanan dalam jam dinding rata-rata selama 5 hari 6 jam (135 jam).
Kontruksi baterai kering kulit pisang sama dengan baterai biasa. Perbedaannya adalah
pada elektrolitnya. Kulit pisang mengandung beberapa mineral yang dapat berfungsi
sebagai elektrolit. Mineral dalam jumlah terbanyak adalah potassium atau kalium (K+).
Kulit pisang juga mengandung garam sodium yang mengandung klorida (Cl-) dalam
jumlah sedikit. Reaksi antara potassium atau kalium dan garam sodium dapat
membentuk kalium klorida atau KCl.

Menurut Drs. Asep Jamal (2008) KCl merupakan elektrolit kuat yang mampu terionisasi
dan menghantarkan arus listrik. Pisang juga mengandung Magnesium dan Seng.
Magnesium (Mg) dapat bereaksi dengan diklorida dan menjadi elektrolit kuat. Jumlah
Magnesium hanyalah 15 % dari jumlah pisang keseluruhan. Pisang juga mengandung
Seng (Zn) yang merupakan elektroda positif. jumlah kandungan Seng dalam pisang
hanya mencapai 2 %. Sehingga mineral yang paling berperan dalam menghantarkan
listrik adalah potassium atau kalium, yang bereaksi dengan garam sodium.
Dimungkinkan garam magnesium dan seng juga turut berperan dalam menghantarkan
dan menyimpan arus listrik searah. Hasil penelitian juga menunjukkan, baterai primer
mampu bertahan lebih dari 7 hari sedangkan baterai kulit pisang hanya kurang dari 6
hari. Hal ini disebabkan baterai kontrol memiliki senyawa yang berfungsi sebagai
depolarisasi. Senyawa yang digunakan adalah mangandioksida. Walaupun pisang juga
mengandung mangan, namun jumlahnya hanya 0,6 mg per 100 g. Disamping itu setiap
reaksi dalam baterai mengalami suatu proses polarisasi akibat adanya gas hidrogen
yang terlepas. Pisang dan terutama kulit pisang mengandung lebih dari 60 % kadar air
(H20), yang dapat terlepas apabila terjadi suatu reaksi kimia. Sehingga kemungkinan
terjadinya polarisasi sangat besar. Hal tersebut yang mengakibatkan perbedaan
ketahanan antara baterai kulit pisang dan baterai primer cukup besar. Diantara ketiga
jenis pisang, maka pisang susu yang memiliki ketahanan tertinggi. Namun karena
selisih ketahanan diantara pisang susu dan jenis pisang lain kurang dari 24 jam, maka
bisa dikatakan bahwa ketahanan di antara ketiga jenis pisang tidak memberikan
perbedaan yang signifikan. Data pelengkap lain, berupa data berat bersih baterai
menunjukkan bahwa rata-rata kulit pisang yang digunakan sebesar 3,3 gram per
baterai. Sementara kulit pisang utuh rata-rata 27 gram per satu buah. Sehingga satu
buah kulit pisang mampu dijadikan kurang lebih 8 baterai. Hal ini merupakan
keunggulan lain dari baterai kering dari kulit pisang. Kesimpulan dari penelitian diatas
adalah Baterai kering yang menggunakan bahan baku kulit pisang memiliki rata-rata
voltase 1,2 V dan ketahanan rata-rata 5 hari 7 jam dan diantara ketiga jenis pisang tidak
memberikan perbedaan performa (voltase dan ketahanan) yang signifikan.

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan

Dari hasil study pustaka dan penelitian yang sederhana tentang potensi kulit pisang
dijadikan sebagai baterai ramah lingkungan, maka kesimpulan penulis sebagai berikut :

1. Baterai yang menggunakan kulit pisang , rata-rata kulit pisang yang digunakan
sebesar 3,3 gram per baterai. Sementara kulit pisang utuh rata-rata 27 gram per satu
buah. Sehingga satu buah kulit pisang mampu dijadikan kurang lebih 8 baterai. Hal ini
merupakan keunggulan lain baterai kering dari kulit pisang.

2. Dapat mengurangi limbah baterai sekaligus limbah kulit pisang. Limbah baterai yang
biasanya hanya dibuang atau tidak dimanfaatkan lagi. Hal ini tentu saja tidak hemat dari
segi energi maupun biaya.

3. Baterai bekas yang dibuang ke tanah akan menghasilkan limbah yang sulit terurai
secara alami. Ditambah lagi dari dampak yang ditimbulkan oleh pasta baterai yang
telah mencemari tanah, hal ini tentu akan mengurangi kesuburan tanah. Tetapi lain
halnya dengan limbah kulit pisang yang dapat terurai oleh alam serta ramah
lingkungan.

4. Prospek kulit pisang kedepannya lebih menjanjikan dan cukup potensial untuk
dijadikan baterai primer ramah lingkungan di masa mendatang agar kelak, anak cucu
kita dapat menikmati hal yang sama. Prospek kedepannya juga ditunjang dengan
banyak jumlah pohon pisang di wilayah Indonesia.
3.2 Saran

1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk dapat lebih meningkatkan potensi kulit
pisang ( Musa paradisiaca ) sebagai baterai ramah lingkungan.

2. Perlu diterapkan penggunaan baterai dari kulit pisang sejak sekarang untuk
mengurangi pencemaran akibat bahan kimia yang berbahaya dari baterai primer yang
biasa kita gunakan.

3. Pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat mengembangkan baterai dari kulit
pisang mengingat potensinya yang dimilikinya cukup besar dengan memanfaatkan SDA
yang ada.

Anda mungkin juga menyukai