TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Umum
Beton yang digunakan sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil, dapat
dimanfaatkan untuk banyak hal. Dalam teknik sipil, struktur beton digunakan untuk
bangunan pondasi, kolom, balok, pelat atau pelat cangkang. Dalam teknik sipil hidro,
digunakan untuk bangunan air seperti bendung, bendungan, saluran, dan drainase perkotaan.
Beton juga digunakan dalam teknik sipil transportasi untuk pekerjaan rigid pavement (lapis
keras permukaan yang kaku), saluran samping, gorong-gorong, dan lainnya. Jadi, beton
hampir digunakan dalam semua aspek ilmu teknik sipil. Artinya, semua struktur dalam teknik
Struktur beton dapat didefenisikan sebagai bangunan beton yang terletak di atas tanah
yang menggunakan tulangan atau tidak menggunakan tulangan (ACI 318-89, 1990:1-1).
Struktur beton sangat dipengaruhi oleh komposisi dan kualitas bahan-bahan pencampur
beton, yang dibatasi oleh kemampuan daya tekan beton (in state of compression) seperti yang
Ditinjau dari sudut estetika, beton hanya membutuhkan sedikit pemeliharaan. Selain
itu, beton tahan terhadap serangan api. Sifat-sifat beton yang kurang disenangi adalah sifat
deformasi yang tergantung pada waktu dan disertai dengan penyusutan akibat mengeringnya
Masalah lain yang sering dihadapi oleh seorang perencana adalah bagaimana
merencanakan komposisi dari bahan-bahan penyusun beton tersebut agar dapat memenuhi
spesifik teknik yang ditentukan. Sehingga, dengan kata lain dalam perencanaan beton harus
concrete) yang baik dan beton (beton keras/hardened concrete) yang dihasilkan juga baik.
Dalam keadaan mengeras, beton bagaikan batu karang yang mempunyai kekuatan
tinggi. Dalam keadaan segar, beton dapat diberi berbagai macam bentuk, sehingga dapat
Beton yang baik ialah beton yang kuat, tahan lama/awet, kedap air, tahan aus, dan sedikit
mengalami perubahan volume (kembang susutnya kecil). Selain tahan terhadap serangan api seperti
yang telah dijelaskan diatas, sebagai bahan konstruksi beton mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan Beton
Kekurangan beton
1. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu
2. Beton sulit untuk dapat kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air,
Sampai saat ini beton masih menjadi pilihan utama dalam pembuatan struktur. Selain
karena kemudahan dalam mendapatkan material penyusunnya, hal itu disebabkan oleh
penggunaan tenaga yang cukup besar sehingga dapat mengurangi penggunaan tenaga kerja.
Selain dua kinerja yang telah disebutkan di atas, kekuatan tekan yang tinggi dan kemudahan
pengerjaannya, kelangsungan proses pengadaan beton pada proses produksinya juga menjadi
beton yang akan dibuat. Kinerja beton ini harus disesuaikan dengan kategori bangunan yang
dibuat. ASTM membagi bangunan menjadi tiga kategori, yaitu : rumah tinggal, perumahan,
Menurut SNI T-15-1990-03 beton yang digunakan pada rumah tinggal atau yang
kekuatan tekannya tidak melebihi 10 MPa boleh menggunakan campuran 1 semen : 2 pasir :
3 batu pecah dengan slump untuk mengukur tingkat kemudahan pengerjaannya tidak
melebihi dari 100 mm. Pengerjaan beton dengan kekuatan tekan hingga 20 MPa boleh
menggunakan penakaran volume, tetapi pengerjaan beton dengan kekuatan tekan lebih besar
Gambar 2.2 Perbandingan Bahan pengisi Beton untuk kekuatan dibawah 10 MPa (Sumber :
PBI 1971)
Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan adalah
kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Penentuan kekuatan dapat
dilakukan dengan menggunakan alat uji tekan dan benda uji berbentuk silinder dengan
Silinder
2 4 6 8 10 12 16 20 25 30 35 40 45 50
(MPa)
Kubus
2.5 5 7.5 10 12.5 15 20 25 30 35 40 45 50 55
(MPa)
Telah dijelaskan di atas bahwa kemudahan pengerjaan beton merupakan salah satu
kinerja utama yang dibutuhkan. Walaupun suatu struktur dirancang agar mempunyai
kekuatan tekan yang tinggi, tetapi jika rancangan tersebut tidak dapat diimplmentasikan di
lapangan maka semua hal tersebut menjadi percuma. Atau dengan kata lain pengerjaan di
regangan terhadap waktu akibat adanya beban yang bekerja (Nawy, 1985;49). Deformasi
awal akibat pembebanan disebut sebagai regangan elastic, sedangkan regangan tambahan
akibat beban yang sama disebut regangan rangkak. Rangkak tidak dapat langsung dilihat.
Rangkak hanya dapat diketahui apabila regangan elastic dan susut serta deformasi totalnya
diketahui.
beban. Pada umumnya, beton yang semakin tahan terhadap susut akan mempunyai
kecenderungan rangkak yang rendah, sebab kedua hal ini berhubungan dengan proses hidrasi
pasta semen.
Beton merupakan hasil dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar
yaitu pasir, batu, batu pecah atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan semen
secukupnya yang berfungsi sebagai perekat bahan susun beton, dan air sebagai bahan
pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton
berlangsung.
II.5.1 Semen
II.5.1.1 Umum
Salah satu komposisi dari pada beton adalah semen. Dimana semen sangat berperan
dalam proses pengikatan agragat halus dan kasar serta komposisi beton lainnya agar beton
tersebut dapat lebih kuat dan dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Semen merupakan
bahan hidrolis yang dapat bereaksi secara kimia dengan air disebut hidrasi sehingga
Pada umumnya, semen untuk bahan bangunan adalah tipe semen portland. Semen ini
dibuat dengan cara menghaluskan silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dan dicampur
bahan gips. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : Semen non - hidrolik dan
Semen hidrolik.
Semen non - hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi
dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non - hidrolik adalah kapur. Semen
hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam air. Contoh semen
hidrolik antara lain : kapur hidrolik, semen pozollan, semen terak, semen alam, semen
fisik dan kimia, masing-masing jenis semen memiliki karakteristik yang berbeda - beda yang
harus memenuhi syarat kimia dan fisik. Untuk menjaga tetap terjaminnya mutu semen, maka
syarat kimia dan fisik harus terus diperhatikan. Syarat mutu tersebut antara lain kandungan
senyawa dalam semen portland, kehalusan semen, residu, hilang pijar dan lain-lain.
Semen Portland merupakan perekat hidrolis yang dihasilkan dari penggilingan klinker
yang kandungan utamanya adalah kalsium silikat dan satu atau dua buah bentuk kalsium
Penemu semen (semen portland) adalah Joseph Aspdin di tahun 1824, seorang tukang
dihasilkannya mempunyai warna serupa dengan tanah liat alam pulau portland.
Komposisi yang sebenarnya dari berbagai senyawa yang ada berbeda-beda dari jenis
semen yang satu dengan yang lain, untuk berbagai jenis semen ditambahkan berbagai jenis
Sesuai dengan kebutuhan pemakaian semen yang disebabkan oleh kondisi lokasi maupun
kondisi tertentu yang dibutuhkan pada pelaksanaan konstruksi, dalam perkembangannya dikenal
Semen Portland jenis ini digunakan dalam pelaksanaan konstruksi beton secara umum
apabila tidak diperlukan sifat-sifat khusus, misalnya ketahanan terhadap sulfat, panas
hidrasi rendah, kekuatan awal yang tinggi dan sebagainya. ASTM mengklasifikasikan
Semen jenis ini digunakan pada konstruksi apabila sifat ketahanan terhadap sulfat
dengan tingkat sedang, yaitu kandungan sulfat (SO3) pada air tanah dan tanah masing-
masing 0,8% - 0,17% dan 125 ppm, serta pH tidak kurang dari 6 (enam). ASTM
Merupakan semen Portland yang digiling lebih halus dan mengandung C3S lebih
banyak dibanding semen Portland biasa. ASTM mengklasifikasikan semen ini sebagai
tipe III. Semen jenis ini memiliki pengembangan kekuatan awal yang tinggi dan
kekuatan tekan pada waktu yang lama juga lebih tinggi dibanding semen Portland
Semen jenis ini memiliki kandungan C3S dan C3A yang lebih sedikit, tetapi memiliki
kandungan C3S yang lebih banyak dibanding semen Portland biasa dan memiliki
sifat-sifat :
Panas hidrasi rendah
Kekuatan awal rendah, tetapi kekuatan tekan pada waktu lama sama
Semen jenis ini memiliki ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Kekuatan tekan pada
umur 28 hari lebih rendah dibanding semen Portland biasa. Semen ini diklasifikasikan
sebagai tipe V pada ASTM. Semen jenis ini digunakan pada konstruksi apabila
dibutuhkan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat, yaitu kandungan sulfat (SO3) pada
air tanah dan tanah masing-masing 0,17% - 1,67% dan 125 ppm 1250 ppm, seperti
Semen jenis ini memiliki pengembangan kekuatan awal yang sangat tinggi. Kekuatan
tekan pada umur 1 hari dapat menyamai kekuatan umur 3 hari dari semen dengan
kekuatan awal tinggi. Semen ini digunakan pada konstruksi yang perlu segera
Semen jenis ini digunakan untuk pembetonan pada tempat dalam dan sempit. Pada
Semen Portland blended dibuat dengan mencampur material selain gypsum kedalam
klinker. Umumnya bahan yang dipakai adalah terak dapur tinggi (balst-furnase slag),
Salah satu sifat fisik semen yang diuji menurut standard adalah kuat tekan mortar
(yaitu campuran antara semen, pasir standard dan air), hasil pengujiannya dinyatakan sebagai
harga kuat tekan mortar atau dengan kata lain untuk menguji mutu daya ikat semen. Ada
Kehalusan butir semen mempengaruhi proses hidrasi. Waktu pengikatan (setting time)
menjadi semakin lama jika butir semen lebih kasar. Semakin halus butiran semen,
proses hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan awal tinggi dan kekuatan akhir
akan berkurang. Kehalusan butiran semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya
bleeding atau naiknya air kepermukaan, tetapi menambah kecenderungan beton untuk
menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut. Untuk kehalusan
semen, butiran semen yang lewat ayakan no.200 harus lebih dari 78%.
2. Waktu pengikatan
Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras, terhitung mulai dari
bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta semen cukup kaku untuk
a. Waktu ikat awal (initial setting time), yaitu waktu dari pencampuran semen dengan
Pada semen portland initial setting time berkisar 1 - 2 jam, tetapi tidak boleh kurang
dari 1 jam, sedangkan final setting time tidak boleh lebih dari 8 jam. Untuk kasus-
kasus tertentu, diperlukan initial setting time lebih dari 2 jam agar waktu terjadinya
ikatan awal lebih panjang. Waktu yang panjang ini diperlukan untuk transportasi
permukaan. Perhitungan waktu ikat awal dan akhir dapat dilakukan dengan alat yang
disebut alat vicat aparatus, yang ditunjukkan pada gambar 2.4 berikut :
Apabila air ditambahkan kedalam semen portland, maka terjadi reaksi antara
PENAMBAHAN AIR
FINAL SET
PROSES
Keterangan :
1) Pada awal mula reaksi hydrasi tersebut akan menghasilkan pengendapan Ca(OH)2,
etteringite dan C-S-H akan membentuk coating pada partikel semen serta etteringite
akan membentuk coating pada 3CaO.Al2O3, hal ini akan mengakibatkan reaksi
2) Dormant Periode ini terjadi pada 1 jam hingga 2 jam, dan selama itu pasta masih
dalam keadaan plastis dan workable. Periode ini berakhir dengan pecahnya coating
tersebut dan segera reaksi hydrasi terjadi kembali dan Initial Set segera tercapai.
3) Selama periode beberapa jam, reaksi hydrasi dari 3CaO.SiO2 terjadi dan
menghasilkan C-S-H dengan volume lebih dari dua kali volume semen. C-S-H ini
akan mengisi rongga dan membentuk titik-titik kontak yang menghasilkan kekakuan.
4) Pada tahap berikutnya terjadi konsentrasi dari C-S-H dan konsentrasi dari titik-titik
kontak yang akan menghalangi mobilitas partikel-partikel semen, yang akhirnya pasta
menjadi kaku dan Final Setting dicapai dan proses pengerasan mulai terjadi secara
steady.
3. Panas hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan air,
dinyatakan dalam kalori/gram. Jumlah panas yang dibentuk antara lain bergantung
pada jenis semen yang dipakai dan kehalusan butiran semen. Dalam pelaksanaan,
perkembangan panas ini dapat mengakibatkan masalah yakni timbulnya retakan pada
saat pendinginan. Pada beberapa struktur beton, terutama pada struktur beton mutu
tinggi, retakan ini tidak diinginkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendinginan
melalui perawatan (curing) pada saat pelaksanaan. Perkembangan panas hidrasi pada
beberapa jenis semen portland dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2 Perkembangan Panas Hidrasi Semen Portland pada Suhu 21oC
Kekalan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran yang menyatakan
0.8%. Pengembangan semen ini disebabkan karena adanya CaO bebas, yang tidak
sempat bereaksi dengan oksida-oksida lain. Selanjutnya CaO ini akan bereaksi dengan
air membentuk Ca(OH)2 dan pada saat kristalisasi volumenya akan membesar. Akibat
pembesaran volume tersebut, ruang antar partikel terdesak dan akan timbul retak-
retak. Untuk lebih mudah memahami mengenai syarat mutu fisik semen portland pada
Type Semen
Uraian
I II III IV V
1 Kehalusan :
Sisa diatas ayakan 0.09 10 10 10 10 10
mm, % maksimum 2800 2800 2800 2800 2800
Dengan alat Vicat Blainey
2 Waktu pengikatan (setting
time), menggunakan alat
Vicat
Awal, menit minimum 45 45 45 45 45
Akhir, jam maksimum 8 8 8 8 8
Waktu pengikatan (setting
time), menggunakan alat
Gillmore
Awal, menit minimum 60 60 60 60 60
Akhir, jam maksimum 10 10 10 10 10
Batasan agar semen yang dihasilkan tidak tercampur dengan bahan-bahan alami
lainnya.
Pada umumnya semua standard semen membatasi kandungan MgO dalam semen
Portland, karena MgO akan menimbulkan magnesia expansion pada semen setelah
Mg O + H2O _ Mg (OH)2
Reaksi tersebut diakibatkan karena MgO bereaksi dengan H2O menjadi magnesium
c) SO3
Kandungan SO3 dalam semen adalah untuk mengatur/memperbaiki sifat setting time
(pengikatan) dari mortar (sebagai retarder) dan juga untuk kuat tekan. Karena jika
pemberian retarder terlalu banyak akan menimbulkan kerugian pada sifat expansive dan
dapat menurunkan kekuatan tekan. Sebagai sumber utama SO3 yang sering banyak
Persyaratan hilang pijar dicantumkan dalam standard adalah untuk mencegah adanya
pada umumnya dapat mengalami metamorfosa dalam waktu beberapa tahun, dimana
Bagian tak larut dibatasi dalam standard semen. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
dicampurnya semen dengan bahan-bahan alami lain yang tidak dapat dibatasi dari
Kandungan alkali pada semen akan menimbulkan keretakan pada beton maupun pada
mortar, apabila dipakai agregat yang mengandung silkat reaktif terhadap alkali. Apabila
agregatnya tidak mengandung silikat yang reaktif terhadap alkali, maka kandungan
alkali dalam semen tidak menimbulkan kerugian apapun. Oleh karena itu tidak semua
standard mensyaratkannya.
Pada umumnya standard yang ada tidak membatasi besarnya mineral compound
meskipun perhitungan tidak teliti. Tetapi ada standard yang mensyaratkan mineral
compound ini untuk jenisjenis semen tertentu. misalnya ASTM untuk standard semen
type IV dan type V. Salah satu mineral yang penting yaitu C3A, adanya kandungan C3A
dalam semen pada dasarnya adalah untuk mengontrol sifat plastisitas adonan semen dan
beton. Tetapi karena C3A bereaksi terhadap sulfat, maka untuk pemakaian di daerah
yang mengandung sulfat dibatasi. Karena reaksi antara C3A dengan sulfat dapat
menimbulkan korosi pada beton. Untuk lebih mudah memahami mengenai sifat syarat
mutu kimia semen portland pada beberapa type semen dapat dilihat pada tabel 2.4
berikut :
Tabel 2.4 Syarat Kimia dalam Semen untuk Setiap Type Semen
Jenis semen
Uraian
I II III IV V
Semen Portland dibentuk terutama dari bahan kapur (CaO), silica (SiO2), alumina
(Al2O3), dan oksida besi (Pe2O3). Isi kombinasi dari total 4 oksida tersebut kira kira 90 %
dari berat semen, karenanya dikenal sebagai unsure utama atau major oxides di dalam semen.
10 % yang lainnya terdiri dari magnesia (MgO), oksida alkali (Na2O dan K2O), titania (TiO2),
fosforus-pentoksida (P2O5), dan gypsum, yang dikenal sebagai unsure minor atau minor
Dengan demikian, karakteristik dan perilaku spesifik dari semen akan banyak
tergantung pada jenis dan komposisi spesifik dari bahan bahan dasar yang digunakan dalam
Dibawah ini diberikan secara garis besar komposisi bahan bahan oksida di dalam
semen, yang meliputi sebagian besar jenis semen yang biasa di jumpai di pasaran. Mengenai
batasan komposisi umum dari semen Portland dapat lebih jelas kita lihat pada tabel 2.5
berikut :
Tabel 2.5 Batasan komposisi umum dari semen portland
CaO 60 68
SiO2 17 25
Al2O3 38
Fe2O3 0,5 6,0
MgO 0,5 0,6
Na2O + K2O 0,5 1,3
TiO2 0,1 0,4
P2O5 0,1 0,2
SO3 2,0 3,5
Sumber : Teknologi Beton, Paul Nugraha, 2007
Sebagian besar semen modern mempunyai kandungan kapur yang tinggi, dan
biasanya melampaui 65%. Semen dengan kandungan kapur dibawah 65%, pengerasannya
seringkali agak lambat. Dalam hal lain, kandungan kapur maksimum dibatasi oleh kebutuhan
untuk menghindari kapur bebas dalam semen. Keberadaan kapur bebas bisa menjadi sumber
kelemahan pada permukaan interface antara pasta semen dengan agregat, dan juga bisa
Dalam proses hidrasi dan pengerasan semen, kapur dan silica akan menjadi
penyumbang kekuatan yang terbesar, Sedangkan alumina dan oksida besi akan lebih
berfungsi untuk mengatur kecepatan proses hidrasi. Namun dalam proses produksi semen,
terutama dalam proses pembakarannya, alumina dan oksida besi akan bertindak sebagai suatu
media pembakaran yang bisa berfungsi untuk mengurangi tingkat suhu pembakaran semen.
Kandungan minimum dari alumina dan oksida besi seringkali lebih ditentukan oleh
kebutuhan untuk menghindari kesulitan produksi klinker pada suhu tinggi, dan bukan oleh
untuk mengendalikan waktu pengikatan hidrasi semen. Dalam hal ini, semen dengan rasio
SiO2/(Al2O3 + Fe2O3) yang kurang dari 1,5 pada umumnya menunjukan waktu pengikatan
yang cepat, yang biasanya sukar dikontrol lagi oleh proporsi campuran gypsum yang
ditambahkan.
Dalam proses pembakaran klinker, oksida oksida silica, alumina, dan besi akan
bereaksi dengan kalsium-oksida untuk menghasilkan empat unsure utama semen Portland,
yaitu:
C3S, yang secara umum diperlihatkan dalam jumlah yang besar, sama seperti butiran-
butiran yang tidak berwarna. Pada suhu kurang dari 1250 oC. terurai secara lambat
laun, tetapi jika proses pendinginnya tidak terlalu lambat, C3S mengingatkan
ketidak perubahan dan relatif tidak stabil pada suhu biasa. C3S diketahui ada 3
unsur, atau kemungkinan bisa 4 dari - C2S yang tahan terhadap suhu yang panas
sampai suhu 1450C yang berbeda bentuk dengan bentuk . C2S berbeda
dengan 7 C2S pada sekitar suhu 670 oC. tetapi saat pendinginan semen
C3A, berbentuk kristal segiempat. Tetapi C3A pada butiran-butiran yang membeku
C4AF, adalah batasan yang tepat dari C2F ke C5A2F, tetapi C4F adalah bentuk
II.5.2.1 Umum
Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran beton. Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi, yaitu
berkisar 60% - 70% dari volume beton. Walaupun fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi
karena komposisinya yang cukup besar sehingga karakteristik dan sifat agregat memiliki
pasir, kerikil, batu pecah, dan kerak tungku pijar, yang dipakai bersama-sama dengan suatu
media pengikat untuk membentuk suatu beton atau adukan semen hidraulik. Pada beton
semen biasanya volume agregat yang digunakan adalah 50% - 80% volume total beton,
sehingga kondisi agregat yang digunakan sangat berpengaruh pada karakteristik beton.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau
agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan
ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat halus. Ukuran antara agregat halus dengan agregat
kasar yaitu 4.75 mm (Berdasarkan Standar ASTM), dimana agregat kasar adalah batuan yang
ukuran butirnya lebih besar dari 4.80 mm (4.75 mm) dan agregat halus adalah batuan yang
lebih kecil dari 4.80 mm (4.75 mm). Agregat dengan ukuran lebih besar dari 4.80 mm dibagi
lagi menjadi dua : yang berdiameter antara 4.80 - 40 mm disebut kerikil beton dan yang
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari
40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk pekerjaan sipil
lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan tanah, bronjong atau
bendungan dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir dan agregat kasar
Dalam memilih agregat sebagai bahan campuran untuk beton ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan berkaitan dengan penggunaan agregat dalam campuran beton ada lima,
1. Volume udara
Udara yang terdapat dalam campuran beton akan mempengaruhi proses pembuatan
2. Volume padat
Kepadatan volume agregat akan mempengaruhi berat isi dari beton jadi.
Berat jenis agregat akan mempengaruhi proporsi campuran dalam berat sebagai
kontrol.
4. Penyerapan
Kadar air permukaan agregat berpengaruh pada penggunaan air saat pencampuran
Seperti yang telah diuraikan diatas, agregat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
agregat alam dan agregat buatan (pecahan). Agregat alam dan pecahan inipun dapat
permukaannya.
JENIS-JENIS AGREGAT
PASIR GUNUNG
PASIR SUNGAI
PASIR LAUT
BATUAN BEKU
TANPA PENGOLAHAN
PENGOLAHAN BATUAN DENGAN
BATUAN DENGAN PANAS
PANAS
(Terak, Batu tulis,
(Batu Klinker) Lempung)
1. Agregat berat
Agregat berat memiliki berat jenis lebih besar dari 2800 kg/m3. Agregat ini biasanya
2. Agregat normal
Agregat normal dapat dihasilkan dari pemecahan batuan dari quarry ataupun langsung
diambil dari alam. Agregat ini biasanya memiliki berat jenis rata-rata 2,5 sampai
dengan 2,7. Beton yang dibuat dengan agregat normal adalah beton yang memiliki
berat isi 2.200 - 2.500 kg/m3. beton yang dihasilkan dengan menggunakan agregat ini
3. Agregat ringan
Agregat ringan dipergunakan untuk menghasilkan beton yang ringan dalam sebuah
konstruksi yang memperhatikan berat dirinya. Berat isi agregat ringan ini berkisar
antara 350 - 880 kg/m3 untuk agregat kasar, dan 750 - 1.200 kg/m3 untuk agregat
halusnya.
Secara alamiah bentuk agregat dipengaruhi oleh proses geologi batuan. Setelah
dilakukan, dapat berupa dengan cara peledakan ataupun dengan mesin pemecah batu. Jika
dikonsolidasikan butiran yang berat akan menghasilkan campuran beton yang lebih baik jika
dibandingkan dengan butiran yang pipih. Penggunaan pasata semennya akan lebih ekonomis.
Bentukbentuk agregat ini lebih banyak berpengaruh terhadap sifat pengerjaan pada beton
secar (fresh concrete). Test standar yang dapat dipergunakan dalam menentukan bentuk
agregat ini adalah ASTM D-3398. Klasifikasi agregat berdasarkan bentuknya adalah sebagai
berikut:
1. Agregat bulat
Agregat bulat terbentuk karena terjadinya pengikisan oleh air atau keseluruhannya
terbentuk karena penggeseran. Rongga udaranya minimum 33%, sehingga rasio luas
permukaannnya kecil. Beton yang dihasilkan dari agregat ini kurang cocok untuk beton
Agregat ini secara alamiah berbentuk tidak teratur. Sebagian terbentuk karena pergeseran
sehingga permukaan atau sudutsudutmya berbentuk bulat. Rongga udara pada agregat
ini lebih tinggi, sekitar 35% - 38%, sehingga membutuhkan lebih banyak pasta semen
agar mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan dari agregat ini belum cukup baik untuk
mutu tinggi karena ikatan antara agregat belum cukup baik (masih kurang kuat).
3. Agregat bersudut
Agregat ini mempunyai sudutsudut yang tampak jelas, yang terbentuk di tempattempat
perpotongan bidangbidang dengan permukaan kasar. Rongga udara pada agregat ini
berkisar antara 38% - 40%, sehingga membutuhkan lebih banyak lagi pasta semen agar
mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan dari agregat ini cocok untuk struktur yang
menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi karena ikatan antara agregatnya
baik (kuat).
4. Agregat panjang
Agregat ini panjangnya jauh lebih besar dari pada lebarnya dan lebarnya jauh lebih besar
dari tebalnya. Agregat ini disebut panjang jika ukuran terbesarnya lebih dari 9/5 dari
ukuran ratarata. Ukuran ratarata ialah ukuran ayakan yang meloloskan dan menahan
butiran agregat. Sebagai contoh, agregat dengan ukuran ratarata 15 mm akan lolos
ayakan 19 mm dan tertahan oleh ayakan 10 mm. Agregat ini dinamakan panjang jika
ukuran terkecil butirannya lebih kecil dari 27 mm (9/5 x 15 mm). Agregat jenis ini akan
berpengaruh buruk pada mutu beton yang akan dibuat. Agregat jenis ini cenderung
5. Agregat pipih
Agregat disebut pipih jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuranukuran lebar dan
tebalnya kecil. Agregat pipih sama dengan agregat panjang, tidak baik untuk campuran
beton mutu tinggi. Dinamakan pipih jika ukuran terkecilnya kurang dari 35 ukuran rata
panjang dan lebar dengan ketebalan rasio 1:3 yang dapat digambarkan sama dengan uang
logam.
Agregat ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar daripada lebarnya, sedangkan
Ukuran susunan agregat tergantung dari kekerasan, ukuran molekul, tekstur batuan
dan besarnya gaya yang bekerja pada permukaan butiran yang telah membuat licin atau kasar
permukaan tersebut. Secara umum susunan permukaan ini sangat berpengaruh pada
kemudahan pekerjaan. Semakin licin permukaan agregat akan semakin sulit beton untuk
dikerjakan. Umumnya jenis agregat dengan permukaan kasar lebih disukai. Jenis agragat
Agregat jenis ini lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan dengan agregat dengan
permukaan kasar. Dari hasil penelitian, kekasaran agregat akan menambah kekuatan
gesekan antara pasta semen dengan permukaan butiran agregat sehingga beton yang
menggunakan agragat ini cenderung mutunya lebih rendah. Agregat licin terbentuk dari
akbat pengikisan oleh air, atau akibat patahnya batuan (rocks) berbutir halus atau batuan
2. Berbutir (granular)
Pecahannya kasar dapat terdiri dari batuan berbutir halus atau kasar yang mengandung
bahan - bahan berkristal yang tidak dapat terlihat dengan jelas melalui pemeriksaan
visual.
4. Kristalin (Cristalline)
Agregat jenis ini mengandung kristalkristal yang tampak dengan jelas melalui
pemeriksaan visual.
Tampak dengan jelas poriporinya dan rongga - rongganya. Melalui pemeriksaan visual
Cara membedakan jenis agregat yang paling banyak dilakukan ialah dengan
didasarkan pada ukuran butir - butirnya. Menurut ukuran butirnya, agregat dapat
1. Agregat Halus
Agregat halus (pasir) adalah mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran beton yang memiliki ukuran butiran kurang dari 5 mm atau lolos saringan
no.4 dan tertahan pada saringan no.200. Agregat halus (pasir) berasal dari hasil disintegrasi
Agregat halus yang digunakan untuk agregat campuran beton dapat digolongkan
a. Pasir Galian
Pasir golongan ini diperoleh langsung dari permukaan tanah atau dengan cara
menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori dan bebas dari
kandungan garam. Pada kasus tertentu, agregat yang terletak pada lapisan paling atas
b. Pasir Sungai
Pasir ini diperoeh langsung dari dalam sungai, yang pada umumnya berbutir halus,
bulat-bulat akibat proses gesekan. Daya lekat antar butir-butirnya agak kurang karena
butir yang bulat. Karena ukuran butirannya kecil, maka baik dipakai untuk
c. Pasir Laut
Pasir laut ialah pasir yang di ambil dari pantai. Butirannya halus dan bulat karena
gesekan. Pasir ini merupakan pasir yang paling jelek karena banyak mengandung
garam-garaman. hal ini mengakibatkan pasir selalu agak basah dan juga menyebabkan
pengembangan bila sudah menjadi bangunan. Karena itu, sebaiknya pasir pantai (laut)
1.19 mm (No.16) 50 85
0.595 mm ( No.30 ) 25 60
0.300 mm (No.50) 10 30
0.150 mm (No.100) 2 - 10
120
100 100 100
100 100
85
Persen Butiran Lewat Ayakan
95
85
80
60
60
50
40 30
25
20 10
10
0 2
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
Ukuran Ayakan (mm)
Dalam gradasi agregat halus terdapat 4 daerah gradasi agregat halus, antara lain batas
gradasi agregat halus untuk daerah I adalah gradasi untuk jenis pasir kasar, batas gradasi
agregat halus untuk daerah II (pasir agak kasar), batas gradasi agregat halus daerah III (pasir
halus), dan batas gradasi agregat halus daerah IV (pasir agak halus).
Tabel 2.7 Batas Gradasi Agregat Halus untuk Daerah I (Pasir Kasar)
DAERAH I
Persentase Berat Butir yang Lewat ayakan
120
100 100
95
100 100
90
80 70
60 60
34
40
20 30
20 10
15
5
0 0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
Ukuran ayakan (mm)
Batas Bawah Batas Atas
DAERAH II
Persen Berat Butir yang lewat ayakan
120
100 100 100
100 90 100
90
80
59 75
60
55
40 30
35
20 10
8
0 0
10 30 59 90 100 100 100
Ukuran Ayakan (mm)
Batas Bawah Batas Atas
DAERAH III
Persen Berat Butir yang Lewat Ayakan
120
100 100 100 100
100 100
79 90
85
80
75
60 60
40
40
20 10
12
0 0
10 40 79 100 100 100 100
Ukuran ayakan (mm)
DAERAH IV
120
Persen Berat Butir yang lewat Ayakan
60 50
40
20 10
15
0 0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
Ukuran Ayakan (mm)
2. Agregat Kasar
Agregat kasar (kerikil/batu pecah) berasal dari disintegrasi alami dari batuan alam atau
berupa batu pecah yang dihasilkan oleh alat pemecah batu (stone crusher), dengan ukuran
butiran lebih dari 5 mm atau tertahan pada saringan no.4. Jenis batu pecah sebagai
material pengisi campuran beton dapat dilihat pada gambar 2.13 berikut :
Gambar 2.13 Agregat Kasar (Batu Pecah)
120
100
80
60
40
20
0
4.8 10 20 40
Ukuran Ayakan (mm)
bawah atas
Gambar 2.14 Grafik Daerah Gradasi Agregat Kasar Maksimum Diameter 40mm
Butir Maksimum 20mm
120
Gambar 2.15 Grafik Daerah Gradasi Agregat Kasar Maksimum Diameter 20mm
100
80
60
40
20
0
4.8 10 20 40
Ukuran Ayakan (mm)
bawah atas
Gambar 2.16 Grafik Daerah Gradasi Agregat Kasar Maksimum Diameter 12.5mm
Gradasi agregat ialah distribusi dari ukuran agregat. Distribusi ini bervariasi dapat
Jika salah satu atau lebih dari ukuran butir atau fraksi pada satu set ayakan tidak ada,
maka gradasi ini akan menunjukkan suatu garis horizontal dalam grafiknya,
Pada nilai faktor air semen tertentu, kemudahan pengerjaan akan lebih tinggi bila
Pada kondisi kelecakan yang tinggi, lebih cenderung mengalami segregasi, oleh
karena itu gradasi sela disarankan dipakai pada tingkat kemudahan pekerjaan yang
rendah.
2. Gradasi Menerus
Didefenisikan jika agregat yang sama ukuran butirannya ada dan terdistribusi dengan
baik. Agregat ini lebih sering dipakai dalam campuran beton. Untuk mendapatkan
angka pori yang kecil dan kemantapan yang tinggi sehingga terjadi interlocking yang
baik, campuran beton yang membutuhkan variasi ukuran butir agregat. Dibandingkan
dengan gradasi sela atau seragam, gradasi ini yang paling baik.
3. Gradasi Seragam
Agregat yang mempunyai ukuran yang sama didefenisikan sebagai agregat seragam.
Agregat ini terdiri dari batas yang sempit dari ukuran fraksi. Agregat dengan gradasi
ini biasanya dipakai untuk beton ringan yaitu jenis beton tanpa pasir, atau untuk
mengisi agregat dengan gradasi sela atau untuk campuran agregat yang kurang baik
Agregat normal yang dipakai dalam campuran beton sesuai dengan ASTM, berat
Agregat halus yang akan digunakan harus memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan. Jika seluruh spesifikasi yang ada telah terpenuhi maka barulah dapat dikatakan
Analisa saringan akan memperlihatkan jenis dari agregat halus tersebut. Melalui
analisa saringan maka akan diperoleh angka Fine Modulus. Melalui Fine Modulus ini
Selain itu ada juga batasan gradasi untuk agregat halus, sesuai dengan ASTM C 33
Kadar Lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no.200), tidak
Agregat halus harus bebas dari pengotoran zat organic yang akan merugikan beton,
atau kadar organik jika diuji di laboratorium tidak menghasilkan warna yang lebih tua
Agregat halus yang digunakan untuk pembuatan beton dan akan mengalami basah dan
lembab terus menerus atau yang berhubungan dengan tanah basah, tidak boleh
mengandung bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali dalam semen, yang
jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian yang berlebihan di dalam mortar atau
beton dengan semen kadar alkalinya tidak lebih dari 0,60 % atau dengan penambahan
Penggunaan semen yang mengandung Natrium Oksida tidak lebih dari 0.6%
Sifat fisik yang mencakup kekerasan agregat diuji dengan bejana Los Angelos, dan
jika diuji dengan larutan Natrium sulfat bagiannya yang hancur maksimum 12%, dan
II.5.3 Air
II.5.3.1 Umum
Air dalam membuat beton adalah untuk memicu proses kimiawi dari semen,
membasahi agregat dan memberikan pekerjaan yang mudah dalam pekerjaan beton. Dalam
hal pekerjaan beton senyawa yang terkandung di dalam air akan mempengaruhi kualitas
beton untu itu diperlukan standart yang baik untuk kualitas air. Untuk itu air dan semen akan
terjadi reaksi kimia maka diperlukan perbandingan faktor air semen yang baik yang akan
Air yang digunakan dapat berupa air tawar (dari sungai, danau, telaga, kolam, situ,
dan lainnya), air laut maupun air imbah, asalkan memenuhi syarat mutu yang telah
ditetapkan. Air tawar yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran
beton. Air laut umumnya mengandung 3,5% larutan garam (sekitar 78% adalah sodium
klorida dan 15% adalah magnesium klorida). Garam - garaman dalam air laut ini akan
mengurangi kualitas beton hingga 20%. Air laut tidak boleh digunakan sebagai bahan
campuran beton pra tegang ataupun beton bertuang karena resiko terhadap karat lebih besar.
Air buangan industri yang mengandung asam alkali juga tidak boleh digunakan.
Air yang terdapat di udara atau atmosfir adalah air yang terdapat di awan. Kemurnian
air ini sangat tinggi. Sayangnya, hingga sekarang belum ada teknologi untuk
mendapatkan air atmosfir ini secara mudah. Air yang terdapat dalam atmosfir ini
kondisinya sama dengan air suling, sehingga sangat mungkin untuk mendapatkan
2. Air hujan
Air hujan menyerap gas - gas serta uap dari udara ke bumi. Udara terdiri dari
komponen-komponen utama yaitu zat asam atau oksigen, nitrogen dan karbon
dioksida. Bahan- bahan padat serta garam yang larut dalam air hujan terbentuk akibat
peristiwa kondensasi.
3. Air tanah
Air tanah terutama terdiri dari unsur kation (seperti Ca++, Mg++, Na+, dan K+) dan
unsur anion (seperti CO3-, HCO3-, SO4-, Cl-, NO3-). Pada kadar yang lebih rendah,
terdapat juga unsur Fe, Mn, Al, B, F dan Se. Disamping itu air tanah juga menyerap
gas - gas serta bahan - bahan organik seperti CO2, H2S, dan NH3.
4. Air permukaan
Air permukaan terbagi menjadi air sungai, air danau dan situ, air genangan dan air
reservoir. Erosi yang disebabkan oleh aliran air permukaan, membawa serta bahan-
bahan organic dan mineral-mineral. Air sungai atau air danau dapat digunakan
sebagai bahan campuran beton, asal tidak tercemar oleh air buangan industri. Air
rawa-rawa atau air genangan tidak dapat digunakan sebagai bahan campuran beton,
5. Air laut
Air laut mengandung 30.000 - 36.000 mg garam per liter (3 % - 3,6 %) pada
umumnya dapat digunakan sebagai campuran untuk beton tidak bertulang, beton
prategang dan pratekan atau dengan kata lain ntuk beton - beton mutu tinggi.
Air asin yang terdapat di pedalaman mengandung 1000 - 5000 mg garam perliter. Air
dengan kadar garam sedang, mengandung 200 - 1000 mg garam perliter. Air didaerah pantai,
memiliki kadar garam sekitar 20000 - 30000 mg perliter. Air laut tidak boleh digunakan
untuk pembuatan beton pra-tegang, atau pra-tekan, karena batang-batang baja pra-tekan
Air laut sebaiknya tidak digunakan untuk beton yang ditanami alumunium
didalamnya, beton yang memakai tulangan atau yang mudah mengalami korosi pada
tulangannya akibat perubahan panas (temperatur) dan lingkungan yang lembab (ACI 318-
89:2-2).
Pemilihan air yang digunakan sebagai campuran beton didasarkan pada csmpuran
beton. Air tersebut harus berasal dari sumber yang sama dan terbukti dapat menghasilkan
tekan mortar yang dibuat dengan air tersebut, yang kemudian dibandingkan dengan campuran
mortar yang menggunakan air suling. Hasil pengujian (pada usia 7 hari dan 28 hari) kubus
adukan yang dibuat dengan air campuran yang tidak dapat diminimum paling tidak harus
mencapai 90 % dari kekuatan spesimen serupa yang dibuat dengan air yang dapat diminum.
Perbandingan uji kuat tekan harus dialkukan untuk pengujian dilakukan berdasarkan Test
b. Tidak mengandung garam-garamm yang dapat merusak beton (asam, zat organik, dan
Untuk air perawatan, dapat dipakai juga air yang dipakai untuk pengadukan, tetapi
harus yang tidak menimbulkan noda atau endapan yang merusak warna permukaan beton.
Besi dan zat organis dalam air umumnya sebagai penyebab utama pengotoran atau perubahan
warna, terutama jika perawatan cukup lama. Adapun batasan maksimum ion klorida yang
terkandung dalam air untu campuran beton dan kadar air bebas untuk workabilitas beton
Tabel.2.13 Perkiraan Kadar Air Bebas (kg/m3) yang Dibutuhkan untuk Beberapa Tingkat
yang dituntut untuk suatu tujuan konstruksi tertentu. Pendekatan praktis yang paling baik
adalah mengusahakan kesempurnaan semua sifat beton. Adapun sifat sifat beton yaitu :
Beton segar merupakan suatu campuran antara air, semen dan agergat dan bahan
segar itu sendiri setelah mengeras. Pada tiap-tiap pengolahan beton segar ini sangat
diperhatikan agar bahan-bahan campuran tetap kompak dan tercampur merata dalam seluruh
adukan.
Beton segar yang baik terlihat dari kemudahan adukan tersebut dikerjakan
1. Mobilitas, yaitu kemudahan spesi beton dapat dituangkan (dialirkan) kedalam cetakan
dihilangkan.
3. Stabilitas, yaitu kemampuan spesi beton untuk tetap sebagai masa yang homogen dan
stabil selama dikerjakan dan digetarkan tanpa terjadi segregasi dari bahan utamanya.
Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat kemudahan atau kesulitan adukan untuk
diaduk, diangkut, dituang, dan dipadatkan. Unsur - unsur yang mempengaruhi workabilitas
yaitu :
Semakin banyak air yang dipakai makin mudah beton segar itu dikerjakan.
2. Kandungan semen
betonnya, karena pasti diikuti dengan penambahan air campuran untuk memperoleh
Bila campuran pasir dan kerikil mengikuti gradasi yang telah disarankan oleh
peraturan maka adukan beton akan mudah dikerjakan. Gradasi adalah distribusi
ukuran dari agregat berdasarkan hasil persentase berat yang lolos pada setiap ukuran
Bila cara pemadatan dilakukan dengan alat getar maka diperlukan tingkat kelecakan
yang berbeda, sehingga diperlukan jumlah air yang lebih sedikit daripada jika
didasarkan pada ASTM C 143-74. Percobaan ini menggunakan corong baja yang berbentuk
konus berlubang pada kedua ujungnya, yang disebut kerucut Abrams. Bagian bawah
berdiameter 20 cm, bagian atas berdiameter 10 cm, dan tinggi 30 cm (disebut sebagai kerucut
Variasi yang terjadi antara nilai slump adanya beberapa ukuran akibat tiga buah jenis slump
1. Penurunan umum dan seragam tanpa ada yang pecah, oleh karena itu dapat disebut
nilai slump
2. Slump geser yang terjadi bilamana paruh puncaknya tergeser atau tergelincir ke
bawah pada bidang miring. Pengambilan nilai slump geser ini ada dua cara yaitu
dengan mengukur penurunan minimum dan penurunan ratarata dari puncak kerucut.
nilai slump
nilai slump
3. Campuran beton pada kerucut runtuh seluruhnya. Pengambilan nilai slump collapse
Slump (cm)
Jenis Konstruksi
maksimum minimum
segregasi. Hal ini akan menyebabkan sarang kerikil, yang pada akhirnya akan menyebabkan
keropos pada beton. Segregasi ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
4. Permukaan butir agregat kasar, semakin kasar permukaan butir agregat semakin
sedikit mungkin, adukan beton jangan dijatuhkan dengan ketinggian yang terlalu besar dan
cara pengangkutan, penuangan maupun pemadatan harus mengikuti cara-cara yang benar
dinamakan bleeding. Air yang naik ini membawa semen dan butir-butir pasir halus, yang
pada saat beton mengeras akan membentuk selaput (laitence). Bleeding dapat dikurangi
dengan cara :
Sifat-sifat beton yang telah mengeras mempunyai arti yang penting selama masa
pemakaiannya. Sifat-sifat penting dari beton yang telah mengeras antara lain kekuatan
tekannya, kekuatan tarik belah beton/modulus elastisitas beton, ketahanan beton (durability),
Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas.
Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi tingkat
kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan.
Kekuatan tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum fc dengan satuan
N/mm atau MPa dan juga memakai satuan kg/cm. Kekuatan tekan beton merupakan sifat
yang paling penting dari beton keras. Umumnya kuat tekan beton berkisar antara nilai 10 - 65
MPa. Untuk struktur beton bertulang pada umumnya menggunakan beton dengan kuat tekan
pada umur 28 hari berkisar 17 - 35 Mpa. Berdasarkan PBI97, apabila kekuatan tekan
beton tidak ditentukan berdasarkan jenis benda uji, kekuatan benda uji percobaan dengan
benda uji standar pada umur 28 hari diperlihatkan pada tabel 2.16 berikut ini :
Beberapa faktor seperti ukuran dan bentuk agregat, jumlah pemakaian semen dan
air, umur beton, perawatan beton (curing), proporsi campuran beton, kualitas agregat, dapat
Semakin kecil area permukaan agregat, maka semakin kecil kebutuhan air untuk
campuran beton. Dengan semakin kecilnya faktor air semen, maka kekuatan beton semakin
meningkat. Penggunaan agregat dengan ukuran butir maksimum yang lebih besar, dapat
menurunkan kekuatan beton. Pada Gambar 2.21 dapat dilihat hubungan antara efek ukuran
3000
2000
1000
2 3 4 5 6 7
Finer Coarser
Fineness Modulus of Mixed Aggregates
Gambar 2.21 Grafik pengaruh ukuran agregat terhadap kuat tekan beton
Kekuatan tekan beton dapat diperhitungkan dengan penggunaan faktor air semen.
Pada Gambar 2.22 terlihat bahwa kekuatan tekan beton menurun jika perbandingan jumlah
Secara umum, semakin besar nilai FAS, semakin rendah mutu kekuatan beton.
Dengan demikian, untuk menghasilkan sebuah beton yang bermutu tinggi FAS dalam beton
haruslah rendah, sayangnya hal ini menyebabkan kesulitan dalam pengerjaannya. Umumnya
nilai FAS minimum untuk beton normal sekitar 0,4 dan nilai maksimumnya 0,65. Tujuan
pengurangan FAS ini adalah untuk mengurangi hingga seminimal mungkin porositas beton
7 days
5000
KUAT TEKAN (fC)
4000 21 days
3000
2000
FAS
Gambar 2.22 Grafik hubungan faktor air semen terhadap kekuatan tekan beton
Gambar 2.23 Hubungan antara kuat tekan beton umur 7 hari dengan faktor air semen
Kekuatan tekan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton. Biasanya nilai
kuat tekan ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28 hari. Kekuatan beton akan naik
secara cepat (linear) sampai umur 28 hari, tetapi setelah itu kenaikannya tidak terlalu
signifikan (Gambar 2.24). Umumnya pada umur 7 hari kuat tekan mencapai 65% dan pada
umur 14 hari mencapai 88% - 90% dari kuat tekan umur 28 hari.
Umur (hari)
Gambar 2.24 Hubungan antara faktor air semen dengan kekuatan beton selama masa
perkembangannya
40
35
30
25
Tegangan (Mpa)
20
Waktu (umur)
Gambar 2.25 Hubungan antara umur beton dan kuat tekan beton (Istimawan, 1999)
II.6.2.1.4 Rongga Udara (Voids)
sehingga dapat mempengaruhi penurunan durabilitas, sifat kedap air pada beton, dan juga
kekuatan beton. Kebutuhan air dalam pencampuran beton diharapkan cukup untuk
mendukung proses hidrasi pada semen, penambahan air pada pencampuran beton dapat
menyebabkan terjadinya rongga pada beton, sehingga kualitas beton yang dihasilkan
menurun.
Kekuatan tekan beton bertanbah seiring dengan umur beton dan perawatan beton.
Pengaruh perawatan beton dapat dilihat pada Gambar 2.25 peningkatan suhu air baik untuk
perawatan beton ataupun pencampuran beton dapat meningkatkan kekuatan beton lebih
cepat. Penggunaan curing dengan sistem uap dapat meningkatkan kekuatan beton lebih cepat
berbentuk bulat mempunyai rongga udara minimum 33% lebih kecil dari rongga udara yang
dimiliki oleh agregat berbentuk lainnya. Dengan semakin berkurangnya rongga udara yang
terbentuk, beton yang dihasilkan akan mempunyai rongga udara yang lebih sedikit.
Tekstur permukaan agregat halus yang bertekstur halus akan lebih sedikit
membutuhkan air dibandingkan dengan agregat dengan permukaan yang kasar. Dengan
semakin sedikitnya air yang dibutuhkan kemungkinan menghasilkan beton yang bermutu
tinggi lebih besar dibandingkan dengan menggunakan agregat yang bertekstur kasar.
Gradasi yang baik dan teratur dari agregat halus besar kemungkinannya akan
menghasilkan beton yang memiliki kekuatan tinggi dibandingkan dengan agregat yang
bergradasi bercelah (gap gradation) ataupun dengan gradasi seragam (uniform gradation).
Gradasi yang baik adalah gradasi yang memenuhi syarat zona tertentu dan agregat halus tidak
boleh mengandung bagian yang lolos pada satu set ayakan lebih besar dari 45% dan tertahan
Kebersihan agregat juga akan sangat mempengaruhi dari mutu beton yang akan
dibuat, terutama dari zat-zat yang dapat merusak baik pada saat beton muda maupun pada
Kekuatan agregat bervariasi dalam batas yang besar. Butir-butir agregat dapat
bersifat kurang kuat karena dua hal. Pertama, karena terdiri dari bahan yang lemah atau
terdiri dari partikel yang kuat tetapi tidak dalam hal pengikatan (interlocking). Kedua,
porositas yang besar akan mempengaruhi keuletan atau ketahanan terhadap beban kejut.
Dalam hal pemilihan agregat kasar, porositas yang rendah merupakan faktor yang sangat
Kekerasan atau kekuatan dari buti-butir agregat kasar bergantung pada bahannya
dan tidak dipengaruhi oleh lekatan antar butir satu dengan yang lainnya. Dalam membentuk
beton mutu tinggi, kualitas kekuatan tekan agregat perlu menjadi perhatian, dalam hal ini
ditentukan dengan suatu pengujian kuat tekan dan ketahanan akan abrasi agregat tersebut.
Bentuk fisik dari agregat kasar yang bersudut memiliki rongga udara berkisar
antara 38% sampai dengan 40%, dengan demikian membutuhkan lebih banyak pasta semen
agar mudah dikerjakan untuk mengurangi rongga udara ini dikombinasikan dengan agregat
halus yang berbbentuk bulat. Beton yang dihasilkan dengan menggunakan agregat ini cocok
untuk struktur yang menekankan pada kekuatan beton karena ikatan antar agregat baik dan
kuat.
Gradasi yang baik dan teratur dari agregat halus besar kemungkinannya akan
menghasilkan beton yang memiliki kekuatan tinggi dibandingkan dengan agregat yang
bergradasi bercelah (gap gradation) ataupun dengan gradasi seragam (uniform gradation).
Gradasi yang baik adalah gradasi yang memenuhi syarat zona tertentu dan agregat halus tidak
boleh mengandung bagian yang lolos pada satu set ayakan lebih besar dari 45% dan tertahan