Anda di halaman 1dari 23

Laporan Sintesis Organik dan Anorganik

Pembuatan Tawas Aluminium dari Limbah


Aluminium Foil

Pembimbing : Ir. Retno Indarti, MT.

Praktikan :
Kelompok VIII
Yuliana Nur Amanah 161411061
Yurike Dwiayu Rahmaningsih 161411062
Yuzvan Fauzi Darmawan D. 161411063
Zayyin Kamil Biliman 161411064
Kelas IB - TK

Tanggal Praktikum : 16 Maret 2017


Tanggal Penyerahan Laporan : 23 Maret 2017

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
Laporan Kimia Analitik Instrumen

I. Tujuan Percobaan :
1. Mempelajari dan memahami pembuatan tawas dari aluminium foil.
2. Mempelajari reaksi proses yang terjadi.
3. Menghitung yield atau perolehan produk tawas dan menganalisa dengan
menentukan titik leleh tawas.

II. Dasar Teori :


A. Tawas

Tawas adalah kelompok garam rangkap berhidrat berupa kristal dan bersifat
isomorf. Tawas ini dikenal dengan nama KAl(SO4)2.12 H2O yang dikenal banyak
sebagai koagulan didalam pengolahan air maupun limbah. Sebagai koagulan
tawas atau dapat juga disebut alum sulfat sangat efektif untuk mengendapkan
partikel yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun suspensi.

Gambar 1. Tawas

Alum merupakan salah satu senyawa kimia yang dibuat dari molekul air
dan dua jenis garam, salah satunya biasanya Al 2(SO4)3. Alum kalium merupakan
senyawa yang tidak berwarna dan mempunyai bentuk kristal oktahedral atau
kubus ketika kalium sulfat dan aluminium sulfat keduanya dilarutkan dan
didinginkan. Larutan alum kalium tersebut bersifat asam.

Alum kalium memiliki titik leleh 900oC. Kalium aluminium sulfat


dodekahidrat (tawas kalium) dengan rumus KAl(SO4)2.12H2O digunakan dalam
pemurnian air, pengolahan limbah, dan bahan pemadam api.Tawas kalium dibuat
dari logam aluminium dan kalium hidroksida. Logam aluminium bereaksi secara
cepa t dengan KOH panas menghasilkan larutan garam kalium aluminat.

Tawas kalium aluminium sulfat dihasilkan dengan mereaksikan logam


aluminium (Al) dalam larutan basa kuat (kalium hidroksida) akan larut
membentuk aluminat.

2Al (s) + 2KOH (aq) + 2H2O (l) 2KAlO2 (aq) + 3H2 (g)

Larutan aluminat dinetralkan dengan asam sulfat mula-mula terbentuk


endapan berwarna putih dari aluminium hidroksida Al(OH)3.

2KAlO2 (aq) +2H2O (l) + H2SO4(aq) K2SO4(aq) + Al(OH)3 (s)

Dengan penambahan asam sulfat endapan putih semakin banyak dan jika
asam sulfat berlebihan endapan akan larut membentuk kation K+, Al3+, dan SO42,
jika didiamkan akan terbentuk kristal dari tawas kalium aluminium sulfat. Secara
singkat reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:

H2SO4(aq) + K2SO4(aq) + 2Al(OH)3 (s) 2KAl(SO4)2 (aq) + 6H2O


24 H2O + 2Kal(SO4)2 (aq) 2KAl(SO4)2.12H2O(s)

Alum kalium sangat larut dalam air panas, sehingga ketika setelah
penambahan H2SO4 yang membentuk endapan dan kemudian dipanaskan,
pemanasan sebaiknya dilakukan pada suhu 60-80oC untuk menguapkan airnya
dan suhu pemanasan tidak boleh lebih dari 80oC karena tawas akan larut dalam
air mendidih. Ketika kristal alum kalium dipanaskan terjadi pemisahan secara
kimia, dan sebagian garam yang terdehidrasi terlarut dalam air. Pada proses
penguapan selama 10 menit dan didinginkan akan terbentuk kristal dari
KAl(SO4)2.12 H2O.

Reaksi keseluruhan :

2Al (s) + 2KOH (aq)+ 10H2O (l) +H2SO4(aq) 2KAl(SO4)2.12H2O(s) + 3H2(g)

Tawas telah dikenal sebagai flocculator yang berfungsi untuk


menggumpalkan kotoran-kotoran pada proses penjernihan air. Tawas sering
sebagai penjernih air ,kekeruhan dalam air dapat dihilangkan melalui
penambahan sejenis bahan kimia yang disebut koagulan. Pada umumnya bahan
seperti Aluminium sulfat [Al2(SO4)3.18H2O] atau sering disebut alum atau
tawas, fero sulfat, Poly Aluminium Chlorida (PAC) dan poli elektrolit organik
dapat digunakan sebagai koagulan. Untuk menentukan dosis yang optimal,
koagulan yang sesuai dan pH yang akan digunakan dalam proses penjernihan air,
secara sederhana dapat dilakukan dalam laboratorium dengan menggunakan tes
yang sederhana (Alearts & Santika, 1984). Prinsip penjernihan air adalah dengan
menggunakan stabilitas partikel-partikel bahan pencemar dalam bentuk koloid.
Tawas sebagai koagulan di dalam pengolahan air maupun limbah. Sebagai
koagulan alum sulfat sangat efektif untuk mengendapkan partikel yang melayang
baik dalam bentuk koloid maupun suspensi.

B. Aluminium

Gambar 2. Logam Aluminium

Aluminium ialah unsur kimia. Lambang aluminium ialah Al, dan nomor
atomnya 13. Aluminium ialah logam paling berlimpah . Aluminium bukan
merupakan jenis logam berat, namun merupakan elemen yang berjumlah sekitar
8% dari permukaan bumi dan paling berlimpah ketiga. Aluminium terdapat dalam
penggunaan aditif makanan, antasida, buffered aspirin, astringents, semprotan
hidung, antiperspirant, air minum, knalpot mobil, asap tembakau, penggunaan
aluminium foil, peralatan masak, kaleng, keramik , dan kembang api.

Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik. Terang dan kuat.


Merupakan konduktor yang baik juga buat panas. Dapat ditempa menjadi
lembaran, ditarik menjadi kawat dan diekdiekstrusi menjadi batangan dengan
bermacam-macam penampang. Tahan korosi.
Aluminium digunakan dalam banyak hal. Kebanyakan darinya digunakan
dalam kabel bertegangan tinggi. Juga secara luas digunakan dalam bingkai jendela
dan badan pesawat terbang. Ditemukan di rumah sebagai panci, botol minuman
ringan, tutup botol susu dsb. Aluminium juga digunakan untuk melapisi lampu
mobil dan compact disks.

C. Koagulasi (Flokulasi)

Koagulasi/flokulasi adalah proses pengumpulan partikel-partikel halus yang


tidak dapat diendapkan secara gravitasi, menjadi partikel yang lebih besar
sehingga bisa diendapkan dengan jalan menambahkan bahan koagulasi
(koagulan).

Secara tradisional untuk koagulasi air banyak dipakai seperti biji kelor
(Moringa Oleifera), karat besi, tanah gambut dan sebagainya. Biji kelor dipilih
yang sudah tua dan kering di pohon (kadar air 10%). Menurut
penelitian/pengalaman Pusat Litbang Pemukiman Departemen Pekerjaan Umum
bahwa 6 biji kelor kering yang sudah digerus cukup sebagai koagulan dan
desinfektan 1 liter air. Biji kelor sebagai desinfektan juga karena mengandung
senyawa myrosin, emulsin, asam gliserid, asam palmitat, asam stearat, asam oleat,
lemak, minyak dan senyawa yang bersifat bakteriosidis.

Penggunaan karat besi jauh lebih murah dibandingkan dengan Al2SO4.


Penelitian Pusat Litbang Pemukiman PU menunjukkan bahwa koagulan karat besi
ternyata biayanya hanya seperdua puluh empat kali tawas (Al2SO4). Tanah
gambut pun (2-3 meter dari muka tanah) dapat dipakai sebagai koagulan 1/2 kg
tanah gambut cukup untuk mengadakan proses koagulasi air sebanyak 200 liter.

Kegunaan koagulasi/flokulasi yaitu memudahkan partikel-partikel


tersuspensi yang sangat lembut dan bahan-bahan koloidal di dalam air menjadi
agregat/jonjot (proses sebelum penggumpalan) dan membentuk flok, sehingga
dapat dipisahkan dengan proses pengendapan dan dapat juga berfungsi
menghilangkan beberapa jenis organisme dalam air.
III. Mekanisme Reaksi :
A. Kondisi Operasi
Suhu : 60-70oC
Rasio Bahan terhadap Reagen : 3 gram Alumunium : 10 gram KOH
dalam 150ml pelarut air
Kecepatan Pengadukan : Memadai
Waktu Reaksi : 10 menit (reaksi antara larutan KOH
dengan Al pada suhu (60-70oC)
Konsentrasi Katalis : Tidak memakai katalis

B. Stoikiometri Reaksi

2Al + 2 KOH + 10 H2O + 4 H2SO4 2KAl(SO4)2.12H2O + 3H2

3,00 g
mol Al = = 0,1111 mol
27 g/mol

10 g
mol KOH = = 0,1786 mol
56 g/mol

2 Al + 2KOH + 10 H2O + 4H2SO4 2KAl(SO4)2.12H2O + 3H2


m 0,1111 0.1786
r 0,1111 0,1111 0,5555 0,2222
s 0.0675 0.1111

IV. Alat dan Bahan :


Alat :
1. Batang Pengaduk 8. Corong Kaca
2. Magnetic Stirrer 9. Gelas Arloji
3. Gelas Kimia 400 mL 10. Neraca
4. Gelas Ukur 50 mL 11. Indikator Universal
5. Labu Erlenmeyer 300 mL 12. Termometer
6. Buret, Statif, dan Klem 13. Pipet Ukur
7. Hot Plate 14. Kertas Saring
Bahan :
1. Aluminium Foil
2. Kristal NaOH
3. Alkohol
4. Larutan H2SO4 50%
5. Aquadest

V. Prosedur Kerja :
A. Pembuatan Larutan KOH

Timbang KOH sebanyak 10 g.

Siapkan 150 ml aquades dalam gelas kimia


ukuran 600 ml.

Masukan 10 gram KOH ke dalam gelas kimia sambil diaduk


hingga larutan homogen.

B. Pembuatan Larutan H2SO4 50 %

Siapkan 25 ml aquades dalam gelas kimia


ukuran 100 ml.

Ukurlah 25 ml H2SO4 pekat menggunakan gelas ukur.

Masukan sedikit demi sedikit H2SO4 ke dalam gelas kimia


sambil diaduk pelan.
C. Pembuatan Tawas

Timbang dan siapkan alumunium foil sebanyak 3


gram, dipotong dalam ukuran kecil.

Panaskan larutan KOH yang sudah dibuat pada suhu 60-70 diatas
hotplate, masukan magnet stirer kedalamnya (dikerjakan di lemari asam).

Masukan alumunium foil sedikit demi sedikit kedalam


larutan KOH. Amati perubahan yang terjadi.

Setelah selesai, diamkan dan dinginkan.

Proses penyaringan. Endapan/kotoran.

Masukan H2SO4 kedalam


Endapan/kotoran. Filtrat erlenmayer yang berisi filtrat,
tetes demi tetes dari buret.
Catat Volume.

Panaskan filtrat hotplate suhu 60-80


selama 10 menit.

Diamkan sambil didinginkan hingga terbentuk padatan tawas.

Filtrat dibuang.
Proses penyaringan.

Residu cuci dengan 10 ml alkohol dan 10 ml aquades,


kemudian keringkan.

Timbang kristal tawas yang terbentuk


setelah dikeringkan.

Hitung % Yield.
VI. Data Pengamatan :
A. Data Reaktan dan Produk
No Komponen Satuan Jumlah
1 Berat KOH gram 10
2 Berat Aluminium gram 3,00
3 Volume H2SO4 mL 31,5
4 Volume Aquadest mL 10
5 Volume Alkohol mL 10
6 Berat Kertas Saring gram 1,09
7 Berat Tawas + Kertas Saring gram 42,90
8 Berat Tawas gram 41,81

B. Data Pengamatan
No Perlakuan Pengamatan
1 Logam Aluminium Berwarna perak.
2 Larutan KOH Larutan tidak berwarna.
3 Melarutkan Alumunium Timbul gas ketika logam Al dimasukan
dalam KOH ke dalam larutan KOH panas.
Menghasilkan larutan keruh berwarna
hitam serta berbuih. Setelah pemanasan
dihentikan, warna larutan memudar
dan terbentuk endapan hitam
(aluminium yang tidak larut atau
pengotor).
4 Penyaringan I Pengotor yang ada tersaring, filtrat
menjadi tidak berwarna.
5 Aluminat + H2SO4 Timbul endapan putih sejak tetesan
pertama, dan semakin bertambah
banyak dengan penambahan H2SO4.
Mencapai pH 1 pada penambahan
H2SO4 sebanyak 31,5 mL pada proses
ini terjadi perubahan suhu larutan
mejadi lebih tinggi.
6 Penyaringan II Endapan putih tersaring. Berbentuk
bubuk berwarna putih.
7 Pendinginan Endapan menjadi kering dan berbentuk
bubuk halus.
8 Membilas Tawas dengan Dibilas oleh 10 mL Aquadest dan 10
Alkohol dan Aquadest mL alcohol.
9 Menimbang Didapat berat tawas sebesar 41,81 g.
10 Uji Titik Leleh Titik leleh tawas hasil percobaan
adalah pada suhu 93,5 C.

VII. Pengolahan Data :


A. Perhitungan Jumlah Tawas yang Seharusnya Dihasilkan
m Tawas Teoritis = Mol Al Mr (KAl(SO4)2.12H2O)
= 0,1111 mol 474 g/mol
= 52,6614 g

B. Jumlah Tawas yang Dihasilkan dari Percobaan

m Tawas Hasil Percobaan = (m Tawas + Kertas Saring) m Kertas Saring


= 42,90 g 1,09 g
= 41,81 g

C. Persentase Yield Tawas

m Tawas Hasil Percobaan


% Yield = 100 %
m Tawas secara Teoritis
41,81 g
= 100 %
52,6614 g
= 79,39 %
VIII. Keselamatan Kerja :
1. Baca dan pahami jobsheet untuk meminimalisir kesalahan.
2. Baca MSDS setiap bahan yang akan digunakan.
3. Gunakan Jas Lab, sepatu tertutup, dan alat pelindung diri yang sesuai dengan
potensi bahaya.
4. KOH dapat mangiritasi kulit, siram dengan air bila terkena kulit.
5. H2SO4 merupakan asam berbahaya, gunakan sarung tangan.
6. Mereaksikan serbuk Al dengan KOH dilakukan di lemari asam, arena reaksi
tersebut menghasilkan gas hidrogen yang dapat mengiritasi.

MSDS (Material Safety Data Sheet)


A. Kalium Hidroksida
Rumus Molekul : KOH
Berat Molekul : 56,11 g/mol
Warna : Putih
Wujud : Padat
Titik leleh (0C) : 752 F (4000C)
Titik didih (0C) : Tidak berlaku
Tekanan uap (mmHg) : 60 mmHg
Bau : Berbau
Bahaya :
Terhisap : Iritasi, luka bakar, edema paru
Kontak Kulit : Iritasi, luka bakar, dermatitis
Kontak Mata : Iritasi (mungkin berat), luka bakar, kerusakan mata,
kebutaan, gangguan visual
Tertelan : Iritasi (mungkin berat), luka bakar, mual, muntah
Penanganan :
Penanganan
Hindari debu KOH ketika bernapas. Jangan sampai terkena mata, kulit,
atau pakaian. Cuci bersih setelah penanganan. Pencampuran dengan air,
asam atau bahan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan tumpah dan
pelepasan panas.
Penyimpanan
Simpan sesuai dengan semua peraturan dan standar yang berlaku. Jaga
agar wadah rapat, tertutup dan diberi label dengan benar. Jangan simpan
dalam wadah aluminium atau alat yang menggunakan perlengkapan
alumunium. Karena gas hidrigen mudah terbakar maka, jauhkan dari zat-
zat yang tidak kompatibel.
Tumpahan dan kebocoran
Pakailah pelindung peralatan pribadi sesuai yang direkomendasikan.
Sekop KOH kering ke dalam wadah yang sesuai. Jauhkan dari persediaan
air dan selokan. Bahan ini adalah alkali dan dapat meningkatkan pH
permukaan air dengan kapasitas buffering rendah.
Alat pelindung diri
Ruangan harus ada ventilasi, memakai kaca mata kimia, kran pencuci
mata, jas lab, sarung tangan, sepatu boot karet, sarung tangan.

B. Asam Sulfat
Keadaan Fisik : Cairan
Bau : berbau, memiliki bau tersedak ketika panas.
Rasa : rasa asam Ditandai. (Strong.)
Berat Molekul : 98,08 g / mol
Warna : Tak berwarna.
pH (1% soln / air) : Asam.
Titik Didih : 270 C (518 F)
Melting Point : -35 C (-31 F)
Spesifik Gravity : 1,84 (Air = 1)
Densitas Uap : 3.4 (Air = 1)
Properti Dispersi : Lihat kelarutan dalam air.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dingin, etil alcohol
Penaganan :
Kontak Mata
Periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak. Dalam kasus terjadi kontak,
segera siram mata dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit. Air
dingin dapat digunakan. Dapatkan perawatan medis dengan segera.
Kontak Kulit
Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air
sedikitnya selama 15 menit dengan mengeluarkan pakaian yang
terkontaminasi dan sepatu. Tutupi kulit yang teriritasi dengan yg
sesuatu melunakkan. Air dingin mungkin dapat digunakan pakaian.cuci
sebelum digunakan kembali. benar-benar bersih sepatu sebelum
digunakan kembali. Dapatkan perawatan medis dengan segera.
Kulit Serius
Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit terkontaminasi
dengan krim anti-bakteri. Mencari medis segera.
Inhalasi
Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan
pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan segera
perhatian medis.
Serius Terhirup
Evakuasi korban ke daerah yang aman secepatnya. Longgarkan pakaian
yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. jika sulit
bernapas, beri oksigen. Jika korban tidak bernafas, lakukan pernafasan
dari mulut ke mulut.

C. Logam Alumunium
Rumus Kimia : Al
Massa Relatif : 26.98 g/mol
Kelarutan : Larut dalam larutan alkali, asam sulfat, asam
klorida, dan tak larut dalam air
Wujud : Padat
Warna : Putih - Silver
Bau : Tak Berbau
Bahaya :

Pada Kulit : menyebabkan iritasi kulit.


Pada Mata : Tak berbahaya kecuali dalam bentuk butiran alumunium
yang dapat mengiritsi mata dengan reaksi mekanis.
Terhirup: Tak berbahaya kecuali dalam bentuk butiran alumunium panas
yang dapat iritasi saluran pernafasan.

Penanganan :

Mata : Bilas mata dengan air mengalir sekurang kurangnya 15 menit.


Kulit : Bilas kulit dengan air mengalir sekurang kerungnya 15 menit
dan mencuci pakaian yang terkontaminasi.
Terhirup : bernafas dengan udara bersih dan segera mendapatkan
penanganan dari dokter.

D. Tawas
Rumus Kimia : KAl(SO4)2.12H2O
Massa Relatif : 474.38 g/mol
Titik Leleh : 92.5oC
Kelarutan : Sebagian larut dalam air dingin
SG : 1.757 (Air = 1)
Wujud : Padat
Warna : Putih
Rasa : Tak berasa
Bau : Tak Berbau
Bahaya :
Kulit : dapat menyebabkan iritasi sebagian pada kulit yang terkelupas.
Mata : dapat menyebabkan iritasi dalam bentuk bentuk butiran tawas.
Terhirup : dapat menyebabkan iritasi.
Penanganan :
Kulit : Bilas kulit dengan air mengalir, tutupi kulit yang teriritasi, leaskan
pakaian yang terkontaminasi dan cuci sebelum digunakan kembali dan
apabila dampak yang didapatkan cukup serius segera dapatkan
penanganan medis. Untuk contak kulit yang serius cucilah dengan sabun
desinfektan dan tutuplah kulit yang terkontaminasi dengan penutup
dengan krim anti bakteri.
Mata : Lepaskan lensa kontak dan bilaslah mata dengan air mengalir
sekurang kurangnya 15 menit, air dingin dapat digunaan. Dapatkan
penanganan medis.
Terhirup : hiruplah udara segar, jika tak bernafas berikanlah nafas buatan,
jika sulit bernafas berikanlah oksigen, jika dampak cukup parah segera
dapatkan penanganan medis.

E. Alkohol
Bentuk : Cair dan tidak berwarna
Tekanan Uap : 59,3 mmHg @ 20oC
Viskositas : 1200 cP @ 20oC
Titik Nyala : 16,6 o C
Bahaya :
Mata : Gangguan mata, kerusakan mata pada kornea mata.
Kulit : Gangguan kulit, sianosis pada ekstremitas.
Tertelan : Mual, muntah, diare.
Inhalasi : Gangguan saluran pernafasan, pusing dan sesak napas.
Penanganan :
Penanganan
Jangan sampai terkena mata, kulit, atau pakaian. Cuci bersih
setelah penanganan. Pencampuran dengan air, asam atau bahan yang
tidak kompatibel dapat menyebabkan tumpah dan pelepasan panas
Penyimpanan
Simpan sesuai dengan semua peraturan dan standar yang berlaku. Jaga
agar wadah rapat, tertutup dan diberi label dengan benar. Jangan simpan
dalam wadah aluminium atau alat yang menggunakan perlengkapn
alumunium. Karena gas hidrigen mudah terbakar maka, jauhkan dari zat-
zat yang tidak kompatibel
Tumpahan dan Kebocoran
Pakailah pelindung peralatan pribadi sesuai yang direkomendasikan.
Alat Pelindung Diri
Ruangan harus ada ventilasi, memakai kaca mata kimia, kran pencuci
mata, jas lab, sarung tangan, sepatu boot karet, sarung tangan.
IX. Pembahasan :
A. Yuliana Nur Amanah
Pada praktikum kali ini, dilakukan pembuatan tawas aluminium dari limbah
aluminium foil. Tawas adalah kelompok garam rangkap berhidrat berupa kristal
dan bersifat isomorph, dikenal sebagai koagulan di dalam pengolahan air maupun
limbah.
Aluminium foil yang akan digunakan, harus dipotong-potong menjadi
bagian yang kecil, hal ini dilakukan untuk mempercepat reaksi yang terjadi.
Karena semakin halus zat yang direaksikan maka akan semakin luas permukaan
yang kontak dengan reagen sehingga mempercepat reaksi yang terjadi.
Aluminium direaksikan dengan KOH dan akan membentuk endapan putih
Al(OH)3, tetapi karena Aluminium bersifat amfoter, pada penambahan KOH
berlebih Al(OH)3 akan larut kembali membentuk [Al(OH)4]- yang merupakan
senyawa kompleks dengan nama aluminat.
Ketika ditambahkan H2SO4 terjadi endapan kembali, hal ini disebabkan oleh
turunnya pH sehingga larutan bersifat asam kembali dan membentuk senyawa
KAl(SO4)2. Senyawa ini adalah tawas, tetapi tawas memiliki hidrat yaitu dua belas
hidrat sehingga memiliki rumus kimia KAl(SO4)2.12H2O. Pada saat penambahan
H2SO4 ini terjadi kenaikan suhu, hal ini disebabkan karena reaksi tersebut
berlangsung secara eksoterm. Penambahan dilakukan hingga pH 1-2, hal ini
dilakukan karena pada pH tersebut terjadi pengendapan kation. Setelah
penambahan H2SO4 dilakukan pemanasan kembali yang suhunya tidak boleh
melebihi 80 C, karena jika suhu melebihi 80 C kation pembentuk tawas
dikhawatirkan akan menguap.
Tawas yang berkualitas baik memiliki ciri-ciri berbentuk bongkahan kristal
dan tidak berwarna. Namun dari hasil percobaan yang teelah dilakukan, tawas
yang didapat berbentuk serbuk berwarna putih. Selain itu, berdasarkan
perhitungan secara teoritis hasil tawas yang akan didapat adalah sebanyak 52,6614
g tetapi yang kami dapat hanya 41,81 g. Sehingga % yield yang didapat hanya
sebesar 79,93 %. Hal tersebut dapat disebabkan karena pada pemanasan suhu yang
tercapai melebihi 80 C sehingga ada kation penyusun yang menguap dan
menyebabkan massa tawas yang didapat lebih kecil.
Tetapi hasil pengujian titik leleh tawas hasil percobaan telah mendekati titik
leleh tawas secara teoritis. Titik leleh yang didapat dari tawas hasil percobaan
adalah sebesar 93,5 C, dan menurut teoritis titik leleh tawas terjadi pada suhu 93
C. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa padatan yang didapat dari hasil
percobaan adalah tawas.

B. Yurike Dwiayu Rahmaningsih

Pada praktikum kali ini kami membuat tawas dari alumunium foil seberat 3
gram, sebagai langkah awal kami membuat larutan KOH (10 gram KOH dalam
150 mL aquades) dan larutan H2SO4 50% sebanyak 50 mL. KOH yang dibuat
kemudian kami panaskan dengan suhu berkisar 60 - 70C , setelah panas kami
masukkan alumunium foil kedalamnya hingga larut. Proses ini dilakukan di ruang
asam karena menghasilkan gas hidrogen yang berbahaya jika dihirup. Larutan
campuran KOH dengan tawas berwarna abu abu gelap. Setelah dipastikan larut,
dilakukan pendinginan serta penyaringan dan diperoleh residu serta filtratnya
(aluminat).

Aluminat yang didapat kemudian dititrasi menggunakan H2SO4 yang sudah


dibuat sebelumnya hingga terjadi perubahan berupa endapan putih yang jika
dititrasi (ditetesi) terus menerus endapan putih nya akan semakin banyak, H2SO4
yang digunakan untuk mentetesi aluminat tersebut hingga mencapai pH antara 1
2 sebanyak 31,5 mL. Kemudian hasil yang didapat (alum) dipanaskan lagi
selama 10 menit hingga diperoleh suhu akhir sebesar 65C . Setelah dipanaskan,
larutan Kal(SO4)2 atau alum kemudian didinginkan semalaman dan disaring
menggunakan Buchner dan divakum.

Kemudian residu hasil penyalingan, yakni tawas dicuci dengan alkohol 10


mL dan aquades 10 mL untuk menghilangkan pengotornya. Kemudian produk
yang dihasilkan didiamkan atau dikeringkan selama dua hari. Setelah dikeringkan,
tawas kemudian ditimbang dengan kertas timbang yang sudah diketahui beratnya
yakni 1,09 gram, diperoleh tawas dengan total bersih 41,81 gram. Dan jika
dihitung didapat yield sebesar 79,39 %. Berat tawas yang diperoleh kurang dari
perhitungan yaitu 52,6614 gram. Hal ini dapat disebabkan pada saat pemanasan
besaran suhu yang terus diubah ubah atau penambahan H2SO4 yang kurang. Tawas
yang didapat kemudian di uji titik lelehnya, dan didapat titik leleh sebesar 93,5 C
mendekati literatur yaitu antara 92 - 93C, sehingga dapat dikatakan hasil yang
diperoleh adalah tawas.

C. Yuzvan Fauzi Darmawan D.

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pembuatan tawas dari limbah
alumunium foil. Sebelumnya alumunium telah dipotong-potong kecil, hal ini agar
seluruh alumunium foil yang dilarutkan dapat bereaksi seluruhnya dan juga dapat
mempercepat reaksi.

Proses awal pembuatan tawas dilakukan dengan melarutkan potongan


potongan aluminium foil yang sudah dipotong kecil kecil dalam larutan KOH
sambil dipanaskan. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat kelarutannya,
karena semakin tinggi suhu dan semakin luas permukaan zat maka kelarutannya
semakin besar.

Pada penambahan KOH reaksi berjalan cepat dan bersifat eksoterm karena
menghasilkan kalor. Dalam reaksi ini terbentuk gas H2 yang ditandai dengan
munculnya gelembung- gelembung gas. Gelembung-gelembung gas hilang
setelah semua aluminium bereaksi. Setelah Al larut, dihasilkan larutan berwarna
hitam. Reaksi antar Al dan KOH berlangsung melalui persamaan berikut

2Al (s) + 2KOH (aq) + 2H2O (l) 2KAlO2 (aq) + 3H2 (g)

Setelah proses pelarutan selesai, dilakukan proses penyaringan, proses


penyaringan ini bertujuan untuk menyaring ion-ion pengganggu, dan kotoran
yang tercampura pada larutan (berasal dari alumunium) sehingga yang tersisa
hanya tinggal filtratnya. Filtrat ini kemudian ditampung dalam gelas kimia, dan
ditetesi dengan asam sulfat 50%. Proses penambahan asam sulfat ini dilakukan
secara perlahan. Penambahan asam sulfat secara perlahan ini bertujuan agar dapat
mengendalikan pH dengan mengecek pH setiap beberapa tetes sekali, sehingga
larutan tidak akan terlalu asam dan tidak terlalu basa, sehingga penambahan
H2SO4 dapat dihentikan tepat pada pH 1-2, karena pada pH 1-2 terjadi
pengendapan yang sempurna dan dapat mengikat kation K+ dan Al3+. Larutan
asam sulfat 50% ini telah disediakan di laboratorium sehingga kita tinggal
menggunakannya. Reaksi antar zat yang dihasilkan dari reaksi antar Al dan KOH
dengan asam sulfat menghasilkan endapan yang berwarna putih.

2KAlO2 (aq) +2H2O (l) + H2SO4(aq) K2SO4(aq) + Al(OH)3 (s)

Warna putih yang terbentuk berasal dari senyawa Al(OH) 3. senyawa


Al(OH)3 yang bersifat basa dicampurkan dengan asam sulfat hingga pHnya 1-2.
Hal tersebut bertujuan untuk membentuk kation-kation (K+ dan Al3+) yang
merupakan elemen elemen yang diperlukan untuk membentuk tawas.

H2SO4(aq) + K2SO4(aq) + 2Al(OH)3 (s) 2Kal(SO4)2 (aq) + 6H2O

Larutan pH 1-2 tersebut dipanaskan dengan suhu 60-80oC. Setelah


dipanaskan dan kemudian didinginkan terbentuklah kristal-kristal tawas. Pada
percobaan ini pada saat dipanaskan suhunya dikendalikan dengan mengukur
setiap beberapa menit sekali dengan termometer. Apabila suhunya terlalu tinggi
(>80oC), maka suhu hotplate diturunkan, kemudian sebaliknya bila suhu larutan
rendah untuk mempercepatnya maka suhu hotplate dinaikkan. Kristal-kristal
tawas yang telah didinginkan. Pada saat pendinginan ini, larutan dibiarkan diudara
terbuka hingga dingin, pada saat ini endapan yang terbentuk adalah
Kal(SO4)2.12H2O. Setelah dingin, dilakukan penyaringan dan dibilas dengan air
dan alkohol, yang bertujan untuk mencuci endapan dan membilas sisa tawas yang
tersisa di erlenmeyer serta fungsi alkoholnya untuk mempercepat penguapan
larutan pencuci. Kristal yang terbentuk kemudian disaring dan dikeringkan.
Setelah kering, tawas yang telah menjadi kristal ditimbang agar diketahui jumlah
tawas yang terbentuk (Kuantitatif). Selanjutnya dilakukan pengecekan melting
point untuk mengecek kualitatif dari tawas yang dibuat dengan bantuan alat
melting point tester. Dari hasil pengecekan maka didapat berat tawas yang
terbentuk adalah 41,81 gram dan melting point (titik leleh) pada suhu 93,5 .
Maka yield yang didapat pada percobaan ini adalah sebesar 79,39 %. Dilihat dari
data yang didapat ada beberapa hal yang berbeda dengan data secara teoritis, hal
ini terjadi karna adanya kesalahan pada saat pengaturan suhu saat pada pemanasan
sehingga reaksi yang terjadi tidak sempurna dan juga dapat terjadi karna faktor
suhu laboratorium yang tidak stabil sehingga mempengaruhi reaksi yang terjadi.
D. Zayyin Kamil Biliman

Pada praktikum pembuatan tawas ini, pertama kami menimbang alumunium


yang berasal dari alumunium bekas seberat 3.00 gr dan menurut perhitungan
didapatlah sebesar 0.1111 mol yang kemudian direaksikan dengan KOH seberat
10 gr atau sebesar 0.1786 mol. Pada proses ini kami mencampurkan alumunium
pada KOH yang terlarut dalam 150 ml air namun sebelum mencampurnya,
menurut mekanisme reaksi suhu ideal untuk mencampurkan alumunium kedalam
larutan KOH adalah antara 60-70oC. setelah mencapai rentang suhu tersebut kami
memasukkan alumunium kedalam larutan KOH. Namun pada reaksi
pencampuran, kami tidak mengecek suhu agar terjaga pada suhu reaksi yang
disarankan sehingga ketika mengecek kembali suhu, suhu dari reaksi yang
dipanaskan tersebut mencapai 85oC dalam waktu beberapa menit sehingga kami
menurunkan suhu hingga rentang suhu ideal sangat kami mengetahui suhu yang
didapat melebihi batas ideal.

Setelah alumunium larut dalam KOH maka akan terbentuklah KAlO 2.


Kemudian KAlO2 yang terbentuk direaksikan dengan H2SO4 + H2O melalui
penetesan larutan melalui buret kedalam labu Erlenmeyer yang berisi KAlO 2.
Penetesan larutan asam sulfat dilakukan hingga pH mencapai range 1-2. Kami
membutuhan volume asam sulfat sebanyak 31.5 ml untuk mencapai range ph
tersebut. Kemudian setelah dilakukan penambahan asam sulfat kami memanaskan
campuran tersebut selama 10 menit dan didapatlah larutan KAl(SO4)2. Kemudian
dinginkan larutan tersebut hingga keesokan harinya. Pada keesekon harinya kami
memfiltrasi larutan tersebut sehingga didapatlah filtrate KAl(SO4)2.12H2O namun
kami mendapatkan filtrate berwarna putih susu bukan kristal bening.

Setelah memfiltasi, kami mengeringkan zat tersebut hingga hari senin


karena pada saat kami memfiltrasi larutan terbut adalah pada hari jumat dan
besoknya adalah hari sabtu dan tidak ada jadwal kulliah sehingga kami tidak dapat
meneruskan praktikum. Setelah hari senin kami melakukan pengujian titik leleh
larutan tersebut dan didapatkan titik leleh sebesar 93.5 oc (menurut literature yang
ada titik leleh tawas sebesar 92.5oC) dengan massa yang didapat sebesar 41.81 gr
sehingga didapatlah yield sebesar 79.39%. Yield yang dihasilkan tersebut tidaklah
100% dikarenakan pada saat pencampuran antara alumunium dengan larutan
KOH mencapai suhu 85oC sehingga tawas KAlO2 yang dihasilkan berdasarkan
reaksi tersebut tidak terbentuk (bereaksi) dengan sempurna.

X. Kesimpulan :
Dari praktikum pembuatan tawas aluminium dari limbah aluminium foil,
didapat :
1. Berat Tawas = 41,81 g
2. % Yield = 79,39 %
3. Titik Leleh = 93,5 C

XI. Daftar Pustaka :


Chadwich TF. 1985. General Chemistry & Inorganic Chemistry. Second
Edition. New Delhi : S. Anand & Company
Inayah, Syifa. 2014. Pembuatan Tawas Menggunakan Alumunium . http://ki
miaanorganikkel4.blogspot.co.id/2014/10/pembuatan-tawas-menggunaka
n-alumunium.html. Diakses 21 Maret 2017.
Liptrot, GF. 1987. Modern InorganicChemistry. Forth Edition. London : EBLS
Suminar, Achmadi, PhD (Prruci Ralph). 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan
Modern Jilid 3. Jakarta : Penerbit Erlangga
Lampiran
A. Gambar Proses Pembuatan Tawas

Aluminium Foil Pemanasan Larutan Aluminium + KOH


KOH

Pelarutan Aluminium Setelah Alumunium Proses Penyaringan I


oleh Lar. KOH Larut

Penambahan H2SO4 Penambahan H2SO4 Pemanasan ke II


Tawas

B. Gambar Pengujian Titik Leleh

Alat Pengujian Melting Point

Pada Saat Pemanasan


Sampel ditempatkan Pada Pipa Kapiler

Anda mungkin juga menyukai