Bab I-6
Bab I-6
SLBKABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana keperawatan
(S.Kep)
Oleh :
ANDRA SAPUTRA
010113a011
2017
Universitas Ngudi Waluyo
Fakultas Ilmu Kesehatan Program StudiS1 Keperawatan
Skripsi, Agustus 2017
Andra Saputra(010113a011)
ABSTRAK
Down syndrome pada umumnya menghadapi masalah yang relatif sama
yaitu bermasalah dengan cara berinteraksi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
salah satunya memberikan terapi bermain cooperative play dengan
puzzle.Cooperative play adalah permainan yang melibatkan interaksi sosial dalam
kelompok.Puzzle merupakan salah satu permainan yang dapat meningkatkan
kreativitas dan merangsang kecerdasan anak.
Tujuan penelitian iniUntuk mengetahui Gambaran perbedaan
perkembangan interaksi social sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain
Cooperative Playdengan Puzzlepada anak downsyndrome di SLB N Ungaran
Kabupaten Semarang.
MetodePenelitian yang digunakan oleh peneliti ini merupakan penelitian
pre eksperimen, dengan pendekatan kuantitatif.Pengambilan sampel
menggunakan caratotal sampling. Besarnya sampel adalah 17 anak down
syndrome di SLB N Ungaran Barat Kabupaten Semarang.Instrumen penelitiannya
berupa lembar observasi.Analisis data menggunakan Wilcoxon.
HasilpenelitianBerdasarkan uji non parametricyaitu
wilcoxondidapatkannilai p-value dimana nilai p-value sebesar 0,000< (0,05).
Inimenunjukanbahwaadaperbedaan yang signifikan interaksi social sebelum dan
sesudah dilakukan terapi bermain Cooperative Playdengan puzzlepadaanak down
syndrome di SLB N Ungaran Barat Kabupaten Semarang.
Saran dari peneliti diharapkan diharapkan keluarga, teman atau kerabat
dan masyarakat memberikan tambahan terapi bermain cooperative play dengan
puzzel agar mampu meningkatkan interaksi sosial pada anak down syndrom.
ABSTRACT
Down syndrome generally faces a relatively similar problem that is
problematic with how to interact. One effort that can be done providing
cooperative play with puzzle. Cooperative play is a game that involves social
interactions within a group. Puzzle is one game that can increase creativity and
stimulate children's intelligence.
The purpose of this study isto find out the description of the development of
social interaction before and after at cooperative play therapy Playingwith puzzle
in down syndrome children at SLB Ungaran Semarang Regency.
Research Method used by this research was pre experimental research,
with quantitative approach. Sampling used total sampling method. The sample
were 17 down syndrome Children at SLB Ungaran of Semarang. Regency The
research instrument was in the form of observation sheet. Data analysis used
Wilcoxon.
Result of research based on non parametric test is wilcoxon,p-value
0,000 < (0,05). This shows that there is significant differencesbetween the
development of social interaction before and after giving cooperative play therapy
playing with puzzle in down syndrome children at slb ungaran of semarang
regency.
Suggestions from the researcherit is expected that family, friends or
relatives and the community provide additional therapy playing cooperative play
with puzzle in order to increase social interaction in children down syndrome
children.
Skripsi berjudul :
PERBEDAAN PERKEMBANGAN INTERAKSI SOSIAL SEBELUM
DAN SESUDAH PEMBERIANTERAPI BERMAIN COOPERATIVE
PLAYDENGAN PUZZLEPADA ANAK DOWN SYNDROM DI
SLBKABUPATEN SEMARANG
Oleh:
Andra Saputra
NIM. 010113a011
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan telah diperkenankan untuk
diujikan.
Skripsi berjudul :
KABUPATEN SEMARANG
disusun oleh :
ANDRA SAPUTRA
NIM : 010113A011
NIDN. 0627097501
Nim : 010113a011
Fakultas : S1 Keperawatan
2. Skripsi ini merupakan ide dan hasil karya murni saya yang dibimbing dan
3. Skripsi tidak memuat karya atau pendapat orang lain yang telah
acuan dengan menyebut nama pengarang dan judul aslinya serta dicantumkan
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya
peroleh dan sanksi lain sesuai dengan norm yang berlaku di Universitas
Ngudi Waluyo.
Andra Saputra
HALAMAN KESEDIAAN PUBLIKASI
Andra Saputra
010113a011
RIWAYAT HIDUP PENELITI
Nim : 010113a011
Fakultas : Keperawatan
S1 Keperawatan Universitas
Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan
begitu banyak rahmat, hidayah serta rizkiNya sehingga Skripsi yang berjudul
rahmat-NYA yang sangat berarti bagi peneliti, kasih saying dari-NYA, tak ada
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak dapat selesai tanpa arahan,
motivasi dan doa yang senantiasa diberikan selama ini dari berbagai pihak.
3. Ns. Faridah Aini, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB., selaku ketua Program Studi
Keperawatan
4. Ns. Eko Susilo S.Kep., M.Kep., selaku pembimbing I yang telah meluangkan
waktu dan kesabaran dalam memberikan arahan, bimbingan, kritik dan saran
waktu dan kesabaran dalam memberikan arahan, bimbingan, kritik dan saran
7. Kedua orang tuaku (Bapak Antonius dan Ibu Lita), dan keluarga yang telah
memberikan semangat, motivasi, doa, moril, dan materil selama ini agar dapat
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas kasih sayang dan cinta kalian.
selama ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
(Andra Saputra)
DAFTAR ISI
A. Pengetahuan .................................................................................. 8
B. Sikap .............................................................................................. 18
C. Rokok Elektrik
G. Kerangka Teori............................................................................... 61
J. Hipotesis Penelitian........................................................................ 62
G. Pengolahan Data............................................................................. 72
B. Saran .................................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Terapi
Semaran ............................................................................................. 77
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah suatu karunia terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia
tersendiri.Ada anak yang dilahirkan normal dan ada pula anak yang dilahirkan
anak dengan Down Syndrome merupakan sesuatu yang amat sangat tidak
diharapkan. Pada umumnya orang tua, akan mengalami sedih, stres, perasaan
bersalah, sakit hati tidak dapat menerima kenyataan, dan lain sebagainya,
sehingga terasa masa depan yang akan dihadapi bersama si anak akan kelabu.
(Potads, 2016).
sebaya dengan berbeda dengan anak-anak lain. Hal ini disebabkan karena
down syndrome relatif lebih lambat, seperti pertumbuhan berat badan dan
dalam perilaku dan emosi yang labil. Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari,
kegiatan yang berhubungan dengan bina diri, seperti memakai baju, makan,
mereka harus belajar mewujudkan dirinya sendiri dan diharapkan anak merasa
bahwa dirinya punya pribadi yang ada persamaan dan perbedaan dengan
pribadi yang lain. Diharapkan anak down sindrom dapat menemukan tempat
2007).
Anak dengan Downsindrom memiliki berbagai kemampuan,
sindrom berat dan sangat berat, karena penyandang down sindrom ini tidak
Fenomena Down syndrome kira-kira terjadi satu dari 800 sampai 1.000
kelahiran bayi (Brain Research Succee Stories, 2005) .Angka kejadian Down
diperkirakan terdapat 3.000 hingga 5.000 anak terlahir dengan sindrom Down
dan terdapat sekitar 250.000 keluarga di Amerika Serikat yang salah satu
2013 menyatakan bahwa hingga kini telah terdapat 300.000 kasus anak yang
Anak down sindrom cenderung bergaul dengan anak yang lebih muda
secara optimal, menyebabkan anak tidak dapat mandiri, tidak dapat melakukan
komunikasi dua arah dengan teman sebaya atau orang lain, anak tidak dapat
ketentuan mengenai suatu pola perilaku sosial anak down syndrome. Hal ini
emosional dan sosial pada anak down sindrom ringan dan sedang dapat
yang digunakan adalah yang melibatkan interaksi dengan orang lain. Bermain
merupakan bagian integral dari masa anak-anak, suatu media unik sebagai
2009).
dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai sosial
sosialisasi anak bisa dilihat dari kegiatan bermain mereka. Bermain dengan
dan anggota kelompok (Santrock 2010). Dalam cooperative play disini, salah
satu yang diterapkan adalah dengan puzzle. Menurut Susasanti (2009), puzzle
misteri yang harus dipecahkan. Dalam terapi bermain cooperative play ini,
meningkat.
Sekolah Dasar (SD). Tiap tahunnya rata rata ada lima sampai sepuluh anak
yang ditandai dengan anak sering menyendiri, malu jika bertemu orang yang
baru, ketika ditanya tidak melihat mata orang yang bertanya, dan menghindar
jika didekati orang yang baru di kenal. Jenis aktivitas yang diterapkan di SLB
Ungaran adalah senam pagi, latihan menari, berlatih membaca, menulis, dan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Semarang
D. Manfaat Penelitian
anak cacat dan sekolah luar biasa khususnya anak down syndromuntuk
2. Bagi keluarga
menyediakan alat peraga berupa puzzle lebih banyak lagi atau setiap anak
disediakan satu puzzle. Sehingga pada saat bermain anak lebih bebas
3. Bagi penelitian
TINJAUAN TEORI
A. Down syndrome
1. Definisi
pada retardasi mental. Anak dengan down sindrom memiliki kelainan pada
sehingga saat ini kita menggunakan istilah down sindrom (Fadhli, 2010).
a) trisomi 21
Merupakan tiga buah salinan kromosom yang berjumlah
b) Translokasi
(Sudiono, 2008).
c) Mosaicism
Merupakan tipe yang sangat jarang. Pada tipe ini, emberio
atau pada saat pembelahan sel. Tidak ada peninkatan risiko pada
bagi orang tua yan memiliki autosomal mosaicism ada resiko yang
(Sudiono, 2008)
1:100 pada usia ibu di atas 45 tahun. Meningkat usia ibu saat
Pada tahap ini anak dapat dilatih untuk keterampilan tertentu, seperti
4. Gejala klinis
kelainan. Bibir tebal atau sumbing, kupingnya sangat besar atau sangat
kecil. Kulitnya kering dan kasar, tetapi sering juga lembut dan lunak
besar dan lebar seperti mengandung air. Telapak kaki ceper, perut buncit
2010).
mengarah ke atas, hidung rata dan mulut kecil dengan langit-langit datar
lebar, hidung datar, dan adanya lipatan kecil yang mengarah ke bawah
pada kulit dibagian ujung mata yang memberikan kesan mata sipit. Lidah
yang menonjol, tangan yang kecil dan berbentuk segi empat dengan jari-
jari pendek, jari kelima yang melengkung, dan ukuran tangan dan kaki
lainya, gangguan ini muncul lebih awal pada penyandang down syndrome
dan kesulitan pernafasan, sebagian besar dari mereka juga meninggal pada
menandai senilitas.
atas dan sekitar 1 dari 6 anak meninggal pada sebelum mencapai usia 4
down bisa menjadi sangat aktif dan juga bisa menjadi sangat
berkelanjutan.(Patterson, 2009).
B. Konsep Bermain
1. Defenisi bermain
akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang kreaktif, cerdas dan penuh
media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan
2. Tujuan bermain
yaitu:
perkembangannya.
Pada saat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak mengalami berbagai
3. Fungsi bermain
Menurut Wong (2008), fungsi bermain bagi anak usia sekolah
yaitu:
a. Perkembangan sensorik-motorik
halus dan pergerakan kasar anak dengan cara memainkan suatu obyek
pensil didepan anak, pada tahap awal anak akan melirik benda yang
ada didepannya, kalau dia tertarik dia akan berespon dan berusaha
b. Perkembangan intelektual
c. Kreatifitas
secara bersama. Berikan anak balok yang banyak dan biarkan dia
menyusun balok-balok itu untuk dibuat bentuk apa saja sesuai dengan
keinginan anak, kemudian tanyakan pada anak benda apa yang telah ia
buat itu.
d. Perkembangan sosial
kelemahannya dan tingkah laku terhadap orangf lain. Jika anak tadi
f. Perkembangan moral
Dapat diperoleh dari orang tua, orang lain yang ada disekitar
anak. Untuk itu tugas orangtua untuk mengajari anak agar mempunyai
g. Komunikasi
4. Klasifikasi permainan
Dari sudut pandang pengembangan, pola permainan anak dapat
berhubungan dengan orang lain. Hal ini dapat dilakukan seperti orang
adalah orang lain yang berperan aktif dan anak hanya berespons
b. Bermain bersenang-senang
objek yang ada sehingga anak merasa senang dan bergembira tanpa
adanya kehadiran orang lain. Sifat bermain ini adalah tergantung dari
stimulasi yang diberikan pada anak, mengingat sifat dari bermain ini
c. Bermain keterampilan
berkreatifitas dan terampil dalam segala hal. Sifat permainan ini adalah
bersifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam
dan lain-lain.
d. Bermain dramatik
sebagai seorang dewasa, seorang ibu dan guru dalam kehidupan sehari-
hari. Sifat dari permainan ini adalah anak dituntut aktif dalam
e. Bermain menyelidiki
f. Bermain konstruksi
balok. Sifat dari permainan ini adalah aktif dimana anak selalu ingin
g. Bermain on looker
Jenis bermain ini adalah dengan melihat apa yang dilakukan oleh
anak lain yang sedang bermain tetapi tidak berusaha untuk bermain.
Sifat dari bermain ini adalah pasif akan tetapi anak akan mempunyai
b. Bermain pararel
sedang bermain akan tetapi tidak ikut dengan kegiatan orang lain.
Sifat dalam bermain ini adalah anak aktif secara sendiri tetapi masih
baik.
c. Bermain asosiatif
teman yang lain dalam sebuah aturan. Bermain ini akan menumbuhkan
kreativitas anak karena stimulasi dari anak lain ada, akan tetapi belum
d. Bermain kooperatif
hubungan pemimpin dan pengikut. Sifat dari bermain ini adalah aktif,
alat permainan ini harus aman, ukurannya sesuai dengan usia anak,
modelnya jelas, menarik sederhana, dan tidak mudah rusak. Contoh jenis
sepeda roda tiga, mainan yang ditarik dan didorong jenis ini mempunyai
bola, balok, lilin. Jenis alat ini dapat digunakan dalam mengembangkan
puzzle, boneka, pensil warna, radio dan, lain-lain, ini dapat digunakan
(Hidayat,2010).
7. Faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain
(Supartini, 2009):
anak usia bayi tidak lagi efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan
anak usia sekolah. Oleh karena itu orang tua maupun perawat harus
kondisi anak sedang menurun atau atau anak terkena sakit bahkan
yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak
teman sekelompoknya.
untuk anak. Pilih yang sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak.
menjadi permainan untuk bayi, todller, prasekolah, sekolah, dan anak usia
belajar mengenai norma baik atau buruk. Permainan pada anak usia
untuk terlibat dalam kelompok dan bekerja sama dengan sesamanya. Sisi
play merupakan permainan kerja sama yang bersifat teratur dan anak
menyenangkan dimana ada tujuan yang sama. Olahraga seperti sepak bola,
Ini adalah jenis permainan yang jauh lebih intim.Cooperative play juga
keseluruhan itu.
2. Karakteristik Cooperative Play
ini adalah dilakukan oleh minimal dua orang anak dan pada saat bermain
pemain harus bertindak secara mandiri tanpa bantuan orang dewasa serta
yang dilakukan anak akan mengurangi egosentrisme anak dan anak secara
gagasan, mengatur permainan dan aktivitas, dan berteman. Aspek lain dari
dari kepentingan orang dewasa dalam kehidupan anak. Anak usia 6 sampai
2016).
imajinasi anak dan kerja sama anak dengan rekannya dalam menyusun
balok.
3) Melatih kesabaran
sama.
daya ingat, imajinasi, serta kerja sama anak dengan rekannya dalam
puzzle tanpa petunjuk. Arahan dan contoh yang ada akan membuat
anak dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan cara
menyusun puzzle.
g. Permainan petualangan
D. Bermain Puzzle
1. Pengertian
bagian tertentu. Puzzle dapat terbuat dari plastik, spon, kertas, ataupun
kayu tebal. Bahan puzzle yang paling baik bagi kegiatan belajar mengajar
adalah dari kayu. Seiring waktu, semakin tinggi usia anak, maka makin
tinggi tingkat kesulitan puzzle akan semakin bertambah. Biasanya hal ini
ditunjukkan dengan jumlah kepingan yang semakin banyak dengan ukuran
permainan yang menyusun suatu gambar atau benda yang telah dipecah
2013).
yang memiliki arti. Bermain puzzle akan melatih anak berpikir kritis
potongan yang beraneka bentuk, bahan dan ukuran dari tingkat yang
gambar utuh. Otak anak akan dilatih untuk berpikir kreatif dengan
2. Manfaat Puzzle
bermain puzzle.
saling membantu dan berdiskusi satu sama lain. Jika anak bermain
puzzle di rumah orang tua dapat menemani anak untuk berdiskusi
menyukai bentuk gambar dan warna yang menarik. Hal ini tentunya
tangan dan jari-jari tangan. Anak balita khususnya anak berusia kurang
h. Melatih kesabaran.
memiliki fungsi dua fungsi utama. Fungsi tersebut yaitu sebagai alat
risetnya menyatakan bahwa cara belajar anak yang paling efektif ada
mengetahui sesuatu yang lebih dalam dan secara spontan pula anak
E. Interaksi sosial
1. Pengertian
2013).
dengan anak normal. Interaksi dengan orang lain menjadi salah satu
kesulitan dalam menjalin interaksi yang berupa kontak mata, ekspresi, atau
gerak-gerik. Selain itu, mereka mengalami gangguan dalam bermain
dengan teman sebaya, tidak adanya empati, juga tidak adanya timbale
inisiatif yang lebih kuat dan untuk mengembangkan pasif yang lebih baik
Otak kecil bertanggung jawab atas proses sensori, daya ingat, berpikir
antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang
saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir
berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap
dan bergandengan tangan. Salah satu hambatan interaksi sosial bagi anak
syndrom lebih tertarik dan fokus dengan diri sendiri. Anak Down syndrom
down syndrom adalah bersifat passive. Anak down syndrom ini terlihat
tidak menolak ketika diajak bermain atau berkerjasama dengan orang lain.
pundak teman dan lain-lain. Pola interaksi yang terjadi teman sebaya pada
atau permainan, dan dorongan emosi dalam diri down syndrom sendiri.
3. Indikator kemampuan interaksi sosial.
sebagai berikut:
teman
yaitu:
sesuatu
temannya, saling berdiam diri atau orang yang bertingkah aneh yang
c. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas terlepas dari sama atau
d. Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa mendatang)
dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam
perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan
lebih.
proyek tertentu.
2) Akomodasi (accomodation)
kestabilan.
suatu penyelesaiannya.
mundur.
h) Adjudikasi yaitu suatu penyelesaian perkara melalui
pengadilan.
3) Asimilasi (asimilation)
asimilasi adalah :
a) Toleransi
kelompok lainnya.
bersangkutan.
hubungan sosial dan dalam pola adat istiadat serta interaksi sosial.
1) Persaingan/kompetisi (competition)
2) Kontravensi (contravertion)
3) Pertentangan/pertikaian (conflict)
masyarakat.
1) Menurut caranya
lain.
2) Menurut bentuknya
3) Menurut sifatnya
perang Iran-Irak.
4) Menurut hubungannya
a. Imitasi
seseorang.
b. Sugesti
diterima oleh pihak lain. Jadi proses ini hamper sama dengan imitasi,
c. Identifikasi
d. Simpati
untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya. Inilah
ditumbuhkan.
e. Empati
yang sangat dalam. Contohnya kalau kita melihat orang celaka sampai
luka berat dan orang itu kerabat atau teman dekat kita, maka perasaan
penderitaannya.
f. Motivasi
dan istrinya.
b. Menengah, jika interaksi dilakukan untuk waktu yang cukup lama dan
rekan sekerja.
penumpang taksi.
secara optimal, menyebabkan anak tidak dapat mandiri, tidak dapat melakukan
komunikasi dua arah dengan teman sebaya atau orang lain, anak tidak dapat
(Somantri 2007). Hal ini akan berpengaruh pada perkembangan jiwa anak
emosional dan sosial pada anak down sindrom ringan dan sedang dapat
yang digunakan adalah yang melibatkan interaksi dengan orang lain. Bermain
merupakan bagian integral dari masa anak-anak, suatu media unik sebagai
2009).
dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai sosial
sosialisasi anak bisa dilihat dari kegiatan bermain mereka. Bermain dengan
meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa
yang ada di dunia. Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-
dengan anak lain dan belajar mengenal berbagai aturan untuk menyesuaikan
dan anggota kelompok (Santrock 2010). Dalam cooperative play disini, salah
satu yang diterapkan adalah dengan puzzle. Menurut Susasanti (2009), puzzle
misteri yang harus dipecahkan. Dalam terapi bermain cooperative play ini,
meningkat.
Dow
n syndrom
1. Baik
2. Cukup
3. kurang
kuswanto (2010),
Kerangka Konsep
H. Variabel
I. Hipotesis
didapatkan nilai p-value dimana nilai p-value sebesar 0,000< (0,05). Ini
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre eksperimen. Pre exsperiment
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Groups Pretest-
Posttest Design, yaitu desain penelitian yang terdapat Pre test sebelum diberi
perlakuan dan post test setelah diberi perlakuan. Dengan demikian dapat
Kabupaten Semarang
Rumus One Groups Pretest-Posttest Design :
O1 X O2
Gambar 3.1 Rumus Pre Experiment One Group Pre test-Post test Design
Keterangan :
2) X merupakan treatment
1. Populasi.
2. Sampel.
(2010), untuk menentukan besar sampel bila jumlah populasi kurang dari
100 lebih baik diambil semua. Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik total populasi dimana semua anggota populasi
D. Definisi Operasional
asisten peneliti (tenaga yang sudah terlatih) dan hasil kuesioner tentang
a. Uji Validitas
selasa tgl 25 juli 2017 dan lembar observasi dinyatakan Valid dan siap
Proses pengumpulandatadalampenelitianiniyaitu:
a. Proses perijinandanbalasan
1) Peneliti sudah
mengurussuratperijinandarikampusUniversitasNgudiWaluyoUngara
juli 2017
Negri Ungaran
Kabupaten Semarang
b. Proses pengumpulandatakelompokintervensi
syndrom.
asistenagartidakterjadisalahpersepsi.
danmendatapopulasidandimasukkanidentitaskliendilembaranobserva
si.
penelitimemilih2asistendenganketentuansebagaiberikut:
penelitianyangakandilakukan,danmenanyakankesediaannyauntukme
mbantuprosespenelitian.
puzzle
selanjutnymenandatanganisuratpernyataanpersetujuan.Lembarperset
ujuanditandatanganisaat penderita
dalamkeadaantenangdenganwaktuyangcukupdantanpaadapaksaan.
ditentukan.
dengan penelitian.
bermain puzzle.
10) Memberikanterapi bermain puzzle selama 1kali dengan ketentuan
pemberian terapi dilakukan 6 kali selama 6 hari yaitu pada pagi hari
F. Etika Penelitian
ditimbulkan.
diberikan.
4) Penjelasan waktu pemberian intervensi
concent.
b. Anonymity(Tanpa Nama)
c. Confidentiality (Kerahasiaan)
e. Non,aleficence
hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan
tidak ada yang dirugikan antara peneliti dan responden. Penelitian ini
bersifat tidak memaksa, oleh sebab itu responden mempunyai hak untuk
memutuskan ikut atau tidak ikut dalam penelitian ini. Sebelum melakukan
informasi.
Hak dan kewajiban sebagai responden antara lain :
G. Pengolahan Data
1. Editing(Mengedit/MemeriksaData)
mengenaiidentitaspasienhiperurisemuamaupunjawabanchecklist.
2. Skoring(Pemberian Nilai)
Peneliti memberi skor atau niai dari lembar observasi yang di dapatkan
Play Dengan Puzzle Pada Anak Down Syndrome. Pemberian skor untuk
b. Tidak mampu = 0
3. Coding(PemberianKode)
yangdiperoleh
untukmempermudahdalampengelompokkandanklasifikasidata.Setiapitemj
awabanpada lembarobservasidiberikodsesuaidengankaraktermasing-
masing. Coding tentang interaksi sosial pada anak dengan down syndrom:
independent test.
penelitian.
Cleaning yaitu semua data dari setiap sumber data atau responden
H. Analisis Data
1. Analisi Univariat
2. Analisi Bivariat
b. Uji hipotesis
nilai p-value sebesar 0,000 < (0,05). Ini menunjukan bahwa ada
Kabupaten Semarang.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Univariat
14 orang (82,4%).
interaksi sosial responden sebagian besar sudah dalam katagori baik, yaitu
B. Analisis Bivariat
Perlaku
Variabel N p-value Keterangan
an
Skor Perkembangan Pretest 17 0,023 Tidak Normal
Interaksi Sosial
Posttest 17 0,000 Tidak Normal
dan posttest masing-masing sebesar 0,023 dan 0,000. Oleh karena kedua
p-value tersebut 0,023 dan 0,000 < (0,05), maka dapat disimpulkan
Down Syndrom
bermain cooperative play dengan puzzle pada anak down syndrom di SLB
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
dianalisis interaksi sosial kurang dan tidak ada responden yang masuk
yaitu sebanyak 14 anak (82,4%) terlihat dari anak yang mampu membuat
kontak sosial dengan anak lain, anak mampu mengundang rekan bermain
untuk sama sama bermain dan anak mengajak teman bermain dilihat dari
sebanyak 3 anak (17,6%)( terlihat dari anak yang tidak mampu membuat
dialog dengan anak lain, anak hanya bermain sendiri dan tidak mengajak
temannya untuk bermain, dan anak tidak sopan dan tidak mengucapkan
terbanyak ini dilihat dari jumlah poin observasi yang paling banyak
arti bahwa interaksi sosial tidak dapat dilakukan hanya oleh diri kita
sendiri. Proses timbal balik akan terjadi apabila ada pihak lain yang
masalah dalam perilaku dan emosi yang labil. Begitu pula dalam
kehidupan sehari-hari, biasanya anak down syndrome juga mengalami
2007).
tidak dapat melakukan komunikasi dua arah dengan teman sebaya atau
setelah lahir.
yang artinya ada pengaruh terapi bermain terhadap interaksi sosial anak
sosialnya cukup.
antara lain yang sebelum terapi anak tidak dapat mengucapkan terima
mampu memulai dialog dengan anak lain setelah diberikan terapi dari
dan pada hari pertama peneliti melakukan observasi pada anak down
kelompok berisi 2-3 anak dan diberikan terapi puzzle yaitu dengan cara
interaksi sosialnya tetap pada kategori kurang. Hal ini juga dipengaruhi
oleh klasifikasi IQ anak down syndrome dan pengaruh dari pola asuh
dalam keluarga. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
mereka. Permainan ini bisa disiapkan orang cacat untuk hidup mandiri
hal ini menunjukan p-value < 0,05. Hal Ini menunjukan bahwa ada
dilakukan oleh minimal dua orang anak dan pada saat bermain anak
daya ingat, imajinasi, serta kerja sama anak dengan rekannya dalam
dengan orang lain. Puzzle dapat dimainkan secara perorangan dan juga
menyusun puzzle.
sosial.
2. Keterbatasan Penelitian
lebih spesifik interaksi sosial anak down syndrome dari segi karakteristik
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkanhasilanalisadanpembahasanpenelitian,
makadiperolehkesimpulantentangPerbedaanPerkembangan Interaksi
Semarang sebagaiberikut :
2. Bagi Keluarga
3. Bagi Penelitian
Diharapkan peneliti lanjutan dapat meneliti interaksi sosial pada anak down
dari 25-25).
LAMPIRAN
LEMBAR PERMOHONAN SEBAGAI RESPONDEN
Kepada
Yth. Calon Responden
di SLB N UNGARAN
Kabupaten Semarang
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa fakultas
keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran :
Nama : AndraSaputra
NIM : 010113a011
Saat ini sedang mengadakan penelitian dengan judul,
PerbedaanPerkembangan Interaksi SosialSebelum Dan SesudahPemberianTerapi
Bermain Cooperative PlayDengan PuzzlePada Anak Down Syndrom Di Slb
Kabupaten Semarang.
Penelitian ini tidak berbahaya dan tidak merugikan anda sebagai
responden. Kerahasiaan semua informasi yang telah diberikan akan dijaga dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja. Jika anda tidak bersedia
menjadi responden, maka diperbolehkan untuk tidak ikut berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Apabila anda menyetujuinya, maka saya mohon kesediaannya untuk
menandatangani lembar persetujuan untuk pelaksanaan penelitian saya. Atas
perhatian dan kesediaan anda menjadi responden, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
(AndraSaputra)
LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN
Kabupaten Semarang
Peneliti : AndraSaputra
( )
STRATEGI PELAKSANAAN
1 Persiapan : 10 Menit
a. Menyiapkan ruangan
b. Menyiapkan alat
c. Menyiapkan peserta
2 Pembukaan : 5 Menit
3 Kegiatan : 25 Menit
a. Anak diminta untuk memilih gambar puzzle yang ingin disusun yang
sudah tersedia.
4 Penutup : 5 menit
mampu
lakukan.
bermain.
5. Anak memperkenalkan
identitas diri
6. Apakah anak mampu
mengekspresikan wajahnya
seperti tersenyum
kemampuan 7. Mau bekerjasama dengan teman
kepada teman
kepada teman
terima kasih
setelahmemperoleh sesuatu.
menjawab salam
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M, Ansory, M. 2010. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Aika Terini, Bourazeri, dkk. 2016. En City : A Seious Game for Empowering Young People
with Downs Syndrome.www.cochraen.com diakses tanggal 31 Agustus 2017 jam
20.00 WIB.
Benih Ade, 2011. Psikologi Bayi, Balita, dan Anak. Nuha Medika, Yogyakarta.
Botticchi A, dkk. 2015. Collaborative Puzzle Game-an Interface For Studying Collaboration
and Social Interaction For Children Who Are Typically Developed or Who Have
Austistic Spectrum Disoder. www. Cochraen.com diakses tanggal 1 Agustus jam
20.10 WIB.
Dahlan S.(2011).Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan.Salemba Medika. Jakarta.
Delphie, B. 2009. Pembelajaran Anak Tunagrahita, Rafika Aditama, Bandung. Hal: 62 66.
Effendy, M.M, Bowden.R.V, Jones.G.E (2010). Buku ajar keperawatankeluarga riset, teori
dan praktik edisi 5, Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
Fadhli. (2010). Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Naggrek Gentry, W.
doyle. (2010). Happiness For Dummies :Ltd ACN: US.
Gokhale, Preetee. 2014. To Study The Effectiveness of Play Based Therapy On Play Behavior
of Children with Downs Syndrome.www.cochraen.com diakses tanggal 1 Agustus
2017 jam 23.00 WIB.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Mawardah, U., Siswati, & Hidayati, F. (2012).Relationship between active coping with
parenting stress in mother of mentally retarded child. Jurnal Psikologi , 1, 1-14.
Orlick, Terry. 2013. Cooperative Games And Sports: United States of America.
Olivia, Femi. 2009. Career Skills For Kids Kembangkan Kecerdikan Anak dengan
Taktik Biosmart. Jakarta. Gramedia.
PODATS (2016).http://potads.or.id/about/.
Rizka, 2009, Observasi Anak Tunagrahita, media release, 16 November, diakses hari Sabtu
13 Maret 2017 pukul 19.45 WIB.
R. Valdiva, dkk. 2012. Skills and Social Interaction of Children with Downs Syndrome in
Reguler Education. www.cochraen.com, diakses hari Sabtu 31 Juli 2017 pukul 18.45
WIB.
Santyasa, I Wayan. 2013. Media pembelajaran disajikan dalam work shop media
pembelajaran bagi guru-guru SMAN banjarangkan pembelajaran.pdf [18-05-
2017].
Suliswati, Payapo, T.A., Maruhawa, J., Sianturi, Y. & Sumijatun. (2011). Konsep Dasar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Wong Dona L. 2008.Wong and Whaley`s Clinical Manual Of Pediatric Nursing, Four
Edition, Inc. 1996 by Mosby-Year Book.Terjemahan SariKurnianingsih . Edisi
4.EGC. Jakarta.
Yuliani, N, dkk. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT Indeks.