Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-6 1

Perbaikan Kualitas Arus Output pada Buck-Boost


Inverter yang Terhubung Grid dengan Menggunakan
Metode Feed-Forward Compensation (FFC)

Faradisyah Nugrahani, Dedet Candra Riawan, dan Mochamad Ashari


Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Surabaya
E-mail: fara182@gmail.com

AbstrakKualitas tegangan DC yang digunakan sebagai AC dapat digunakan sebagai forced-commutation


masukan inverter sering kali mengandung ripple dan penghubung antara sistem dengan jaringan, caranya yaitu
mengalami fluktuasi. Tegangan DC tersebut bisa berasal menyalurkan arus ke grid dan mengatur arus yang
tegangan generator AC yang disearahkan menggunakan dikeluarkan dari inverter untuk disalurkan ke grid.
rectifier. Ripple pada tegangan input inverter akan Kualitas arus keluaran dari suatu sistem merupakan hal
mempengaruhi kuliatas dari output inverter. Hal ini berlaku
yang penting dijaga, dimana salah satunya dengan cara
untuk kondisi inverter baik yang stand alone maupun yang
terhubung grid. Oleh karena itu, diperlukan metode untuk menjaga kestabilan kualitas arus keluaran dari buck-boost
memperbaiki kualitas arus output inverter supaya sesuai inverter [4]. Arus keluaran inverter mengalami gangguan
dengan yang dibutuhkan jaringan. akibat timbulnya ripple ketika penyearahan gelombang AC
Pada Tugas Akhir ini akan dibahas perbaikan kualitas ke DC, sehingga mempengaruhi arus keluaran dari sistem.
arus output dari buck-boost inverter yang terhubung grid. Selain itu, gangguan dapat terjadi akibat pengaturan
Metode yang digunakan adalah memanfaatkan deteksi ripple switching dari buck-boost inverter [4]. Gangguan-gangguan
pada tegangan DC sumber yang dikombinasikan dengan ini mengakibatkan gelombang arus keluaran terdistorsi
sistem PWM pada inverter. Teknik tersebut disebut Feed- disebabkan timbulnya ripple di dalam tegangan masukan
Forward Compensation (FFC). Dari simulasi menunjukkan inverter tersebut.
bahwa distorsi arus output pada buck-boost inverter dapat
Salah satu metode yang ditawarkan untuk memperbaiki
diturunkan ketika metode FFC diterapkan. Pemakain metode
FFC pada tegangan input 400 Vdc dengan ripple 8,69 % (peak- kualitas arus keluaran dari inverter adalah metode Feed-
to-peak) dapat menurunkan THD arus mula sebesar 4,778 % forward Compensation (FFC). Prinsip yang digunakan ialah
menjadi 1,324 %. dengan cara mendeteksi tegangan DC masukan inverter
yang mengandung ripple untuk dikombinasikan dengan
Kata Kunci Buck-boost Inverter, FFC, Ripple. teknik modulasi pada buck-boost inverter. Tegangan
referensi yang digunakan untuk modulasi PWM adalah
I. PENDAHULUAN tegangan keluaran grid. Daya yang didapatkan dari
perbaikan kualitas arus yang dengan metode FFC mampu
P ENGGUNAAN energi terbarukan saat ini terus
mengalami perkembangan karena teknologi yang
semakin canggih dan modern, sehingga bisa dikonversikan
memiliki efisiensi tinggi dan memiliki standar untuk
disalurkan ke jaringan (grid-connected).
menjadi energi untuk pembangkit tiga fasa. Diantara energi II. KONVERTER DC-DC DAN INVERTER
terbarukan tersebut adalah energi angin atau wind turbine TERHUBUNG GRID
[1]. Dalam sistem pembangkit tiga fasa digunakan beberapa
jenis konverter untuk mengubah jenis tegangan atau arus A. Buck-Boost Converter
dan besar level dari tegangan atau arus sesuai dengan yang Konverter ini memiliki fungsi ganda yang berasal dari
dibutuhkan [2]. Salah satunya ialah buck-boost converter dua konverter asalnya, yaitu menaikkan dan menurunkan
yang berfungsi mengubah level tegangan DC sebagai tegangan (Vdc>Vo atau Vdc<Vo).
sumber untuk inverter, baik untuk sistem yang stand alone
ataupun yang terhubung dengan grid.
Terdapat beberapa jenis konverter yang dapat digunakan,
diantaranya adalah kenverter AC-DC, DC-DC, dan DC-AC
[2]. Pengaturan tegangan keluaran konverter dilakukan
dengan cara mengatur switch yang digunakan dalam
konverter sehingga mengubah besar pulsa tegangan keluaran
dari konverter. Hal ini dinamakan sebagai kontrol dengan
Pulse Witdh Modulation (PWM) [3]. Keluaran DC yang Gambar 1. Topologi dari buck-boost converter
dihasilkan dari uncontrolled rectifer sering kali mengandung Pengaturan tegangan keluaran yang dilakukan untuk
banyak ripple sehingga keluarannya bukan berupa DC buck-boost converter yakni dengan mengatur duty cycle (D).
murni [2]. Konverter yang digunakan untuk mengubah Besar tegangan keluaran konverter beradasarkan nilai dari
gelombang DC menjadi AC disebut inverter. Konverter DC-
Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI ITS 2

Duty cycle D diperoleh dalam persamaan (1) berikut: Berdasarkan pada [4], pengaturan indeks modulasi Mi
D harus dalam beroperasi dalam mode DCM dengan mengatur
Vo Vd (1) duty cyclenya. Duty cycle dari konverter harus dibatasi
1 D
Dimana : nilainya untuk menjaga batasan operasi DCM dan CCM.
Vo : Tegangan keluaran konverter (Volt) Dari persamaan (1) dan (2), diperoleh :
D : Duty cycle Vo
M i sin(t ) (4)
Vd : Tegangan masukan konverter (Volt) Vo V d
Konverter DC-DC pada umumnya memiliki dua mode Jika sinyal modulasi diasumsikan dalam keadaan
yang berbeda, yakni Continuous Conduction Mode (CCM) maksimumnya yakni ketika tidak ada ripple dengan sinyal
dan Discontinuous Conduction Mode (DCM). Hal yang sinusoidal murni dengan magnitude sebesar satu, maka :
membedakan kedua mode ini adalah karakteristik dari arus Vo
Mi (5)
yang mengalir pada induktor. Vo Vd
B. Buck-Boost Converter dengan Modulasi |sin(wt)| C. Full Bridge Inverter Menggunakan Zero Crossing
Rangkaian buck-boost dapat dimodelkan menggunakan Detector
pengaturan modulasi SPWM (sinusoidal). Pengaturan duty
cycle-nya dilakukan dengan cara mengubah tegangan
referensi berupa absolute sine seperti yang terlihat pada
Gambar . Selain hal itu, analisa daya rata-rata dan arus dapat
juga dipakai untuk mencari duty cycle D dalam rating
tegangan masukan Vd berbeda-beda. Karena modulasi sinus
ini, duty cycle rangkaian buck-boost berubah terhadap waktu
d(t) untuk menghasilkan nilai arus yang dibutuhkan.
Sedangkan untuk mengeluarkan arus keluaran berupa
sinusoidal, dibutuhkan modulasi sinus dengan sinyal carrier
sebesar satu dan frekuensi tinggi yang berfungsi untuk
mengatur switching dari konverter.

Gambar 2. Bentuk gelombang dalam buck-boost converter dengan mode


DCM menggunakan sinyal modulasi dengan |sin(wt)| [4] Gambar 3. Sikus full bridge inverter yang terhubung dengan grid [4].
Oleh karena itu, duty cycle D dari konverter terhadap Tegangan grid dan arus keluaran buck-boost jika
waktu dalam fungsi absolute sine, adalah : direpresantasikan menggunakan tegangan AC ideal dari
d t M i sin(t ) (2) buck-boost inverter sesuai pada Gambar 3, dapat
didefinisikan sebagai berikut :
Mi didefinisikan sebagai besarnya sinyal modulasi
(Modulation Index) dari konverter. Persamaan (2) hanya v ac (t ) 2V ac sin(t )
(6)
berfungsi dalam setengah cycle pertama dan jika ~
iac (t ) 2 I ac sin(t )
disubstitusikan ke daya rata-rata dalam [4], maka: (7)
2 2 Indeks modulasi dari buck-boost inverter tetap
Wd 1 V d M i
Pd (3) menggunakan Mi pada persamaan (5), dikarenakan
Ts 4 Ldc f s switching dari forced-commutation mempergunakan
Keterangan : modulasi dengan ZCD. Oleh karena itu, nilai maksimum
Pd : Daya masukan rata-rata (Watt) dari tegangan masukan DC dan tegangan peak dari keluaran
Wd : Energi yang disalurkan (Joule) inverter menjadi batasan pengoperasian dari indeks
Mi : Indeks modulasi modulasi dari buck-boost inverter. Substitusi persamaan (5)
Ldc : Nilai induktor pada buck-boost converter (Henry) dengan (6) memperlihatkan batasan pada indeks modulasi
fs : Frekuensi switching (Hertz) dari buck-boost inverter :
Ts : Periode untuk 1 cycle (detik)
Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI ITS 3

2Vac sin(t ) 1 1
M i (t ) 4 Ldc f s Pd (11)
Mi | sin t | V~ d (t )
2Vac sin(t ) Vd konstan command

(8) PLL kompensasi
Prinsip dasar dari pengaturan tegangan pada inverter ini
Dari persamaan diatas, diperoleh perhitungan sederhana
menggunakan ZCD adalah menggunakan tegangan grid untuk indeks modulasi Mi berdasarkan tegangan masukan
sebesar 220Vrms, 50 Hz sebagai tegangan referensi kemudian berubah-ubah d(t). PLL berfungsi untuk menghasilkan nilai
diatur dengan mengubah nilai gain dalam voltage sensor. tegangan referensi |sin(wt)| dari tegangan grid. Teknik
Hasil dari pengaturan tegangan dari grid akan dimodulasi kompensasi ripple FFC untuk buck-boost inverter ini bisa
dengan sinyal dari zero crossing detector (ZCD) untuk digabungkan dengan kontrol switching inverter dimana
mengatur penyalaan switch pada inverter. Tujuan sama-sama menggunakan PLL untuk mengatur tegangan
penggunaan dari penggunaan modulasi dengan ZCD ini referensi dari modulasinya. Nilai tegangan masukan d(t)
adalah untuk menjaga supaya sistem tidak mengalami digunakan untuk mencari nilai dari indeks modulasi
pergeseran sudut fasa karena fasanya akan mengikuti fasa maksimum Mi(max) dan untuk nilai induktor dan frekuensi
dari jaringan atau grid. Sinyal keluaran yang dihasilkan oleh switching yang dipakai menggunakan nilai parameter yang
komparator akan berbeda 180 antara satu sama lainnya
telah dihitung sebelumnya. Daya masukan Pd juga
D. Kompensasi Ripple dengan Kontrol Buck-Boost Inverter dibutuhkan untuk sinyal command dan masukan daya yang
Menggunakan Feed-Forward Compensator (FFC) dibutuhkan oleh sistem.
Rangkaian buck-boost inverter yang diberikan tegangan III. PEMODELAN BUCK-BOOST INVERTER
masukan dari uncontrolled three phase rectifier TERHUBUNG GRID DENGAN MENGGUNAKAN FFC
menimbulkan ripple pada tegangan keluaran inverter. Oleh
A. Pemodelan Sumber
kerena itu, sebuah kapasitor diberikan pada rangkaian untuk
Rangkaian sumber dalam simulasi ini digunakan
menekan ripple yang muncul akibat penyerahan dari
rangkaian ekivalen dari sumber tiga fasa. Tegangan AC
rectifier. Sehingga dapat disimpulkan jika hasil tegangan
yang dihasilkan dari sumber tiga fasa disearahkan terlebih
keluaran DC dari rectifier merupakan tegangan DC yang
dahulu dengan rectifer. Sebelum tegangan DC dari rectifier
ditambah dengan tegangan ripple (peak-to-peak). Hal ini
digunakan sebagai tegangan masukan rangkaian buck-boost
ditunjukkan dengan blok diagram pada Gambar 4.
inverter diperlukan filter kapasitor untuk menekan ripple
~
V d (t ) Vd v~d (9) yang muncul.
Keterangan : B. Pemodelan Buck-Boost Inverter
Vd (t) : Tegangan masukan DC mengandung ripple (V)
a. Pehitungan Modulation Index (Mi)
vd : Tegangan ripple (peak-to-peak)
Mi didefinisikan sebagai besarnya sinyal modulasi
Vd : Tegangan masukan DC
(Modulation Index) dari konverter. Sehingga disaat Vtri =1,
dan ditentukan fs = 16 KHz, dapat dihitung nilai dari
indeks modulasi maksimum dari konverter berdasarkan nilai
dari tegangan masukan berdasarkan persamaan (5).
b. Perhitungan Komponen dari Buck-Boost Converter
Dalam rangkaian buck-boost terdapat beberapa
komponen dan elemen filter yang perlu dicari parameter
nilainya,diantaranya adalah induktor Ldc dan kapasitor Cb.
Gambar 4. Pemodelan sistem buck-boost inverter terhubung grid.
Kedua kondisi parameter tersebut masih harus memenuhi
Pengaturan duty cycle untuk buck-boost dalam kondisi DCM dari rangkaian buck-boost, sehingga nilai dari
persamaan (5) dijelaskan fungsi sinus ideal dengan nilai induktor dan kapasitor tidak boleh terlalu besar. Melalui
konstan Mi. Ketika ripple muncul pada tegangan masukan persamaan (3) dihasilkan persamaan baru untuk mencari
inverter tersebut maka akan mengakibatkan distorsi arus nilai induktor dan kapasitor dimana sesuai dengan syarat
keluaran dari inverter. Distorsi ini dikarenakan oleh DCM.
hamonisa orde rendah yang muncul dari pada arus keluaran 2 2
sehingga menurunkan kualitas arus yang disalurkan ke Vd M i
jaringan. Ripple tersebut digunakan sebagai kompensasi L dc(max) (12)
4 Pd f s
untuk nilai duty cycle pada konverter. Ketika semua
paramater dianggap konstan kecuali tegangan masukan Vd, Nilai dari kapasitor diperoleh dengan mencari terlebih
maka duty cycle tersebut haruslah berubah-ubah untuk dahulu nilai tegangan ripple dengan ripple sebesar 10% dari
menjaga sistem stabil dengan daya masukan Pd yang Vo. Kemudian dimasukkan dalam persamaan (13) [4] :
konstan. Sehingga persamaan (3) dapat ditulis kembali 2
menjadi: I cp L dc
V c (13)
4Pd Lac f s 2C bV o
d (t ) Mi (t ) ~ (10)
V d (t ) Melalui persamaan (12) dan (13), didapatkan besar filter
Pengaturan arus keluaran inverter dapat dilakukan yang dibutuhkan untuk rangkaian konverter buck-boost.
dengan cara memodifikasi persamaan (3) yang dapat c. Perhitungan Parameter untuk Inverter Satu Fasa
digunakan sebagai kontrol terhadap nilai indeks modulasi Teknik switching yang dipakai untuk inverter adalah
pada buck-boost inverter. Modifikasi Mi pada persamaan sinusoidal SPWM bipolar menggunakan referensi dari
(10) terhadap tegangan masukan yang berubah-ubah d(t) tegangan rms grid 220Volt. Rangkaian inverter memerlukan
maka dapat dituliskan :
Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI ITS 4

filter induktor untuk menekan arus ripple yang muncul


akibat dari switching dari inverter. Oleh karena itu,
diperlukan induktor sebagai filter antara forced-

Vdc (V)
commutation dan grid.
Untuk mencari besarnya induktor yang digunakan untuk
rangkaian inverter, digunakan persamaan daya aktif
sehingga perlu dicari terlebih dahulu nilai real dari Iac dari
daya keluaran Po dan tegangan grid.

ILdc (V)
Po
I ac (14)
V ac cos 2
Dimana nilai real dari Iac akan digunakan untuk mencari
nilai dari induktor pada inverter berdasarkan referensi [4].

C b V ac
tan 2 (15)

Iac (A)
2 L ac C b Re( I ac ) Re( I ac )

IV. SIMULASI DAN ANALISIS DATA


Secara umum desain sistem dari perbaikan arus untuk Gambar 7. Tegangan Masukan DC, Arus Induktor Ldc dan Arus Keluaran
buck-boost inverter yang terhubung grid dengan metode Gambar 6. Inverter dengan Tegangan Masukan Vdc Ideal.
Feed-forward Compensation (FFC) ditunjukkan dalam blok A. Buck-Boost Inverter dengan Vdc Mengandung Ripple
diagram sebagai berikut ini.
Dalam Gambar 7 diperlihatkan hasil simulasi kedua
adalah simulasi untuk tegangan DC yang mengandung
ripple, dimana tegangan ini didapatkan dari tegangan AC
yang disearahkan oleh rectifier tiga fasa. Efek dari ripple
yang muncul pada tegangan masukan buck-boost inverter
mengakibatkan terdistorsinya arus keluaran dari konverter
dan arus keluaran inverter yang akan disalurkan ke jaringan.
Vdc (V)

Gambar 5. Digram blok buck-boost inverter grid connected dengan FFC Ripple hasil rectifier
TABEL I
PARAMETER SIMULASI SISTEM
Parameter Rangkaian Nilai
ILdc (V)

Rating Tegangan input (Vdc) 100V-400V


Rating Daya input (Pd) 2000 Watt
Induktor sisi DC (Ldc) 245mH
Capasitor sisi DC (Cb) 19,5F
Induktor sisi AC (Lac) 1,23mH Distorsi gelombang akibat
Tegangan output (Vac) 220V Ripple
Iac (A)

Frekuensi switching (fs) 15625Hz


Power factor (Pf) 0,99

A. Simulasi Buck-Boost Inverter dengan Vdc Ideal Gambar 7. Tegangan rms DC 400 Volt yang Mengandung Ripple, Arus
Simulasi pertama dilakukan dengan sumber tegangan Keluaran Induktor Ldc dan Arus Keluaran Inverter yang Mengalami
DC ideal menggunakan sumber DC murni. Parameter Distorsi.
rangkaian untuk buck-boost inverter yang digunakan sama Simulasi dilakukan dengan kondisi inverter tetap harus
dengan parameter yang ada pada Tabel I. Berdasarkan hasil beroperasi dalam DCM untuk mendapatkan arus keluaran
simulasi pada Gambar 6, arus induktor Ldc di rangkaian yang sinusoidal karena sistem akan terhubung langsung
buck-boost dalam keadaaan DCM dan tidak mengalami dengan grid. Dalam kondisi ini didapatkan nilai arus rms
distorsi. Begitu pula dengan arus keluaran dari inverter induktor keluaran dari konverter sebesar 1.62 A dan arus
berupa gelombang sinusoidal murni. Hal ini disebabkan oleh rms keluaran inverter sebesar 8,05 A. Besar nilai THD arus
tegangan masukan Vdc dari buck-boost inverter berupa yang diperoleh adalah 4,78 %.
tegangan DC ideal tanpa ada ripple. Sehingga THD arus Dalam Tugas Akhir ini, tegangan masukan Vdc yang
yang dimiliki oleh arus keluaran dari inverter sebesar 1,13 dihasilkan dari rectifier inilah yang digunakan sebagai
%. tegangan masukan untuk buck-boost inverter.
Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI ITS 5

B. Simulasi Indeks Modulasi Konstan (Mi) Pada Buck- duty cycle d(t) yang mengandung ripple setelah diberikan
Boost Inverter Tanpa Menggunakan Metode FFC dan kompensasi dari tegangan Vdc yang sama-sama mengandung
Menggunakan FFC ripple.
Parameter yang digunakan dalam simulasi ini juga Semua hasil pengukuran dari perbandingan sebelum dan
menggunakan parameter yang ada pada Tabel I. Rangkaian setelah penggunaan metode FFC ditunjukkan pada tabel II.
buck-boost inverter terhubung grid dengan nilai konstan Mi Didapatkan hasil kualitas arus keluaran inverter mengalami
berguna untuk melihat efek arus keluaran inverter yang akan peningkatan ketika menggunakan FFC.
disalurkan ke grid.
Dalam Gambar 8. tegangan masukan pada buck-boost

Vdc (V)
inverter diberikan tegangan masukan DC yang mengandung
ripple. Dalam rangkaian kontrol, duty cycle menggunakan Ripple
fungsi sinusoidal murni sehingga nilai indeks modulasi yang
digunakan konstan sesuai dalam persamaan (5). Oleh karena
itu, kontrol Mi yang konstan tidak dapat mengkompensasi
Setelah kompensasi
ketika muncul ripple dalam tegangan masukan buck-boost

Iac (V)
inverter. Hal tersebut mengakibatkan distorsi arus keluaran
seperti yang telah dijelaskan tadi.
Nilai arus keluaran Iac saat diukur menggunakan metode
FFC menghasilkan nilai rms sebesar 9.248 A dengan THD
arus keluaran tersebut berubah dari 4.778 % turun menjadi Kompensasi ripple Mi
1.324 %. Nilai daya keluaran pun ikut terjadi kenaikan dari
semula menjadi 1991.39 watt yang ditunjukkan pada tabel Mi, d (t)
II. d(t)

Gambar 9. Gelombang dari tegangan masukan Vdc, arus keluaran inverter


Vdc (V)

Ripple setelah menggunakan FFC dan indeks modulasi yang mengandung


kompensasi ripple (Vdc = 400 volt, fs = 15625 Hz, Mi = 0.4375)

TABEL II
Distorsi arus keluaran KINERJA DARI INVERTER BUCK-BOOST DENGAN TEGANGAN
KONSTAN, SEBELUM DAN SESUDAH MENGGUNAKAN FFC
Iac (V)

Tegangan Input DC
No Parameter Sistem Vdc Mengandung Ripple
Vdc Ideal
Sebelum FFC Sesudah FFC
1 Faktor Daya 0,97 0,98 0,98
Mi
2 Daya Keluaran 1670,52W 1736,73W 1991,39W
Mi, d (t)

Tegangan keluaran
3 220V 220V 220V
Sistem (rms)
d(t) Arus Keluaran
4 7,75 8,08A 9,25A
Sistem Iac (rms)
Arus ripple Iac-ripp
5 0,08A 0,26A 0,15A
(peak)
THD arus keluaran
Gambar 8. Gelombang dari tegangan masukan Vdc, arus keluaran inverter 6 1,11% 4,78% 1,32%
sistem
dan indeks modulasi tanpa menggunakan FFC. (Vdc = 400 Volt)

Selanjutnya dilakukan perbandingan setelah diberikan C. Pengaruh Variasi Tegangan Masukan dc Terhadap
kompensasi melalui metode FFC. Metode ini menggunakan Keluaran Sistem yang Menggunakan Metode FFC
prinsip kerja dengan mengatur nilai dari indeks modulasi Mi Hasil simulasi dalam Gambar 10, dapat diketahui juga
dengan mengambil tegangan masukan DC yang bahwa fluktuasi tegangan masukan Vdc berpengaruh pada
mengandung ripple sebagai kompensasi untuk arus dari
nilai dari gelombang arus keluaran buck-boost inverter.
inverter. Tegangan DC ini dijadikan salah satu masukan
Tabel III menunjukkan hasil pengukuran dari simulasi
untuk kontrol dalam modulasi SPWM yang digunakan untuk
penyalaan switching dari buck-boost inverter. Daya dengan tegangan masukan yang mengalami penurunan dari
masukan juga berfungsi sebagai salah satu command dalam tegangan sebesar 400 Volt menjadi 200 Volt, untuk daya
kontrol Mi. Dimana kontrol ini sesuai dengan penurunan masukan Pd maksimum berubah dari 2000 watt menjadi
rumus Mi pada persamaan (11). 1000 watt. Dikarenakan acuan dari simulasi ini berpedoman
Hasil simulasi ini digunakan ketika tegangan Vdc 400 pada sumber wind turbine, maka tegangan masukan dan
Volt dengan tegangan ripple peak-to-peak sebesar 34.8 Volt. daya masukan mengalami penurunan sebanding dengan
Arus keluaran inverter Iac diperoleh dari pengaturan indeks kecepatan dari blade dari wind turbine. Gelombang arus
modulasi setelah diberikan kompensasi adalah gelombang mengalami distorsi dan kembali ketika fase steady-state
arus keluaran yang mendekati sinusoidal, seperti halnya lagi. Oleh karena itu, kompensasi ripple dalam simulasi ini
hasil simulasi yang terlihat dalam Gambar 9. Selain itu, diperoleh dari perubahan tegangan dan perubahan daya.
ditunjukkan keluaran dari indeks modulasi Mi dan nilai dari Jadi, ketika rangkaian buck-boost inverter yang
Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI ITS 6

menggunakan metode FFC ini mengalami penurunan Metode Feed-Forward Compensation (FFC) sudah
tegangan tanpa diikuti perubahan nilai daya masukannya menunjukkan kemampuan dalam perbaikan arus output dari
maka arus akan tetap terjadi distorsi dan tidak inverter. Namun demikian, distorsi pada sisi grid juga akan
terkompensasi. menghasilkan distorsi pada sisi arus keluaran inverter. Oleh
karena itu, perlu adanya studi lebih lanjut untuk
TABEL III memperbaiki kualitas arus dari sisi grid juga. Karena metode
KINERJA BUCK-BOOST INVERTER DENGAN VARIASI FFC dalam sistem dalam Tugas Akhir ini belum memiliki
TEGANGAN KETIKA SEBELUM DAN SESUDAH FFC pertimbangan ketika terjadi distorsi dari sisi grid.
Sebelum FFC Sesudah FFC
Vdc Po THD THD DAFTAR PUSTAKA
Iac (A) pf Iac (A) Po(W) pf
(V) (W) (%) (%)
[1] Riawan, D.C., Optimum Power Control Strategy for SEIG-based
400 8,09 1736,7 4,78 0,97 9,25 1991,4 1,32 0,98
Variable Speed WECS, Curtin University of Technology, Perth,
300 7,05 1322,9 6,15 0,97 6,93 1475,9 1,94 0,97 2010
[2] Agrawal, Jai P., Power Elektronic Systems: Theory and Design,
200 4,59 837,07 7,22 0,94 4,63 960,58 5,08 0,95
New Jersey, 2001.
100 2,22 330,83 7,78 0,77 2,22 368,75 7,45 0,78 [3] Rashid, Muhammad H., Power Electronics Handbook Second
Edition, Elsevier Inc, Florida.2007.
[4] Riawan, D.C., Grid-Connected Buck-Boost Inverter for Variable
Speed WECS Applications, Chapter 5th, Curtin University of
Vdc = 400 volt Technology, Perth, 2010.
Vdc, Vac (V)

Vdc = 200 volt

Vac
Iac (A)

Terdistorsi
Mi (t)

Mi (maks)
Pd, Po (W)

Po
Pd

Gambar 10. Hasil simulasi dari pengaruh variasi tegangan masukan dc


terhadap arus keluaran, indeks modulasi dan daya keluaran.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dalam Tugas Akhir ini, sistem
buck-boost inverter yang terhubung grid menggunakan
metode FFC telah dapat dilakukan perbaikan kualitas
keluaran arus inverter. Disamping itu, pemodelan dari
sistem buck-boost inverter dapat digunakan untuk rentang
tegangan input lebih rendah atau lebih tinggi dari tegangan
puncak (peak) jaringan, yaitu ketika 2202 Volt.
Kemampuan buck-boost inverter dalam mentransfer daya
bergantung pada tegangan input DC. Oleh karena itu,
topologi dari buck-boost inverter dalam Tugas Akhir ini
sesuai untuk aplikasi sumber daya dimana daya output-nya
tergantung pada tegangan input sumber. Penggunaan metode
FFC dalam sistem dengan tegangan DC yang mengandung
ripple mampu mengurangi besar Total Harmonic Distortion
(THD) arus pada sisi keluaran inverter. Misalkan untuk
tegangan masukan maksimum 400 Vdc dengan tegangan
ripple (peak-to-peak) sebesar 8.69 %, dimana THD arus
mula turun dari nilai sebesar 4.778 % turun menjadi 1.324
%.

Anda mungkin juga menyukai