Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Harapan
Harapan Umum

Kayu adalah suatu bahan konstruksi yang didapatkan dari tumbuhan dalam
alam. Karena itu tidak hanya merupakan salah satu bahan konstruksi pertama didalam
sejarah umat manusia, tetapi mungkin juga menjadi yang terakhir. Sebagai salah satu
bahan konstruksi pertama, jauh sebelum ilmu pengetahuan, khusus matematika,
memperlegkap kita dengan suatu teori untuk perencanaan konstruksi, maka teknik
penggunaan kayu sebagai bahan konstruksi pada zaman yang lampau didasarkan hanya
atas pengalaman dan intuisi.

Untuk sekarang kita maklum bahwa ilmu teknik konstruksi kayu ( Timber
Engineering), yang dimulai perkembangannya tertama di jerman pada permulaan abad
ke 20, telah dan masih terus megalami transisi dari suatu bidang pengetahuan
pertukangan kayu tradisional ke suatu ilmu pengetahuan berdasarkan perhitungan
matematis, yang sudah lama dipergunakan pada konstruksi konstruksi baja dan beton.

Harapan Khusus

Tujuan terpenting dalam mempelajari struktur kayu agar lebih mengetahui


bagian bagian dari kayu, yang dapat membantu kita untuk mengetahui ketahan sebuah
kayu yang akan kita gunakan untuk bahan konstruksi bangunan, dengan mempelajari
struktur kayu ini akan memberitahukan ketahanan yang terdapat pada masing masing
jenis kayunya, dan akan mempertimbangakn jenis kayu apabila kayu tersebut untuk
dijadikan sebagai bahan konstruksi bangunan.

B. Kenyataan

Kenyataan yang kelompok kami amati pada pohon yang masih tertanam
beberapa diantaranya ada kerusakan dikarenakan jagkauan penanaman pohon tersebut
terlalu dekat dengan lingkungan dimana orang orang berlalulang, kemudian kenyataan

1
yang ada pada lapangan atau panglong kayu dan bengkel bengkel kayu yang terdapat
di universitas negeri medan terdapat beberapa balok dan papan yang memiliki tekstur
kayu yang terlihat pada saat pemotongan, pembelahan, dan penghalusan kayu tersebut
maka terlihat bahwa umur dari kayu tersebut belum sesuai dengan ketahanan yang
diperlukan untuk memenuhi standart yang ditentukan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengenalan Konsep
Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras
karena mengalami lignifikasi (pengayuan). Kayu digunakan untuk berbagai keperluan,
mulai dari memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan bangunan (pintu, jendela,
rangka atap), bahan kertas, dan banyak lagi. Kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai
hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya. Penyebab terbentuknya kayu adalah akibat
akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai jaringan di batang.
Kayu merupakan bahan produk alam, hutan. Kayu merupakan bahan bangunan
yang banyak disukai orang atas pertimbangan tampilan maupun kekuatan. Dari aspek
kekuatan, kayu cukup kuat dan kaku walaupun bahan kayu tidak sepadat bahan baja
atau beton. Kayu mudah dikerjakan disambung dengan alat relatif sederhana. Bahan
kayu merupakan bahan yang dapat didaur ulang. Karena dari bahan alami, kayu
merupakan bahan bangunan ramah lingkungan.
Karena berasal dari alam kita tak dapat mengontrol kualitas bahan kayu. Sering
kita jumpai cacat produk kayu gergajian baik yang disebabkan proses tumbuh maupun
kesalahan akibat olah dari produk kayu. Dibanding dengan bahan beton dan baja, kayu
memiliki kekurangan terkait dengan ketahanan-keawetan. Kayu dapat membusuk
karena jamur dan kandungan air yang berlebihan, lapuk karena serangan hama dan kayu
lebih mudah terbakar jika tersulut api.
Disamping itu, Indonesia adalah negara yang kaya akan kayu, baik dalam jenis
maupun kualitasnya. Pada peta Indonesia, pulau-pulau besar seperti pulau Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya masih banyak terdapat hutan sebagai
penghasil kayu. Namun demikian didalam konstruksi kayu, belum banyak melakukan
penyelidikan-penyelidikan untuk mendapatkan cara konstruksi kayu yang baru yang
bertujuan untuk menghemat pemakaian kayu. Karena kurangnya penyelidikan,maka
pemakaian kayu pada konstruksiterlalu berlebihan, sedang alat-alat sambung yang
dipergunakan termasuk kuno.

3
Oleh karena itu penting bagi kita untuk mempelajari lebih dalam tentang
karakteristik kayu sebagai bahan konstruksi, pertumbuhan pohon, struktur kayu dan
variasi struktur kayu serta kayu cabang dan kayu akar. Kita juga tak boleh mengabaikan
kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh kayu, sehingga kita dapat memanfaatkan
potensi kayu secara maksimal dalam berbagai penggunaannya. Baik secara material
maupun metode konstrusi.

B. Proses Terjadinya
1. Sejarah Perkembangan Kayu
Sejarah pengelolaan hutan nasional dibagi ke dalam lima periode, yaitu:

1. Periode Pra-Pejajahan Hingga Pejajahan Belanda


Pada masa sebelum penjajahan Belanda, pengelolaan kehutanan diatur oleh
hukum adat masing-masing komunitas adat masyarakat. Von Savigny menyatakan
bahwa hukum mengikuti jiwa/semangat rakyat (volkgeist) dari masyarakat dimana
tempat hukum itu berasal. Karena volkgeist masing-masing masyarakat berlainan, maka
hukum masing-masing masyarakat juga berlainan. Hukum yang dimaksudkan dan
dikenal pada masa itu adalah hukum adat.

2. Masa kolonial hingga tahun 1945-an,

Deforestasi di Indonesia mempunyai sejarah panjang, semasa penjajahan


Belanda deforestasi terjadi karena kebijakan yang mengijinkan penebangan hutan untuk
kebutuhan konstruksi, pembuatan kapal, ijin pembukaan lahan untuk kepentingan
pertanian, yang memaksakan perubahan fungsi hutan menjadi kebun tebu, kopi, nila dan
karet (Mursidin et al. 1997). Setelah lebih dari 200 tahun lamanya hutan alam jati
dieksploitasi secara besar-besaran oleh pemerintah Hindia Belanda untuk memasok
bahan baku industri-industri kapal kayu milik pengusaha Cina dan Belanda. Sampai
akhir abad ke-18 kondisi hutan jati di Jawa mengalami degradasi yang sangat serius,
sehingga mulai mengancam kelangsungan hidup perusahaan-perusahaan kapal kayu
yang mengandalkan pasokan kayu jati dari kawasan hutan. Selama masa penjajahan
Jepang, tidak ada usaha rehabilitasi hutan yang dilakukan, bahkan degradasi hutan
semakin meningkat dari tahun 1942 sampai 1945. Sebagian besar degradasi pada zaman

4
Jepang disebabkan oleh penebangan hutan jati dan hutan alam sebanyak dua kali lipat
jatah tebangan tahunan untuk membiayai perang, amunisi mesin perang, menanam
tanaman pangan untuk mencukupi persediaan makanan bagi tentara Jepang.

3. Tahun 1945 hingga tahun 1970-an (Masa Pemerintahan Orde Lama)

Sejak awal tahun 1950-an, pemerintah Indonesia telah melaksanakan berbagai


program rehabilitasi hutan dan lahan. Kegiatan rehabilitasi yang pertama adalah
Gerakan Karang Kitri, dimulai pada bulan Oktober 1951 yang merupakan sebuah
kampanye nasional atau himbauan kepada masyarakat untuk menanam pohon di
pekarangan rumahnya (Mursidin et al. 1997).

4. tahun 1960-an hingga tahun 1998-an,


Deforestasi menjadi masalah yang serius pada awal tahun 1970-an; seiring
dengan kebijakan pemerintah oder baru untuk meningkatkan ekonomi nasional dengan
mengeluarkan ijin penebangan kayu untuk pengusaha di hutan Pulau Jawa
Selama tahun 1970-an, Indonesia merupakan negara eksportir kayu tropis terbesar di
dunia yang mengekspor sekitar 300 juta m3 ke pasar internasional (Barr 2001).
Pemerintah telah mengalokasikan lebih dari 60 juta ha hutan kepada perusahaan HPH
selama lebih dari 30 tahun (Barr 2001).

Bob Hasan, Pengusaha HPH di zaman Soeharto Kebijakan over eksploitasi orde
baru tersebut mewariskan konflik-konflik yang berkepanjangan dan tidak
berkesudahaan atas pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya hutan antara masyarakat
local dengan pemegang HPH, masyarakat local dengan pendatang, masyarakat local
dengan pemerintah. Konflik tersebut menjurus pada pecahnya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI)

5. Tahun 1998 sampai sekarang


Tahun 1998 merupakan tahun penting dalam perubahan politik di Indonesia.
Setelah 32 tahun berkuasa, akhirnya Rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Jenderal
Soeharto mundur, dan berturut-turut (1998 2004) digantikan oleh Presiden Habibie,
Abdurrahman Wahid, Megawati, dan Soesilo Bambang Yudoyono (2004 2009; 2009-
2014). Pemerintahan baru ini dinamakan dengan Orde Reformasi. Perubahan situasi

5
politik ini diikuti semakin gencarnya tuntutan dari masyarakat atas manfaat dari hutan,
yang ditandai dengan meningkatnya kasus perambahan dalam kawasan hutan (Scotland
2000; Potter dan Lee 1998). Kasus konflik seperti tuntutan yang tumpang tindih atas
sumberdaya hutan antar kelompok masyarakat dan pemerintah daerah atau perusahaan
kehutanan sering terjadi hampir di setiap propinsi (Potter dan Lee, 1998).
Orde Reformasi berupaya menata kehidupan berbangsa dan bernegara dengan
melakukan reformasi konstutisi, legislasi, birokrasi dan demokrasi. Sebagai dampak
dari reformasi legislasi, maka banyak peraturan perundang-undangan produk Orde Baru
yang diganti dan disesuaikan dengan semangat reformasi. Salah satunya adalah dicabut
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan,
yang diganti dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (UUK).

Selama awal era otonomi daerah, angka kerusakan hutan meningkat dari 1,87 juta
hektar menjadi 2,83 juta hektar. Pemerintah daerah kabupaten/kota diberikan
kesempatan yang lebih luas untuk mengelola hutan yang ada di wilayahnya, di beberapa
daerah terjadi ledakan pemberian izin konsesi skala kecil yang mengakibatkan
meningkatnya laju kerusakan hutan.

Dewasa ini Indonesia adalah produsen utama kayu bulat, kayu gergajian, kayu
lapis, pulp dan kertas, disamping beberapa hasil perkebunan, misalnya kelapa sawit,
karet dan coklat. Pertumbuhan ekonomi ini dicapai tanpa memperhatikan pengelolaan
hutan secara berkelanjutan atau hak-hak penduduk lokal.Perkayuan merupakan industri
hasil hutan yang amat penting dalam membantu peningkatan ekonomi sesebuah
negara. Kayu kini telah digunakan untuk pelbagai tujuan dan kayu telah dipelbagaikan
pengeluarannya dalam sebilangan produk seperti papan lapis, papan gentian, kertas dan
sebagainya . Kayu-kayuan merupakan hasil hutan yang penting dan bahan ini telah
digunakan untuk berbagai tujuan. Ia merupakan bahan api atau bahan bakar yang sudah
lama digunakanuntuk keperluan rumah tangga dan juga dalam kilang-kilang. Kira-kira
40% daripada jumlah hutan dunia digunakan sebagai bahan api. Kebanyakan negara di
kawasan tropikamempunyai kadar penggunaan balak yang tinggi sebagai bahan api
yang diperoleh daripada hutan-hutan semulajadi. Negara-negara yang menjalankan

6
sektor perhutanan seperti Sweden, Kanada dan Finland telah menyumbangkan sejumlah
wang yang besar daripada pertukaran wang asing negara-negara tersebut.

2. Kayu Sebagai Bahan Kontruksi


Kayu merupakan satu dari beberapa bahan konstruksi yang sudah lama dikenal
masyarakat, didapatkan dari semacam tanaman yang tumbuh di alam dan dapat
diperbaharui secara alami. Faktor-faktor seperti kesederhanaan dalam pengerjaan,
ringan, sesuai dengan lingkungan (environmental compatibility) telah membuat kayu
menjadi bahan konstruksi yang dikenal di bidang konstruksi ringan (light construction).
Penggunaan kayu sebagai bahan konstruksi tidak hanya didasari oleh
kekuatannya saja, akan tetapi juga didasari oleh segi keindahannya. Secara alami kayu
memiliki bermacam-macam warna dan bentuk serat, sehingga untuk bangunan expose
material kayu tidak banyak memerlukan perlakuan tambahan. Pada perkembangan
teknik penggunaan kayu struktural perlu diperhatikan sifatsifat dan jenis-jenis kayu
serta faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu, sambungan dan alat-alat
penyambung serta keawetan kayu.
Keterbatasan penggunaan kayu selama ini terjadi dikarenakan keterbatasan kayu
alami yang lurus dan relative panjang sudah jarang didapatkan, serta kayu dengan
tingkat kekuatan yang tinggi sidah semakin berkurang. Oleh karena itu, maka teknologi
sambungan dan komposit material sangat penting pada perancangan struktur kayu.

Contoh gambar kayu sebagai bahan konstruksi

7
3. Struktur Kayu
Struktur kayu merupakan suatu struktur yang elemen susunannya adalah
kayu.Dalam perkembangannya, struktur kayu banyak digunakan sebagai alternatif
dalam perencanaan pekerjaan-pekerjaan sipil, diantaranya adalah : rangka kuda-
kuda,rangka dan gelagar jembatan, struktur perancah, kolom, dan balok lantai
bangunan.
Pada dasarnya kayu merupakan bahan alam yang banyak memiliki
kelemahanstruktural, sehingga pengunaan kayu sebagai bahan struktur perlu
memperhatikansifat-sifat tersebut. Oleh sebab itu, maka struktur kayu kurang populer
dibandingkandengan beton dan baja. Akibatnya saat ini terdapat kecenderungan
beralihnya peran kayu dari bahan struktur menjadi bahan pemerindah dekoratif.
Bagian-bagian kayu pada pohon ternyata tidak banyak diketahui oleh kita,
padahal setiap kali kita bisa menemukan kayu baik yang masih dalam bentuk pohon
ataupun dalam bentuk bahan bangunan seperti papan, balokan dan lain sebagainya.

Bagian-bagian kayu

Pohon-pohon dapat dibedakan kedalam dua golongan besar yaitu jenis kayu dari
golongan kayu daun lebar dan jenis-jenis kayu dari golongan kayu daun jarum.

Kayu adalah bahan yang didapatkan dari tumbuh-tumbuhan dalam alam.


Sebagai sesuatu yang hidup ia dipengaruhi oleh kondisi tempat hidupnya yang dapat
memberikan sifat/keadaan yang berbeda-beda dati tiap jenis kayu yang tumbuh di

8
berbagai tempat yang kondisinya berlainan. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat
meliputi pola dan ukuran serat, pori-pori, zat pengisi kayu, berat jenis, kekerasan dan
sebagainya.

Bagian bagian kayu meliputi ;

1. Kulit, Adalah bagian yang terluar. Kulit bertugas sebagai pelindung bagian yang
lebih dalam pada kayu dari pengaruh-pengaruh seperti iklim, serangan serangga dan
jamur ataupun pengaruh dari gangguan mekanis. Kulit juga berfungsi sebagai
tempat terjadinya transport air atau bahan mineral dari dalam tanah ke daun hingga
pucuk-pucuk pohon.

2. Kambium, merupakan jaringan yang berupa lapisan tipis dan bening, yang
melingkar pohon.Tugas cambium kearah luar membentuk kulit yang baru dan
kedalam membentuk kayu yang baru.

3. Kayu gubal, Adalah bagian kayu yang terdiri dari sel-sel yang masih hidup, masih
berfungsi. Karenanya tugas kayu gubal adalah menyalurkan bahan makanan dari
daun ke bagian-bagian pohon yang lain.

4. Kayu teras, adalah bagian kayu yang terdiri dari sel-sel yang sudah tua dan mati,
sehingga tidak berfungsi lagi. Kayu teras ini berfungsi sebagai pengokoh tumbuhnya
pohon. Kayu teras lebih awet dan memiliki warna lebih tua dari pada kayu gubal.

5. Hati, merupakan bagian kayu yang ada di pusat. Hati ini asalnya dari kayu awal,
yaitu kayu yang pertama-tama dibentuk oleh cambium dan bersifat rapuh.

6. Serat, arah dan ukuran serat ini pada tiap jenis kayu berbeda-beda. Beberapa kayu
berserat lurus, ada juga yang berserat terpilin, berpadu, berombak, ada yang ukuran
seratnya sangat kecil, sedang atau bahkan besar. Serat merupakan susunan sel kayu
yang bentuknya seperti gelendong dan panjang-panjang. Ukuran relative sel-sel kayu
disebut tekstur.

9
7. Pori-pori, ukuran besarnya lubang pori-pori pada pada tiap jenis kayu terkadang
berbeda-beda.

8. Jari-jari kayu, Jaringan kayu dibentuk dari susunan sel secara radial yaitu dari luar
menuju kepusat. Jaringan ini disebut juga jaringan radial.

9. Lingkaran tumbuh, kondisi pertumbuhan pohon ditentukan oleh lingkungan tumbuh


yaitu iklim.

Di daerah yang mempunyai perbedaan musim yang jelas, pengaruh iklim


terhadap pembentukan lingkaran tumbuh lebih jelas daripada di Negara-negara di
daerah tropika.

Pertumbuhan sel-sel kayu disertai dengan munculnya struktur seperti cincin


yang disebut dengan cincin tahunan (annual ring) yang dapat memperkirakan umur dari
pohon kayu. Pohon kayu yang mengalami pertumbuhan cepat akan memiliki cincin
tahunan yang lebih besar bila dibandingkan dengan pohon kayu yang memiliki
pertumbuhan lambat. Pada bagian tengah batang ada inti (pith) yang dikelilingi oleh
sejumlah cincin tahunan.

4. Pertumbuhan Pohon dan Variasi Struktur Kayu


Pohon adalah tumbuhan berkayu yang mencapai tinggi sekurang-kurangnya 6
meter pada saat dewasa di lokasi tertentu dan biasanya (tidak selalu) memiliki batang
tunggal. Sedangkan tumbuhan berkayu adalah tumbuhan yang mempunyai ciri-ciri : (1)
Tumbuhan bersaluran (vascular plant) yaitu memiliki jaringan pengangkutan khusus,
yang terdiri atas xylem (kayu) dan phloem (kulit), (2) Tumbuhan perennial yaitu
tumbuhan yang hidupnya lebih dari dua tahun, (3) Tumbuhan berkayu memiliki batang
yang hidup dari tahun ke tahun, (4) Tumbuhan berkayu tertentu, termasuk semua kayu
perdagangan, melakukan penebalan sekunder, yaitu menambah besarnya batang dengan
menambah besarnya diameter pohon.
Dalam pengertian botanis, kayu adalah suatu bahan yang merupakan bahan
mentah yang berasal dari proses metabolisme organisme hidup yaitu

10
tumbuhantumbuhan yang berbentuk pohon. Pohon sebagai penghasil kayu dalam sistem
botanis diklasifikasikan dalam divisi spermatophyta. Divisi spermatophyta dibagi ke
dalam dua sub-divisi, yaitu Gimnospermae dan Angiospermae. Perbedaan utama dari 12
kedua sub-divisi ini adalah terutama dari bijinya. Gimnospermae berbiji telanjang
sedangkan Angiospermae berbiji tertutup oleh bakal buah.
Pertumbuhan merupakan hasil dari interaksi berbagai proses fisilogis dan untuk
mengetahui mengapa pertumbuhan pohon berbeda pada berbagai variasi keadaan
lingkungan dan perlakuan diperlukan pengertian bagaimana proses fisiologis
dipengaruhi oleh lingkungan. Proses fisiologis adalah fotosintesa, respirasi dan
transpirasi. Pada dasarnya, pohon tumbuh melalui dua jalur pertumbuhan yaitu
pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan primer adalah
pertumbuhan yang membuat batang menjadi panjang dan membuat cabang karena
adanya titik tumbuh apical diujung pohon. Jaringan yang terbentuk oleh titik tumbuh
apikal disebut jaringan primer. Pertumbuhan sekunder adalah pertumbuhan yang
membuat diameter batang menjadi besar. Penambahan besarnya batang dilakukan
melalui kegiatan lapisan tumbuh yang disebut kambium. Kambium terletak di antara
bagian luar kayu dan bagian dalam kulit. Kambium membentuk kayu baru dan kulit
baru setiap tahun dan berkembang di antara kayu dan kulit yang dibentuk terdahulu.
Jaringan yang terbentuk oleh meristem lateral disebut jaringan sekunder. Pertumbuhan
sekunder tidak membentuk tipe sel baru dan merubah struktur kayu, karena yang
bertanggug jawab pada hal tersebut adalah pertumbuhan primer.
Pertumbuhan pohon dimulai dengan mengaktifkan meristem apikal. Selanjutnya,
hormon pertumbuhan 15 diproduksi dekat meristem apikal dan didistribusikan melalui
sistem vaskular pohon. Hormon tersebut kemudian mengaktifkan kambium dan
terjadilah penebalan sekunder (diameter). Karena hormon menyebar dari tajuk ke
batang, maka pertambahan diameter tidak terjadi secara bersamaan dan ada perbedaan
konsentrasi hormon dalam penyebarannya. Pada saat diaktifkan, kambium
menghasilkan sel-sel kayu dan kulit. Sel-sel kulit bagian dalam disebut phloem, suatu
lapisan tipis yang dibentuk berbatasan dengan lapisan luar kambium. Pada saat lapisan
kulit baru dibentuk, kulit lama berangsur-angsur mati dan dapat lepas dari pohon. Sel-
sel kayu yang disebut xylem dibentuk ke arah dalam dari kambium. Pada saat
hormonhormon pertumbuhan diproduksi banyak, sel-sel xylem yang dibentuk akan

11
panjang dengan rongga yang besar dan dinding yang tipis. Pada saat hormon-hormon
pertumbuhan yang diproduksi sedikit, sel-sel xylem yang dibentuk akan pendek, rongga
yang kecil dan dinding yang tebal. Secara umum, pembentukan organ-organ tanaman
dan pertumbuhannya dapat dikatakan sebagai hasil dari 3 proses, yaitu pembelahan sel
(cell division), perpanjangan sel (cell expansion), dan diferensiasi sel (cell
differentiation). Semua proses ini dikontrol oleh faktor-faktor internal & eksternal. Arah
pertumbuhan dan bentuk organ ditentukan oleh lokasi dan arah pembelahan sel serta
perluasan dan arah pembesaran sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pohon yaitu lingkungan dan
genetik. Faktor lingkungan secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan melalui
proses-prose fisiologis yang terjadi di dalam pohon. Faktor genetik antara lain potensi
untuk berproduksi, ketahanan terhadap hama penyakit, daya tahan terhadap kekeringan.
Menurut Zobel dan Talbert (1984) pertumbuhan pohon bukan hanya dipengaruhi oleh
salah satu dari faktor lingkungan atau genetik tetapi interaksi keduanya. Menurut Thojib
(1988) interaksi keduanya melalui proses fisiologi internal dan kondisi pohon,
mengontrol kuantita dan kualita pertumbuhan.

Contoh pertumbuhan kayu contoh pertumbuhan kayu menuju dewasa

Variasi Arah Horizontal


Di dalam bagian dari pith ke kulit pada beberapa ketinggian, karakteristik
struktur mempunyai pola yang umum. Hasil yang diperoleh mengindikasikan bahwa
struktur lingkaran tumbuh, dimensi sel (panjang, diameter, tebal dinding sel),
ultrastruktur (sudut mikrofibril, derajat kristalin), dan kandungan sellulosa dan lignin
berubah dengan cepat pada jumlah lingkaran tumbuh tertentu dan pada saat mencapai
titik tertentu meningkat atau menurun.

12
Variasi panjang trakeid dalam arah horizontal dapat terjadi antara peralihan dari
bagian kayu awal ke kayu akhir dan variasi panjang trakeid dari pith ke beberapa
lingkaran tahun ke arah kulit. Variasi panjang serabut/trakeid dari kayu awal ke kayu
akhir dipengaruhi oleh sifat peralihan dari kayu awal ke kayu akhir. Pada kayu daun
jarum peralihan yang mendadak antara kayu awal ke kayu akhir menghasilkan suatu
puncak yang tajam yang disebabkan oleh trakeid yang panjang pada bagian kayu akhir
seperti pada Pseudotsuga menziesii.Peralihan yang berangsur-angsur dari kayu akhir ke
kayu awal menghasilkan diagram panjang trakeid yang mirip gigi gergaji bundar. Pola
ini antara lain terdapat pada Pinus radiata yang ditanam di Australia.
Variasi kerapatan erat hubungannya oleh interaksi antara tebal dan diameter sel,
proporsi dinding sel yang berada pada lapisan S2, jumlah sellulosa di dalam kayu
(hubungan dengan umur) dan sudut microfibril pada lapisan S2. Kayu tekan yang
mempunyai sudut mikrofibril yang besar, kerapatan meningkat dibandingkan kayu
normal pada umur dan ketinggian yang sama. Kerapatan dasar suatu kayu berhubungan
dengan jumlah bahan (kayu) kering per unit volume (kondisi basah).
Kandungan sellulosa pada Douglas-fir dan beberapa jenis dari kayu daun jarum
yang diteliti menunjukkan meningkat dari pith ke luar, mengikuti pola secara umum
panjang trakeid (Tsoumis 1991). Kandungan lignin berlahan-lahan menurun pada
beberapa bagian. Pada lingkaran tumbuh bagian luar pohon yang berumur tua
ditemukan kandungan sellulosa yang lebih tinggi dan kandungan lignin yang rendah
pada kayu akhir dibandingkan kayu awal pada riap yang sama.

contoh arah horizontal

Variasi Arah Vertikal


Variasi ke arah vertikal dalam satu jenis pohon dapat dilihat dari pangkal
menuju ujung pohon. Variasi arah vertikal dapat diketahui dengan jelas karena setiap
perbedaan ketinggian akan berbeda struktur pada setiap lingkaran tumbuh. Panjang

13
trakeid di dalam lingkaran tahun yang sama meningkat dari pangkal ke atas pada jarak
tertentu, setelah mencapai maksimum menurun ke arah ujung pohon, dimana panjang
trakeid lebih pendek dari pangkal. Pola ini ditemukan Sanio pada Scots pine. Panjang
serat kayu sepanjang riap ke lima puluh jenis Eucalyptus regnans, pada bagian pangkal
antara 1-1,1 mm pada ketinggian 50 ft kemudian panjang serat naik sampai mencapai
maksimum 1,35 mm, di atas ketinggian 50 ft panjang serat menurun dengan cepat
sampai mencapai 0,8 mm pada ujung pohon.
Variasi kerapatan pada arah vertikal terdapat tiga pola yang umum yaitu :
1. Kerapatan menurun dari pangkal ke puncak, contohnya kayu daun jarum (Pinus),
Picea abies, pseudotsuga menziesii, Tsuga heterophylla. Pada kayu daun tidak lasim
ditemukan pola ini kecuali pada Acer nigrum dan A. saccharinum.
2. Kerapatan menurun di bagian pangkal kemudian naik di puncak, contohnya kayu
daun jarum (P. constanta dan P. strobus) dan kayu daun lebar ( Liriodendron
tulipifera dan Tectona grandis)
3. Naik dari pangkal ke ujung dengan pola yang seragam, Pola ini banyak terdapat pada
kayu daun lebar dan merupakan modifikasi dari pola yang pertama karena adanya
mata kayu. Contoh pada kayu daun lebar (Fagus sylvatica, Farxinus penusylvanica,
Nyssa aquatic, Liquidambar styraciflua, Quercus falcate) dan kayu daun jorum
(Picea sitchensisi dan Thuja plicata)
Variasi kerapatan dari pangkal ke ujung pada beberapa penelitian menunjukkan
pola yang berbeda, misalnya pada Pinus resinosa yang tumbuh di hutan
alam,kerapatannya berkurang dari pangkal ke ujung tetapi pada hutan tanaman
kerapatannya naik dari pangkal keujung atau berkurang pada bagian pangkal dan naik
pada bagian ujung batang. Variasi ini sangat tergantung pada tipe dan proporsi sel yang
menyusun bagian pohon.

14
Contoh arah serat vertikal arah tangensial arah longitudinal

5. Kayu Cabang dan Akar


Terjadinya permintaan yang lebih besar besar akan kay dan produk- produk
kayu merangsang keinginan dalam menemukan sumber- sumber kayu baru.suatu
perkembangan penting yang timbul dari keinginan ini adalah konsep pohon yang total
yang di kembangkan pada tahun 1960-an oelh Young, Keays, Hkkila, Koch, dan lain-
lain. Apabila metode- metode panenan tradisional hanya melibatkan pemungutan batang
utama, yang di potong pucuk dan cabangannya, penenan pohon total dicirikan oleh
pengumpulan batang- batang utama, cabang- cabang, ranting- ranting,daun- daun,
bahkan akar- akar.
Pemanenan semua bagin pohon di atas tanah menjadi kenyataan dalam tahun
1970-an dan awal1970-an dengan berkembangnya unit- unit mobil di Amerika Serikat
dengan membuat tatal- tatal katyudi lokasi semua bagian pohon. Sistem tersebut
dilengkapi dengan pengumpul tatal dalam setengah kereta gandengan untuk di angkut
ke pusat- pusat pengelolaan. Peralatan mekanis untuk pencabutan tunggul datang di
pasaran pada tahun 1973- 1974 dengan perkembangan di Firlandia dan Amerika Serikat.
Kayu cabang dari segi pemanfaatannya, salah satu yang paling nyata antar bahan
dari cabang dan bahan utama, cabang memiliki kulit dengan proporsi yang jauh lebih
tinggi. Hal ini terutama benar untuk cabang dengan diameter kurang dari 1 inci (sekitar
2,5 cm) karena kulit mempunyai sifat yang berbeda dengan kayu dan sering membawa
kotoran pada saat pemanenan. Terlepas dari kulit kayu cabang sendiri berbeda dengan
kayu batang. Hal ini dapat menyebabkan pengenalan kayu maupun pemanfaatannya
sulit. Beberapa jenis sel lebih banyak terdapat pada kayu cabang daripada dalam kayu
batang utama. Dalam cabang- cabang kayu keras,pembuluh dan jari- jari lebih banyak
dari pada kayu utama dengan jumlah serabut yang lebih tinggi. Serabut pada kayu
cabang didapatkan rata- rata 15-35 % lebih pendek di bandingkan dengan batang kayu
utama.
Secara ringkas kayu cabang adalah bahan baku yang dapat diterima, meskipun
untuk jumlah produk yang kurang di sukai dari pada kayu batnag utama. Karena
potensinya yang yang nyat untuk menaikan hasil apabila pucuk dan cabang digunakan

15
perubahan perubahan dalam cara pengelolahan mungkin akan dilakukan bila mana
mungkin untuk menampung bahan ini.
Mengembakan minat dalam pemanfaatan kayu sebagai sumber serat dengan
mengumumkan fakta bahwa tunggul/ sistem peakaran southern pine mengandung
sejumlah serat setara dengan 20-25 % volume serat dalam batang utama. Ia juga
mendorong perkembangan peralatan pemanenan akar yang di rancang untuk
penggunaan di tanah berpasir di Amerika Serikat bagian selatan.pemanfaatan akar lebih
luas nampaknya memungkinkan. Tetapi masalah harus tetap dipecahkan. Akar- akar
adalah kotor dan sering sukar untuk di bersihkan dan kotoran sering menyumbat atau
menyebabkan aus yang berlebihan pada peralatan pabrik. Akar kayu ini telas di gunakan
telah digunakan sebagai bahan bakaar dan sebagai suatu sumber ekstraktif kimia. Suatu
proses untuk mengeluarkan terpentin,yak pinu gondorukem, dan minyak pinus dari
tunggul pinus di perdagangkan pada tahun 1909 dan di anggap menandai permulaan
industri naval stres di Amerika Serikat .

Contoh kayu cabag contoh kayu akar


C. Nilai Strategis

Kayu sebagai konstruksi bangunan


Sampai abad ke-20 sebagian besar dari hampir semua bangunan perumahan dan
struktur bangunan komersial dibangun dari kayu. Karena masih berlimpahnya sumber
kayu menyebakan hampir semua struktur bangunan perumahan, jembatan, bangunan
komersial ringan, pabrik dan tiang menggunakan kayu solid. Sekarang bangunan
tersebut lebih banyak menggunakan bahan kayu struktural yang lebih modern. Misalnya
lantai, dinding, atap untuk konstruksi ringan umumnya dibuat dari papan kayu atau
panel kayu.
Kayu untuk keperluan bangunan umumnya dari kelas kuat I, II dan III dengan
rasio kekuatan terhadap berat yang cukup tinggi, serta mempunyai kelas awet I atau II.

16
Bila dari kelas awet III atau di bawahnya, maka kayu tersebut harus diawetkan
terlebih dahulu. Penggunaan kayu gergajian secara konvensional untuk bahan bangunan
hanya terbatas untuk dimensi tertentu dan tidak bisa digunakan untuk konstruksi
bangunan yang memerlukan bentangan yang lebar dan tinggi. Untuk mendapatkan kayu
dengan bentangan dan ukuran yang besar sangat sulit, karena bentang dan ukuran
terbesar sesuai dengan ukuran pohonnya. Untuk mengatasi hal itu perlu dibuat balok
glulam yaitu gabungan dua atau lebih papan kayu gergajian yang direkat dengan
menggunakan perekat tertentu dengan arah serat kayunya sejajar satu sama lain.

Lantai (Flooring)
Lantai kayu atau mozaik parquet flooring sangat disukai karena selain berksesan
setetis yang kental, juga memberikan kesan hangat pada ruangan. Untuk Hardwood atau
kayu daun lebar sangat disukai dan sering digunakan. Untuk keperluan lantai diperlukan
kayu dengan kekerasan tinggi, beberapa industri mensyaratkan kayu untuk lantai dipilih
kayu yang bercorak indah, kelas kuat I-III dan kelas awet I-II.

Contoh gambar kayu sebagai lantai


Dinding
Untuk dinding bagian luar (eksterior) selain digunakan papan kayu, saat ini lebih
umum digunakan kayu lapis eksterior, flakeboard atau papan partikel eksterior.
Sedangkan untuk dinding di bagian dalam ruangan (interior) tidak diperlukan
persyaratan yang tinggi. Untuk pembuatan dinding, selain diperlukan kayu yang
bercorak indah, juga kayu yang stabil dan awet, untuk berbagai keperluan
dipersyaratkan mampu meredam suara (isolator).

Contoh dinding dari kayu


a. Kayu gergajian

17
Kayu gergajian yang telah dicoba dibuat untuk partisi dinding antara lain kayu
karet, mindi, kelapa dan mangium. Partisi dinding yang dibuat dari kayu karet yang
diawetkan dengan boron menunjukkan penampilan yang mirip dengan ramin.
Sedangkan yang dibuat dari kayu mangium menunjukkan menampilan seperti jati.

Contoh kayu gergajian

b. Kayu lapis
Kayu lapis indah yang dibuat dari venir mangium, tusam, mindi dan mimba
dapat digunakan untuk dinding dengan penampilan yang cukup bagus.

Contoh kayu lapis


c. Papan mineral
Papan mineral seperti papan gypsum dan papan mineral. Papan semen yang
dibuat dari kayu karet, jeungjing ternyata dapat digunakan untuk pembuatan dinding
bangunan yang tahan lama.

Contoh kayu mineral

18
BAB III

PENUTUP

A. KESAN
a. Kesan Positif :
Dalam pengerjaan makalah kelompok, kami membagi tugas masing-masing
anggota kelompok agar mengerjakan makalah kelompok. Pembagian tugas
tersebut antara lain mencari materi makalah, satu orang 1 materi dengan
referensi berbeda.
Kami membagi tugas per-bab pada pembuatan makalah pada setiap anggota
kelompok agar makalah kami memiliki keterkaitan dan saling mendukung.
Kami juga membagi tugas dalam print dan pembuatan power point.
Semua anggota kelompok saling bekerja sama dalam pembuatan makalah
maupun power point sehingga tugas ini dapat selesai pada waktunya.

B. Pesan
Semoga makalah kami dapat bermaanfaat dalam pembahasan materi oleh
pak dosen.
Semoga pembaca bisa memahami materi makalah kami sesuai pembagian
materi yang di bagi pada setiap kelompok .
Semoga makalah kami dapat menjadi bahan referensi untuk pembuatan
makalah selanjutnya.
Kami berharap bisa melakukan yang terbaik dalam membuat makalah
struktur kayu .

19
DAFTAR PUSTAKA

https://oestf.blogspot.co.id/2015/09/makalah-kayu.html

https://hendroagungs.blogspot.co.id/2016/03/struktur-kayu.html

http://www.mjumani.net/2013/03/bagian-bagian-kayu.html

File:///C:/Users/Asus/AppData/Local/Temp/Kualitaskayu.pdf

http://sandypurnama.blogspot.co.id/2015/05/kayu-jevenil-kayu-reaksi
kayucabang.html

20

Anda mungkin juga menyukai