Anda di halaman 1dari 8

1

HIDROSEFALUS

PENGERTIAN
Hidrocepalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya
CSS. (Ngastiyah; perawatan anak sakit; hal 262)

ANATOMI DAN FISIOLOGI


Ruangan CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio, terdiri atas
sistem ventrikel, sistem magna pada dasar otak dan ruanga subaraknoid yang meliputi
susunan saraf, CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus koroidalis
kembali kedalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan araknoid yang
meliputi susunan saraf pusat (CSS). Hubungan antara sistem ventrikel dan ruang
subaraknoid melalui foramen luschka disebelah lateral ventrikel IV.
Aliran CSS yang normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroi
ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus sylvii ke
ventrikel IV dan melalui foramen luschka dan megendie ke dalam sub araknoid
melalui sistem magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan
reabsorbsi CSS oleh sistem kapiler.

PEMBAGIAN
Hidrocepalus memberikan gejala apabila disertai tekanan CSS yang meninggi.
Terdapat dua macam hidrocepalus:
1. Hidrosepalus obstruktif, tekanan CSS yang tinggi desebabkan oleh obstruksi pada
salah satu tempat antara pembentukan CSS oleh pleksus koroidalis dan keluarnya
dari ventrkel IV melalui foramen luchska dan megendie.
2. Hidrocepalus komunikans ialah bila tekanan CSS yang meninggi tanpa
penyumbatan sistem ventrikel.
Pembagian lainnya adalah hidrocepalus bawaan (cogenital) dan didapat.

Subhan kadir
2

ETIOLOGI
Penyebab penyumbatan untuk aliran CSS yang sering yang sering terdapat pada
bayi ialah kelainan bawaan (kongenital), infeksi, neoplasma, dan perdarahan.
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Akuaduktus Sylvii.
Merupakan penyebab yang terbanyak pada hidrocefalus pada bayi dan anak
(60-90%), akuaduktus dapat merupakan saluran buntu sama sekali atau
abnormal ialah sempit dan biasa. Umumnya gejala hidrocepalus terlihat sejak
lahir atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b. Spin Bifida dan Cranium Bifida.
Hidrocefalus pada kelainan ini biasanya berhubungan dengan sindrom chiari
akibat tertariknya medula spinalis medulla spinalis dengan medulla oblongata
dan serebellum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum
sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.
c. Sindrom Dandy Walker.
Merupakan atresia kongenital foramen luscha dan megendie dengan akibet
hidrocepalus obstruktif dengan peleberan sistem ventrikel terutama ventrikel
IV yang dapat sedemikian besarnya sehingga merupakan suatu kista yang
besar didaerah fossa posterior.
d. Kista Araknoid.
Dapat terjadi kongenital tetapi dapaat juga timbul akibat trauma sekunder
suatu hematom.
e. Anomali Pembuluh Darah.
2. Infeksi.
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi
ruangan sub araknoid. Pelebaran ventrikel pada fse sub akut meningitis pururlenta
terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di
akuaduktus sylvii atau sisterna basalis. Lebih banyak hidrocepalus terdapat pada
pasca meningitis . pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai
beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis.

Subhan kadir
3

3. Neoplasma.
Hidrocepalus oleh obstrksi dapat terjadi disetiap tempat aliran CSS. Pada anak
yang paling banyak menyebebkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus
sylvii bagian terakfir biasanya suatu glikoma yang berasal dari cerebellum,
sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu
kraniofaringioma.
4. Perdarahan.
Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak
dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak,
selain penyumbatan yang terjadi akibat organinisasi dari daerah itu sendiri.

Gangguan absorbsi CSS di Infeksi, neoplasma, perdarahan,


ruang sub arachnoid malformasi perkembangan otak
janin.

Obstruksi aliran CSS melalui sistem


ventrikel

Akumulasi CSS di ventrikel

Venrrikel dilatasi dan menekan


organ-organ yang terdapat dalam
otak

Gangguan perfusi cerebral

Patofisiologi; dan penyimpangan KDM hidrocepalus,

Subhan kadir
4

PATOFISIOLOGI
Hidrocepalus terjadi karena ada gangguan absobsi CSF dalam subaraknoid
(comunicating hidrocefalus) dan atau adanya obstruksi dalalm ventrikal yang
mencegah CSF masuk ke rongga sub araknoid karena infeksi, neoplasma,
perdarahan, atau kelainan bentuk perkembangan janin.
Cairan terakumulasi dalam ventrikel dan mengakibatkan dilatasi ventrikel dan
penekanan organ-organ yang terdapat dalam otak.

MANIFESATASI KLINIK
Manifestasi klinik dibedakan menjadi dua, yaitu pada bayi dan masa kanak-kanak.
1. Masa Bayi
a. Kepala membesar, fontanel naterior meneonjol, vena pada kulit kepala dilatasi
dan terlihat jelas pada saat bayi menangis, terdapat bunyi crackedpot (tada
macewen), mata terlihat kebawah (tanda setting sun), mudah terstimulasi,
lemah, kemampuan makan kurang, perubahan kesadaran, opistotonus dan
spastik pada ekstremitas bawah.
b. Pada bayi dengan mal formasi arnold-chiari, bayi mengalami kesulitan
menelan, bunyi nafas stridor, kesulitan bernafas, apnea, aspirasi dan tidak ada
refleks muntah.
2. Masa Kanak-Kanak
a. Sakit kepala, muntah, papil edema, strabismus, ataxia, mudah terstimulasi,
letargia, apatis, bingung, bicara inkohoren.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Lingakar kepala pada masa bayi
CT dan MRI; menunjukkan pembesaran ventrikel.

Subhan kadir
5

PENATA LAKSAANAAN TERAPEUTIK


Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi hidrocefalus, menangani
komplikasi, mengatasi efek hidrocefalus dan gangguan perkembangan. Penta
laksanaan terdiri dari:
Non pembedahan: pemberian acetazolamide dan isosorbide atau furosemide
mengurangi produksi cairan cerebrospinal.
Pebedahan: pengangkatan penyebab obstrksi misalnya kista, atau hematoma;
pemasangan shunt yang bertujuan untuk mengalirkan cairan serebrospinal yang
berlebihan dari ventrikel ke ruang ekstrkranial, misalnya kerongga peritonium,
atrium kanan, dan rongga pleura.

PENATA LAKSANAAN KEPERAWATAN


Riwayat keperawatan
Kaji adanya pembesaran kepala pada bayi, vena terlihat jelas pada kulit kepala,
bunyi cracked-pot pada perkusi, tanda setting sun, penurunan kesadaran,
opistosonus, dan spastik pada ekstremitas bawah, tanda peningkatan tekanan
intrakranial (muntah, pusing, papil edema), bingung .
Kaji lingkar kepala.
Kaji ukuran ubun-ubun. Bila menangis ubun-ubun menonjol.
Kaji perubahan tanda vital khususnya pernafasan.
Kaji pola tidur, perilaku dan interaksi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubugan degan meningkatnya volume
cairan cerebrospinal, meningkatnya tekanan intrakranial.
2. Risiko injuri berhubungan dengan pemasangan shunt.
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan adanya tindakan untuk
mengurangi tekanan intrakranial, meingkatnya tekanan intrakranial.
4. Risiko ifeksi berhubungan dengan efek pemasangan shunt.

Subhan kadir
6

5. Perubahan psoses keluarga berhubungan dengan kondisi yang mengancam


kehidupan anak.
6. Antisipasi berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan anak.

PERENCANAAN
1. Anak akan menujukkan tidak adanya tanda-tanda komplikasi dan perfusi jaringan
cerebral adekuat.
2. Anak akan menujukkan tanda-tanda terpasangnya shunt dengan tepat.
3. Anak tidak akan menujukkan tanda-tanda injury.
4. Anak tidak akan menujukkantanda-tanda infeksi.
5. dan 6. Orang tua akan menerima anak dan akan mencari bantuan untuk
mengatasi rasa berduka.

IMPLEMENTASI
1. dan 3. Mencegah komplikasi.
a. Mengukur lingkar kepala setiap 8 jam.
b. Monitor kondisi fontanel
c. Mengatur posisi anak miring kearah yang tidak dilakukan tindakan operasi.
d. Mejaga posisi kepala tetap sejajar dengan tempat tidur untuk menghindari
pengurangan tekanan intrakranial yang tiba-tiba.
e. Mengobservasi dan menilai fungis neurologis setiap 15 menit hingga tanda-
tanda vital stabil.
f. Malaporkan segera setiap perubahan tingkah laku misalnya mudah
terstimulasi, menurunnya tingkat kesadaran) atau perubahan tanda-tanda vital
(meningktanya tekanan darah, denyut nadi perlahan)
g. Menilai keadaan balutan terhadap adanya perdarahan dan daerah sekiar
operasi terhadap tanda-tanda kemerahan dan pembengkakan
h. Mengganti posisi setiap 2 jam dan jika perlu gunakan matras yang bersis
udara untuk mencegah penekanan yang terlalu lama pada daerah tertentu.
2. dan 4. Mencegah terjadinya infeksi dan injuri.

Subhan kadir
7

a. Melaporkan segera jika terjad peraubahan tanda vital (meningkatnya


temperatur) atau tingkahlaku (mudah terstimulasi, menurunnya tingkat
kesadaran) segera.
b. Monitor daerah sekitar operasi terhadap adanya tanda-tanda kemerahan atau
pembengkakan.
c. Pertahankan terpasangnya kondisi shunt tetap baik, jika kondisi shunt yang
tidak baik, maka segera untuk berkolabirasi untuk prngngkatan atau
penggantian shunt.
d. Lakukan pemijatan pada slang shunt untuk menghindari sumbatan pada
awalnya.
3. dan 6. Membantu penerimaan orang tua tentang keadaan anak dan dapat
beradaptasi
a. Memberikan kesempatan pada orang tua/anggota keluarga untuk
mengekspresikan perasaan.
b. Menghindari dalam memberikan pernyataan yang negatif.
c. Menujukkan tingkah laku yang menerima keadaan anak (menggendong,
berbicara, dan memberikan kenyamanan pada anak)
d. Memberikan dorongan kepada orang tua untuk membantu perawatan anak,
ijinkan orang tua melakukan perawatan anak pada anak dengan optimal.
e. Menjelaskan seluruh tindakan dan pengobatan yang dilakukan.
f. Memberikan dukungan pada tingkah laku orang tua yang positif.
g. Mendiskusikan perilaku orang tua yang menujukkan adanya frustasi.
PERENCANAAN PEMULANGAN
Ajarkan untuk perawatan dan balutan pemasangan shunt dan jelaskan tanda-tanda
infeksi dan malfungsi dari shunt.
Anjurkan untuk melapor ke perawat atau dokter bila ada sumber shunt.
Jelaskan tentang obat-obatan yang diberikan, efek samping dan kebutuhan
mempertahankan tekanan darah. (seperti anti kejang)
Jalaskan pentingnya kontrol ulang.

Subhan kadir
8

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah: Perawatan Anak Sakit; EGC, Jakarta1997.


Suryani & Suryadi; Asuhan Keperawatan Pada Anak
Sylvia a. Price; Patofisiologi Dan Proses-Proses Penyakit; Edisi 4; EGC Jakarta,
1995.

Subhan kadir

Anda mungkin juga menyukai