Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya tingkat urbanisasi di perkotaan, menjadikan pemerintah
dituntut untuk meningkatkan pelayanan yang maksimal dalam
penanggulangan kebersihan lingkungan pemukiman. Akibat tuntutan serta
aspek pelayanan yang harus disediakan menjadikan pemerintah harus lebih
serius terhadap masalah persampahan (Rizal, 2011). Permasalahan sampah
saat ini sudah menjadi masalah kebersihan lingkungan dan sosial yang
berpotensi menimbulkan konflik. Hampir semua kota di Indonesia baik kota
besar maupun kota kecil mempunyai masalah yang sama yaitu belum
memiliki sistem penanganan sampah yang baik (Damanhuri, 2010).
Semakin banyak penduduk maka semakin banyak pula sampah yang
akan dihasilkan. Keadaan ini sudah mengalami perubahan karena masalah
sampah bukan hanya terjadi di kota-kota besar tetapi juga di kota-kota,
kabupaten dan kecamatan. Persoalan sampah ini tidak henti-hentinya untuk
dibahas, karena berhubungan dengan pola hidup serta budaya masyarakat itu
sendiri. Oleh karena itu penanggulangan sampah bukan hanya urusan
pemerintah akan tetapi membutuhkan partisipasi masyarakat secara luas
(Weken, 2015).
Pengelolaan sampah saat ini berdasarkan UU No 18 Tahun 2008 dan
PP No 81 Tahun 2012 yaitu pengurangan dan penanganan sampah.
Pengurangan sampah dimulai dari sumber sampah sampai pada pengelolaan
akhir. Pengurangan sampah diwujudkan dengan keterlibatan aktif masyarakat
maupun pihak pengelola sampah. Pengurangan sampah dilakukan dengan
prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle). Saat ini proses 3R dianggap yang
paling sesuai dalam mengurangi sampah di kota maupun wilayah karena
mampu mengurangi timbulan sampah sebesar 15-20% (Nurhayati, 2013).
Peningkatan timbulan sampah di Indonesia mencapai 175.000 ton/
hari atau setara 64 juta ton/ tahun. Tantangan terbesar pengelolaan sampah

1
2

adalah penanganan sampah plastik yang tidak ramah lingkungan. Berdasarkan


hasil studi yang dilakukan di beberapa kota tahun 2012, pola pengelolaan
sampah di Indonesia yaitu diangkut dan ditimbun di TPA (69%), dikubur
(10%), dikompos dan didaur ulang (7%), dibakar (5%), dan sisanya tidak
dikelola (7%). Upaya pemilahan dan pengolahan sampah masih sangat minim
sebelum akhirnya sampah ditimbun di TPA. Jika hal ini tidak ditangani lebih
lanjut, maka kebutuhan lahan untuk TPA akan meningkat menjadi 1.610
hektar pada tahun 2020. Untuk itu Pemerintah Indonesia dalam hal ini
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2014 menggagas
lahirnya komitmen Indonesia Bersih Sampah 2020. Upaya pengurangan
timbulan sampah tanpa menghilangkan nilai guna dan nilai ekonominya
menjadi tantangan pengelolaan sampah ke depan bagi Pemerintah Indonesia
(Menlh RI, 2015).
Merujuk kepada data bidang kebersihan BLH Kota Yogya, jumlah
sampah per hari untuk Kota Yogya hampir mencapai 230 ton/hari. Hal ini
akan semakin bertambah seiring pertumbuhan penduduk Yogyakarta yang
meningkat setiap tahunnya. Jika setiap individu menghasilkan sampah 0,5-
0,65 kg per orang per hari, maka dapat dibayangkan jumlah sampah yang
dihasilkan setiap hari di Yogyakarta. Sampah-sampah tersebut apabila tidak
dikelola akan menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA). Selain itu,
masih ada pengelolaan sampah yang dilakukan secara individu dengan cara
dibakar atau dibuang ke sungai.
Permasalahan sampah di Yogyakarta ini apabila tidak ditangani,
semakin lama dapat menimbulkan berbagai masalah. Masalah yang dapat
ditimbulkan yaitu pencemaran lingkungan sampai pada resiko bagi kesehatan
manusia serta makhluk lainnya. Untuk itu penulis ingin membuat makalah
mengenai Analisis Pengelolaan Sampah di Indonesia.
3

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk melakukan analisis tentang
pengelolaan sampah di Indonesia.

C. Manfaat
Manfaat dari makalah ini yaitu:
1. Makalah ini diharapakan dapat menunjang untuk pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya tentang pengelolaan sampah.
2. Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuhan bagi penulis
sendiri.
3. Makalah ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi penelitian-
penelitian yang akan datang mengenai pengelolaan sampah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sampah
1. Pengertian Sampah
Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah
adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Undang-Undang Pengelolaan
Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan
seharihari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.
Slamet (2009) berpendapat bahwa sampah adalah sesuatu yang
tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Azwar (1990)
mengatakan yang dimaksud dengan sampah adalah sebagian dari sesuatu
yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang
umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk
kegiatan industri) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (human
waste) tidak termasuk kedalamnya. Manik (2003) mendefinisikan
sampah sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki
dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.
Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah
adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Undang-Undang Pengelolaan
Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.

2. Jenis-jenis Sampah
a. Sampah berdasarkan zat kimia:
1) Sampah anorganik

4
5

Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat


membusuk, contoh: logam/besi, pecahan gelas, plastik dan
sebagainya.
2) Sampah organik
Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat
membusuk,
contoh: sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan
sebagainya.
b. Sampah berdasarkan dapat tidaknya terbakar
1) Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu,
plastik, kain bekas dan sebagainya.
2) Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-kaleng
bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2003).
c. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk
1) Mudah membusuk misalnya : sisa makanan, potongan daging
2) Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca (Dainur, 1995)

3. Karakteristik Sampah
a. Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan
hewan atau sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri
dari zat-zat yang mudah membusuk, lembab, dan mengandung
sejumlah air bebas.
b. Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak
dapat terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat
perdagangan, kantor-kantor, tapi yang tidak termasuk garbage.
c. Ashes (Abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah
terbakar baik dirumah, dikantor, industri.
d. Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan
dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga
mesin yang terdiri dari kertas-kertas, daun-daunan.
6

e. Dead Animal (Bangkai Binatang) yaitu bangkai-bangkai yang


mati karena alam, penyakit atau kecelakaan.
f. Houshold Refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish, garbage,
ashes, yang berasal dari perumahan.
g. Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan) yaitu bangkai- bangkai
mobil, truk, kereta api.
h. Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri-
industri, pengolahan hasil bumi.
i. Demolition Wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran
gedung.
j. Construction Wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa
pembangunan, perbaikan dan pembaharuan gedung-gedung.
k. Sewage Solid terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat
organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan air
buangan.
l. Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus
misalnya kaleng-kaleng cat, zat radiokatif. (Mukono, 2006)

4. Sumber-Sumber Sampah
a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan
rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa
makanan baik yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus
baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas,
bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun
atau taman
b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-
tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya.
Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.
7

c. Sampah yang berasal dari perkantoran


Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan,
perdagangan, departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini
berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip dan sebagainya. Umumnya
sampah ini bersifat anorganik, dan mudah terbakar (rubbish).
d. Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri
dari : kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan
ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik,
dan sebagainya.
e. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)
Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang
berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal
dari proses produksi, misalnya: sampah-sampah pengepakan barang,
logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.
f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya:
jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu
yang patah, dan sebagainya.
g. Sampah yang berasal dari pertambangan
Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya
tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, maisalnya:
batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan
sebagainya.
h. Sampah yang berasal dari petenakan dan perikanan
Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa :
kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatang, dan
sebagainya (Notoatmojo, 2003).
8

B. Pengelolaan Sampah
Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang
baik, diantaranya :
1. Pewadahan Sampah
Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum
dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke TPA. Tujuannya
untuk menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga tidak
mengganggu lingkungan. Melakukan pewadahan sampah sesuai dengan
jenis sampah yang telah terpilah, yaitu:
a. Sampah Organik seperti daun-daun, sayuran, kulit buah lunak, sisa
makanan.
b. Sampah Anorganik seperti gelas, plastik, logam dan lainnya. (SNI
19-2454-2002)
2. Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah adalah proses pengambilan sampah mulai dari
tempat pewadahan sampah sampai ke tempat pembuangan sementara.
Pola pengumpulan sampah pada dasarnya dikempokkan dalam 2 (dua)
yaitu pola individual dan pola komunal sebagai berikut :
a. Pola Individual
Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah kemudian
diangkut ke tempat pembuangan sementara/ TPS sebelum dibuang
ke TPA
b. Pola Komunal
Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ke tempat
penampungan sampah komunal yang telah disediakan/ ke truk
sampah yang menangani titik pengumpulan kemudian diangkut ke
TPA tanpa proses pemindahan (SNI 19-2454-2002).
3. Pemindahan Sampah
Proses pemindahan sampah adalah memindahkan sampah hasil
pengumpulan ke dalam alat pengangkutan untuk dibawa ke tempat
pembuangan akhir. Cara pemindahan sampah dapat dilakukan dengan
9

manual, mekanik, serta gabungan antara manual dan mekanik (SNI 19-
2454-2002).
4. Pengangkutan Sampah
Kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan di tempat
penampungan sementara atau dari tempat sumber sampah ke tempat
pembuangan akhir. Berhasil tidaknya penanganan sampah juga
tergantung pada sistem pengangkutan yang diterapkan. Pengangkutan
sampah yang ideal adalah dengan truck container tertentu yang
dilengkapi alat pengepres, sehingga sampah dapat dipadatkan 2-4 kali
lipat (Widyatmoko, 2002).
5. Pengolahan
Teknik-teknik pengolahan sampah yaitu:
a. Pengomposan, merupakan pemanfaatan sampah organik menjadi
bahan kompos.
b. Insenerasi, merupakan pembakaran sampah yang dilakukan di
tempat tertutup dengan mesin dan peralatan khusus yang dirancang
untuk pembakaran sampah. Sistem ini memerlukan biaya besar
untuk pembangunan, operasional dan pemeliharaan mesin dan
peralatan lain.
c. Daur ulang, dilakukan pada sampah anorganik. Daur ulang sampah
biasanya dikenal dengan penanganan sampah 3R. Penanganan
sampah 3R adalah konsep penanganan sampah dengan cara reduce
(mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur
ulang sampah).
1) Reduce
Prinsip reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin
melakukan minimalisasi barang yang digunakan.
Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan
dengan program reduce yaitu dengan menghindari pemakaian
dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah
besar, gunakan kembali wadah/ kemasan untuk fungsi yang
10

sama atau fungsi lain, membeli barang dengan kemasan yang


dapat di daur ulang (kertas, daun dan lain-lain), membawa
kantong/ tas belanja sendiri ketika berbelanja, menggunakan
rantang untuk tempat membeli makanan, memakai serbet
/saputangan kain pengganti tisu.
2) Reuse
Prinsip reuse dilakukan dengan cara memilih barang-barang
yang bisa dipakai kembali dan menghindari pemakaian barang-
barang yang hanya sekali pakai. Hal ini dapat memperpanjang
waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan
dengan program reuse yaitu memilih produk dengan pengemas
yang dapat didaur ulang, menggunakan produk yang dapat diisi
ulang (refill), kaleng/baskom besar digunakan untuk pot bunga
atau tempat sampah, gelas atau botol plastik untuk pot bibit, dan
macam-macam kerajinan, potongan kain/baju bekas untuk lap,
keset, dan lain-lain
3) Recycle
Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-
barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak
semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak
industri non-formal dan industri rumah tangga yang
memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan
dengan program recycle yaitu mengubah sampah plastik
menjadi souvenir, melakukan pengolahan sampah organik
menjadi kompos, mengubah sampah kertas menjadi lukisan atau
mainan miniatur
6. Pembuangan Akhir
Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan untuk membuang
sampah dari semua hasil pengangkutan sampah untuk diolah lebih lanjut.
11

Prinsip pembuang akhir sampah adalah memusnahkan sampah domestik


di suatu lokasi pembuangan akhir. Menurut SNI 19-2454-2002 tentang
Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, secara umum
teknologi pengolahan sampah dibedakan menjadi 3 metode yaitu :
a. Metode Open Dumping
Merupakan sistem pengolahan sampah dengan hanya membuang/
menimbun sampah disuatu tempat tanpa ada perlakukan khusus/
pengolahan sehingga sistem ini sering menimbulkan gangguan
pencemaran lingkungan.
b. Metode Sanitary landfill (Lahan Urug Saniter)
Sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara
sampah ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah
sebagai lapisan penutup. Pekerjaan pelapisan tanah penutup
dilakukan setiap hari pada akhir jam operasi.
c. Metode Controlled Landfill (Penimbunan terkendali)
Controlled Landfill adalah sistem pengalihan open dumping dan
sanitary landfill yaitu dengan penutupan sampah dengan lapisan
tanah dilakukan setelah TPA penuh yang mdipadatkan atau setelah
mencapai periode tertentu.

C. Dampak Positif Pengelolaan Sampah


Menurut Chandra (2006), pengaruh positif dari pengelolaan sampah ini
terhadap masyarakat dan lingkungan, antara lain :
1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa
dan dataran rendah
2. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk
3. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses
pengelolaan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk mencegah
pengaruh buruk sampah terhadap ternak
4. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk
berkembang biak serangga atau binatang pengerat
12

5. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya


dengan sampah
6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup
masyarakat
7. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya
masyarakat
8. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana
kesehatan suatu Negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk
keperluan lain

D. Dampak Negatif Pengelolaan Sampah


Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan dampak negatif
bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan
budaya masyarakat.
1. Dampak terhadap kesehatan
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah
sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat,
tikus, serangga, jamur.
b. Banyaknya kaleng, ban bekas dan plastik yang berserakan dapat
menimbulkan genangan air yang menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk.
c. Penyakit sesak nafas dan penyakit mata disebabkan bau sampah
yang menyengat yang mengandung Amonia hydrogen, Solfide dan
Metylmercaptan.
d. Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera dan typus) disebabkan
banyaknya lalat yang hidup berkembang biak di sekitar lingkungan
tempat penumpukan sampah.
e. Penyakit kecacingan
f. Gangguan psikomatis, misalnya insomnia, stress, dan lain-lain
(Mukono, 2006).
13

2. Dampak terhadap lingkungan


a. Pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan estetika
lingkungan menjadi kurang bagus dipandang mata misalnya
banyaknya sampah yang berserakan sehingga mengganggu
kesegaran udara lingkungan masyarakat (Dinas Kebersihan, 2009).
b. Membuang sampah ke dalam saluran pembuangan air akan
menyebabkan aliran air menjadi terganggu (Mukono, 2006).
c. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan
menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
d. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan
bahaya kebakaran lebih luas.
e. Apabila musim hujan datang, sampah yeng menumpuk dapat
menyebabkan banjir (Chandra, 2007).
3. Dampak terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan
sosial-budaya masyarakat setempat.
b. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan
minat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah tersebut
(Mukono, 2006).
c. Angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehigga
produktifitas masyarakat menurun.
d. Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang
besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang.
e. Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah
wisatawan yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat
setempat (Chandra, 2007).
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisis Permasalahan Sampah di Yogyakarta


Provinsi Yogyakarta terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kotamadya. Pada
tahun 2012 jumlah penduduk di Yogyakarta sebanyak 3.514.762 orang (BPS,
2012). Merujuk kepada data bidang kebersihan BLH Kota Yogya, jumlah
sampah per hari untuk Kota Yogya hampir mencapai 230 ton/hari. Hal ini
akan semakin bertambah seiring pertumbuhan penduduk Yogyakarta yang
meningkat setiap tahunnya. Jika setiap individu menghasilkan sampah 0,5-
0,65 kg per orang per hari, maka dapat dibayangkan jumlah sampah yang
dihasilkan setiap hari di Yogyakarta. Sampah-sampah tersebut apabila tidak
dikelola akan menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA). Selain itu,
masih ada pengelolaan sampah yang dilakukan secara individu dengan cara
dibakar atau dibuang ke sungai. Untuk itu diperlukan adanya sosialisasi
tentang pengelolaan sampah.
Pengelolaan sampah perkotaan dilakukan dengan menggunakan dua
sistem, yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Sistem sentralisasi yaitu
pengolahan sampah yang terpusat dari daerah yang cakupannya luas,
pengolahan sampah dilakukan di TPA. Sedangkan sistem desenralisasi yaitu
pengolahan sampah dari penghasil sampah pertama, di setiap sub-area tidak
hanya pengumpulan saja tapi juga dilakukan pengolahan (Purwendro, 2006).
Pengelolaan sampah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ditangani sebagian
besar oleh pemerintah secara sentralisasi. Pengelolaan tersebut mulai dari
penarikan retribusi, pengumpulan dari sumber, pengumpulan di TPS, dan
pengangkutan ke TPA.
D.I Yogyakarta mempunyai TPA di daerah Bantul yaitu TPA
Piyungan. TPA tersebut setiap harinya menjadi tempat pembuangan akhir
sampah di tiga daerah yaitu Kota Yogyakarta, Sleman, dan Bantul.
Pengoperasian TPA Piyungan di bawah pengawasan Sekretariat Bersama
Yogyakarta, Sleman, dan Bantul (Sekber Kartamantul). Sampah yang

14
15

dibuang ke TPA lebih sedikit secara persentase bila dibandingkan jumlah


sampah yang dihasilkan penduduk di masing-masing kabupaten kota di DIY.
Hal tersebut dikarenakan keadaan geografis mereka yang masih sebagian
berupa pedesaan dengan jumlah lahan yang masih luas, serta akses yang jauh
dari fasilitas pengelolaan sampah pemerintah daerah (pemda). Perdesaan
tidak terlalu merasakan persoalan sampah karena masih ada lahan untuk
menimbun atau membakar sampah, banyak lahan kosong untuk membuang
sampah, misalnya di sungai, tepi sawah, atau tanah kosong (Mulasari, 2014).
Menurut penelitian Setiadi (2015), warga kampung Sukunan, Sleman
mengembangkan sistem pengelolaan sampah mandiri yang dimulai dari
tingkat rumah tangga hingga kelompok. sistem pengelolaan sampah mandiri
tersebut menggunakan prinsip 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) diterapkan
oleh hampir semua keluarga di Kampung Sukunan. Prinsip 3R meliputi:
1. Reduce (mengurangi timbulnya sampah)
Belanja membawa tas sendiri, membeli pulsa tronik, membeli barang
yang bisa digunakan berulang-ulang, mengurangi penggunaan kantong
plastik, dll.
2. Reuse (menggunakan kembali)
Pembibitan dengan gelas air mineral, pot dari ember cat, menggunakan
kembali kantong plastik yang masih bagus
3. Recycle (mendaur ulang)
Membuat kerajinan dari sedotan & plastik, membuat kertas daur ulang,
membuat kompos dari sampah organik dan juga membuat tas/produk
daur ulang dari sampah plastik (Setiadi, 2015).
Setelah dikenalkan pada prinsip 3R (Reduce, Reuse dan Recycle)
warga kampung Sukunan terbiasa memilah sampah yang dihasilkan menjadi
4 kategori, selanjutnya dibawa ke tempat penampungan sementara yang
dikelola oleh tiap Dasawisma. Di kampung Sukunan terdapat 10 Dasawisma
dan tiap Dasawisma terdiri dari 10 kepala keluarga sehingga di Desa
Sukunan terdapat 10 tempat penampungan sementara sampah. Tempat
penampungan sementara sampah ini juga sudah dikelompokan dalam tiap
16

kepala keluarga menjadi 4 kategori sampah sehingga mempermudah warga


ketika membuang sampah. Terdapat 4 tong sampah sesuai 4 kategori sampah.
Untuk memperindah dan agar lebih menarik (estetis), tong sampah dilukis
dan dberi label dengan tema ajakan untuk berperilaku menjaga kebersihan
lingkungan (Setiadi, 2015).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Setiadi (2015)
dengan judul Perilaku Pro-Lingkungan pada Permukiman Perkotaan Studi
Kasus Pengelolaan Sampah di Kampung Sukunan-Yogyakarta, pengelolaan
sampah di Kampung Sukunan sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat
dibuktikan dari setiap keluarga di Kampung tersebut sudah menerapkan
prinsip 3R. Warga Kampung telah mengetahui dan melakukan pemilahan
sampah yang baik dan benar seperti memilah sampah yang dihasilkan
menjadi 4 kategori yaitu sampah plastik, sampah kertas, sampah logam dan
kaca, serta sampah B3.

Gambar 1. Tempat sampah berdasarkan 4 kategori

Perilaku warga Kampung Sukunan dalam menerapkan prinsip 3R


sudah dilakukan dengan benar. Pada prinsip Reduce, warga berbelanja
membawa tas sendiri, membeli pulsa tronik, membeli barang yang bisa
digunakan berulang-ulang, mengurangi penggunaan kantong plastik. Hal ini
sesuai dengan teori Suyoto (2008) bahwa tindakan yang dapat dilakukan
berkaitan dengan program reduce yaitu dengan menghindari pemakaian dan
pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar. Reuse
dengan pembibitan dengan gelas air mineral, pot dari ember cat,
menggunakan kembali kantong plastik yang masih bagus. Perilaku tersebut
17

sesuai dengan teori bahwa prinsip reuse dilakukan dengan cara memilih
barang-barang yang bisa dipakai kembali dan menghindari pemakaian
barang-barang yang hanya sekali pakai. Recycle dengan membuat kerajinan
dari sedotan & plastik, membuat kertas daur ulang, membuat kompos dari
sampah organik dan juga membuat tas/produk daur ulang dari sampah plastik.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa prinsip recycle dilakukan dengan cara
sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur
ulang.
Pada penelitian Mulasari (2016), permasalahan sampah di Kota
Yogyakarta terkait dengan masalah jangkauan pelayanan, dampak dari
perilaku pembuangan sampah yang tidak baik, dan masalah teknis
pengelolaan sampah di TPA Piyungan. Permasalahan persampahan Kota
Yogyakarta dapat dipandang dari tiga sudut pandang yaitu permasalahan dari
hilir: penimbul sampah (masyarakat), permasalahan dari proses: organisasi
pengelola sampah Kota Yogyakarta (BLH Kota Yogyakarta), dan
permasalahan di hulu : pada pengelola sampah akhir (TPA Piyungan).
Pada bagian hilir, permasalahan yang muncul dari masyarakat
penimbul sampah adalah kurangya kesadaran masyarakat dalam mensikapi
dan mengelola sampah. Masyarakat masih banyak yang membuang sampah
sembarangan di sungai. Bahkan ketika sudah disediakan tempat pembuangan
sampah sememtara (TPSS) di lingkungannya, masyarakat masih tidak tertib
dalam waktu ataupun tempat membuang sampahnya. Konsep 3R (reuse,
replace, recycle) tidak diterapkan dengan baik dan perilaku membuang
sampah sembarangan masih tinggi (Mulasari, 2016).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Mulasari (2016)
dengan judul Analisis Situasi Permasalahan Sampah Kota Yogyakarta dan
Kebijakan Penanggulangannya, konsep 3R yang diterapkan di Kota
Yogyakarta pada bagian hilir belum berjalan dengan baik. Bahkan perilaku
membuang sampah sembarangan masih tinggi. Hal ini disebabkan karena
kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengelola sampah dengan
baik dan benar.
18

B. Dampak Negatif Sampah


Membuang sampah sembarangan dapat menyebabkan beberapa
dampak negatif, antara lain:
1. Dampak terhadap kesehatan
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah
sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat,
tikus, serangga, jamur.
b. Banyaknya kaleng, ban bekas dan plastik yang berserakan dapat
menimbulkan genangan air yang menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk.
c. Penyakit sesak nafas dan penyakit mata disebabkan bau sampah
yang menyengat yang mengandung Amonia hydrogen, Solfide dan
Metylmercaptan.
d. Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera dan typus) disebabkan
banyaknya lalat yang hidup berkembang biak di sekitar lingkungan
tempat penumpukan sampah (Dinas Kebersihan, 2009).
e. Penyakit kecacingan
f. Gangguan psikomatis, misalnya insomnia, stress, dan lain-lain
(Mukono, 2006).
2. Dampak terhadap lingkungan
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan estetika
lingkungan menjadi kurang bagus dipandang mata misalnya
banyaknya sampah yang berserakan sehingga mengganggu
kesegaran udara lingkungan masyarakat (Dinas Kebersihan, 2009).
b. Membuang sampah ke dalam saluran pembuangan air akan
menyebabkan aliran air menjadi terganggu (Mukono, 2006).
c. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan
menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
d. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan
bahaya kebakaran lebih luas.
19

e. Apabila musim hujan datang, sampah yeng menumpuk dapat


menyebabkan banjir (Chandra, 2007).
3. Dampak terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan
sosial-budaya masyarakat setempat.
b. Menurunkan minat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke
daerah tersebut (Mukono, 2006).
c. Angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehigga
produktifitas masyarakat menurun.
d. Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang
besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang.
e. Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah
wisatawan yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat
setempat (Chandra, 2007).

C. Pencegahan Dampak Negatif


Apabila dampak negatif dari pengelolaan sampah tidak di kendalikan
dengan baik maka dapat mempengaruhi fungsi lingkungan. Perlu dilakukan
pencegahan untuk mengendalikan dampak negatif tersebut agar fungsi
lingkungan kembali seperti semula, yaitu sebagai berikut:
1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa
dan dataran rendah
2. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk
3. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses
pengelolaan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk mencegah
pengaruh buruk sampah terhadap ternak
4. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk
berkembang biak serangga atau binatang pengerat
5. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya
dengan sampah
20

6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup


masyarakat
7. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya
masyarakat
8. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana
kesehatan suatu Negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk
keperluan lain (Chandra, 2006).
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengelolaan sampah di Yogyakarta sudah berjalan tetapi belum maksimal.
Sebagian besar warga melakukan pengelolaan sampah langsung menuju ke
TPA Piyungan. Namun ada beberapa daerah yang telah melakukan
pengelolaan sampah dengan baik, seperti Kampung Sukunan dan Kota
Yogyakarta. Daerah tersebut sudah melakukan pengolahan sampah dengan
prinsip 3R (reduce, reuse, recycle).

B. Saran
1. Bagi Pemerintah
Diharapkan pemerintah untuk memberikan sosialisasi, edukasi, dan
pelatihan tentang pengelolaan sampah kepada masyarakat agar dapat
melalukan pengelolaan sampah dengan baik dan benar.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah dengan
baik dan benar agar lingkungan menjadi bersih sehingga tidak
menimbulkan dampak yang buruk seperti tempat perkembangbiakan
penyakit.

21
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional (BSN), 2002, Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-
2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta

BPS, 2012, Statistik Lingkungan Hidup D.I Yogyakarta: Evironmental Statistics


of D.I.Yogyakarta, Badan Pusat Statistik, Yogyakarta.

Chandra, B, 2006, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku Kedokteran,


Jakarta.

Chandra,B, 2007 Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku Kedokteran,


Jakarta.

Damanhuri, E dan Tri Padmi, 2010, Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah, Institut
Teknologi Bandung. Bandung.

Slamet, JS, 2009, Kesehatan Lingkungan, Gajahmada University Press,


Yogyakarta.

Manik, K.E.S, 2003, Pengelolaan Lingkungan Hidup, Djambatan, Jakarta

Menlh RI, 2015, Rangkaian HLH 2015Dialog Penanganan Sampah Plastik,


Kementerian Lingkungan Hidup RI, Jakarta (diunduh 5 Desember 2016
http://www.menlh.go.id/rangkaian-hlh-2015-dialog-penanganan-
sampah-plastik/)

Mukono, 2006, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Airlangga University


Press, Surabaya.

Mulasari, SA dkk, 2014, Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan Sampah


Domestik, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 8,
Yogyakarta.

Mulasari, SA dkk, 2016, Analisis Situasi Permasalahan Sampah Kota Yogyakarta


dan Kebijakan Penanggulangannya, Jurnal Kesehatan Masyarakat
Kemas 11 (2) (2016) xx-xx
(http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas).

Notoatmodjo, S, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Penerbit Rineka


Cipta, Jakarta.

Nurhayati, N, 2013, Pencemaran Lingkungan, Yrama Widya, Bandung.

22
23

Purwendro,S dan Nurhidayat, 2006, Mengolah Sampah untuk Pupuk dan


Pestisida Organik, Penebar Swadaya, Depok.

Rizal M, 2011, Analisis Pengelolaan Persampahan Perkotaan, Jurnal SMARTek,


Vol. 9 No. 2.

Setiadi, 2015, Perilaku Pro-Lingkungan pada Permukiman Perkotaan Studi Kasus


Pengelolaan Sampah di Kampung Sukunan-Yogyakarta, Jurnal
Wilayah dan Lingkungan, Yogyakarta.

Setiadi, 2015, Studi Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas pada Kawasan


Permukiman Perkotaan di Yogyakarta, Jurnal Wilayah dan
Lingkungan, volume 3 nomor 1, Yogyakarta.

Suyoto, B, 2008, Fenomenan Gerakan Mengelola Sampah, PT Prima Infosarana


Media, Jakarta.

UU RI No 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah

Weken M, dkk, 2015, Analisis Pengelolaan Sampah di Wilayah Tondano Raya


Tahun 2014, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi, Manado (diunduh 5 Desember 2016,
http://fkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/JURNAL-
EKA.pdf)

Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko, 2002, Menghindari, Mengolah dan


Menyingkirkan Sampah, Abadi Tandur, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai