BAB III
LUMPUR PEMBORAN
j. Media logging.
Keterangan :
Ph = tekanan hidrostatis lumpur,psia.
= densitas lumpur, ppg
D = kedalaman, ft.
Tekanan pada formasi yang diakibatkan oleh fluida saat mengalir (rumus
diatas) adalah tekanan yang dihitung dengan rumus diatas ditambah dengan
pressure loss (kehilangan tekanan) pada annulus diatas formasi yang
bersangkutan.
Gambar 3.1.
Skema Sirkulasi Lumpur Pada Sistem Pemboran Putar11)
3.1.5. Cutting Suspension
Suspensi serbuk bor merupakan kemampuan lumpur untuk menahan
cutting selama sirkulasi lumpur dihentikan, terutama dari gel strenth. Cutting
perlu ditahan agar tidak turun kebawah, karena jika mengendap kebawah akan
mengakibatkan akumulasi cutting dan pipa akan terjepit selain juga akan
memperberat rotasi permulaan dan kerja pompa untuk memulai sirkulasi kembali.
Gel yang terlalu besar dapat memperburuk kondisi lumpur bor yaitu tertahannya
45
Tabel III-1
Faktor Operasi Pemboran yang Dipengaruhi Oleh Lumpur7)
emulsi. Emulsi ini dapat terdiri dari dua jenis emulsi minyak didalam air atau
emulsi di dalam minyak.
3.2.1.1. Air
Lebih dari 75% lumpur pemboran menggunakan air, disini air dapat dibagi
menjadi dua, yaitu : air tawar dan air asin, sedangkan air asin dapat dibagi
menjadi dua, yaitu : air asin jenuh dan air air asin tak jenuh. Untuk pemilihan air
hal ini perlu disesuaikan dengan lokasi setempat, manakah yang mudah didapat
dan juga disesuaikan dengan formasi yang akan ditembus.
3.2.1.2. Emulsi
Invert emulsion adalah pemcampuran minyak dengan air dan mempunyai
kompisisi minyak 50 70 % (sebagai komponen yang kontinyu) dan air sebanyak
30 50 % (sebagai komponen diskontinyu), emulsi terdiri dari dua macam, yaitu :
Oil In Water Emulsion dan Water In Oil Emulsion
1. Oil In Water Emulsion
Disini air merupakan komponen yang kontinyu dan minyak sebagai komponen
teremulsi. Air bisa menacapai sekitar 70 % volume, sedangkan minyak sekitar
30 %
2. Water In Oil Emulsion
Disini yang merupakan komponen kontinyu adalah minyak, sedangkan
komponen yang teremulsi adalah air. Minyak bisa mencapai sekitar 50 70 %,
sedangakn air 30 50 %.
3.2.1.3. Minyak
Kalau komponen cair berupa minyak, maka minyak yang digunakan
merupakan minyak yang sudah diolah dengan sifat :
Inert solid dapat pula berasal dari formasi-formasi yang dibor dan terbawa
oleh lumpur seperti chert, pasir atau clay-clay non swelling, padatan seperti ini
50
bukan disengaja untuk menaikkan densitas lumpur dan perlu dibuang secepat
mungkin (dapat menyebabkan abrasi dan kerusakan pompa).
Sebagai contoh yang umum digunakan sebagai inert solid dalam lumpur
bor, adalah :
Barite (BaSO4)
Oksida Besi (Fe2O3)
Kalsium Karbonat (CaCO3)
Galena (PbS)
Tabel III-2
51
Tabel III-3
Kereaktifan dan Spesifik Gravitasi dari Komposisi Cairan dan Padatan 8 )
Cairan Padatan
1. Air Tawar 1. Gravitasi rendah SG = 2.5
2. Air Asin a. tidak reaktif : pasir, chert,
3. Minyak limestone, beberapa shale
4. Campuran dari cairan diatas b. Reaktif : lempung (clays)
2. Gravitasi
a. Barite, SG = 4.2
b. Bijih besi dan galena, SG = 7
Lumpur secara konvensional terdiri dari dua komponen fasa seperti yang
telah disebutkan sebelumnya, namun hingga kini telah dibuatkan formulasi secara
kimawi dengan tujuan-tujuan tertentu, yang terdiri dari organik dan inorganik.
Fasa ini lazim dikenal dengan zat-zat additif untuk lumpur pemboran. Didalam
lumpur pemboran selain terdiri atas komponen pokok lumpur, maka ditambahkan
additif yang berfungsi mengontrol dan memperbaiki sifat-sifat lumpur agar sesuai
dengan keadaan formasi yang dihadapi selama operasi pemboran. Berikut ini akan
disebutkan beberapa additif yang dimaksud.
3.2.3.1. Material Pemberat (Weighting agent)
Material pemberat adalah bahan bahan yang memiliki specific garvity
tinggi yang ditambahkan kedalam lumpur untuk menaikan densitas fluida guna
mengontrol tekanan formasi, bahan yang biasa digunakan sebagai Weighting
agent adalah sebagai berikut:
Barite (BaSO4).
Mempunyai specific gravity antara 4,2 sampai 4,6 dengan indeks
kekerasan 3. Biasanya digunakan untuk operasi pemboran yang melewati
zona gas yang bertekanan tinggi yang dangkal.
Galena (PbS).
Mempunyai specific gravity 6,8 6,9 dengan indeks kekerasan
2,5, fungsi utamanya adalah untuk usaha mematikan sumur dalam londisi
darurat apabila tekanan formasi sangat besar (mampu menghasilkan
densitas lumpur sampai 32 ppg). Dengan catatan galena bersifat beracun
(highly toxic), mahal dan memiliki problem terhadap suspensi
Calcium Carbonat (CaCO3).
Mempunyai specific gravity 2,7 dengan indeks kekerasan 3.
Digunakan untuk mendapatkan densitas 10,8 ppg, material ini digunakan
untuk lumpur jenis oil base mud. Calsium carbonate biasanya
dipergunakan untuk operasi pemboran yang dalam.
Ilmenite (FeO TiO2)
53
Slurries
Bahan ini seperti semen, diatomaceous earth dan campuran diesel-
bentonite yang digunakan untuk mengurangi lost of circulation dengan
cara memberi tekanan terhadap material pada zona hilang. Slurries
mencegah high filtrate loss yang terbentuk pada endapan dari mud cake
yang tebal dan menyumbat dinding lapisan. LCM dapat dicampurkan
kedalam slurries untuk meningkatkan effektivitas bahan yang digunakan.
Berbagai jenis dan ukuran yang dapat digunakan sebagai Lost Circulation
Material ditunjukkan pada Tabel III-5 berikut :
Tabel III-5.
Jenis dan Ukuran Material Penyumbat (Lost Circulation Material) 12)
Secara umum bahan bahan yang digunakan sebagi LCM yaitu; Fibrous
material, nut shell fine, nut shell medium, coarse, ground mica fine, ground mica
coarse dan cellophane. Mekanisme penyumbatan (LCM) diilustrasikan seperti
pada Gambar 3.2.
61
Gambar 3.2.
Mekanisme LCM 14)
3.2.3.6. Emulsifier
Emulsifier memungkinkan terjadinya dispersi mekanik dari dua macam
fluida yang tidak saling mencampur, membentuk fasa internal dan eksternal, dan
secara kimiawi membentuk emulsi yang stabil. Emulsi adalah suatu sistem
campuran dua fasa yang terdiri dari butiran minyak dalam air atau air dalam
minyak. Tabel III-1 merupakan rekomendasi untuk penggunaan diesel ataupun
crude oil sebagai emulsifier, pada dasarnya emulsifier adalah additif yang
memiliki sifat :
Heavy molecular weight soap.
Menaikkan tegangan permukaan.
Menghasilkan emulsi yang stabil.
Emulsifier bekerja cepat, tetapi tidak membentuk emulsi yang ketat.
Stabilitas listrik 350 400 volt.
Emulsifier seperti Drilling Mud Emulsifier (DME) digunakan untuk
menstabilkan emulsi oil-in-water. Dispersant seperti lignosulfonate dan lignites
juga merupakan emulsify mencapai 10 % minyak tanpa perlu menambahkan
bahan emulsifier. Soaps, polyamines dan ethylene derivatives juga digunakan
sebagai emulsifiers. Campuran modified tall oil juga digunakan sebagai primary
emulsifier untuk emulsi water-in-oil dan juga untuk menstabilkan emulsi serta
meningkatkan suspensi serta mengurangi filtration loss.
62
Secara umum penggunaan additif dan tujuannya dapat dilihat pada Tabel
III-6.
Tabel III-6.
Bahan bahan Additif Lumpur Pemboran 18)
ADDITIF FUNGSI
Bentonite Menaikkan viskositas.
Barite Menaikkan berat jenis.
64
c. Galena SG = 7,0
d. Bijih Besi SG = 7,0
Sedangkan untuk memperkecil atau mengurangi densitas lumpur bor, pada
umumnya dipakai addictife seperti :
a.air
b. minyak
Cara lain untuk memperkecil densitas adalah dengan jalan mengurangi
kadar padatan di permukaan. Permukaan densitas lumpur dapat dilakukan dengan
satu sirkulasi dan viscositasnya harus kecil, karena dengan penambahan berat
lumpur terjadi kenaikan viscositas. Densitas lumpur bor akan dipengaruhi oleh
temperatur, densitas akan turunjika temperatur naik. Besarnya densitas lumpur
akan menentukan tekanan hidrostatik dari kolom
lumpur, berdasar persamaan berikut :
Pm 0.052 m depth (3-3)
dimana :
Pm = tekanan hidrostatik kolom lumpur, psi.
m = densitas lumpur, ppg.
Depth = kedalaman, f.
Tabel III-7
Densitas Komponen Lumpur13)
66
Fluida Newtonian
67
Gambar 3.3.
Shear Stress Vs Shear Rate untuk Fluida Newtonian8)
Gambar 3.4.
Kurva Viskositas Vs Shear rate untuk Fluida Non Newtonian 7)
= 5,007 x C . ..(3.4)
= 1,704 x RPM ... (3.5)
keterangan :
= shear stress, dyne/cm2
= shear rate, detik-1
C = dial reading, derajat
RPM = revolution per minute dari rotor
\
69
Gambar 3.5.
Skema Marsh funnel dan Fann VG Meter
(300 x C)
Va = ... (3.7)
RPM
70
Gambar 3.6.
Plot Model Bingham Plastik 7 )
Gambar 3.7.
Perbedaan Tipe Progresive Gel dan Fragile Gel7)
Kenaikan Yp yang berlebihan adalah akibat flukolasi YP yang tinggi baik untik
pembersihan lubang, tetapi akan menimbulkan kehilngan tekanan yang besar.
Yeild point merupakan salah satu komponen yang menyebabkan
keengganan fluida untuk mengalir, dimana besaran ini merupakan hasil dari gaya
tarik-menarik antar partikel di dalam Lumpur yang dinyatakan dalam satuan
lb/100ft3. gaya tarik-menarik ini berasal dari muatan negatif dan positif yang
terletak di atas atau berdekatan dengan permukaan partikel. Besaran ini diukur
dalam kondisi yang dinamis,berbeda dengan gaya agar diukur pada kondisi statis.
Besarnya gaya ini tergantung dari :
- Sifat-safat permukaan pada Lumpur.
- Konsentrasi volume padatan.
- Lingkungan listrik dan padatan.
Kenaikkan yield point terjadi karena :
- Kerena kemasukan kontaminan yang dapat larut seperti, mosalnya garam,
semen,anhydrite atau gypsum yang menetralisi muatan negatif partikel-partikel
clay.
- Karena kemasukan padatan lembab ke dalam sistem hal ini akan menyebabkan
karak antar partikel semakain dekat sehingga gaya tarik-menarik semakin
membesar.
- Karena mengebor shale yang daoat menrhidrate atau juga mengebor clay yang
mengakibatkan penambahan padatan reaktif ke dalam sisitem sehingga
meningkatkan gaya tarik-menarik yang disebabkan oleh peningkatan jumlah
muatan dan semakan dekatnya jarak antar partikliel.
3.3.5. Ph Lumpur
pH dipakai untuk menentukan tingkat kebasaan dan keasaman dari
lumpur bor. PH dari lumpur yang dipakai berkisar antara 8,5 sampai 12. jadi
lumpur pemboran yang digunakan adalah dalam suasana basa. Kalau lumpur bor
dalam suasana asam maka cutting yang keluar dari lubang bor akan halus atau
hancur, sehingga tidak dapat ditentukan batuan apakah yang ditembus oleh mata
75
bor. Dengan kata lain sulit untuk mendapatkan informasi dari cutting. Selain dari
pada itu peralatan-peralatan yang dilalui oleh lumpur saat sedang sirkulasi atau
tidak mudah berkarat. Kalau lumpur bor terlalu basa juga tidak baik, karena
karena akan menaikkan viskositas dan gel strength dari lumpur.
Alat yang digunakan untuk mengukur pH lumpur adalah sebagai berikut :
a. pH indikator
Sering juga dikatakan kertas lakmus atau pH paper.
b. pH meter
dengan mencelupkan alat pH meter maka akan diketahui berapa pH dari
lumpur tersebut.
Filtrat yang berupa air akan meng hambat aliran minyak dari formasi
kedalam lubang sumur jika filtrat dari lumpur banyak.
d. Differential sticking
Seiring dengan banyaknya filtration loss maka mud cake dari lumpur akan
tebal. Diwaktu sirkulasi berhenti ditambah lagi deengan berat jenis
lumpuryang besar, maka drill collar yang terbenam didalam mud cake serta
lumpur akan menekan dengan tekanan hidrostatik yang besar ke dinding
lubang.
e. channeling pada semen.
Di waktu penyemenan, mud cake yang tebal kalau tidak dikikis akan
menyebabkan ikatan antara semen dengan dinding lubang tidak baik.
Oleh sebab itu filtration loss perlu diatasi ,dengan selalu mengadakan
pengukuran tentang filtration loss dan mud cake lumpur bor. Untuk mencegah
filtration loss dan mud cake agar tidak membuat membuat problema, maka
dibatasi filtration loss maksimal 6,5 cc dan tebal mud cake maksimal 2 mm.
Alat untuk mengukur filtration loss dan mud cake yang umum adalah
standar filtration press (Gambar 3.7) , terdiri dari :
1. Mud cup
2. Gelas ukur
3. Tabung sumber tekanan
4. Kertas saringan
77
Rate filtrasi atau water loss tergantung pada komposisi yang digunakan,
temperatur dan besarnya tekanan yang digunakan. Rate fitrasi diukur dalam suatu
filter cell pada temperatur permukaan dan pada perbedaan tekanan sebesar 120
psi. Hasil dari pengukuran ini adalah sebagian dasar perbandingan antara lumpur-
lumpur yang berbeda atau dengan lain perkataan hasilnya hanyalah bersifat
kumulatif.
Laju filtrasi dihiting dengan menggunakan rumus :
V= cxt . (3.11)
keterangan :
V : Volume filtrat, cc
T : Waktu filtrasi, menit
C : Konstanta yang sebanding denggan filtration loss.
Jadi volume filtrat adalah sebanding dengan akar dari waktu yang dalam hal ini
mempunyai pengertian bahwa water loss memerlukan waktu.
Untuk pengukuran laboratorium, filtration loss diukur dengan standard
filter pressure, dimana lumpur ditempatkan dalam suatu tabung dan pada dasarnya
berupa berupa filter kertas tertentu dan diatas lumpur diberi tekanan udara (gas).
78
Untuk ini baik volume filtrat maupun tebal mud cake dilaporkan dalam percobaan
API filtration rate (statis) dalam cc filtrat / 30 menit pada perbedaan tekanan
sebesar 100 psig. Mud cake biasanya diukur dalam satuan serertiga puluh inci.
Pengukuran diatas sebenarnya bersifat kondisi statis, yang berlaku jika
sirkulasi dan pemboran berhenti yang tertentu lain dengan kondisi bila ada
sirkulasi dan pahat menghancurkan mud cake yang terjadi. Fluid loss melalui
suatu filter dapat dicari dengan rumus :
2 cp1-b x t
V=
b.ro.w
(3.12)
Keterangan :
V = volume filtrat, cc
C = konstanta yang sebanding dengan filtration loss.
P = tekanan pendorong (driving pressure), psi
Ro = konstanta yang dipengaruhi oleh tekanan pengalihan filtrat per menit
berat solid dalam filtrat cake.
B = konstanta kompressibilitas filter cake.
T = waktu titrasi, menit.
b = viskositas cairan filtrat, cp.
W = berat bahan padat per menit volume dari filtrat yang dihasilkan, gr.
Persamaan diatas menyatakan bahwa filtrat sebanding dengan akar
pangkat dua dari waktu filtrasi dan tebal filter cake dengan fluids loss. Dalam
praktek ternyata bahwa untuk static filtration loss berlaku hubungan :
V2= V1 t 2 / t1 .. (3.13)
Keterangan :
V1,V2 = filtration loss pada waktu t1 dan t2 dalam cc.
T1 , T2 = waktu test filtrasi dalam menit.
Rumus diatas berlaku sebelum terbentuknya mud cake, telah ada semprotan dan
spurt dan hal ini tidak dihitung bila temperatur kedua test sama. Bila temperatur
test tidak sama, maka perlu korelasi sebagai berikut :
V2 = V1 1 / 2 ... (3.14)
79
Keterangan :
1, 2 = viskositas cairan pada temperatur t1 dan t2 dalam cp.
Outmans membuat suatu rumusan untuk dynamic filtration loss yang
melukiskan suatu loss dari fluida setelah mud cake mencapai ketebalan tertentu
(keseimbangan dalam ketebalan ) yaitu :
K / f v 1
V= . (3.15)
L d ( v 1)
Keterangan :
V = rate aliran fluida loss, fps.
K = permeabilitas filter cake (diukur dari statistik fluid loss), md.
L = viskositas cairan filtrat, cp.
F = koefisien geseran antara partikel padat dengan filter cake (ditentukan
secara emperis)
d = ketebalan lapisan permukaan filter cake setelah tercapai keseimbangan
dengan erosi yang dideritanya, ft.
Sedangkan shear force (psi) ditentukan dengan persamaan :
Y V .p
0,02083 .. (3.16)
225 1500 D
keterangan :
Y = yield point, lb/100ft
V = kecepatan aliran fluida, fps.
p = plastic viscosity, cp
D = diameter saluran, ft
Filter loss yang besar mempunyai efek buruk terhadap formasi maupun
lumpurnya, karena dapat menyebabkan terjadinya formation damage
(pengurangan permeabilitas efektif minyak/gas) dan lumpur akan kehilangan
banyak cairan.
Filter loss yang besar dalam lumpur dapat dicegah dengan penambahan :
1. Koloid (bentonite)
2. Starch, CMC Driscose
3. Minyak (buruk terhadap dynamic loss)
80
Tabel III-8
Klasifikasi Lumpur Pemboran8)
82
G. Calcium Mud
Lumpur ini mengandung larutan kalsium (disengaja). Kalsium biasanya
ditambahkan dalam bentuk slaked lime (kapur mati), semen, palster (CaSO 4 di
pasaran) atau CaCl2, tetapi dapat pula digunakan anhydrite dan gypsum.
neagatif bagi kestanilan lumpur ini. Untuk mengontrol viskositas, menaikkan gel
strength, mengurangi efek kontaminasi air dan mengurangi filtrate loss, perlu
ditambahkan zat-zat kimia.
Faedah oil in base mud didasarkan pada kenyataan bahwa filtratnya adalah
minyak karena itu tidak akan menghidratkan shale atau clay yang sensitive baik
terhadap formasi biasa maupun formasi produktif (jadi juga untuk completion
mud). Guna terbesar adalah pada saat komplesi dari work over sumur. Kegunaan
lain adalah untuk melepaskan drillpipe yang terjepit, sehingga mempermudah
pemasangan casing dan liner.
Oil base mud ini harus ditempatkan pada suatu tangki besi untuk
menghindarkan kontaminasi air, rig harus dipersiapkan agar tidak kotor dan
bahaya api berkurang.
Oil base emulsion dan lumpur oil base mempunyai minyak sebagai fasa
kontinyu dan air sebagai fasa terbesar. Umumnya oil base mud, yaitu filtratnya
minyak dan karena itu tidak menghidratkan shale atau clay yang sensitive.
Perbedaan utamanya dengan oil base mud adalah bahwa air ditambahkan sebagai
tambahan yang berguna (bukan kontaminan). Air yang teremulsi dapat antara 15
50 % volume, tergantung densitas dan temperatur yang diinginkan (dihadapi
dalam pemboran). Karena air merupakan bagian dari lumpur ini, maka lumpur ini
mempunyai sifat-sifat lain dari oil base mud, yaitu dapat mengurangi bahaya api,
toleran pada air, dan pengontrolan flow properties-nya dapat seperti pada water
base mud.
bahaya api. Lumpur ini juga baik untuk completion pada zona-zona dengan
tekanan rendah.
Suatu cara pertengahan antara lumpur cai dengan gas adalah aerated mud
drilling dimana sejumlah besar udara (lebih besar 95%) ditekan pada sirkulasi
lumpur untuk menurunkan tekanan hidrostatik (untuk zona lost circulation),
mempercepat pemboran dan mengurangi biaya pemboran.