Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi bakteri menahun

yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis, suatu basil tahan asam

yang ditularkan melalui udara (Asih, 2004). Penyakit ini ditandai dengan

pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Komplikasi

Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan

komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis dan TB

usus.

Penyakit ini dapat diderita oleh setiap orang, tetapi paling sering

menyerang orang-orang yang berusia antara 15 35 tahun, terutama

mereka yang bertubuh lemah, kurang gizi atau yang tinggal satu rumah

dan berdesak-desakan bersama penderita TBC. Lingkungan yang lembap,

gelap dan tidak memiliki ventilasi memberikan andil besar bagi seseorang

terjangkit TBC.

Penderita tuberkulosis di kawasan Asia terus bertambah. Sejauh

ini, Asia termasuk kawasan dengan penyebaran tuberkulosis (TB)

tertinggi di dunia. Setiap 30 detik, ada satu pasien di Asia meninggal

dunia akibat penyakit ini. Sebelas dari 22 negara dengan angka kasus TB

tertinggi berada di Asia, di antaranya Banglades, China, India, Indonesia,

1
dan Pakistan. Empat dari lima penderita TB di Asia termasuk kelompok

usia produktif (Kompas, 2007). Di Indonesia, angka kematian akibat TB

mencapai 140.000 orang per tahun atau 8 persen dari korban meninggal di

seluruh dunia. Setiap tahun, terdapat lebih dari 500.000 kasus baru TB,

dan 75 persen penderita termasuk kelompok usia produktif. Jumlah

penderita TB di Indonesia merupakan ketiga terbesar di dunia setelah

India dan China.

Berdasarkan data rekapitulasi kasus TB di Puskesmas Bangetayu

tahun 2012 jumlah penduduk dengan BTA+ 35 jiwa. Namun, pada tahun

tahun 2013 terjadi peningkatan dengan jumlah penduduk yang BTA+

sejumlah 52/52.655 jiwa. Awal tahun 2014 ini sudah tercatat 9 jiwa yang

ditemukan BTA+.

Upaya penanggulangan TB sudah dikembangkan sejak tahun 1995

oleh WHO, yang dikenal sebagai strategi DOTS (Directly observed

Treatment Short-course) dan telah terbukti sebagai penanggulangan yang

secara ekonomis paling efektif.

1.2. Rumusan Masalah

Apa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit

tuberkulosis berdasarkan pendekatan H.L. Blum?

2
1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap TB berdasarkan pendekatan HL Blum.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor perilaku

yang mempengaruhi terjadinya TB.

1.3.2.2. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor

pelayanan kesehatan yang mempengaruhi terjadinya

TB.

1.3.2.3. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor

kependudukan yang mempengaruhi terjadinya TB.

1.3.2.4. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor

lingkungan yang mempengaruhi terjadinya TB.

1.3.2.5. Mengetahui dan memperbaiki pengetahuan mengenai

penyakit TB

1.4. Manfaat

1.4.1. Bagi Masyarakat :

1.4.1.1. Masyarakat mengetahui apa yang dimaksud tuberkulosis .

3
1.4.1.2. Masyarakat mengetahui apa yang menjadi faktor risiko

tuberkulosis.

1.4.1.3. Masyarakat mengetahui alternatif pencegahan tuberkulosis.

1.4.2. Bagi Mahasiswa :

1.4.2.1. Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang

ada di lapangan

1.4.2.2. Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai

penemuan masalah sampai memberikan alternatif pemecahan

masalah.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi dan Etiologi Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

kuman Mycobacterium tuberculosa yang bersifat tahan asam. Basil

tuberkulosis yang termasuk dalam genus Mycobacterium, suatu anggota dari

famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetalis.

Mycobacterium tuberculosa menyebabkan sejumlah penyakit berat pada

manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering (Heinz, 2003). Menurut

Atmosukarto (2000), kuman tuberkulosis dapat bertahan hidup pada

tempat yang sejuk, lembab, gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun-

tahun lamanya. Tetapi kuman tuberkulosis akan mati bila terkena sinar

matahari, sabun, lisol, karbol dan panas api (Nurhidayah, 2007).

Tuberkulosis primer terjadi pada individu yang terpapar pertama kali

dengan kuman tuberkulosis, sedangkan tuberkulosis paru kronik (reaktivasi

atau pasca primer) adalah hasil reaktivasi infeksi tuberkulosis pada suatu

fokus dorman yang terjadi beberapa tahun lalu. Faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap reaktivasi belum dipahami secara keseluruhan

(Handayani, S. 2002). Organ tubuh yang paling banyak diserang tuberkulosis

adalah paru, TB dapat juga menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang, dan

selaput otak. TBC menular melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh

orang sehat. Pada sedikit kasus, TBC juga ditularkan melalui susu. Pada

5
keadaan yang terakhir ini, bakteri yang berperan adalah Mycobacterium bovis

( Anonim,2007).

2.2. Epidemiologi

Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun

1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara

0,2% - 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global

yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada

tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46%

diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru. Perkiraan prevalensi,

insidensi dan kematian akibat TBC dilakukan berdasarkan analisis dari semua

data yang tersedia, seperti pelaporan kasus, prevalensi infeksi dan penyakit,

lama waktu sakit, proporsi kasus BTA positif, jumlah pasien yang mendapat

pengobatan dan yang tidak mendapat pengobatan, prevalensi dan insidens

HIV, angka kematian dan demografi (Anonim, 2005).


Dari data tahun 1997-2004 (Tabel Identifikasi Kasus 1997-2004 dan

Tingkat Pelaporan 1995-2000) terlihat adanya peningkatan pelaporan kasus

sejak tahun 1996. Yang paling dramatis terjadi pada tahun 2001, yaitu tingkat

pelaporan kasus TBC meningkat dari 43 menjadi 81 per 100.000 penduduk,

dan pelaporan kasus BTA positif meningkat dari 25 menjadi 42 per 100.000

penduduk. Sedangkan berdasarkan umur, terlihat angka insidensi TBC secara

perlahan bergerak ke arah kelompok umur tua (dengan puncak pada 55-64

tahun), meskipun saat ini sebagian besar kasus masih terjadi pada kelompok

umur 15-64 tahun (Anonim, 2005).

6
2.3. Cara Penularan

Sumber penularan adalah TB BTA positif, pada waktu batuk atau

bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak

(droplet nuclei). Sekali batuk dapat dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan

dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak

berada dalam waktu lama. Ventilasi dapat mengurangi percikan, sementara

sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan

selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab (DepKes RI,

2006).

Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan

oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara

tersebut. Resiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan

darah, makin tinggi derajat kepositifan hasil pemerksaan dahak, makin

menular pasien tersebut. Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi

sakit TB. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien

TB adalah daya tahan tubuh rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan

malnutrisi (gizi buruk) (DepKes RI, 2006).

2.4. Patogenesis

2.4.1. Infeksi Primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali

dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya,

sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan

terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana.

7
Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan

cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di

dalam paru, saluran linfe akan membawa kuma TB ke kelenjar linfe

disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu

antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer

adalah 4 - 6 minggu (Anonim, 2007)


Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya

perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan

setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya

respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi

daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman

TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai

kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan

tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya

dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita

Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai

terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan

(Anonim, 2007)

2.4.2. Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB)

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa

bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan

tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk.

8
Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang

luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura (Anonim, 2007)

2.5. Klasifikasi

Pada penyakit tuberkulosis dapat diklasifikasikan yaitu tuberkulosis

paru dan tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis paru merupakan bentuk yang

paling sering dijumpai yaitu sekitar 80% dari semua penderita. Tuberkulosis

yang menyerang jaringan paru paru ini merupakan satusatunya bentuk dari

TB yang mudah tertular (Hiswani, 2004).

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) Tb paru dibagi dalam :

2.5.1 Tuberculosis paru BTA positif

a. Sekurang kurangnya 2 dari 3 spesimen

dahak menunjukkan hasil BTA positif.

b. Hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak

menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan

gambaran tuberculosis aktif.

c. Hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak

menunjukkan BTA positif dan biakan positif.

2.5.2 Tuberkulosis paru BTA negatif

a. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan

BTA negatif, gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukkan

tuberculosis aktif.

9
b. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan

BTA negatif dan biakan M. tuberculosis positif.

Berdasarkan tipe penderita dilihat dari riwayat pengobatan

sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita yaitu :

2.5.3 Kasus baru

Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau

pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.

2.5.4 Kasus kambuh (relaps)

Adalah penderita tuberculosis yang sebelumnya pernah

mendapat pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau

pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil

pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.

2.5.5 Kasus defaulted atau drop out

Adalah penderita yang telah menjalani pengobatan paling

kurang 1 bulan dan berhenti 2 bulan sebelum masa pengobatan selesai.

Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak

BTA positif (Depkes, 2001).

2.5.6 Kasus gagal

Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau

kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum

akhir pengobatan)atau akhir pengobatan.

10
2.5.7 Kasus kronik

Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif

setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan

pengawasan baik.

2.5.8 Kasus bekas TBC

a. Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga

negatif bila ada) dan gambaran radiologis paru menunjukkan lesi

TBC yang tidak aktif atau foto serial menunjukkan gambaran yang

menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.

b. Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan

dan telah mendapatkan pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto

toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.

Tuberkulosis ekstra paru merupakan bentuk penyakit TBC yang

menyerang organ tubuh lain, selain paruparu seperti pleura, kelenjar limpe,

persendian tulang belakang, saluran kencing, susunan syaraf pusat dan pusat.

Pada dasarnya penyakit TBC ini tidak pandang bulu karena kuman ini dapat

menyerang semua organ organ dari tubuh (Hiswani, 2004).

Menurut Depkes (2006) TB ekstra paru dibagi berdasarkan pada

tingkat keparahan penyakitnya yaitu TB ekstra paru ringan dan TB ekstra

paru berat. Menurut Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II (Bahar, 2001) di

11
Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah berdasarkan kelainan

radiologis dan mikrobiologis :

1. Tuberculosis paru

2. Bekas tuberculosis

3. Tuberculosis paru tersangka

2.6. Gejala dan Diagnosa Tuberkulosis

Gejala utama psaien TB paru adlah batuk berdahak selama 2-3

minggu atau lebih. Gejala umum yang lainnya adalah dahak bercampur darah,

batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan

menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam

meriang lebih dari satu tahun (DepKes RI, 2006).


Diagnosa tuberkulosis paru dapat ditegakkan dengan pemeriksaan

dahak SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu) diperiksa dalam waktu 2 hari. Seseorang

terkena TB paru dikatakan apabila pada pemeriksaan dahak SPS ditemukan

kuman BTA, penemuan BTA melalui pemeriksan dahak mikroskopis

merupakan diagnosa utama. Tidak dibenarkan mendiagnosa TB paru hanya

berdasarkan pemeriksaan foto thoraks saja, karena tidak selalu memberikan

gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis

(DepKes RI, 2006).

12
Agar lebih jelas, adapun alur diagnose TB paru sebagai berikut :

Diagram 1. Alur diagnosis TB

BAB III

13
ANALISA SITUASI

3.1. Cara dan Waktu Pengamatan

Pengamatan kasus TB dilakukan berdasarkan data kunjungan

pasien terdiagnosis TB di Puskesmas Bangetayu periode Januari-Februari

2014. Anamnesa awal kepada pasien dan kunjungan rumah untuk

mengamati kondisi lingkungan, perilaku pasien, dan keluarga pasien

dilakukan di Bangetayu Wetan RT. 02/ RW 03 pada tanggal 13 Februari

2014.

3.2. Analisa Situasi

2.2.1. Data Wilayah

Batas Wilayah Puskesmas Bangetayu

Utara : Kelurahan Bandardowo

Barat : Kelurahan Muktiharjo Lor

Selatan : Kecamatan Pedurungan

Timur : Kabupaten Demak

2.2.2. Luas Wilayah

Luas wilayah kerja Puskesmas Bangetayu adalah 11,67 km2,

dengan jumlah penduduk 52.665 jiwa. Jumlah kelurahan di

wilayah kerja Puskesmas Bangetayu adalah 6 (enam) kelurahan.

Puskesmas Induk Bangetayu mempunyai 2 Puskesmas Pembantu

yaitu Pustu Kudu dan Pustu Karangroto.

14
Tabel 1. Jumlah luas wilayah dan Jumlah Penduduk

No. Kelurahan Luas Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah


Wilayah RT RW KK Penduduk
(km2)
1. Bangetayu 1.7854 70 6 3.327 14.487
Kulon
2. Bangetayu 1.85296 61 6 2.429 8.876
Wetan
3. Sembung Harjo 2.5035 60 8 2.385 9.748
4. Penggaron Lor 1.54174 25 4 1.306 4.872
5. Kudu 1.8393 48 7 1.976 6.417
6. Karangroto 2.14656 81 11 2.904 10.255
JUMLAH 11,66946 345 42 14.318 52.655

3.3. Observasi

Pengamatan dilakukan secara langsung di rumah pasien, Bangetayu

Wetan RT. 02/ RW 03 pada tanggal 13 Februari 2014.

3.4. Identitas Pasien

Data diperoleh dari observasi langsung (home visit), wawancara

dengan pasien dan catatan medis selama pasien berobat.

Nama : Tn. H

Umur : 33 th

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Bangetayu Wetan RT. 02/ RW 03

Agama : Islam

Tanggal Berobat : 7 Februari 2014

3.4.1. Keluhan Pasien

15
Batuk berdahak 1 tahun

3.4.2. Anamnesis
a. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh batuk berdahak sudah 1 tahun. Pasien

sudah minum obat batuk yang dibeli di warung tetapi tidak sembuh.

1 bulan terakhir selain batuk berdahak, pasien juga badannya panas

dan berkeringat saat malam hari, nafsu makan menurun, berat badan

menurun. kemudian pasien berobat ke Puskesmas Bangetayu dan

disarankan untuk cek BTA. Dan BTA pasien ternyata (+) kemudian

disarankan mengikuti pengobatan rutin.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Pasien tidak

memiliki riwayat alergi

c. Riwayat Keluarga
Anggota keluarga pasien ada yang pernah didiagnosa TB

2 tahun yang lalu yaitu adik pasien. Menjalani pengobatan rutin

selama 6 bulan di Puskesmas Bangetayu setelah itu dilakukan

pemeriksaan BTA hasilnya sudah negatif. Adik pasien berumur 28

tahun, tidak tinggal serumah dengan pasien.


d. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal serumah dengan istri,anak, dan kedua orangtua

pasien. Pasien bekerja sehari hari sebagai wiraswasta. Biaya

pengobatan ditanggung Jamkesmas.

16
3.5. Identitas Keluarga

Tabel 2. Data Identitas Anggota Keluarga

No. Anggota Hub. Jenis Umur Pendidika Pekerjaan Agam


Keluarg Dgn Kelamin n a
a pasien
1. Tn. H Pasien Laki- 33 th SMA Wiraswasta Islam
Laki
2. Ny. S Istri Perempu 30 th SMA Swasta Islam
an
3. An. A Anak Laki-laki 6 th TK Islam

3.6. Data Lingkungan

a. Data Individu :

Pasien usia 33 th, Kepala Rumah Tangga, Wiraswasta, tinggal serumah

dengan istri, anak dan kedua orangtua pasien.

b. Ekonomi

Pasien bekerja sebagai wiraswasta , istri bekerja sebagai pegawai

swasta dan anaknya masih bersekolah. Pasien berobat dengan biaya

jamkesmas.

c. Lingkungan Rumah

Rumah pasien luasnya 7m x 10m = 70 m 2 yang dihuni oleh 5 orang

sehingga didapatkan kepadatan rumah 14 m2/orang. Rumah pasien

terdapat jendela tetapi tidak bisa dibuka sehingga ventilasi hanya dari

pintu yang terbuka dan lubang di atas jendela. Lantai rumah bagian

depan sebagian keramik, lantai rumah bagian belakang semen dan

lantai rumah bagian atas kayu. Lingkungan sekitar rumah padat. Pasien

kadang kadang tidur di lantai dengan kasur tanpa dipan dan di dalam

17
kamar terdapat kipas angin sehingga apabila kipas angin dinyalakan

maka debu akan semakin beterbangan memenuhi ruangan. Pembuangan

sampah di dalam rumah diletakkan di kantong plastik di dapur.

Pengambilan air bersih dari air titis. Pasien mempunyai bak tandon

untuk menampung air bersih. Pasien memiliki WC/jamban, sehari hari

jika BAB di rumah.

d. Masyarakat

Keluarga pasien hubungan dengan tetangganya baik, dan hubungan

dengan orang lain baik. Tetangga pasien tidak ada yang menderita sakit

TB.

3.7. Data Perilaku

Pasien sehari-hari bekerja sebagai wiraswata (penjual gas elpiji) ,

istirahat cukup, makan teratur, pasien makan sering memasak sendiri di

rumah. Memasak air dari air titis dan bahan makanan dari pasar.

3.8. Data Akses Pelayanan yang Terdekat

Akses pelayanan terdekat adalah Puskesmas Bangetayu. Cara

tempuh dengan kendaran pribadi (motor)

18
3.9. Data Genetika

Keterangan Gambar:
: tanda gambar untuk jenis kelamin laki-laki
: tanda gambar untuk jenis kelamin perempuan
: tanda gambar yang menunjukkan pasien

: tanda gambar yang menunjukkan telah meninggal


: tanda gambar yang menunjukkan tinggal serumah
:tanda gambar yang menunjukkan keluarga pasien
dengan keluhan serupa

BAB IV

19
MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

4.1. Analisa Penyebab Masalah

Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya infeksi TB


maupun timbulya penyakit TB pada kasus ini :
4.1.1. Perilaku
Data tentang perilaku pasien diperoleh dari autoanamnesa
kepada pasien dengan melakukan kunjungan ke rumah pasien. Perilaku
pasien sangat erat hubungannya dengan mudahnya terkena infeksi
kuman tuberkulosis. Berdasarkan data, terdapat beberapa perilaku yang
berpengaruh terhadap terjadinya kasus Tuberkulosis antara lain :

a. Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyebab dan gejala


penyakit TB.
b. Pasien dan anggota keluarga makan 3x sehari dengan menu
seadanya, terkadang tanpa memperhatikan kandungan gizinya.
c. Kurangnya kesadaran pasien dan anggota keluarga akan pentingnya
membuka jendela setiap hari
d. Pasien memiliki kebiasaan merokok baik di dalam maupun di luar
rumah
e. Pasien dan anggota keluarga memiliki kebiasaan membersihkan
rumah tidak teratur
4.1.2. Lingkungan
a. Kepadatan rumah
Secara umum penilaian kepadatan penghuni dengan
menggunakan ketentuan standar minimum, yaitu kepadatan
penghuni yang memenuhi syarat kesehatan diperoleh dari hasil bagi
antara luas lantai dengan jumlah penghuni 10m2/ orang.
Berdasarkan data hasil pengamatan didapatkan luas tanah 7m
x 10m = 42m2 yang dihuni oleh 5 orang dengan jumlah kamar 2
sehingga didapatkan kepadatan rumah 14m2/orang. Hal ini
menunjukkan kepadatan rumah pasien memenuhi syarat.
Kepadatan penghuni dalam satu rumah akan memberikan
pengaruh bagi penghuninya. Luas rumah yang tidak sebanding

20
dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan
(overcrowded). Hal ini tidak sehat karena disamping menyebabkan
kurangnya konsumsi oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga
terkena penyakit infeksi yang menular maka anggota keluarga yang
lain akan tertular juga.

b. Lingkungan rumah
Berdasarkan survei lingkungan rumah pasien didapatkan :

1) Ventilasi
Fungsi ventilasi adalah untuk proses pertukaran aliran
udara dan sinar matahari yang masuk kedalam rumah, agar kuman
tidak berkembang dengan cepat.
Menurut indikator pengawasan rumah, luas ventilasi yang
memenuhi syarat kesehatan adalah 10% luas lantai rumah dan
luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah <
10% luas lantai rumah. Pada kasus ini rumah penderita memiliki
jendela tetapi jendela tersebut tidak bisa dibuka sehingga udara
didalam ruangan terasa pengap. Ventilasi didapat dari pintu rumah
yang dibuka.
2) Pencahayaan
Pada rumah pasien, pencahayaan masih kurang, karena
cahaya yang masuk hanya berasal dari pintu rumah yang dibuka.
Kamar tidur pasien dan keluarga kurang mendapat cahaya
matahari yang cukup karena tidak terdapat jendela yang bisa
dibuka.
3) Kelembaban
Rumah pasien kelembabannya tinggi karena udara yang
masuk terbatas dan pencahayaan juga kurang.
c. Sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi dapat mempengaruhi lingkungan dan

perilaku yang dapat berpengaruh pada penularan tuberkulosis. Sosial

ekonomi yang kurang dapat membuat orang tidak dapat hidup layak

dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan. Pasien bekerja sebagai

21
wiraswasta (penjual gas elpiji), sedangkan istri bekerja sebagai

pegawai swasta. Berdasarkan hasil survey, pasien berobat dengan

menggunakan kartu jamkesmas.


4.1.3. Genetik
Penyakit TB bukan merupakan penyakit genetik
4.1.4. Pelayanan kesehatan
Rumah pasien dekat dengan tempat pelayanan kesehatan yaitu

dekat dengan Puskesmas Bangetayu.

Genetik :

Tidak ada masalah


Perilaku:

Lingkungan: Kurangnya pengetahuan pasien


tentang penyebab dan gejala penyakit
Tidak tedapat ventilasi yang TB.
Pasien memiliki kebiasaan merokok

TB
memnuhi syarat sehingga
pencahayaan kurang dan baik di dalam maupun di luar rumah
Pasien dan anggota keluarga makan 3x
lembab sehari dengan menu seadanya,
terkadang tanpa memperhatikan
Sosial ekonomi
kandungan gizinya.
Kurangnya kesadaran pasien dan
Kesan status ekonomi
anggota keluarga akan pentingnya
pasien kurang, tetapi biaya membuka jendela setiap hari
pengobatan sudah Pasien dan anggota keluarga
menggunakan Jamkesmas Pelayanan Kesehatan: memiliki kebiasaan
membersihkan rumah tidak
Adik pasien pernah menderita
Jarak2. Diagram
Diagram pelayananHL
kesehatan
Blum denganteratur
TB rumah pasien tidak terlalu jauh
dengan Puskesmas Halmahera
22
4.2. Penyebab Masalah
Penyebab masalah yang ditemukan :

1. Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyebab dan gejala penyakit

TB.
2. Pasien memiliki kebiasaan merokok baik di dalam maupun diluar

rumah
3. Pasien dan anggota keluarga makan 3x sehari dengan menu seadanya,

terkadang tanpa memperhatikan kandungan gizinya.


4. Kurangnya kesadaran pasien dan anggota keluarga akan pentingnya

membuka jendela setiap hari

5. Pasien dan anggota keluarga memiliki kebiasaan membersihkan rumah

tidak teratur

6. Tidak tedapat ventilasi yang memenuhi syarat sehingga pencahayaan

kurang dan lembab


7. Keadaan sosial ekonomi kurang

8. Adik pasien pernah menderita TB

4.3. Prioritas Penyebab Masalah

23
Untuk menentukan prioritas penyebab masalah digunakan analisis paired
comparison berikut :

Tabel 3. Prioritas penyebab masalah dengan metode Paired Comparison

Masalah 1 2 3 4 5 6 7 8

1. Kurangnya pengetahuan 2 1 4 5 6 1 8 2

pasien tentang penyebab

dan gejala penyakit TB.


2. Pasien memiliki 2 4 5 6 2 8 3

kebiasaan merokok baik

di dalam maupun diluar

rumah
3. Pasien dan anggota

keluarga makan 3x 4 5 6 3 8 1

sehari dengan menu

seadanya, terkadang

tanpa memperhatikan

kandungan gizinya.
4. Kurangnya kesadaran 4 6 4 4 6

pasien dan anggota

keluarga akan

pentingnya membuka

jendela setiap hari


5. Pasien dan anggota

keluarga memiliki 6 5 8 4

kebiasaan membersihkan

24
rumah tidak teratur

6. Tidak tedapat ventilasi

yang memenuhi syarat 6 6 7

sehingga pencahayaan

kurang dan lembab

7. Keadaan sosial ekonomi 8 0

kurang

8. Adik pasien pernah 5


menderita TB

Dari Paired Comparison diatas didapatkan prioritas penyebab masalah


sebagai berikut :

1. Tidak tedapat ventilasi yang memenuhi syarat sehingga

pencahayaan kurang dan lembab


2. Kurangnya kesadaran pasien dan anggota keluarga akan pentingnya

membuka jendela setiap hari

3. Adik pasien pernah menderita TB

4. Pasien dan anggota keluarga memiliki kebiasaan membersihkan

rumah tidak teratur

5. Pasien memiliki kebiasaan merokok baik di dalam maupun diluar

rumah
6. Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyebab dan gejala

penyakit TB.
7. Pasien dan anggota keluarga makan 3x sehari dengan menu

seadanya, terkadang tanpa memperhatikan kandungan gizinya.

25
Tabel Pareto

NILAI %
MASALAH NILAI %
KUMULATIF KUMULATIF

1 7 25 % 7 25 %

2 6 21,4 % 13 46,4 %

3 5 17,9 % 18 64,3 %

4 4 14,3 % 22 78,6 %

5 3 10,7 % 25 89,3 %

6 2 7,1 % 27 96,4 %

7 1 3,6 % 28 100 %

Grafik Diagram Pareto

26
Dari hasil analisa Pareto didapatkan bahwa dengan mengatasi

penyebab masalah, dianggap masalah dapat diselesaikan. Penyebab

masalah tersebut yaitu :

1. Tidak tedapat ventilasi yang memenuhi syarat sehingga

pencahayaan kurang dan lembab


2. Kurangnya kesadaran pasien dan anggota keluarga akan pentingnya

membuka jendela setiap hari

3. Adik pasien pernah menderita TB

4. Pasien dan anggota keluarga memiliki kebiasaan membersihkan

rumah tidak teratur

4.4. Alternatif Pemecahan Masalah

27
Tabel 4. Alternatif Pemecahan Masalah

No PENYEBAB MASALAH ALTERNATIF PEMECAHAN


MASALAH

1 Tidak tedapat ventilasi yang - Memberikan edukasi mengenai syarat


ventilasi yang baik untuk pencegahan
memenuhi syarat sehingga penyakit TB
- Memberikan contoh ventilasi yang baik
pencahayaan kurang dan untuk pertukaran udara untuk pencegahan
penularan penyakit TB
lembab

2 Kurangnya kesadaran pasien - Memberikan edukasi mengenai cara


penularan penyakit TB dan peran
dan anggota keluarga akan membuka jendela untuk pencegahan
penyakit TB
pentingnya membuka jendela

setiap hari

3 Adik pasien pernah menderita - Memberikan edukasi tentang cepatnya


penularan penyakit TB
TB - Memberikan edukasi tentang pentingnya
menggunakan masker
- Memberikan edukasi tentang cara batuk
untuk menghindari tertularnya penyakit
TB

4 - Memberikan edukasi mengenai rumah


Pasien dan anggota keluarga sehat
- Memberikan edukasi mengenai cara
memiliki kebiasaan membersihkan rumah yang cepat dan
sederhana
membersihkan rumah tidak - Memberikan tempat sampah agar
keluarga membuang sampah pada
teratur tempatnya

Daftar tabel pemecahan masalah

28
1. Memberikan edukasi mengenai syarat ventilasi yang baik untuk pencegahan
penyakit TB
2. Memberikan contoh ventilasi yang baik untuk pertukaran udara untuk
pencegahan penularan penyakit TB
3. Memberikan edukasi mengenai cara penularan penyakit TB dan peran
membuka jendela untuk pencegahan penyakit TB
4. Memberikan edukasi tentang cepatnya penularan penyakit TB
5. Memberikan edukasi tentang pentingnya menggunakan masker
6. Memberikan edukasi tentang cara batuk untuk menghindari tertularnya
penyakit TB
7. Memberikan edukasi mengenai rumah sehat
8. Memberikan edukasi mengenai cara membersihkan rumah yang cepat dan
sederhana
9. Memberikan tempat sampah agar keluarga membuang sampah pada tempatnya

4.5. Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan menggunakan kriteria mutlak dan kriteria

keinginan, dilakukan melalui Delapan Langkah.


1. Menetapkan tujuan atau sasaran keputusan
2. Menentukan kriteria Mutlak dan kriteria keinginan bagi tercapainya
tujuan.
a) Kriteria Mutlak
- Tenaga
- Waktu
- Dana
- Output (Peningkatan cakupan setelah 3 bulan)
b) Kriteria Keinginan
Mudah dilakukan, Biaya terjngkau, Berkesinambungan
3. Menetapkan bobot kriteria keinginan
a. Mudah dilakukan : 50
b. Biaya terjangkau : 30
c. Berkesinambungan : 20
4. Inventarisasi alternatif yaitu kemungkinan-kemungkinan cara mencapai

tujuan.
5. Menguji Alternatif alternatif tersebut dalam :
a. Matriks Kriteria Mutlak
Alternatif yang tidak lulus segera dikeluarkan.Sedangkan yang lulus

dilanjutkan ke mtariks kriteria keinginan.


b. Matriks Kriteria keinginan

29
- Pada matriks ini setiap alternatif secara urut diberi nilai terhadap

kriteria keinginan yang ada


- Angka setiap nilai alternatif tidak melebihi bobot kriteria yang

bersangkutan
- Alternatif yang memiliki tertinggi merupakan keputusan sementara

Tabel 6. Kriteria Mutlak

Alternatif Tenaga Waktu Dana Output Hasil


Kali

Memberikan edukasi mengenai syarat 1 1 1 1 L


ventilasi yang baik untuk pencegahan
penyakit TB
Memberikan contoh ventilasi yang baik 1 1 1 1 L
untuk pertukaran udara untuk pencegahan
penularan penyakit TB
Memberikan edukasi mengenai cara 1 1 1 1 L
penularan penyakit TB dan peran
membuka jendela untuk pencegahan
penyakit TB
Memberikan edukasi tentang cepatnya 1 1 1 1 L
penularan penyakit TB
Memberikan edukasi tentang pentingnya 1 1 1 1 L
menggunakan masker
Memberikan edukasi tentang cara batuk 1 1 1 1 L
untuk menghindari tertularnya penyakit
TB
Memberikan edukasi mengenai rumah 1 1 1 1 L
sehat
Memberikan edukasi mengenai cara 1 1 1 1 L
membersihkan rumah yang cepat dan
sederhana
Memberikan tempat sampah agar keluarga 1 1 1 1 L
membuang sampah pada tempatnya

Keterangan

30
Untuk jawaban ya diberi skor 1, untuk jawaban tidak diberi skor 0

L = lulus

TL = tidak lulus

Tabel 7. Kriteria Keinginan

Kriteria ( Bobot )
Alternatif masalah Mudah Biaya Berkesina Hasil
Dilaksanakan terjangkau mbungan
(50) (30) (20)
Memberikan edukasi mengenai syarat 4x50=200 4x30=120 4x20=80 400
ventilasi yang baik untuk pencegahan
penyakit TB
Memberikan contoh ventilasi yang baik 4x50=200 3x30=90 3x20=60 350
untuk pertukaran udara untuk
pencegahan penularan penyakit TB
Memberikan edukasi mengenai cara 5x50=200 5x30=150 5x20=100 450
penularan penyakit TB dan peran
membuka jendela untuk pencegahan
penyakit TB
Memberikan edukasi tentang cepatnya 4x50=200 4x30=120 3x20=80 400
penularan penyakit TB
Memberikan edukasi tentang pentingnya 5x50=250 4x30=120 5x20=100 470
menggunakan masker
Memberikan edukasi tentang cara batuk 4x50=200 4x30=120 4x20=80 400
untuk menghindari tertularnya penyakit
TB
Memberikan edukasi mengenai rumah 4x50=200 4x30=120 3x20=60 380
sehat
Memberikan edukasi mengenai cara 4x50=200 4x30=120 3x20=60 380
membersihkan rumah yang cepat dan
sederhana
Memberikan tempat sampah agar 3x50=150 3x30=90 3x20=60 300
keluarga membuang sampah pada
tempatnya

4.6. Keputusan Sementara

31
Dari alternatif kriteria mutlak dan kriteria keinginan didapatkan hasil

untuk sementara digunakan alternatif pemecahan masalah yaitu :

1. Memberikan edukasi mengenai cara penularan penyakit TB dan

peran membuka jendela untuk pencegahan penyakit TB


2. Memberikan edukasi tentang pentingnya menggunakan masker
4.7. Keputusan Tetap

Dalam menentukan keputusan tetap terdapat dua faktor yang harus

dipertimbangkan :

a. Faktor Pendukung
b. Faktor Pemberat
Alternatif Pemecahan Masalah :
1. Memberikan edukasi mengenai cara penularan penyakit TB dan

peran membuka jendela untuk pencegahan penyakit TB


a. Faktor pendukung
- Pasien dan keluarga mengerti maksud pemberian edukasi
b. Faktor pemberat
- Tidak ada jendela yang bisa dibuka di rumah pasien
2. Memberikan edukasi tentang pentingnya menggunakan masker
a. Faktor pendukung
- Jumlah anggota keluarga yang tinggal 1 rumah hanya 5

orang
b. Faktor pemberat
- Kurang kesadaran untuk memakai masker

Dari mempertimbangkan kedua faktor tersebut diatas maka dipilih alternatif

pemecahan masalah utama yaitu :


1. Memberikan edukasi mengenai cara penularan penyakit TB dan peran

membuka jendela untuk pencegahan penyakit TB

32
PLAN OF ACTION

Penang
Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Tempat Waktu Biaya gung Indika
jawab

1. Penyuluhan 1. Memberikan Keluarga 1. Diskusi tempa Kamis Mah coass Selur


cara pengetahuan pasien tanya t , 20 asisw angg
penularan Jawab a
bahwa tingga februa kelua
penyakit TB Faku
penyakit TB l ri a had
dan dan ltas
peran bisa dicegah pasien 2014 dan
Kedo
membuka meng
ktera
jendela untuk n i isi
pencegahan UNI peny
penyakit TB SSU han
2. Pemberian 2. Mencegah LA
masker terjadinya
kepada penularan
keluarga
pasien 3. Memberikan
3. Pemberian
genteng kaca pencahayaan
agar rumah
tidak lembab

33
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisa laporan, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya TB pada kasus ini berdasarkan

pendekatan HL Blum adalah :

5.1.1. Perilaku

o Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyebab dan gejala


penyakit TB.
o Pasien dan anggota keluarga makan 3x sehari dengan menu
seadanya, terkadang tanpa memperhatikan kandungan gizinya.
o Kurangnya kesadaran pasien dan anggota keluarga akan
pentingnya membuka jendela setiap hari
o Pasien memiliki kebiasaan merokok baik di dalam maupun di
luar rumah
o Pasien dan anggota keluarga memiliki kebiasaan

membersihkan rumah tidak teratur

5.1.2. Lingkungan

o Tidak tedapat ventilasi yang memnuhi syarat sehingga

pencahayaan kurang dan lembab


o Sosial ekonomi
o Kesan status ekonomi pasien kurang, tetapi biaya pengobatan

sudah menggunakan Jamkesmas


o Adik pasien pernah menderita TB

1
5.2. Saran

5.2.1. Untuk pasien

o Makan teratur dengan gizi seimbang

o Istirahat cukup

o Membuka semua ventilasi di rumah sepanjang hari

o Minum obat secara teratur

o Menjaga perilaku hidup bersih (menjaga kebersihan rumah,

tempat makan, tempat tidur, pakaian, kamar mandi)

o Memakai masker jika berada di dalam rumah

5.2.2. Untuk Keluarga

o Mengawasi minum obat

o Tidak merokok terutama di dalam rumah

o Memotivasi keluarga untuk menjaga kebersihan rumah.

o Menambah ventilasi udara dan dibuka dari pagi sampai sore.

5.2.3. Untuk Puskesmas


o Agar lebih meningkatkan kegiatan kunjungan rumah yang

dirasa efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

masyarakat mengenai penyebab, akibat dan cara penanganan

TB dan dampak buat lingkungan.

o Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang resiko

dan bahaya TB.

BAB V
PENUTUP

Demikianlah laporan dan pembahasan mengenai hasil peninjauan pada

penderita TB di Puskesmas Bangetayu. Kami menyadari bahwa kegiatan ini

sangat penting dan bermanfaat bagi para calon dokter, khususnya yang kelak akan

terjun di masyarakat sebagai Health Provider, Decision Maker, dan

Communicator sebagai wujud peran serta dalam pembangunan kesehatan.

Akhir kata kami berharap laporan ini bermanfaat sebagai bahan masukan

dalam usaha peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Bangetayu.

DAFTAR PUSTAKA
Aditama TY, Kamso S, Basri C, Surya A, 2008. Pedoman nasional
penanggulangan tuberculosis. Edisi ke-2. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim, 2005, Penyakit TBC dan Penanggulangannya,
http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=57&id1, dikutip tgl 23
8 2011.
Bahar, A. 2001. Tuberculosis Paru, dalam Soeparman, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid II Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 819 829.
Departemen Kesehatan RI. 2001. Rancangan Strategi Nasional Penanggulangan
Tuberculosis Tahun 2002 2006. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 38.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan
tuberkulosis. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Handayani S. 2002. Respon Imunitas Seluler pada Infeksi Tuberkulosis Paru.
Pusat Penelitian Pemberantasan Penyakit, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13_ResponImunitasSeluler.html,
dikutip tgl 23 8 2011.
Hiswani. 2004. Tuberkolosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi
Masalah Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. http://www.docstoc.com/docs/22184/695,
dikutip tgl 23 8 2011.
Nurhidayah I, Lukman M, Rakhmawati W. 2007. Hubungan antara karakteristik
lingkungan rumah dengan kejadian tuberculosis. Bandung: Universitas
Padjajaran.

Anda mungkin juga menyukai