Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEPERAWATAN GERONTIK


PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI
A. Definisi
1. Hipertensi menurut Manjoer dkk (2010) hipertensi adalah tekanan sistolik 140
mmHg dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau bila pasien memakai obat anti
hipertensi.
2. Hipertensi menurut Brunner & Suddarth (2008) merupakan gejala penyakit yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
140 mmHg dan diastoliknya 90 mmHg.

B. Klasifikasi
Pada pemeriksaan tekanan darah akan di dapat dua angka. Angka yang lebih tinggi di
peroleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah akan di peroleh
pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik
mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan
diastolik dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan
dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah,
tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus
meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan bahkan menurun
drastis.

Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan Darah Diastolik


Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium I (hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmhg
Stadium 2 (hipertensi 160-179 mmHg 100-109 mmHg
sedang)
Stadium 3 (hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4 (hipertensi 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
maligna)

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :


Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain (Lany,
2001).
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan
perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku Kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
3. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
4. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :


1. Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
2. Kegemukan atau makan berlebihan
3. Stress
4. Merokok
5. Minum alcohol
6. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

1. Tanda dan gejala


Manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit
kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis,
Kesadaran menurun.

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor-factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c. Glukosa: Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
d. Kalium serum:Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (
penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum: Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensik.
k. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalismel.
l. IVP: Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureterm.
m. Foto dada:Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran
jantungn.
EKG: Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.Sedangkan bagai pertimbangan gerontologis dimana
terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2008). Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya
hipertensi palsu disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer.

3. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat: Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat ini meliputi :
1) Diet.
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr Restriksi garam
secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr Restriksi garam secara moderat
dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr
menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak
jenuh, penurunan berat badan, penurunan asupan etanol, menghentikan
merokok
2) Latihan Fisik.
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olahraga yang mempunyai empat prinsip yaitu
:Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu.
3) Edukasi Psikologis.
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi: Tehnik
Biofeedback. Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
4) Tehnik relaksasi.
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat
belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
5) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ).
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi dengan Obat. Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan
seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter
Ahli Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of
High Blood Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang
ada pada penderita.

Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktifitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis.
Tanda : Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia, denyutan nadi jelas, bunyi
jantung murmur, distensi vena jugularis
c. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan
yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit
ginjal ), obstruksi.
Makanan/ cairan
Gejala : Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual,
muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
e. Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan
penglihatan.
Tanda : Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan
retina optik. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan. Nyeri/
ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
f. Pernafasan
Gejala :Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/
tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda :Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu
pernafasan.

Kemungkinan Diagosa Keperawatan


a. Nyeri akut : sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
b. Resiko penurunan curah jantung b/d vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas
ventrikuler,
c. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

1. Nyeri akut b.d NOC : NIC :


agen injury v Pain Level, Pain Management
biologis v Pain control, 1. Lakukan pengkajian
Setelah dilakukan nyeri secara komprehensif
asuhan keperawatan termasuk lokasi,
selama..x24 jam nyeri karakteristik, durasi,
dapat teratasi frekuensi, kualitas dan
denganKriteria Hasil : faktor presipitasi
1.Mampu mengontrol 2. Observasi reaksi
nyeri (tahu penyebab nonverbal dari
nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan tehnik 3. Gunakan teknik
nonfarmakologi untuk komunikasi terapeutik
mengurangi nyeri, untuk mengetahui
mencari bantuan) pengalaman nyeri pasien
2.Melaporkan bahwa 4. Kaji kultur yang
nyeri berkurang dengan mempengaruhi respon
menggunakan nyeri
manajemen nyeri 5. Evaluasi
3.Mampu mengenali pengalaman nyeri masa
nyeri (skala, intensitas, lampau
frekuensi dan tanda 6. Evaluasi bersama
nyeri) pasien dan tim kesehatan
4.Menyatakan rasa lain tentang
nyaman setelah nyeri ketidakefektifan kontrol
berkurang nyeri masa lampau
5.Tanda vital dalam 7. Bantu pasien dan
rentang normal keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan
yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
9. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
13. Berikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri.
2 Penurunan curah NOC : NIC :
jantung b/d Cardiac Pump Cardiac Care
respon fisiologis effectiveness 1. Evaluasi adanya
otot jantung Circulation Status nyeri dada (
Vital Sign Status intensitas,lokasi, durasi)
Setelah dilakukan 2. Catat adanya
asuhan keperawatan disritmia jantung
selamax24 jam,pasien 3. Catat adanya tanda
tidak terjadi penurunan dan gejala penurunan
curah jantung cardiac putput
dengan Kriteria Hasil : 4. Monitor status
1. Tanda Vital dalam kardiovaskuler
rentang normal (Tekanan 5. Monitor status
darah, Nadi, respirasi) pernafasan yang
2. Dapat mentoleransi menandakan gagal
aktivitas, tidak ada jantung
kelelahan 6. Monitor abdomen
3. Tidak ada edema sebagai indicator
paru, perifer, dan tidak penurunan perfusi
ada asites 7. Monitor balance
4. Tidak ada cairan
penurunan kesadaran 8. Monitor adanya
perubahan tekanan darah
9. Monitor respon
pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
10. Atur periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
11. Monitor toleransi
aktivitas pasien
12. Monitor adanya
dyspneu, fatigue, tekipneu
dan ortopneu
13. Anjurkan untuk
menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2. Catat adanya
fluktuasi tekanan darah
3. pernapasan
3 Intoleransi NOC : NIC :
aktivitas v Energy conservation Energy Management
b/d ketidakseimba
v Self Care : ADLs 1. Observasi adanya
ngan suplai dan Setelah dilakukan asuhan pembatasan klien dalam
kebutuhan keperawatan selama...x24 melakukan aktivitas
oksigen. jam,pasien menunjukan
2. Dorong anal untuk
tidak terjadi intoleransi mengungkapkan perasaan
aktivitas denganKriteria terhadap keterbatasan
Hasil : 3. Kaji adanya factor yang
1. Berpartisipasi dalam menyebabkan kelelahan
aktivitas fisik tanpa disertai
4. Monitor nutrisi dan
peningkatan tekanan darah, sumber energi yang adekuat
nadi dan RR 5. Monitor pasien akan
2. Mampu melakukan adanya kelelahan fisik dan
aktivitas sehari hari (ADLs) emosi secara berlebihan
secara mandiri 6. Monitor respon
kardiovaskuler terhadap
aktivitas
7. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
Activity Therapy
1. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan
progran terapi yang tepat.
2. Monitor respon fisik,
emosi, social dan spiritual
Daftar pustaka

Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC.

Smeltzer, Suzanne; and Benda G Bare. (2008), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.

Dep Kes RI, 2010. Diet Rendah garam, Pozi Pusat Dep Kes RI, Jakarta
Mansjoer Arief. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media Aesculapius

Maryam, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba

MedikaSoeparman dkk, 2007, Ilmu Penyakit dalam, Jilid 1, edisi 2. UI Press, Jakarta.

http://lpgerontik.blogspot.co.id/2015/05/laporan-pendahuluan-praktik-keperawatan.html

http://serpihanilmuku.blogspot.co.id/2013/07/pathway-hipertensi.html
RENCANA KEPERAWATAN

NO DIANGOSA KEPERAWATAN DAN


TUJUAN (NOC) INTERVEN
DX KOLABORASI

1 Resiko tinggi terhadap NOC : NIC :


penurunan curah
v Cardiac Pump effectiveness Cardiac Ca
jantungberhubungan
denganpeningkatan afterload, v Circulation Status Evaluasi
vasokonstriksi,
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, v Vital Sign Status Catat ad
iskemia miokard
Kriteria Hasil: Catat ad

Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan Monitor


darah, Nadi, respirasi)
Monitor
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada
Monitor
kelelahan
Monitor
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada
asites Monitor
Tidak ada penurunan kesadaran Monitor

Atur per

Monitor
Monitor

Anjurkan

Vital Sign M

Monitor

Catat ad

Monitor

Auskulta

Monitor

Monitor

Monitor

Monitor

Monitor

Monitor

Monitor

Monitor

Monitor

Monitor

Monitor

Monitor
peningkata

Identifika

2 Intoleransi NOC : NIC :


aktivitasberhubungan
v Energy conservation Energy Ma
dengankelemahan,
ketidakseimbangan suplai dan v Self Care : ADLs Observas
kebutuhan oksigen. Kriteria Hasil : Dorong a

Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai Kaji adan


peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
Monitor
Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs)
Monitor
secara mandiri
Monitor

Monitor

Activity Th

Kolabora
terapi yang

Bantu kli

Bantu un
psikologi d

Bantu un
aktivitas ya

Bantu un

Bantu un

Bantu kli

Bantu pa

Sediakan

Bantu pa

Monitor

3 Nyeri akut berhubungan dengan NOC : NIC :


peningkatan tekanan vaskuler
v Pain Level, Pain Mana
serebral
v Pain control, Lakukan
durasi, fre
v Comfort level
Observas
Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, Gunakan
mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi pasien
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Kaji kultu
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
Evaluasi
menggunakan manajemen nyeri
Evaluasi
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
nyeri masa
frekuensi dan tanda nyeri)
Bantu pa
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang Kontrol l
pencahaya
Tanda vital dalam rentang normal
Kurangi f

Pilih dan
personal)

Kaji tipe

Ajarkan t

Berikan a

Evaluasi

Tingkatk

Kolabora

Monitor

Analgesic

Tentukan
obat

Cek instr

Cek riwa

Pilih ana
lebih dari s

Tentukan
Tentukan

Pilih rute

Monitor

Berikan a

Evaluasi

4 Cemas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 Anxiety Re


krisis situasional sekunder x 24 jam, cemas pasien berkurang dengan kriteria
Gunakan
adanya hipertensi yang diderita hasil:
klien Nyatakan
v Anxiety Control
Jelaskan
v Coping
Temani p
v Vital Sign Status
Berikan i
Menunjukan teknik untuk mengontrol
cemas teknik nafas dalam Dorong k
Postur tubuh pasien rileks dan ekspresi wajah Lakukan
tidak tegang
Dengark
Mengungkapkan cemas berkurang
Identifika
TTV dbn
Bantu pa
TD = 110-130/ 70-80 mmHg
Dorong p
RR = 14 24 x/ menit
Instruksi
N = 60 -100 x/ menit
Barikan o
S = 365 375 0C

5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :


berhubungan dengan kurangnya
v Kowlwdge : disease process Teaching :
informasi tentang proses
penyakit v Kowledge : health Behavior Berikan p
yang spesi
Kriteria Hasil :
Jelaskan
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman anatomi da
tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program
Gambark
pengobatan
tepat
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan
Gambark
prosedur yang dijelaskan secara benar
Identifika
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim Sediakan
kesehatan lainnya.
Hindari h

Sediakan
yang tepat

Diskusika
komplikasi

Diskusika

Dukung p
cara yang t

Eksplora

Rujuk pa

Instruksi
perawatan

Anda mungkin juga menyukai