Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi
tugas Sitohistologi.
Disadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Radang (bahasa Inggris: inflammation) adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen
dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat
jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau
inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.
Reaksi peradangan merupakan reaksi defensif (pertahanan diri) sebagai respon terhadap
cedera berupa reaksi vaskular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang
terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera
atau nekrosis. Peradangan dapat juga dimasukkan dalam suatu reaksi non spesifik, dari
hospes terhadap infeksi. Hasil reaksi peradangan adalah netralisasi dan pembuangan agen
penyerang, penghancuran jaringan nekrosis, dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan
untuk perbaikan dan pemulihan.
Respon peradangan dapat dikenali dari rasa sakit, kulit lebam, demam dll, yang disebabkan
karena terjadi perubahan pada pembuluh darah di area infeksi :
1. pembesaran diameter pembuluh darah, disertai peningkatan aliran darah di daerah infeksi.
Hal ini dapat menyebabkan kulit tampak lebam kemerahan dan penurunan tekanan darah
terutama pada pembuluh kecil.
2. aktivasi molekul adhesi untuk merekatkan endotelia dengan pembuluh darah
3. kombinasi dari turunnya tekanan darah dan aktivasi molekul adhesi, akan memungkinkan
sel darah putih bermigrasi ke endotelium dan masuk ke dalam jaringan. Proses ini dikenal
sebagai ekstravasasi.
2. Kalor / Panas
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor disebabkan pula
oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37oC disalurkan ke
permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak dari pada ke daerah normal.
3. Tumor / Pembengkakan
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan olehpengiriman
cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial. Campuran dari cairan
dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat meradang.
3. Eksudasi
ekstravasasi cairan, protein, dan sel-sel darah dari pembuluh darah ke dalam jaringan interstisial
atau rongga tubuh.
4. Pus
Nanah; eksudat radang yang purulen & banyak mengandung sel-sel neutrofil serta debris.
5. Transudat
cairan ekstravaskular dengan kadar protein yang rendah dan berat jenis di bawah 1,012; pada
hakekatnya, transudat merupakan ultrafiltrat plasma darah yang terbentuk karena kenaikan
tekanan cairan atau penurunan tekanan osmotik di dalam plasma.
b. Eosinofil
Merupakan jenis granulosit lain yang dapat ditemukan dalam eksudat peradangan, walaupun
dalam jumlah yang lebih kecil. Eosinofil secara fungsional akan memberikan respon terhadap
rangsang kemotaksis khas tertentu yang ditimbulkan pada perkembangan allergis dan mereka
mengandung enzim-enzim yang mampu menetralkan efek-efek mediator peradangan tertentu
yang dilepaskan dalam reaksi peradangan semacam itu.
c. Basofil
Berasal dari sumsum tulang yang juga disebut mast sel/basofil jaringan. Granula dari jenis sel ini
mengandung berbagai enzim, heparin, dan histamin. Basofil akan memberikan respon
terhadap sinyal kemotaksis yang dilepaskan dalam perjalanan reaksi immunologis tertentu.
Dan basofil biasanya terdapat dalam jumlah yang sangat kecil dalam eksudat.
Basofil darah dan mast sel jaringan dirangsang untuk melepas granulanya pada berbagai keadaan
cedera, termasuk reaksi immunologis maupun reaksi non spesifik.Dalam kenyataannya mast
sel adalah sumber utama histamin pada reaksi peradangan.
2. Monosit
Adalah bentuk leukosit yang penting. Pada reaksi peradangan monosit akan bermigrasi, tetapi
jumlahnya lebih sedikit dan kecepatannya lebih lambat. Karena itu, pada jam jam pertama
peradangan relative sedikit terdapat monosit dalasn eksudat. Namun makin lama akan makin
bertambah adanya monosit dalam eksudat. Sel yang sama yang dalam aliran darah disebut
monosit, kalau terdapat dalam eksudat disebut makrofag. Ternyata, jenis sel yang sama
ditemukan dalam jumlah kecil melalui jaringan penyambung tubuh walaupun tanpa
peradangan yang jelas. Makrofag yang terdapat dalam jaringan penyambung ini disebut
histiosit. Dengan banyak hal fungsi makrofag sangat mirip dengan fungsi neutrofil pmn.
dimana makrofag akan bergerak secara aktif yang memberi respon terhadap stimulasi
kemotaksis, fagosit aktif dan mampu mematikan serta mencernakan berbagal agen. Ada
perbedaan penting antara makrofag dan neutrofil, dimana siklus kehidupan makrofag lebih
panjang, dapat bertahan berminggu-minngu atau bahkan berbulan-bulan dalam jaringan
dibanding dengan neutrofil yang berumur pendek. Selain itu waktu monosit memasuki aliran
darah dari sumsum tulang dan waktu memasuki jaringan dari aliran darah, ia belum matang
betul seperti halnya neutrofil. Karena neutrofil dalam jaringan dan aliran darah sudah
mengalami pematangan (sudah matang), sehingga ia tidak mampu melakukan pembelahan sel
dan juga tidak mampu melakukan sintesis enzim-enzim pencenna.
Pada monosit dapat dirangsang untuk membelah dalam jaringan, dan mereka mampu memberi
respon terhadap keadaan lokal dengan mensintesis sejumlah enzim intrasel. Kemampuan
untuk menjalani "on the.job training", ini adalah suatu sifat makrofag yang vital, khususnya
pada reaksireaksi immunologis tertentu. Selain itu makrofag-makrofag dapat mengalami
perubahan bentuk, selama mengalami perubahan itu, mereka menghasilkan seI-se1 secara
tradisional disebut sel epiteloid. Makrofag juga mampu bergabung membentuk sel raksasa
berinti banyak disebut giant cell. Walaupun makrofag merupakan komponen penting dalam
eksudat namun mereka tersebar secara luas dalam tubuh, dalam keadaan normal dan disebut
sebagai system reticuloendotelial atau RES (Reticulo Endotelial System), yang mempunyai
sifat fagositosis, termasuk juga dalam hati, sel tersebut dikenal sebagai sel kupffer.
Fungsi utama makrofag sebagai pembersih dalam darah ataupun seluruh jaringan tubuh. Fungsi
RES yang sehari-hari penting menyangkut pemprosesan haemoglobin sel darah merah yang
sudah mencapai akhir masa hidupnya. Sel-sel ini mampu memecah Hb menjadi suatu zat
yang mengandung besi dan zat yang tidak mengandung besi. Besinya dipakai kembali dalam
tubuh untuk pembuatan sel-sel darah merah lain dalam sumsum tulang dan zat yang tidak
mengandung besi dikenal sebagai bilirubin, di bawa ke dalam aliran darah ke hati, dimana
hepatosit mengekstrak bilirubin dari aliran darah dan mengeluarkannya sebagai bagian dari
empedu.
4. Limposit
Umumnya terdapat dalam eksudat hanya dalam jumlah yang sangat kecil,meskipu eksudat sudah
lama terbentuk yaitu sampai reaksi-reaksi peradangan menjadi kronis.
3. KONSTIPASI (SEMBELIT)
Keadaan dimana sulit untuk melakukan pembuangan air besar. Kebiasaan buang air besar yang
tidak teratur yang dapat menyebabkan kesulitan untuk melakukan pembuangan air besar.
Gejalanya :
Terhambatnya proses pembuangan air besar diluar kebiasaan normal (3 kali sehari).
Sulit buang air besar sehingga harus mengejan.
Bentuk tinja kecil, kering dan keras, perut tidak enak, panas dan kembung.
Banyak gas yang mengumpul di pencernaan dan sering kentut
Penyebabnya:
Kurang cairan dan serat dalam diet.
Kurang aktivitas fisik dan olahraga yang menyebabkan kontraksi di usus melemah.
Wasir membesar dan disertai panas dan gatal di sekitar anus.
Pencegahannya:Minum banyak air putih dan banyak makan makanan berserat dan olahraga yang
teratur.
5. PAROTITIS
Gondongan atau istilah kedokterannya Parotitis cukup sering saya temui dalam praktek sehari
hari. Sebagian besar penderita adalah anak anak, walau penderita dari golongan dewasa tidak
bisa dibilang sedikit. Penderita biasanya datang ke tempat saya dengan keluhan demam dan
bengkak pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah.
Gondongan sendiri disebabkan oleh infeksi virus Paramiksovirus RNA yang ditularkan melalui
percikan air ludah pembawa virus. Karena cara infeksi yang demikian mudah, maka penyakit
Gondongan akan sangat mudah menyebar terutama di lingkungan yang padat. Sering
kejadian pada anak anak sekolah, Gondongan diderita kompak satu kelas. Masa inkubasi atau
masa sejak masuknya kuman ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala adalah 18 hari. Namun
hal itu pun tidak merupakan angka pasti, karena bila daya tubuh korban bagus malah tidak
akan timbul gejala sama sekali.
Gejala dari Gondongan antara lain, demam, lemas, susah membuka mulut, pembengkakan pada
kelenjar parotis di pipi, pada laki laki dewasa juga bisa terjadi pembengkakan pada buah
zakar, peradangan pada pankreas. Walaupun saya sebutkan banyak, tapi tidak semua gejala
bisa ditemukan pada penderita gondongan, apalagi kondisi badannya memang lagi bagus.
Pengobatan pasien gondongan sebenarnya tidak begitu spesifik seperti halnya infeksi virus yang
lain. Pengobatan hanya untuk menghilangkan gejala. Diharapkan penyakit ini akan sembuh
sendiri selama 3 sampai 4 hari.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Radang adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi mekanis
dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami
cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi.
Bagian tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut :
1. tumor atau membengkak
2. calor atau menghangat
3. dolor atau nyeri
4. rubor atau memerah
5. functio laesa atau daya pergerakan menurun.
Jenis-Jenis Leukosit Dan Masing-Masing Fungsinya Dalam Peradangan yaitu Granulosit,
Neutrofil, Eosinofil, Basofil, Monosit, Limfosit.
5.2. KRITIK
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
untuk hasil yang lebih baik dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Lauralee Sherwood. Sistem Pencernaan. Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke
Sistem. Jakarta: EGC 2001;541.
Dr. R. Mulia Bangun, AAI, Prof. DR. L. Aulia, AAI, dan Prof. Dr. A. Effendi, AAI.
Abdomen. dr, Simbar Siitepu, AAI. Buku Ajar Anatomi 2 : Kepala, Leher, Thorax,
Abdomen, Pelvis Edisi 4. Medan : Bagian Anatomi FK USU 2006; 22-28.
Evelyn Pearce. Saluran Pencernaan dan Pencernaan Makanan. Evelyn Pearce Anatomi Dan
Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia 2006;188-195.
Luis Carlos Junqueira, dan Jos Carnerio. Saluran cerna. Luis Carlos Junqueira, Dan Jos
Carnerio. Histologi Dasar : Teks Dan Atlas. Jakarta : EGC 2007;295-306.
Glenda N. Lindseth.Gangguan Usus Halus dan Gangguan Usus Besar. Sylvia A Price, dan
Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 1. Jakarta : EGC 2003. 437 - 459.
Dr.Marcellus Simadibrata K, Ph.D,Sp.PD dan Prof. DR. Dr. Daldiyono, Sp.PD.Diare Akut.
DR. Dr. Aru W. Sudoyo, Sp. PD, KHOM, Dr. Bambang Sertiohadi, Sp.PD,DR. Dr.
Idrus Alwi, Sp.PD, Dr. Marcellus Simadibrata K, Ph.D, Sp.PD, dan DR. Dr. Siti
Setiati, MEpid, Sp.PD. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid I.
Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia 2007; 408 - 413 .