Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi
tugas Sitohistologi.

Sehubungan dengan penyelesaian tugas sampai dengan tersusunnya makalah ini,


dengan rasa rendah hati disampaikan rasa terimakasih yang setulustulusnya Semoga amal
baik dari semua pihak mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.

Disadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

Palembang 10 September 2012


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Radang (bahasa Inggris: inflammation) adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen
dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat
jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau
inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.
Reaksi peradangan merupakan reaksi defensif (pertahanan diri) sebagai respon terhadap
cedera berupa reaksi vaskular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang
terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera
atau nekrosis. Peradangan dapat juga dimasukkan dalam suatu reaksi non spesifik, dari
hospes terhadap infeksi. Hasil reaksi peradangan adalah netralisasi dan pembuangan agen
penyerang, penghancuran jaringan nekrosis, dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan
untuk perbaikan dan pemulihan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi Dari Radang ?
2. Apa Saja Terminologi Terkait Radang ?
3. Bagaimana Reaksi Sel Pada Radang ?
4. Bagaimanakah Infeksi Saluran Pencernaan?

1.3. TUJUAN PENULISAN


Untuk memenuhi tugas mata kuliah Patologi sekaligus sebagai literatur tambahan bagi
mahasiswa atau pembaca yang ingin menambah wawasan yang mencakup peradangan dan
infeksi saluran pencernaan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI RADANG


Radang (bahasa Inggris: inflammation) adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen dan
alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan
yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah
satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi. Inflamasi distimulasi
oleh faktor kimia (histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien, dan prostaglandin) yang
dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang di dalam sistem kekebalan untuk
melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi. Radang ialah suatu proses yang dinamis
dari jaringan hidup atau sel terhadap suatu rangsang atau injury (jejas) yang dilakukan
terutama oleh pembuluh darah (vaskuler) dan jaringan ikat (connective tissue).
Radang mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan terhadap infeksi, yaitu :
1. memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk meningkatkan
performa makrofaga.
2. menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi
3. mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak.

Respon peradangan dapat dikenali dari rasa sakit, kulit lebam, demam dll, yang disebabkan
karena terjadi perubahan pada pembuluh darah di area infeksi :
1. pembesaran diameter pembuluh darah, disertai peningkatan aliran darah di daerah infeksi.
Hal ini dapat menyebabkan kulit tampak lebam kemerahan dan penurunan tekanan darah
terutama pada pembuluh kecil.
2. aktivasi molekul adhesi untuk merekatkan endotelia dengan pembuluh darah
3. kombinasi dari turunnya tekanan darah dan aktivasi molekul adhesi, akan memungkinkan
sel darah putih bermigrasi ke endotelium dan masuk ke dalam jaringan. Proses ini dikenal
sebagai ekstravasasi.

Bagian tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut :


1. Rubor /Warna merah
Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yangmengalami
peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriolayang mensuplai darah
ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalirke mikrosirkulasi lokal dan
kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah.
Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena
peradangan akut.

2. Kalor / Panas
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor disebabkan pula
oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37oC disalurkan ke
permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak dari pada ke daerah normal.

3. Tumor / Pembengkakan
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan olehpengiriman
cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial. Campuran dari cairan
dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat meradang.

4. Dolor / Rasa nyeri


Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsangujung-ujung saraf.
Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapatmerangsang saraf. Rasa sakit
disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibatpembengkakan jaringan yang meradang.

5. Functiolaesa / Gangguan fungsi


Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002).Functio laesa
merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara
mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang.

2.2. TERMINOLOGI TERKAIT RADANG


1. Edema
cairan yang berlebihan dalam jaringan interstisial atau rongga tubuh; dapat berupa eksudat
ataupun transudat.
2. Eksudat
cairan radang ekstravaskular dengan kadar protein yang tinggi dan debris seluler; berat jenisnya
di atas 1,020.

3. Eksudasi
ekstravasasi cairan, protein, dan sel-sel darah dari pembuluh darah ke dalam jaringan interstisial
atau rongga tubuh.

4. Pus
Nanah; eksudat radang yang purulen & banyak mengandung sel-sel neutrofil serta debris.

5. Transudat
cairan ekstravaskular dengan kadar protein yang rendah dan berat jenis di bawah 1,012; pada
hakekatnya, transudat merupakan ultrafiltrat plasma darah yang terbentuk karena kenaikan
tekanan cairan atau penurunan tekanan osmotik di dalam plasma.

2.3. REAKSI SEL PADA RADANG


Leukositosis terjadi bila ada jaringan cedera atau infeksi sehingga pada tempat cedera atau
radang dapat terkumpul banyak leukosit untuk membendung infeksi atau menahan
microorganisme menyebar keseluruh jaringan. Leukositosis ini disebabkan karena produksi
sumsum tulang meningkat, sehingga jumlahnya dalam darah cukup untuk emigrasi pada
waktu terjadi cedera atau radang. Karena itu banyak leukosit yang masih muda dalam darah,
dalam pemeriksaan laboratorium dikatakan pergeseran ke kiri.
Leukosit yang bersirkulasi dalam aliran darah dan emigrasi ke dalam eksudat peradangan berasal
dari sumsum tulang, di mana tidak saja leukosit tetapi juga sel-sel darah merah dan trombosit
dihasilkan secara terus memenerus. Dalam keadaan normal, di dalam sumsum tulang dapat
ditemukan banyak sekali leukosit yang belum matang dari berbagai jenis dan "pool" leukosit
matang yang ditahan sebagai cadangan untuk dilepaskan ke dalam sirkulasi darah. Jumlah
tiap jenis leukosit yang bersirkulasi dalam darah perifer dibatasi dengan ketat tetapi diubah
"sesuai kebutuhan" jika timbul proses peradangan. Artinya, dengan rangsangan respon
peradangan, sinyal umpan balik pada sumsum tulang mengubah laju produksi dan
pengeluaran satu jenis leukosit atau lebih ke dalam aliran darah.

Berikut Jenis-Jenis Leukosit Dan Masing-Masing Fungsinya Dalam Peradangan :


1. Granulosit
Terdiri dari : neutrofil, eosinofil, dan basofil.
Dua jenis leukosit lain ialah monosit dan limposit, tidak mengandung banyak granula dalam
sitoplasmanya.
a. Neutrofil
Sel-sel pertama yang timbul dalam jumlah besar di dalam eksudat pada jam jam pertama
peradangan adalah neutrofil. Inti dari sel ini berlobus tidak teratur atau polimorf. Karena itu
sel-sel ini disebut neutrofil polimorfonuklear (pmn) atau "pool". Sel-sel ini memiliki urutan
perkembangan di dalam sumsum tulang, perkembangan ini kira-kira memerlukan 2 minggu.
Bila mereka dilepaskan ke dalam sirkulasi darah, waktu paruhnya dalam sirkulasi kira-kira 6
jam. Per millimeter kubik darah terdapat kira-kira 5000 neutrofil, kira-kira 100 kali dari
jumlah ini tertahan dalam sumsum tulang sebagai bentuk matang yang siap untuk dikeluarkan
bila ada sinyal. Granula yang banyak sekali terlihat dalam sitoplasma neutrofil sebenarnya
merupakan paket-paket enzim yang terikat membran yaitu lisosom, yang dihasilkan selama
pematangan sel. Jadi neutrofil pmn yang matang adalah kantong yang mengandung banyak
enzim dan partikel-partikel antimicrobial. Neutrofil pmn mampu bergerak aktif dan mampu
menelan berbagai zat dengan proses yang disebut fagositosis.
Proses fagositosis dibantu oleh zat-zat tertentu yang melapisi obyek untuk dicernakan dan
membuatnya lebih mudah dimasukkan oleh leukosit. Zat ini dinamakan opsonin. Setelah
mencernakan partikel dan memasukkannya ke dalam sitoplasma dalam vakuola fagositosis
atau fagosom, tugas berikutnya dari leukosit adalah mematikan partikel itu jika partikel itu
agen microbial yang hidup, dan mencernakannya. Mematikan agen-agen yang hidup itu
diselesaikan melalui berbagai cara yaitu perubahan pH dalam sel setelah fagositosis,
melepaskan zat-zat anti bakteri. Pencernaan partikel yang terkena fagositosis itu umumnya
diselesaikan di dalam vakuola dengan penyatuan lisosom dengan fagosom. Enzim-enzim
pencernaan yang sebelumnya tidak aktif sekarang diaktifkan di dalam fagolisosom,
mengakibatkan pencernaan obyek secara enzimatik.

b. Eosinofil
Merupakan jenis granulosit lain yang dapat ditemukan dalam eksudat peradangan, walaupun
dalam jumlah yang lebih kecil. Eosinofil secara fungsional akan memberikan respon terhadap
rangsang kemotaksis khas tertentu yang ditimbulkan pada perkembangan allergis dan mereka
mengandung enzim-enzim yang mampu menetralkan efek-efek mediator peradangan tertentu
yang dilepaskan dalam reaksi peradangan semacam itu.
c. Basofil
Berasal dari sumsum tulang yang juga disebut mast sel/basofil jaringan. Granula dari jenis sel ini
mengandung berbagai enzim, heparin, dan histamin. Basofil akan memberikan respon
terhadap sinyal kemotaksis yang dilepaskan dalam perjalanan reaksi immunologis tertentu.
Dan basofil biasanya terdapat dalam jumlah yang sangat kecil dalam eksudat.
Basofil darah dan mast sel jaringan dirangsang untuk melepas granulanya pada berbagai keadaan
cedera, termasuk reaksi immunologis maupun reaksi non spesifik.Dalam kenyataannya mast
sel adalah sumber utama histamin pada reaksi peradangan.

2. Monosit
Adalah bentuk leukosit yang penting. Pada reaksi peradangan monosit akan bermigrasi, tetapi
jumlahnya lebih sedikit dan kecepatannya lebih lambat. Karena itu, pada jam jam pertama
peradangan relative sedikit terdapat monosit dalasn eksudat. Namun makin lama akan makin
bertambah adanya monosit dalam eksudat. Sel yang sama yang dalam aliran darah disebut
monosit, kalau terdapat dalam eksudat disebut makrofag. Ternyata, jenis sel yang sama
ditemukan dalam jumlah kecil melalui jaringan penyambung tubuh walaupun tanpa
peradangan yang jelas. Makrofag yang terdapat dalam jaringan penyambung ini disebut
histiosit. Dengan banyak hal fungsi makrofag sangat mirip dengan fungsi neutrofil pmn.
dimana makrofag akan bergerak secara aktif yang memberi respon terhadap stimulasi
kemotaksis, fagosit aktif dan mampu mematikan serta mencernakan berbagal agen. Ada
perbedaan penting antara makrofag dan neutrofil, dimana siklus kehidupan makrofag lebih
panjang, dapat bertahan berminggu-minngu atau bahkan berbulan-bulan dalam jaringan
dibanding dengan neutrofil yang berumur pendek. Selain itu waktu monosit memasuki aliran
darah dari sumsum tulang dan waktu memasuki jaringan dari aliran darah, ia belum matang
betul seperti halnya neutrofil. Karena neutrofil dalam jaringan dan aliran darah sudah
mengalami pematangan (sudah matang), sehingga ia tidak mampu melakukan pembelahan sel
dan juga tidak mampu melakukan sintesis enzim-enzim pencenna.
Pada monosit dapat dirangsang untuk membelah dalam jaringan, dan mereka mampu memberi
respon terhadap keadaan lokal dengan mensintesis sejumlah enzim intrasel. Kemampuan
untuk menjalani "on the.job training", ini adalah suatu sifat makrofag yang vital, khususnya
pada reaksireaksi immunologis tertentu. Selain itu makrofag-makrofag dapat mengalami
perubahan bentuk, selama mengalami perubahan itu, mereka menghasilkan seI-se1 secara
tradisional disebut sel epiteloid. Makrofag juga mampu bergabung membentuk sel raksasa
berinti banyak disebut giant cell. Walaupun makrofag merupakan komponen penting dalam
eksudat namun mereka tersebar secara luas dalam tubuh, dalam keadaan normal dan disebut
sebagai system reticuloendotelial atau RES (Reticulo Endotelial System), yang mempunyai
sifat fagositosis, termasuk juga dalam hati, sel tersebut dikenal sebagai sel kupffer.
Fungsi utama makrofag sebagai pembersih dalam darah ataupun seluruh jaringan tubuh. Fungsi
RES yang sehari-hari penting menyangkut pemprosesan haemoglobin sel darah merah yang
sudah mencapai akhir masa hidupnya. Sel-sel ini mampu memecah Hb menjadi suatu zat
yang mengandung besi dan zat yang tidak mengandung besi. Besinya dipakai kembali dalam
tubuh untuk pembuatan sel-sel darah merah lain dalam sumsum tulang dan zat yang tidak
mengandung besi dikenal sebagai bilirubin, di bawa ke dalam aliran darah ke hati, dimana
hepatosit mengekstrak bilirubin dari aliran darah dan mengeluarkannya sebagai bagian dari
empedu.

4. Limposit
Umumnya terdapat dalam eksudat hanya dalam jumlah yang sangat kecil,meskipu eksudat sudah
lama terbentuk yaitu sampai reaksi-reaksi peradangan menjadi kronis.

2.4. INFEKSI SALURAN PENCERNAAN


1. DIARE
Apabila kim dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka defekasi menjadi lebih sering dengan
feses yang mengandung banyak air. Keadaan seperti ini disebut diare. Penyebab diare antara
lain ansietas (stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang melukai dinding usus.
Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral, sehingga
terjadi dehidrasi.

2. TUKAK LAMBUNG (MAAG)


Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim. Jika pertahanan
mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-bagian kecil dari lapisan permukaan
lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak lambung. Tukak lambung
menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga perut.
Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis tertentu.
Beberapa gangguan lain pada sistem pencernaan antara lain sebagai berikut: Peritonitis;
merupakan peradangan pada selaput perut (peritonium). Gangguan lain adalah salah cerna
akibat makan makanan yang merangsang lambung, seperti alkohol dan cabe yang
mengakibatkan rasa nyeri yang disebut kolik. Sedangkan produksi HCl yang berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa
nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah kalau lambung dalam keadaan
kosong akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya akan mengakibatkan pendarahan pada
lambung. Gangguan lain pada lambung adalah gastritis atau peradangan pada lambung. Dapat
pula apendiks terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang disebut apendisitis.

3. KONSTIPASI (SEMBELIT)
Keadaan dimana sulit untuk melakukan pembuangan air besar. Kebiasaan buang air besar yang
tidak teratur yang dapat menyebabkan kesulitan untuk melakukan pembuangan air besar.
Gejalanya :
Terhambatnya proses pembuangan air besar diluar kebiasaan normal (3 kali sehari).
Sulit buang air besar sehingga harus mengejan.
Bentuk tinja kecil, kering dan keras, perut tidak enak, panas dan kembung.
Banyak gas yang mengumpul di pencernaan dan sering kentut
Penyebabnya:
Kurang cairan dan serat dalam diet.
Kurang aktivitas fisik dan olahraga yang menyebabkan kontraksi di usus melemah.
Wasir membesar dan disertai panas dan gatal di sekitar anus.
Pencegahannya:Minum banyak air putih dan banyak makan makanan berserat dan olahraga yang
teratur.

4. RADANG USUS BUNTU


Radang usus buntu merupakan peradangan pada usus buntu, yaitu sebuah usus kecil yang
berbentuk jari yang melekat pada usus besar di sebelah kanan bawah rongga perut. Usus
buntu yang mengalami peradangan kadang-kadang pecah terbuka, yang menyebabkan
peradangan selaput perut(peritonitis).
Peradangan selaput perut adalah peradangan yang gawat dan mendadak pada selaput yang
melapisi dinding dalam rongga perut atau pada kantong yang membungkus usus. Peradangan
ini terjadi kalau usus lainnya pecah atau robek. Penyakit usus buntu bisa diderita oleh semua
orang dari berbagai usia; 8 25 tahun. Ditemukan juga bahwa anak di bawah dua tahun juga
ada yang menderita penyakit usus buntu. Disebebkan oleh adanya benda kecil atau keras
(faecaliths) yang berada di appendix dan tidak bisa keluar.

5. PAROTITIS
Gondongan atau istilah kedokterannya Parotitis cukup sering saya temui dalam praktek sehari
hari. Sebagian besar penderita adalah anak anak, walau penderita dari golongan dewasa tidak
bisa dibilang sedikit. Penderita biasanya datang ke tempat saya dengan keluhan demam dan
bengkak pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah.
Gondongan sendiri disebabkan oleh infeksi virus Paramiksovirus RNA yang ditularkan melalui
percikan air ludah pembawa virus. Karena cara infeksi yang demikian mudah, maka penyakit
Gondongan akan sangat mudah menyebar terutama di lingkungan yang padat. Sering
kejadian pada anak anak sekolah, Gondongan diderita kompak satu kelas. Masa inkubasi atau
masa sejak masuknya kuman ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala adalah 18 hari. Namun
hal itu pun tidak merupakan angka pasti, karena bila daya tubuh korban bagus malah tidak
akan timbul gejala sama sekali.
Gejala dari Gondongan antara lain, demam, lemas, susah membuka mulut, pembengkakan pada
kelenjar parotis di pipi, pada laki laki dewasa juga bisa terjadi pembengkakan pada buah
zakar, peradangan pada pankreas. Walaupun saya sebutkan banyak, tapi tidak semua gejala
bisa ditemukan pada penderita gondongan, apalagi kondisi badannya memang lagi bagus.
Pengobatan pasien gondongan sebenarnya tidak begitu spesifik seperti halnya infeksi virus yang
lain. Pengobatan hanya untuk menghilangkan gejala. Diharapkan penyakit ini akan sembuh
sendiri selama 3 sampai 4 hari.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Radang adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi mekanis
dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami
cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi.
Bagian tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut :
1. tumor atau membengkak
2. calor atau menghangat
3. dolor atau nyeri
4. rubor atau memerah
5. functio laesa atau daya pergerakan menurun.
Jenis-Jenis Leukosit Dan Masing-Masing Fungsinya Dalam Peradangan yaitu Granulosit,
Neutrofil, Eosinofil, Basofil, Monosit, Limfosit.

5.2. KRITIK
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
untuk hasil yang lebih baik dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Lauralee Sherwood. Sistem Pencernaan. Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke
Sistem. Jakarta: EGC 2001;541.

Dr. R. Mulia Bangun, AAI, Prof. DR. L. Aulia, AAI, dan Prof. Dr. A. Effendi, AAI.
Abdomen. dr, Simbar Siitepu, AAI. Buku Ajar Anatomi 2 : Kepala, Leher, Thorax,
Abdomen, Pelvis Edisi 4. Medan : Bagian Anatomi FK USU 2006; 22-28.

Evelyn Pearce. Saluran Pencernaan dan Pencernaan Makanan. Evelyn Pearce Anatomi Dan
Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia 2006;188-195.

Luis Carlos Junqueira, dan Jos Carnerio. Saluran cerna. Luis Carlos Junqueira, Dan Jos
Carnerio. Histologi Dasar : Teks Dan Atlas. Jakarta : EGC 2007;295-306.

Glenda N. Lindseth.Gangguan Usus Halus dan Gangguan Usus Besar. Sylvia A Price, dan
Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 1. Jakarta : EGC 2003. 437 - 459.

Dr.Marcellus Simadibrata K, Ph.D,Sp.PD dan Prof. DR. Dr. Daldiyono, Sp.PD.Diare Akut.
DR. Dr. Aru W. Sudoyo, Sp. PD, KHOM, Dr. Bambang Sertiohadi, Sp.PD,DR. Dr.
Idrus Alwi, Sp.PD, Dr. Marcellus Simadibrata K, Ph.D, Sp.PD, dan DR. Dr. Siti
Setiati, MEpid, Sp.PD. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid I.
Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia 2007; 408 - 413 .

Larry K. Pickering dan John D. Snyder.Gastroenteritis. Waldo E. Nelson, MD, Richard E.


Behrman, MD, Robert Kliegman, MD, dan Ann M.Arvin, MD. Ilmu Kesehatan
Anak Nelson Edisi 15 Volume 2. Jakarta : EGC 1996; 889-893.

Anda mungkin juga menyukai