TINJAUAN PUSTAKA
6
7
2.2 Definisi
celahlangit-langitlunak,
ataumungkinterjadisebagaicelahsubmukosadarilangit-
langitlunakdenganatautanpalekukankelangit-langitkeras. Hati-
hatipemeriksaanklinisdapatditemukanforamenkelanjutan daricelahlangit-
langit lunak, yangmerupakancelahdaritulanglangit-langitdi
bawahnyamukosa
Celahlangit-langitdapatdibedakan menjadi 2 yaitubentukV,
yangpaling seringdibelahanterisolasi, ataubentukU, dan
dibelahansindromik.
Celahlangit-langitforamen posterioryang
dalamdidefinisikansebagaicelahlangit-langitsekunder.
Sumbingbibirdancelahlangit-langit mulutanteriorkeforamenyang
dalam(unilateral ataubilateral) didefinisikansebagaicelahlangit-
langitprimer(dengan demikian, dalambibirsumbingbilateral,
premaxilladipisahkandarisegmenpalatallateral).
2.4 Epidemiologi
2.5 Patogenesis
2.7 Dampak
Kondisi cleft lip/palate memiliki pengaruh besar terhadap
kualitas hidup anak dan juga orangtua dalam berbagai aspek. Morbiditas
cleft lip/palate antara lain dikarenakan kondisi ini akan mengganggu
struktur wajah, menghambat proses belajar bicara dan bahasa, dan
memerlukan penanganan bertahun dan memakan biaya relatif banyak
untuk mencapai kondisi yang serupa dengan anak tanpa cleft lip/palate.
Cleft lip/palate dapat menghambat proses bayi menyusui
(laktasi). Cleft lip dapat menyebabkan gangguan membentuk mulut hisap
yang rapat saat bayi menghisap, sementara cleft palate mencegah bayi
membentuk tekanan negatif yang diperlukan untuk menghisap,
membatasi penggunaan normal lidah untuk mendorong putting, dan dapat
mengganggu pernapasan saat makan. Permasalahan menyusui dapat
menyebabkan dampak negative yang akan menghambat pertumbuhan
normal penderita cleft lip/palate(Supit dan Prasetyono, 2008).
Dalam aspek perkembangan fungsi kortikal, anak dengan
cleftditemukan memiliki skor yang lebih rendah dalam tes kognisi,
komprehensi, dan bahasa ekspresif, serta perkembangan fungsi motorik
halus dan kasar yang lebih buruk dibandingkan dengan anak yang
normal. Keberadaan lipatan velofaringeal juga menyebabkan suara
hidung saat berbicara (Supit dan Prasetyono, 2008).
Pasien dengan cleft palate menunjukkan insidensi kesulitan
pendengaran yang tinggi. Penjelasan akan hal ini adalah mayoritas
individu dengan cleft palate memiliki ventilasi tuba Eustachius yang
tidak adekuat. Kondisi ini dapat menyebabkan retraksi membran timpani
dan risiko otitis media efusif yang tinggi. Frekuensi otitis media efusif
22
Tanda yang paling jelas adalah adanya celah pada bibir atas atau
langit-langit rongga mulut (Agatha,2011).
1. Bayi dengan cleft lip dapat mengalami kesulitan saat
menghisap ASI karena sulitnya melakukan gerakan menghisap. Kesulitan
ini dapat diatasi dengan penggunaan botol khusus yang
direkomendasikan oleh dokter gigi spesialis gigi anak dan dokter
spesialis anak, tentunya disesuaikan dengan tingkat keparahan kasus.
2. Cleft palate juga dapat menyebabkan kesulitan dalam
berbicara. Besarnya cleft bukan indicator seberapa serius gangguan
dalam berbicara, bahkan cleft yang kecil pun dapat menyebabkan
kesulitan dalam berbicara. Anak dapat memperbaiki kesulitannya dalam
23
2.9 Komplikasi
2.10 Penatalaksanaan
2.11 Pencegahan
1. Menghindari merokok
Ibu yang merokok mungkin merupakan faktor risiko lingkungan
terbaik yang telah dipelajari untuk terjadinya celah orofacial. Ibu yang
menggunakan tembakau selama kehamilan secara konsisten terkait
dengan peningkatan resiko terjadinya celah-celah orofacial. Mengingat
frekuensi kebiasaan kalangan perempuan di Amerika Serikat, merokok
dapat menjelaskan sebanyak 20% dari celah orofacial yang terjadi pada
populasi negara itu.
27
Lebih dari satu miliar orang merokok di seluruh dunia dan hampir
tiga perempatnya tinggal di negara berkembang, sering kali dengan
adanya dukungan public dan politik tingkat yang relatif rendah untuk
upaya pengendalian tembakau. Banyak laporan telah
mendokumentasikan bahwa tingkat prevalensi merokok pada kalangan
perempuan berusia 15-25 tahun terus meningkat secara global pada
dekade terakhir. Diperkirakan bahwa pada tahun 1995, 12-14 juta
perempuan di seluruh dunia merokok selama kehamilan mereka dan,
ketika merokok secara pasif juga dicatat, 50 juta perempuan hamil, dari
total 130 juta terpapar asap tembakau selama kehamilan mereka
(Malek, 2001).
2. Menghindari alkohol
Peminum alkohol berat selama kehamilan diketahui dapat
mempengaruhi tumbuh kembang embrio, dan langit-langit mulut
sumbing telah dijelaskan memiliki hubungan dengan terjadinya defek
sebanyak 10% kasus pada sindrom alkohol fetal (fetal alcohol
syndrome). Pada tinjauan yang dipresentasikan di Utah Amerika
Serikat pada acara pertemuan konsensus WHO (bulan Mei 2001),
diketahui bahwa interpretasi hubungan antara alkohol dan celah
orofasial dirumitkan oleh bias yang terjadi di masyarakat. Dalam
banyak penelitian tentang merokok, alcohol diketemukan juga sebagai
pendamping, namun tidak ada hasil yang benar-benar disebabkan
murni karena alkohol.
3. Memperbaiki Nutrisi Ibu
Nutrisi yang adekuat dari ibu hamil saat konsepsi dan trimester I
kehamilan sangat penting bagi tumbuh kembang bibir, palatum dan
struktur kraniofasial yang normal dari fetus.
4. Modifikasi Pekerjaan
Dari data-data yang ada dan penelitian skala besar menyerankan
bahwa ada hubungan antara celah orofasial dengan pekerjaan ibu hamil
(pegawai kesehatan, industry reparasi, pegawai agrikulutur).
28
PROGNOSIS ????