Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ulkus peptik atau tukak peptik adalah defek mukosa gastrointestinal

(GI) yang meluas sampai ke mukosa otot yang terjadi di esofagus, lambung

atau duodenum (Brashers, 2003). Walaupun telah banyak ditemukan obat

anti tukak, tukak lambung tetap menjadi penyebab dari 5000 kematian / tahun

di Amerika Serikat (Kumar et al., 2009). Data WHO menyebutkan kematian

akibat tukak lambung di Indonesia mencapai 0,99 persen yang didapatkan

dari angka kematian 8,41 per 100,000 penduduk. Pada tahun 2005-2008,

tukak lambung menempati urutan ke-10 dalam kategori penyebab kematian

pada kelompok umur 45-54 tahun pada laki-laki menurut BPPK Depkes pada

tahun 2008 (Aditya Kafi, 2014). Tingginya angka kematian tersebut

disebabkan oleh komplikasi tukak lambung, yaitu perforasi dan perdarahan.

Perforasi sering diakibatkan oleh konsumsi obat anti inflamasi non steroid

(OAINS) yang berlebihan (Hill, 2001). Orang tua juga lebih rentan terhadap

perdarahan hebat akibat konsumsi OAINS (Kenny, 2014).

B. Tujuan

Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien yang

mengalami ulkus peptikum

Tujuan Khusus

1. Mengetahui tentang Definisi Ulkus Peptikum

2. Mengetahui tentang Etiologi dan faktor risiko

1
3. Mengetahui tentang patofisiologi Ulkus Peptikum

4. Mengetahui tentang Manisfestasi Klinis Ulkus Peptikum

5. Mengetahui tentang pencegahan dan penanganan komplikasi

6. Mengetahui tentang Konsep keperawatan yang meliputi; pengkajian,

diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan

evaluasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Medis

1. Pengertian

Ulkus Peptikum merupakan gangguan dalam kesinambungan

esofagus bagian bawah, lambung, atau mukosa, duodenum, yang

menyebabkan kerusaakan setempat yang dikarenakan oleh inflamasi.

Ulkus dapat terjadi di semua bagian saluran GI yang bersinggungan

dengan cairan lambung (asam hidrokloris dan pepsin). Ulkus dapat

ditemukan di esofagus, lambung, duodenum, atau jejunum setelah

gastroentrosel ( Joyce M. Black dan Jane Hokanson Hawks )

Ulkus peptik cukup umum di Amerika Serikat, terjadi pada 4 juta

penduduk per tahun dengan estimasi biaya pengobatan melebihi 10 miliar

dolar per tahun. Prevalensi usia kehidupan PUD di Amerika Serikat kira-

kira 12% pada pria dan 10% pada wanita. Diperkirakan 15.000 kematian

terjadi per tahun akibat komplikasi PUD. Ulkus lambung lebih mungkin

terjadi dalam dekade kehidupan kelima dan keenam; ulkus duodenum

lebih umum terjadi selama dekade keempat dan kelima untuk pria.

Sementara itu untuk wanita, kejadiannya sekitar 10 tahun kemudian. Pria

lebih mungkin memilih ulkus lambung dan duodenum.

2. Etiologi dan Faktor Risiko

Lebih dari 90% ulkus peptik faktor penyebab dihubungkan dengan

H. pylori. H. pylori adalah salah satunya bakteri yang diklasifikasikan oleh

WHO sebagai karsinogen kelas I. Pembasmian organisme biasanya

3
mengakibatkan resolusi gastritis dan penurunan risiko berkembangnya

kanker lambung. Vaksin HELIVAX, disetujui oleh FDA pada 2003 untuk

pencegahan dan pengobatan infeksi H. pylori, menginduksi generasi

sekresi sel antibodi Helicobacter-spesifik diantrum lambung dan

duodenum tempat infeksi biasa terjadi.

Terjadinya PUD bergantung pada resistansi defensif mukosa dalam

hubungannya dengan kekuatan agresif dari sekresi. Resitensi defensif

mukosa bergantung pada integritas mukosa dan regenerasi, adanya

pembatas pelindung mukosa, aliran darah yang cukup ke mukosa,

kemampuan mekanisme penghalang duodenum untuk mengatur sekresi,

serta adanya gastromukosal prostaglandin yang cukup. Faktor agresif

PUD berhubungan dengan adanya H.pylori dan volume hidroklorida dan

asam biliari. Ulserasi terjadi ketika faktor agresif meluas ke barier

pertahanan. Sifat agresif cairan lambung mungkin adalah hasil dari

hipersekresi cairan lambung, meningkatnya rangsangan saraf vagus,

menurunnya penghalang sekresi lambung, meningkatnya kapasitas atau

jumlah sel parietal yang mensekresi sam hidroklorida, atau jumah sel

parietal yang mensekresi asam hidroklorida, atau meningkatnya respons

sel parietal terhadap rangsangan.

Faktor-faktor risiko yang berkontribusi terhadap PUD meliputi

merokok (nikotin), mengunyah tembakau, steroid, aspirin, NSAID, kafein,

alkohol, dan stress. Kondisi medis tertentu seperti penyakit Chrohn,

sindrom Zollinger-Ellison, serta penyakit hepatitis dan biliari, mungkin juga

berperan.

4
Tindakan dalam upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan

pada klien dengan PUD sama dengan yang dibahas untuk gratis untuk

gastritis akut. Oleh Karena merokok sering ditemukan sebagai penyebab

kegagalan terapi pembasmian H.pylori, maka klien didorong untuk

berhenti merokok sebelum memulai program pengobatan. Pemulihan

kesehatan untuk klien melibatkan pengobatan gangguan medis yang

menyebabkan PUD sekunder. Pastikan bahwa klien mengikuti rejimen

pengobatan yang diresepkan untuk meminimalis iritasi lambung. Obati

dengan agresif gangguan apapun yang mengakibatkan PUD berkembang,

misalnya, penggunaan steroid jangka panjang, luka bakar parah, dan

gagal ginjal kronis.

3. Patofisiologi

Selain inflamasi H. pylori sebagai perubahan patofisiologi utama,

dua mekanisme berbeda untuk perkembangan PUD telah diajukan.

Diperkirakan kerusakan lapisan epitalial protektif dasar mengakibatkan

ulkus lambung. Dalam keadaan normal, aliran asam hidroklorida dari

lumen lambung dicegah dengan adanya taut ketat nonpermeabel antara

sel epithelial dan oleh sedikit lapisan mucus alkalin yang mwnutupi lapisan

epitelium lambung.

NSAID adalah salah satu obat yang paling umum digunakan di

Amerika Serikat, dan penyebab yang paling sering kedua akan PUD.

Sebanyak 3% sampai 4% pengguna NSAID mengalami PUD setiap tahun,

tetapi sapai 80% klien dengan komplikasi serius yang berhubungan

5
dengan NSAID tidak dating dengan manifestasi yang berhubungan

dengan despepsia sebelumnya.

Dalam pembentukan ulkus peptic lambung penghalang difusi dapat

terganggu oleh kehadiran kronis obat yang dapat melukai sejenis aspirin,

NSAIS, kortison, hormone adenokortikotropis (ACTH), kafein, alcohol,

obat keoterapi, dan kondisi hipersekresi. Obat-obat ini mungkin

merangsang produksi asam, menyebabkan kerusakan local mukosa, dan

menekan sekresi mucus. Zat-zat tersebut mengupas permukaan mucus

dan mengakibatkan degenerasi membrane sel epithelial lambung.

Pathogenesis ulkus peptic duodenum memiliki perbedaan

mekanisme, karena sekresi asam yang berlebih bertanggung jawab pada

perkembangan ulkus. Aktivitas saraf vagus meningkat pada orang dengan

ulkus duodenum, khususnya selama keadaan puasa dan malam hari.

Saraf vagusmerangsang sel antrum pilori untuk melepaskan gastrin, yang

berjalan melalui aliran darah dan bekerja di sel pariental lambung untuk

merangsang pelepasan asam hidroklorida.

Factor lain pada PUD adalah stress emosional, yang dapat

menyebabkan peningkatan sekresi lambung, pasokan darah, dan motilitas

lambung oleh rangsangan thalamus saraf vagal. Pengaruh hormone

terjadi via via hipotalamus melalui rute pituitary-adrenal. Pada klien

dengan kondisi stress, system saraf simpatis menyebabkan pembuluh

darah di duodenum menyempit , yang membuat mukosa lebih rentan

terhadap trauma dari sekresi asam lambng dan pepsin. Pada aktivitas

korteks adrenal, produksi mukosa berkurang dan sekresi lambung

meningkat. Factor-faktor ini menyebablan meningkatnya kerentanan

6
terhadap ulserasi secara bersamaan. Reaksi stress dengan demikian

mengganggu keseimbangan agresif-defensif. Stress berkepanjangan yang

berhubungan dengan luka bakar, trauma parah, dan kondisi lainnya dapat

menyebabkan ulkus stress, atau gastritis stress erosive, di saluran GI.

Sindrom Zollinger-Ellison dicirikan dengan kelainan sekresi gastrin

oleh tumor sel pulau Langerhans di pancreas yang jarang terjadi.

Perubahan patofisiologi terkait dengan sindrom ini termasuk

hipergastrinemia dan diare sekunder untuk malabsorpsi lemak yang

dihasilkan dari penurunan duodenum-menonaktifkan lipase pancreas atau

cedera vili yang diinduksi oleh asam. Selain meningkatnya sekresi

lambung, hierplasia mukosa lambung disebabkan oleh efek trofik

lambung. Pengobatan sindrom Zollinger-Ellison bertujuan pada

penekanan sekresi lambung.

Ulkus yang diobati, biasanya sembuh tanpa kesulitan. Ulkus yang

tidak diobati atau tidak merespons pengobatan dapat mengakibatkan

perforasi, perdarahan, atau obstruksi, yang mungkin memerlukan

penatalaksanaan bedah. Beberapa ulkus kambuh lagi setelah sembuh,

khususnya jika factor-faktor risiko yang berhuungan dengan

perkembangannya tidak diubah.

Klien yang sakit kritis rentan terhadap ulkus stress. Misalnya,

perubahan mukosa lambung yang disebabkan oleh stress berkembang

dalam 72 jam pada 78% klien dengan luka bakar lebih dari 35% pada

tubuhnya. Ulkus stress ditunjukkan dengan erosi lambung dangkal, sering

disertai dengan perdarahan lambung yang banyak tanpa rasa sakit. Ulkus

stress dicirikan dengan banyaknya lesi, biasanya kecil dan dangkal, yang

7
tidak meluas ke mukosa muskularis. Lesi-lesi ini mungkin muncul dan

mengeluarkan darah. Mekanisme yang mengakibatkan ulserasi stress

tidak diketahui, tetapi mungkin melibatkan iskemia. Dengan adanya asam,

iskemia dapat membuat gastritis erosive dan ulserasi. Meningkatnya ion

hydrogen yang berdifusi kembali dan menurunnya perfusi mukosa

mungkin juga berkontribusi terhadap pembentukan ulkus stress. Tingkat

keasaman (pH) lambung yang redah (tinggi asam) penting dalam

perkembangan ulkus stress.

Penelitian trus mencari mekanisme yang tepat mengenai terjadinya

ulkus stress, pada stress ulkus manifestasi yang terjadi hanya sedikit.

Nyeri terutama pada ulkus stress tidak ada kecuali jika terjadi perforasi,

tetapi perforasi jarang terjadi. Pperdarahan saluran GI bagian atas adalah

manifestasi utama dari ulkus stress. Sekitar 10% klien mengalami dispepsi

sebelum perdarahan, tetapi biasanya tanpa ada manifestasi peringatan.

Ketika ulkus stress mengakibatkan perdarahan besar, tingkat mortalitas

meningkat menjadi sekitar 50%.

4. Manifestasi Klinis

a). Nyeri Akut

Manifestasi utama ulkus adalah sakit, rasa terbakar, seperti kram,

seta nyeri yang menggerogoti. Nyeri memiliki hubungan yang jelas dan

makan. Pada ulkus lambung, makanan mungkin menyebabkan nyeri dan

muntah mungkin dapat meredakan nyeri tersebut. Klien dengan ulkus

duodenum merasa nyeri saat lambung kosong, dan ketidaknyamanan

mungkin mereda dengan mengonsumsi makanan atau antasida. Klien

8
biasanya mengFigurkan nyeri terbatas pada daerah berdiameter 2 sampai

10 cm (0,8 sampai 4 inci), antara tulang rawan sifoid dan umbilikus. Nyeri

ulkus lambung sering terjadi di epigastrium bagian atas, dengan lokasi

sebelah kiri garis tengah, sedangkan nyeri duodenum berada disebelah

kanan epigastrum. Nyeri ulkus juga beragam dalam tempat, ukuran, atau

penetrasi ulkus atau jumlah fibrosis jaringan sekitar.

Pada ulkus duodenum, nyeri yang kuat didekat garis tengah

punggung antara tulang punggung toraks keenam dan kesepuluh dengan

penyebaran ke kuadran kanan atas dapat mengindikasikan perforasi

dinding posterior duodenum. Kenyang atau lapar dapat juga muncul.

Distensi pada bulbus duodenum membuat nyeri epigastrik, yang dapat

menyebar ke punggung dan toraks. Sekresi asam hidrokloris dapat

menyebabkan edema dan inflamasi, dengan akibat nyeri, tekanan

intragastrik, dan meningkatnya motilitas. Selanjutnya nyeri ulkus

cenderung terjadi dalam periode berbeda (periodik).

b). Mual dan Muntah

Klien dengan ulkus duodenum biasanya memilki nafsu makan yang

normal kecuali ada obstruksi pilorik. Karsinoma, ulkus lambung, atau

gastritis mungkin berkaitan dengan anoreksia, penurunan berat badan,

dan disfagia. Muntah terjadi lebih sering pada ulkus lambung

dibandingkan ulkus duodenum tanpa komplikasi. Manifestasi ini juga lebih

sering terjadi ketika ulkus berada di pylorus atau antrum lambung. Muntah

dikarenakan oleh statis lambung atau obstruksi pilorik, dan klien

9
biasanyamemuntahkan makanan yang belum dicerna. Mual hebat dan

muntah dapat menunjukkan robeknya esofagus.

c). Perdarahan

Klien dengan ulkus sering berdarah ketika ulkus mengikis pembuluh

darah. Perdarahan mungkin terjadi sebagai perdarahan massif atau

mungkin tersembunyi, dengan aliran yang lambat. Kira-kira 25% klien

dengan ulkus dapat mengalami perdarahan.

Diagnosis ulkus ditegakkan berdasarkan manifestasi yang muncul,

pemeriksaan radiografi, dan endoskopi. Pengkajian riwayat dan

pemeriksaan fisik tidak memberikan banyak informasi yang signifikan

pada klien dengan ulkus peptik ringan (tanpa komplikasi). Pemeriksaan

laboratorium hitung sel darah lengkap yang mengindikasikan perdarahan

ditunjukkan dengan penurunan nilai hematokrit dan hemoglobin. Tes

darah samar pada tinja biasanya akan positif jika terjadi perdarahan.

Pengujian bakteri H.pylori dapat dilakukan melalui tes napas ureum atau

tes identifikasi serum antibodi H.pylori sebagai tambahan

esofagostroduodenoskopi (EGD) dengan biopsi. Pengujian antigen feses

monoklonal mungkin juga digunakan untuk mendiagnosis adanya H.pylori

serta dapat mengevaluasi klien dalam penyembuhan setelah eradikasi

farmakologi dilakukan. Uji diagnosis utama meliputi EGD dan serangkaian

pemeriksaan rongent saluran GI.EGD memiliki beberapa kelebihan.

Pemeriksaan tersebut memungkinkan dokter mengambil contoh jaringan

serta mengobati ulkus baik dengan multipolar electrocoagulation (MPEC)

atau terapi heater-probe (baca komplikasi dalam Manajemen Medis).

10
d). Modifikasi Diet

Untuk penyakit ulkus tanpa komplikasi, beberapa dokter atau praktisi

berpengalaman membantu perubahan diet yang ketat. Ada sedikit bukti

bahwa modifikasi diet mendukung atau mempercepat penyembuhan.

Makanan yang diketahui meningkatkan keasaman lambung atau

menyebabkan ketidaknyamanan harus dihindari, seperti kopi, alkohol,

makanan, protein, dan susu.

5. Pencegahan dan Pengobatan Komplikasi

Perdarahan, perforasi, dan obstruksi adalah komplikasi utama yang

berkembang setelah PUD.

a) Perdarahan

1). Mengkaji Perdarahan.

Perdarahan bervariasi tingkatannya dari minimal, yang

dimanifestasikan oleh adanya samar pada feses(melena), sampai

banyak yang di manifestasikan, oeh muntah dengan darah merah

terang (hematemesis). Manifestasi umum dari perdarahan saluran

GI dapat berupa muntah materi seperti ampas kopi melalui feses

yang keras. Emeses dengan granular gelap dapat terjadi karena

asam pencernaan yang bercampur darah di lambung, sedangkan

pencernaan duodenum atau dibawahnya mungkin mengakibatkan

feses hitam. Perdarahan cenderung terjadi lebih sering pada ulkus

lambung, khusunya pada orang tua (Figur 31-2). Walaupun onset

perdarahan mungkin berkaitan dengan kelelahan, ketegangan

11
saraf, infeksi saluran pernafasan atas kecerobohan diet,

alkoholisme, atau obat yang membuat iritasi, namun mungkin juga

ada faktor pencetus yang tidak diketahui.

Manifestasi bergantung pada keparahan perdarahan. Dengan

perdarahan ringan (<500ml), klien mungkin akan mengalami sedikit

lemah dan diaforesis. Kehilangan parah lebih dari 1 L darah dalam

24 jam dapat mengakibatkan manifestasi syok.

2). Mencegah Syok.

Intervensi untuk perdarahan masif bertujuan untuk mengatasi

syok hipovelemik, menghindari dehidrasi dan ketidakseimbangan

elektrolit, serta menghentikan perdarahan. Klien, yang harus

berpuasa, menerima cairan intravena sampai perdarahan mereda.

Perawat atau dokter dapat memasang slang NG dengan ada atau

tidak ada darah di lambung untuk mengkaji tingkat perdarahan dan

mencegah dilatasi lambung; tindakan berikutnya adalah dengan

memberikan larutan salin suhu kamar yang kemudian dapat

menghilangkan darah dari lambung. Larutan salin suhu kamar

memiliki suhu yang lebih dingin dari pada suhu tubuh, yang

menciptakan vasokonstriksi ringan. Walaupun kontraversial,

pemberian larutan salin lavage dingin juga dapat ditingkatkan untuk

pendinginan lambung yang akan mengurangi perdarahan lebih

lanjut melalui efek vasokonstriktifnya. Larutan salin dingin ini jarang

digunakan karena dapat mengakibatkan kerusakan mukosa akibat

penurunan perfusi ke mukosa lambung dan dapat menyebabkan

12
respons vagal, sehingga menurunkan perfusi ke mukosa lambung

dan dapat menyebakan respons vagal, sehingga menurunkan

perfusi sistemik.

3). Mengganti Cairan.

Deplesi volume darah adalah masalah utama bagi klien

dengan perdarahan parah. Bagi mereka yang menderita

perdarahan saluran GI bagian atas masif, tujuan utama intervensi

adalah menggantikan volume darah. Gelisah dan takikardi adalah

manifestasi awal hipovelemia. Klien mengalami penurunan

keluaran urine dalam jumlah besar, sehingga harus di pantau

dengan karakter foley dan pengukuran urine per jam. Hal ini

penting karena cairan harus digantikan untuk mencegah kerusakan

ginjal. Keluaran urine kurang dari 0,5ml/kg/jam harus diaporkan ke

dokter

4). Pemberian vasopressin.

Pemberian vasopressin arterial (melalui pompa infus) juga

dapat mengontrol perdarahan akut. Vasopressin memberikan

sedikit komplikasi jika diberikan secara intravena kurang dari 36

jam untuk mengontrol perdarahan.

5). Menginjeksi Arteri dengan Emboli.

Pendekatan lainnya untuk mengontrol perdarahan adalah

embolisasi arteri selektif dengan angiografi. Emboi dapat terdiri

13
atas bekuan darah autologus dengan atau tanpa spons gelatin

yang dapat diserap. Modifikasi bekuan dapat juga dibuat dengan

campuran darah klien sendiri, asam aminocaproic, dan trombosit.

Lem fibrin juga dapat digunakan.

6). Menjaga Pola Istirahat.

Klien harus melakukan aktivitas minimal untuk beberapa hari

setelah perdarahan mereda. Istirahat menurunkan tekanan darah

dan aktivitas saluran GI. Ketika perdarahan berhenti, klien

diperbolehkan untuk ke kamar mandi. Jika diperlukan, opioid dapat

diberikan degan peringata. Opioid morfin sulfat dapat

mengakibatkan mual dan muntah; namun, obat tersebut dapat

menenangkan klien yang sangat khawati dan gelisah. Alternatif

yang lebih baik adalah mengatasi kegelisahan dengan alternatif

non-opioid.

7). Menjaga pH Lambung Tinggi.

Selama beberapa hari pertama pendarahan, pH lambung

harus dijaga antara 5,5 sampai 7,0. Agar pH lambung berada pada

kadar ini, beikan reseptor H2 antagonis melalui interavena selama

4 hari atau seperti yang diresepkan dan tingkatkan menjadi

pemberian secara oral. Pantau pH paling tidak setiap pergantian

sif. Obat golongan antikolinergik tidak direkomendasikan. Berikan

antasida untuk 1 minggu untuk melengkapi reseptor H2 antagonis.

Berikan antasida 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah pemberian

reseptor H2 antagonis sehingga antasida tidak menggangu

14
penyerapan obat. Klien mungking memerlukan antasida setiap 30

menit setelah memulai asupan makanan atau cairan.

8) Menghentikan Pendarahan degan pembedahan.

Jika pendarahan berlanjut selama 48 jam, berulang, atau

berhubungan dengan perforasi atau obstruski, maka pembedaan

dapat diindikasikan. Meningkatnya resiko pembedahan berkaitan

dengan perdarahan berkelanjutan, transfusi ganda, lemah,

ketidakseimbangan elektrolit, dan bertambahnya usia. Prosedur

pembedahan meliputi reseksi bagian lambung, pemotong ulkus,

serta vagotomi dan piloroplasti.

9) Melakukan Elektrokoagulasi Multipolar atau Terapi Heater-

Probe.

Dua prosedur endoskopi yang telah efektif mengobati

perdarahan ulkus: MPEG dan terapi heater-probe. Ketika

menggunakan MPEG, arus listrik bipolar membakar lesi

perdarahan; dengan terapi heater-probe, panas langsung

membakar lesi.

b). Perforasi

Biasanya menjadi pembedahan darurat. Ketika angi, isi

gastroduodenum keluar melalui dinding anterior lambung ke rongga

peritoneal, mengakibatkan peritonitis kimia, septikemia bakteri, dan

berkembang ileus paralitik. Perforasi posterior tidaklah jelas dan sering

mengakibatkan pankreatitis, karena pankreas menyumbat perforasi.

15
1). Mengkaji nyeri.

perforasi terjadi paling sering dengan ulkus duodenum (Figur

31-3).Perforasi ini terjadi ketika ulkus melalui tunika muskularis.

Klien mengalami nyeri tiba-tiba, tajam, dan parah yang bermula di

medipigastrium. Selanjutnya akan terjadi peritonitis, kemudian nyeri

berkembang ke abdomen, yang menjadi lembut, keras, dan kaku.

Tingkat nyeri bergantung pada jumlah dan type isi yang

tumpah ke rongga peritoneal. Nyeri sering menyebabkan klien

membungkuk atau menarik lutut sampai perut dalam upaya untuk

mengurangi tensi pada otot abdominal. Jika perforasi terjadi pada

dinding posterior lambung, ia mungkin mengikis melalui organ

terdekat dan menjadi tertutup yang menyebabkan sedikit

menifestasi. Ketika perforasi mengikis pancreas, manifestasi

pankreatitis berkembang.

2). Mengganti cairan.

jika perforasi terjadi, klien memerlukan segera pergantian

cairan, elektrolit, dan darah, serta pemberian antibiotic. Pengisapan

gasogastrik harus dilakukan untuk membilas sekresi lambung dan

kemudian mencegah tumpahan peritoneal lebih jauh. Perforasi

kecil yang segera menutup dengan melekat pada jaringan yang

berdekatan hanya mengakitbatkan kehilangan sedikit isi lambung.

3). Memperbaiki perforasi dengan pembedahan.

16
Ketika pembedahan diperlukan, ahli bedah mengevaluasi isi

lambung yang keluar, membersihkan rongga peritoneal dengan

menyiramnya dengan larutan salin normal atau antibiotic (atau

keduanya), dan menutup perforasi dengan menambalnya dengan

amentum. Vagotomi dan hemigastrektomi atau vagotomi dan

piloroplasti memberikan control definif baik ulkus maupun

komplikasi. Setelah pembedahan, antibiotic diberikan untuk

mengobati peritonitis. Slang NG tetap di lambung sampai gerak

peristaltic kembali. Komplikasi pascaoperasi meliputi abses

subfrenik, pendarahan, fistula lambung atau duodenum, atelectasis

dan pneumonia.

c). Obstruksi

Penyakit ulkus yang berlangsung lama menyebabkan terbentuknya

jaringan parut karena ulserasi dan penyembuhan yang berulang.

Jaringan parut di pylorus sering menyebabkan obstruksi piloris, yang

manifestasinya nyeri saat malam, ketika lambung tidak bisa

dikosongkan dengan gerak peristaltic. Obstruksi piloris juga dapat

mengakibatkan muntah. Pembedahan (piloroplastik) biasanya

diperlukan untuk memperbaiki masalah.

B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

17
Lakukan pengkajian meliputi: nama, jenis kelamin,suku bangsa,

tanggal lahir,agama dan tanggal pengkajian.

b. Keluhan utama/alasan masuk RS:

Klien datang ke RS dengan keluhan merasakan nyeri pada pada

bagian perut, ulu hati dan mual serta muntah.

c. Riwayat kesehatan sekarang:

Faktor pencetus:

Pasien mengatakan bahwa nyeri timbul beberapa saat / beberapa

jam setelah makan atau waktu lapar atau saat sedang tidur tengah

malam

Sifat keluhan (periodik/ tiba-tiba)

d. Riwayat kesehatan keluarga

Penyakit yang pernah dialami (jenis penyakit, lama dan upaya

untuk mengatasi, riwayat masuk RS)

e. Riwayat kesehatan dahulu

Penyakit menular atau keturunan dalam keluarga: Ibu klien

menderita tuka lambung.

f. Data Dasar Pengkajian pasien

1) Aktivitas/istirahat

Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise.

Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari hari.

Tanda : periode hiperaktivitas, latiihan keras terus

menerus.

2) Integritas Ego

Gejala : ketidak berdayaan, putus asa

18
Marah ditekan

Tanda : Depresi, ansietas.

3) Eliminasi

Gejala : diare Konstipasi

Nyeri abdomen tak jelas dan disteres, kembung

Penggunaan laksatif/diuretic.

4) Makanan/Cairan

Gejala : lapar terus menerus/menyangkal lapar

Takut penigkatan berat badan.

Tanda : penurunan berat badan / anoreksia

Penamplan urus, kulit kering, kuning atau pucat dengan

turgor buruk.

5) Higiene

Tanda : peningkatan pertumbuhan rambut pad tubuh

(lanugo).

6) Neurosensori

Gejala : Sakit kepala, pusing, vertigo, ketidakmampuan

berkonsentrasi.

Kelemahan, keseimbangan buruk.

Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis.

Mental : tak mampu berespon, lambat dan dangkal.

Oftalmik : hemoragis retina.

Gangguan koordinasi, ataksia: penurunan rasa getar dan

posisi

7) Nyeri/kenyamanan

19
Gejala : Nyeri abdomen, seperti terbakar

8) Keamanan

Tanda : penurunan suhu tubuh akibat berulangnya prose

infeksi.

9) Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala : Kecendrungan keluarga untuk anemia

Riwayat penyakit maag, depresi.

2. Diagnosa Keperawatan.

a. Nyeri akut

1) Definisi

Pengalaman sensori dan emosi yang tidak meyenangkan

akibat adanya kerusakan jaringan yang actual atau

potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti

kerusakan(internasional association for the study of pain);

awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan

sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau

dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.

2) Batasan Karakteristik

Subjektif

Melaporkan (nyeri) dengan syarat (mis.,

menggunakan skala nyeri)

Melaporkan nyeri

Objektif

20
Respon otonom( mis., diaphoresis., perubahan

tekanan darah, pernafasan, atau denyut jantung,

dilatasi pupil)

Perilaku distraksi (mis., mondarmandir, mencari

orang dan /atau aktivitas lain, aktivitas berulang)

Perilaku ekspresif (mis., gelisah, merintih, menangis,

kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsangan,

dan menghelah nafas panjang)

Wajah topeng

Sikap melindungi

Pokus menyempit (mis., gangguan persepsi waktu,

gangguan proses pikir, interaksi dengan orang lain

atau lingkungan menurun)

Bukti nyeri yang dapat diamati

Posisi untuk menghindari nyeri

Perilaku menjaga atau sikap melindungi

Gangguan tidur(mata terlihat kuyu, gerakan tidak

teratur atau tidak menentuh, dan menyeringai)

3) Faktor yang berhubungan

Agens-agens penyebab cedera (mis., biologis,kimia, fisik,

dan psikologis)

b. Nyeri kronis

1) Definisi

Pengalaman seksori dan emosi yang tidak

menyeangkan, akibat kerusakan jaringan actual atau

21
potensial atau digambarkan dengan istilah seperti

kerusakan(internasional association for the study of pain);

awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan

sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau

dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.

2) Batasan karakteristik

Mengungkapkan secara verbal atau dengan isyarat atau

dengan menunjukkan bukti sebagai berikut

Subjektif

Depresi

Keletihan

Takut kembali cedera

Nyeri

Objektif

Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktifitas

sebelumnya

Anoreksia

Atropi

Kelompok otot yang terklibat

Perubahan pola tidur

Wajah topeng(mis., mata kurang bersinar, tampak

kelelahan, gerakan rapi atau tidak teratur dan

meringis)

Perilaku melindungi

Ritabilitas

22
Perilaku protektif yang dapat diamati

Penurunan interaksi dengan orang lain

Gelisah

Berfokus pada diri sendiri

Respon yang dimediasi oleh saraf simpatis(mis.,

suhu, dingin, perubahan posisi tubuh, dan

hipersensitifitas)

Perubahan berat badan

3) Faktor yang berhubungan

Ketunadayaan fisik atau psikososial kronis(mis., kanker

metastasis, cedera neorologis, artilitis)

c. Defisiensi pengetahuan

1) Definisi

Tidak ada atau kurang informasi kognitif tentang topic

tertentu.

2) Batasan karakteristik

Subjektif

Mengungkapkan masalah

Objektif

Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara

akurat

Performa uji tidak akurat

Perilaku yang tidak sesuai atau terlalu berlebihan

(sebagai contoh, histeris, bermusuhan, agitasi, atau

apatis)

23
3) Faktor yang berhubungan

keterbatasan kognitif

kesalahan dalam memahami informasi yang ada

kurang pajanan

d. Kekurangan volume cairan

1) Definisi

Penurunan cairan intravascular, interstisial, atau intrasel.

Diagnosa ini merujuk pada dehidrasi yang merupakan

kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.

2) Batasan karakteristik

Subjektif

Haus

Objektif

Perubahan status mental

Penurunan tekanan darah, penurunan volume dan

tekanan nadi

Penurunan turgor kulit dan lidah

Penurunan haluaran urine

Penurunan pengisian vena

Kulit dan membrane mukosa kering

Hematokrit meningkat

Suhu tubuh meningkat

Peningkatan frekuensi nadi

Konsentrasi urine meningkat

24
Penurunan berat badan yang tiba-tiba (kecuali pada

ruang ketiga)

Kelemahan

3) Faktor yang berhubungan

Kehilangan volume cairan aktif

(Konsumsi alcohol yang berlebihan secara terus

menerus)

Kegagalan mekanisme pengaturan (seperti pada

diabetes insipidus, hiperaldosteronisme)

(Asupan cairan yang tidak adekuat sekunder akibat)

e. Ansietas

1) Definisi

Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar

disertai respons otonom( sumber sering kali tidak spesifik

atau tidak diketahui oleh individu); persaan takut yang

disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Perasaan ini

merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan

bahaya yang akan terjadi dan memampukan individu

melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

2) Batasan karakteristik

Perilaku

Penurunan produktivitas

Mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan

dalam peristiwa hidup

25
Gerakan yang tidak relevan(mis., mengerek kaki,

gerakan lengan)

Gelisah, resah

Memandang sekilas

Insomnia

Kontak mata buruk

Menyelidik dan tidak waspada

Afektif

Gelisah

Kesedihan yang mendalam

Distress

Ketakutan

Perasaan tidak adekuat

Focus pada diri sendiri

Peningkatan kekhawatiran

Iritabilitas

Gugup

Gembira berlebihan

Nyeri atau peningkatan ketidakberdayaan yang

persisten

Marah

Menyesal

Perasaan takut

Ketidakpastian

Khawatir

26
Fisiologis

Wajah tegang

Insomnia(non-nanda)

Peningkatan keringat

Peningkatan ketegangan

Terguncang

Gemetar atau tremor ditangan

Suara bergetar

Parasimpatis

Nyeri abdomen

Penurunan tekanan darah

Penurunan nadi

Diare

Pingsan

Keletihan

Mual

Gangguan tidur

Kesemutan pada ekstremitas

Sering berkemih

Berkemih tidak berlampias

Urgensi berkemih

Simpatis

Anoreksia

Eksitasi kardiovaskuler

Diare

27
Mulut kering

Wajah kemerahan

Jantung berdebar-debar

Peningkatan tekanan darah

Peningkatan nadi

Peningkatan reflex

Peningkatan pernafasan

Dilatasi pupil

Kesulitan bernafas

Vasokontriksi superfisial

Kedutan otot

Kelemahan

Kognitif

Kesadaran terhadap gejala-gejala fisiologis

Blocking pikiran

Konfusi

Penurunan lapang pandang

Kesulitan untuk berkonsentrasi

Keterbatasan kemampuan untuk menyelesaikan

masalah

Keterbatasan kemampuan untuk belajar

Mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan

dalam peristiwa hidup (non-NANDA)

Takut terhadap konsekkuensi yang tidak spesifik

Focus pada diri sendiri(non-NANDA)

28
Mudah lupa

Gangguan perhatian

Tenggelam dalam dunia sendiri

Melamun

Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain

3) Faktor yang berhubungan

Terpajan toksin

Hubungan keluarga/hereditas

Transmisi dan penularan interpersonal

Krisis situasi dan maturasi

Stress

Penyalahgunaan zat

Ancaman kematian

Ancaman atau perubahan pada status peran, fungsi

peran, lingkungan, status kesehatan, status ekonomi,

atau pola interaksi

Ancaman terhadap konsep diri

Konflik yang tidak disadari tentang nilai dan tujuan

hidup yang esensial

Kebutuhan yang tidak terpenuhi

3. Rencana Tindakan Keperawatan / Intervensi:

a. Nyeri akut b/d iritasi mukosa lambung, perforasi mukosa,

kerusakan jaringan lunak pasca operasi, intervensinya:

29
1. Meminta pasien untuk menilai nyeri atau ketidak nyamanan

pada skala 0 sampai 10 (0 = tidak ada nyeri atau

ketidaknyamanan, 10=nyeri hebat )

Rasional: untuk mengetahui skala nyeri yang dirasakan oleh

pasien

2. Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang

sesuai usia dan tingkat perkembangan pasien.

Rasional: membantu dalam komunikasi dan pemahaman

titik pandang pasien dan untuk mengetahui

perkembangan dari skala nyeri pasien

3. Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada

perawat jika perbedaan nyeri tidak dicapai.

Rasional: agar dalam menetukan skala nyeri pasien dapat

diketahui secara pasti dan tepat

4. Manajemen nyeri (NIC) :berikan informasi tentang nyeri,

seperti penyebab nyeri, berapa lama berlangsung, dan

antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur.

Rasional: supaya pasien lebih memahami peenyakit yang

diderita dan dapat menghindari ketidak nyamanan

akibat prosedur.

5. Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri

menjadi lebih berat.

Rasional: agar dapat menghindari nyeri hebat yang dapat

dirasakan pasien

6. Ganti linen tempat tidur, bila diperlukan

30
Rasional: agar pasien lebih merasa nyaman saat beristirahat

7. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas bukan

pada nyeri dan rasa tidak nyaman dengan melakukan

pengalihan melalui televisi, radio, tape, dan interaksi dengan

pengunjung.

Rasional: agar pasien tidak terlalu berfokus pada nyeri yang

pasien rasakan dengan cara mengalihkan

perhatiannya dengan aktivitas ringan seperti

nonton televisi, mendengarkan radio dan lan-lain.

b. Nyeri kronis, b/d iritasi mukosa lambung, perforasi mukosa,

kerusakan jaringan lunak pasca operasi intervensinya:

1. Pantau ketidak puasan pasien terhadap manajemen nyeri

pada interval tertentu.

Rasional: mengetahui apakah pasien puas terhadap

manajemen nyeri

2. Tentukan dampak pengalaman nyeri pada kualitas hidup

(mis., tidur, selera makan, aktivitas, kognisi, alam perasaan,

hubungan, kinerja, dan tanggung jawab peran).

Rasional: agar mendapat data yang lebih akurat tentang

nyeri yang di alami oleh pasien

3. Beri tahu pasien bahwa peredaan nyeri secara total tidak

akan di capai.

Rasional: agar pasien mengetahui peredaan nyeri secar

total tidak akan tercapai

31
4. Manajemen Nyeri (NIC): pertimbangkan rujukan untuk

pasien, keluarga dan orang terdekat pasien ke kelompok

pendukung atau sumber lain, bila perlu.

Rasional:

5. Tawarkan tindakan meredakan nyeri untuk membantu

pengobatan nyeri (mis., umpan balik biologis, teknik

relaksasi, dan masase punggung).

Rasional: supaya nyeri yang dialami pasien dapat

berkurang/ dapat meredahkan nyeri pada klien

6. Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat untuk

memfasilitasi peredaan nyeri .

Rasional: agar dapat mengurangi rasa nyeri

7. Berikan obat sebelum aktivitas sebelum meningkatkan

partisipasi, tetapi evaluasi bahaya sedasi.

Rasional: mengurangi rasa nyeri saat beraktivitas

c. Defisiensi pengetahuan

1. Berinteraksi dengan pasien dengan cara yang tidak

menghakimi untuk memfasilitasi pembelajaran

Rasional: Agar dapat menambah pengetahuan pasien

tentang penyakit yang diderita

2. Kaji gaya belajar pasien

Rasional: agar dapat mengetahui bagaimana pasien dapat

memahami penjelasan perawat tentang penyakit

pasien

32
3. Lakukan penilaian terhadap tingkat pengetahuan pasien

saat ini dan pemahaman terhadap materi (mis.,

pengetahuan tentang prosedur atau penanganan yang

diprogramkan)

Rasional: Keinginan untuk belajar tergantung fisik pasien,

tingkat ansietas, dan kesiapan mental

4. Gunakan berbagai pendekatan penyuluhan, redemonstrasi,

dan berikan umpan-balik secara verbal dan tertulis

Rasional: agar pasien dapa terbuka dengan perawat

5. Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar

Rasional: agar pasien merasa nyaman, tenang dalam

proses belajar

6. Pilih materi pengajaran yang sesuai

Rasional: gunakan materi yang mudah dipahami oleh

pasien

7. Beri informasi tentang sumber-sumber komunitas yang

dapat menolong pasien dalam mempertahankan program

terapi.

Rasional: untuk menambah pengetahuan pasien diluar

rumah sakit melalui komunitas yang mudah

diterima oleh pasien

d. Kekurangan volume cairan

1. Lakukan hygiene oral secara sering

Rasional: Untuk meningkatkan asupan oral pasien

33
2. Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam, hitung

asupan yang diinginkan sepanjang sift siang, sore dan

malam

Rasional: mengetahui frekuensi dan kualitas kehilangan

cairan

3. Berikan terapi IV, sesuai program

Rasional: memenuhi kebutuhan cairan pasien

4. Berikan cairan, sesuai dengan kebutuhan

Rasional: untuk menyeimbangkan kebutuhan cairan pasien

5. Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila

haus

Rasional: untuk mengurangi dorongan yang kuat sehingga

memperberat ulkus

6. Timbang berat badan setiap hari dan pantau

kecenderungannya

Rasional: Untuk mengetahui perubahan keseimbangan

cairan tubuh pasien melalui berat badan

7. Pertahankan keakuratan catatan asupan dan haluaran

Rasional:

e. Ansietas

1. Pada saat ansietas berat, damping pasien, bicara dengan

tenang, dan berikan ketenangan serta rasa nyaman

Rasional: Dukungan dapat memperkuat mekanisme koping

klien sehingga tingkat ansietasnya berkurang

2. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan

34
Rasional: Pengurangan atau penghilang rangsanh

penyebab kecemasan dapat meningkatkan

ketenangan pada pasien dan mengurangi

tingkat kecemasannya

3. Informasikan tentang gejala ansietas

Rasional: Stresor perlu di identifikasi sebelum diatasi.

4. Damping pasien (mis., selama prosedur) untuk

meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut

Rasional:Komunikasi terbuka membantu pasien

mengembangkan hubungan saling percaya yang

membantu mengurangi ansietas dan stress

5. Penurunan Ansitas (NIC): Berikan obat untuk menurunkan

ansietas, jika perlu

Rasional: untuk mengurangi rasa cemas atau kekhawatiran

pasien

4. Implementasi

Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan

adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang

diperlukan untuk mecapai tujuan dan hasil yang dipekirakan dari asuhan

keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari

rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari

proses keperawatan. Namun demikian, di banyak lingkungan perawatan

kesehatan, implementasi mungkin di mulai secara langsung setelah

pengkajian(Potter & Perry, 2005)

35
5. Evaluasi

a. Nyeri akut

Memperlihatkan pengendalian Nyeri , yang dibuktikan oleh

indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5 tidak pernah, jarang,

kadang-kadang, sering, atau selalu):

- Mengenali awitan nyeri

- Menggunakan tindakan pencegahan

- Melaporkan nyeri dapat dikendalikan

Menunjukkan tingkat Nyeriyang dibuktikan oleh indicator

sebagai berikut (sebutkan 1-5: sangat berat, sedang, ringan

atau tidak ada):

- Ekspresi nyeri pada wajah

- Gelisah atau ketegangan otot

- Durasi episode nyeri

- Merintih dan menangis

- Gelisah

b. Nyeri kronis

Menunjukkan Nyeri : efek merusak, yang dibuktikan oleh

indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5 ekstrem, berat,

sedang, ringan, atau tidak ada):

- Gangguan performa peran atau gangguan

hubungan interpersonal

- Gangguan konsentrasi

- Ganggaun perawatan diri

- Gangguan pola tidur

36
- Kehilangan selera makan

Memperlihatkan Tingkat Nyeri, yang dibuktikan oleh

indicator sebagai berikut (sebutkan1-5: ekstrem, berat,

sedang, ringan, atau tidak ada):

- Ekspresi nyeri pada wajah

- Gelisah atau tidak tenang

- Ketegangan otot

- Kehilangan selera makan

- Episode nyeri yang lama

c. Defisiensi pengetahuan

Memperlihatkan Pengetahuan : Dietyang dibuktikan oleh

indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak ada, terbatas,

cukup, banyak, atau lunas):

- Deskripsi diet yang dianjurkan

- Deskripsi rasional untuk diet

- Deskripsi bahan makanan yang dianjurkan dalam

diet

- Deskripsi strategi untuk mengubah kebiasaan diet

- Deskripsi aktivitas pemantauan diri

d. Kekurangan volume cairan

Ekurangan volume cairan akan teratasi, dibuktikan oleh

keseimbangan cairan, hidrasi yang adekuat, dan status

nutrisi: asupan makanan dan cairan yang adekuat.

37
Keseimbangan cairan akan dicapai, dibuktikan oleh

indicator gangguan berikut (sebutkan 1-5: gangguan

ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak ada gangguan):

- Tekanan darah

- Denyut nadi radial

- Nadi perifer

- Elektrolit serum

- Berat badan stabil

e. Ansietas

Ansietas berkurang, dibuktikan oleh bukti tingkat ansietas

hanya ringan sampai sedang, dan selalu menunjukkan

pengendalian diri terhadap ansietas, konsentrasi, koping,

dan tingkat hiperaktivitas

Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, yang

dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak

pernah, jarang, kadang-kadang, sering atau selalu):

- Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh

tekanan

- Mempertahankan perform peran

- Memantau distorsi persepsi sensori

- Memantau manifestasi perilaku ansietas

- Menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan

ansietas

38
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ulkus peptikum merupakan gangguan dalam kesinambungan esofagus

bagian bawah, lambung, atau mukosa, duodenum, yang menyebabkan

kerusaakan setempat yang dikarenakan oleh inflamasi. Ulkus dapat terjadi di

semua bagian saluran GI yang bersinggungan dengan cairan lambung (asam

hidrokloris dan pepsin). Ulkus dapat ditemukan di esofagus, lambung,

duodenum, atau jejunum setelah gastroentrosel.

Manifestasi klinis yang timbul; nyeri akut, mual dan muntah, pendarahan

dan modifikasi diet.

B. Saran

Untuk mengembangkan makalah ini, kritik dan saran dari para pembaca

sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan makalah di kemudian hari.

39
Daftar Pustaka

Black J dan Hawks, J. 2014, Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk

Hasil yang Diharapkan

Wilkinson, Judith M 2016. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10 Nanda Nic

Noc. Jakarta : EGC

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/53138/Chapter%20II.pdf?seq

uence=4&isAllowed=

http://repository.maranatha.edu/9077/3/1110218_Chapter1.pdf

40

Anda mungkin juga menyukai