Anda di halaman 1dari 6

1.

Prinsip Fluidisasi
Proses fluidisasi merupakan metode pengontakkan butiran-butiran padat dengan fluida
seperti gas atau air sehingga butiran-butiran padat tersebut bersifat seperti fluida. Fluidisasi
sendiri dapat terjadi jika gaya seret fluida dapat mendukung gaya berat dari partikel unggun
yang arahnya berlawanan dengan gaya seret. Gaya seret ini juga menyebabkan unggun
mengembang dan tahanan aliran udara mengecil.
Pada percobaan fluidisasi, pengaturan variasi laju alir udara akan dilakukan sehingga dapat
diketahui hubungan antara laju alir udara dengan tinggi unggun dan penurunan
tekanan/pressure drop sepanjang unggun, akan diketahui apakah dengan peningkatan laju
alir udara, tinggi bed dan pressure drop juga akan meningkat atau sebaliknya.
Mengatur variasi laju alir, temperature heater dan posisi heater dan thermocouple untuk
mengetahui hubungan antara laju alir udara dengan koefisien transfer panas pada unggun
(h)

2. Fungsi HE
Heat Exchanger adalah alat penukar panas yang dapat digunakan untuk memanfaatkan atau
mengambil panas dari suatu fluida untuk dipindahkan ke fluida lain. Proses perpindahan
panas ini biasanya terjadi dari fase cair ke fase cair atau dari fase uap ke fase cair.
HE pada proses fluidisasi berfungsi untuk menaikkan temperature/memberikan panas pada
chamber dan bed sehingga perpindahan panas dapat terjadi pada bed

3. Pengaruh HE

4. Data yang diperoleh


Percobaan I
Variasi laju alir (0 1,7 L/s dan 1,7 0 L/s)
Ketinggian rata-rata unggun (cm)
Tekanan pada unggun (cmHg)
Pressure drop/P (cmHg)
Hasilnya berupa grafik pressure drop vs laju alir
Percobaan II
Variasi laju alir (1 dan 1,6 L/s)
Waktu
T unggun dan T kolom pada selang waktu tertentu
Hasilnya berupa grafik waktu vs temperature

5. Persamaan ergun
Untuk memprediksi Umf, Ergun menurunkan suatu korelasi dengan cara menyamakan
pressure drop pada saat Umf dengan berat unggun persatuan luas dan diperoleh persamaan
sebagai berikut.

Suku pertama persamaan Ergun dominan untuk aliran laminer sedangkan suku kedua
dominan pada aliran turbulen.
6. Suhu mempengaruhi fluidisasi
Kecepatan superfisial mempengaruhi suhu pada bed dan chamber. Ketika kecepatan udara
dinaikkan turbulensi udara semakin meningkat dan akan menambah tingkat kenaikan suhu
pada bed dan chamber. Hal ini akan memberikan pengaruh juga terhadap bubbling dan
tingkat kenaikan suhu

Ketika terjadi fluidisasi, partikel akan bergerak dengan cara mengalir seperti fluida,
sehingga akan terjadi perpindahan panas secara konveksi antarpartikel tersebut. Perpindahan
panas ini dipengaruhi oleh kecepatan superfisial. Seperti yang telah diketahui, kecepatan akan
mempengaruhi jenis aliran suatu fluida, yang dapat dievaluasi dari bilangan Reynold. Dengan
semakin tingginya kecepatan (dalam hal ini kecepatan superfisial), maka bilangan Reynold
akan semakin besar pula, dan semakin turbulen. Aliran turbulen akan menyebabkan aliran
panas akan merata, dan akan menyebabkan perpindahan panas semakin besar. Selain itu, dari
literatur juga telah diketahui bahwa bilangan Reynold berbanding lurus dengan bilangan
Nusselt, dimana bilangan Nusselt merupakan salah satu faktor dalam koefisien perpindahan
kalor konveksi.

Perpindahan panas terjadi ketika partikel bersinggungan dengan permukaan panas


(heater). Pada saat tersebut, perbedaan suhu antara heater dan partikel akan besar, sehingga
laju perpindahan panas pun besar. Namun, semakin lama perbedaan suhu pun akan semakin
kecil karena partikel akan mendekati suhu heater. Oleh karena itu, harus terjadi pergantian
partikel yang bersinggungan dengan heater, yaitu dengan fluidisasi, dimana partikel yang lebih
panas akan tergeser atau terjadi sirkulasi partikel.

Ketika terjadi fluidisasi, suhu tiap partikel akan merata atau homogen. Hal ini
dikarenakan partikel akan tersebar naik ke bagian atas karena adanya gelembung. Dengan naik
ke atas, berarti partikel akan menyebar dan suhu tiap partikel akan sama. Selain itu, luas
permukaan kontak partikel dengan gelembung udara juga dapat menyebabkan suhu partikel
akan stabil, dimana suhu partikel dan suhu gelembung udara akan cepat mencapai suhu yang
sama.

7. Perbedaan termocouple dan thermometer


Thermocouple merupakan sensor yang mengubah besaran suhu menjadi tegangan, dimana
sensor ini dibuat dari sambungan dua bahan metallic yang berlainan jenis. Sambungan ini
dikomposisikan dengan campuran kimia tertentu, sehingga dihasilkan beda potensial antar
sambungan yang akan berubah terhadap suhu yang dideteksi. Termocouple dapat mengukur
temperatur dalam jangkauan suhu yang cukup besar antara -200oC sampai 1800oC dengan
batas kesalahan pengukuran kurang dari 1 C.
Thermometer hanya mampu mengukur hingga suhu 100C. Dalam perindustrian,
pengukuran suhu untuk peleburan timah atau apapun memerlukan alat untuk mengukur suhu
dan thermometer tidak dapat digunakan karena hanya mempunyai rentang 0C 100C.
Zat cair yang sering digunakan sebagai pengisi termometer yaitu raksa atau alkohol.

8. Kecepatan fluidisasi minimum


Kecepatan saat terjadi bubbling/terjadi gelembung pada permukaan unggun.
Kecepatan fluidisasi minimum (umf) merupakan kecepatan superficial terendah yang
dibutuhkan untuk terjadinya fluidisasi.

Aplikasi Fluidisasi
Aplikasi fluidisasi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari adalah saat kita membuat
popcorn. Butiran popcorn, yang ukuran dan bentuknya hampir sama, tercampur dalam aliran
udara panas yang mengalir dari bagian bawah tungku. Beberapa proses yang menerapkan
fluidisasi: (1) Proses Kimia Katalitik: Fischer-Tropsch systhesis; oksidasi SO2 menjadi SO3;
klorinasi atau brominasi methanen ethylene. (2) Proses Kimia Nonkatalitik: pemanggangan
sulfide dan bijih sulfat (ZnS, pyrite, CN2S), pembakaran waste liquids dan solid refuse;
pembakaran batubara dan bahan baker lain. (3) Proses Fisis: pengeringan (fosfat, batubara,
polipropilen, makanan), granulasi (pupuk, obat-obatan); pengadukan; pelapisan polimer pada
logam, dan lain sebagainya.

Operasi Secara Kimia


Contoh: Reaksi gas dengan katalis padat dan reaksi padat dengan gas.

Adapun fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain:
1. Fenomena fixed bed yang terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum yang
dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan tetap diam.
Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Fenomena fixed bed

2. Fenomena minimum or incipient fluidization yang terjadi ketika laju alir fluida
mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi ini
partikel-partikel padat mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Fenomena minimum or incipient fluidization

3. Fenomena smooth or homogenously fluidization terjadi ketika kecepatan dan distribusi


aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun sama atau homogen
sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam. Lihat gambar 5.

Gambar 5. Fenomena smooth or homogrnously fluidization

4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung gelembung pada


unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen. Kondisi ini bisa
dilihat gambar 6.

Gambar 6. Fenomena bubbling fluidization


5. Fenomena slugging fluidization yang terjadi ketika gelembung-gelembung besar yang
mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel padat. Pada
kondisi ini terjadi penorakan sehingga partikel-partikel padat seperti terangkat. Kondisi
ini dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. fenomena slugging fluidization

6. Fenomena chanelling fluidization yang terjadi ketika dalam ungggun partikel padatan
terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar
8.

Gambar 8. Fenomena chanelling fluidization

7. Fenomena disperse fluidization yang terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui
kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan terbawa
aliran fluida dan ekspansi mencapai nilai maksimum. Kondisi ini ditunjukkan pada
Gambar 9.
Gambar 9. Fenomena disperse fluidization

Anda mungkin juga menyukai