Prinsip Fluidisasi
Proses fluidisasi merupakan metode pengontakkan butiran-butiran padat dengan fluida
seperti gas atau air sehingga butiran-butiran padat tersebut bersifat seperti fluida. Fluidisasi
sendiri dapat terjadi jika gaya seret fluida dapat mendukung gaya berat dari partikel unggun
yang arahnya berlawanan dengan gaya seret. Gaya seret ini juga menyebabkan unggun
mengembang dan tahanan aliran udara mengecil.
Pada percobaan fluidisasi, pengaturan variasi laju alir udara akan dilakukan sehingga dapat
diketahui hubungan antara laju alir udara dengan tinggi unggun dan penurunan
tekanan/pressure drop sepanjang unggun, akan diketahui apakah dengan peningkatan laju
alir udara, tinggi bed dan pressure drop juga akan meningkat atau sebaliknya.
Mengatur variasi laju alir, temperature heater dan posisi heater dan thermocouple untuk
mengetahui hubungan antara laju alir udara dengan koefisien transfer panas pada unggun
(h)
2. Fungsi HE
Heat Exchanger adalah alat penukar panas yang dapat digunakan untuk memanfaatkan atau
mengambil panas dari suatu fluida untuk dipindahkan ke fluida lain. Proses perpindahan
panas ini biasanya terjadi dari fase cair ke fase cair atau dari fase uap ke fase cair.
HE pada proses fluidisasi berfungsi untuk menaikkan temperature/memberikan panas pada
chamber dan bed sehingga perpindahan panas dapat terjadi pada bed
3. Pengaruh HE
5. Persamaan ergun
Untuk memprediksi Umf, Ergun menurunkan suatu korelasi dengan cara menyamakan
pressure drop pada saat Umf dengan berat unggun persatuan luas dan diperoleh persamaan
sebagai berikut.
Suku pertama persamaan Ergun dominan untuk aliran laminer sedangkan suku kedua
dominan pada aliran turbulen.
6. Suhu mempengaruhi fluidisasi
Kecepatan superfisial mempengaruhi suhu pada bed dan chamber. Ketika kecepatan udara
dinaikkan turbulensi udara semakin meningkat dan akan menambah tingkat kenaikan suhu
pada bed dan chamber. Hal ini akan memberikan pengaruh juga terhadap bubbling dan
tingkat kenaikan suhu
Ketika terjadi fluidisasi, partikel akan bergerak dengan cara mengalir seperti fluida,
sehingga akan terjadi perpindahan panas secara konveksi antarpartikel tersebut. Perpindahan
panas ini dipengaruhi oleh kecepatan superfisial. Seperti yang telah diketahui, kecepatan akan
mempengaruhi jenis aliran suatu fluida, yang dapat dievaluasi dari bilangan Reynold. Dengan
semakin tingginya kecepatan (dalam hal ini kecepatan superfisial), maka bilangan Reynold
akan semakin besar pula, dan semakin turbulen. Aliran turbulen akan menyebabkan aliran
panas akan merata, dan akan menyebabkan perpindahan panas semakin besar. Selain itu, dari
literatur juga telah diketahui bahwa bilangan Reynold berbanding lurus dengan bilangan
Nusselt, dimana bilangan Nusselt merupakan salah satu faktor dalam koefisien perpindahan
kalor konveksi.
Ketika terjadi fluidisasi, suhu tiap partikel akan merata atau homogen. Hal ini
dikarenakan partikel akan tersebar naik ke bagian atas karena adanya gelembung. Dengan naik
ke atas, berarti partikel akan menyebar dan suhu tiap partikel akan sama. Selain itu, luas
permukaan kontak partikel dengan gelembung udara juga dapat menyebabkan suhu partikel
akan stabil, dimana suhu partikel dan suhu gelembung udara akan cepat mencapai suhu yang
sama.
Aplikasi Fluidisasi
Aplikasi fluidisasi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari adalah saat kita membuat
popcorn. Butiran popcorn, yang ukuran dan bentuknya hampir sama, tercampur dalam aliran
udara panas yang mengalir dari bagian bawah tungku. Beberapa proses yang menerapkan
fluidisasi: (1) Proses Kimia Katalitik: Fischer-Tropsch systhesis; oksidasi SO2 menjadi SO3;
klorinasi atau brominasi methanen ethylene. (2) Proses Kimia Nonkatalitik: pemanggangan
sulfide dan bijih sulfat (ZnS, pyrite, CN2S), pembakaran waste liquids dan solid refuse;
pembakaran batubara dan bahan baker lain. (3) Proses Fisis: pengeringan (fosfat, batubara,
polipropilen, makanan), granulasi (pupuk, obat-obatan); pengadukan; pelapisan polimer pada
logam, dan lain sebagainya.
Adapun fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain:
1. Fenomena fixed bed yang terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum yang
dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan tetap diam.
Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Fenomena fixed bed
2. Fenomena minimum or incipient fluidization yang terjadi ketika laju alir fluida
mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi ini
partikel-partikel padat mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 4.
6. Fenomena chanelling fluidization yang terjadi ketika dalam ungggun partikel padatan
terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar
8.
7. Fenomena disperse fluidization yang terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui
kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan terbawa
aliran fluida dan ekspansi mencapai nilai maksimum. Kondisi ini ditunjukkan pada
Gambar 9.
Gambar 9. Fenomena disperse fluidization