Anda di halaman 1dari 14

Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Universitas Airlangga

PROPOSAL PROGRAM
SOSIALISASI PEMILIHAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TEPAT
SAAT MENGKONSUMSI OBAT ASMA (GOLONGAN TEOFILIN) PADA
USIA REMAJA DI SMA NEGERI 7 SURABAYA

Oleh:
Dimas Cendana
Kelas C / 051411131175

DEPARTEMEN FARMASI KOMUNITAS

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2017
DAFTAR ISI
SAMPUL
DAFTAR ISI . 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 2-3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Kegiatan ...................................................................................................... 3
1.4 Sasaran Kegiatan ..................................................................................................... 4
1.5 Metode Kegiatan...................................................................................................... 4
1.6 Media Penyuluhan ................................................................................................... 4
1.7 Manfaat Kegiatan .................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSATAKA
2.1 Mekanisme Terjadinya Interaksi Obat ...................................................................... 5
2.2 Farmakokinetik ......................................................................................................... 6-7
2.3 Teofilin ..................................................................................................................... 7-8
2.4 Interaksi Obat dengan Makanan........ 8
BAB III RENCANA KEGIATAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan................................................................................ 9
3.2 Target Kegiatan ........................................................................................................ 9
3.3 Panitia Pelaksanaan................................................................................................... 9
3.5 Susunan Acara .......................................................................................................... 10
3.5 Anggaran Kegiatan ... 11
BAB IV EVALUASI KEGIATAN DAN PENUTUP
4.1 Evaluasi Kegiatan.. 12
4.2 Penutup...12
DAFTAR PUSATAKA .13

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Drug Related Problems (DRPs) merupakan suatu kejadian tidak diharapkan berupa
pengalaman pasien yang melibatkan atau diduga berkaitan dengan terapi obat yang
mempengaruhi outcome terapi pasien (Oktatianti et al., 2015) Identifikasi DRPs pada
pengobatan penting dalam rangka mengurangi morbiditas, mortalitas dan biaya terapi obat
(Ernst et al., 2001). Salah satu penyebab kejadian DRPs yaitu kesalahan dalam penggunaan
obat. Kesalahan dalam pemakaian obat bisa menyebabkan terjadinya interaksi obat.
Interaksi obat terjadi jika efek suatu obat (index drug) berubah akibat adanya obat lain
(precipitant drug), makanan, atau minuman. Interaksi obat dapat menghasilkan efek yang
memang dikehendaki (Desirable Drug Interaction), atau efek yang tidak dikehendaki
(Undesirable/Adverse Drug Interactions = ADIs) yang lazimnya menyebabkan efek samping
obat atau toksisitas karena meningkatnya kadar obat didalam plasma, atau sebaliknya
menurunnya kadar obat dalam plasma yang menyebabkan hasil terapi menjadi tidak optimal.
Sejumlah besar obat baru yang dilepas di pasaran setiap tahunnya menyebabkan munculnya
interaksi baru antar obat dan makanan akan semakin sering terjadi (Gitawati, 2008).
Selama ini, di masyarakat terdapat berbagai macam metode terkait cara minum obat. Jika
kita ingin meluruskan metode yang salah tentang pemakaian obat, mau tak mau kita harus
memilik ilmu farmakokinetika, yakni ilmu tentang nasib obat di dalam badan. Obat masuk ke
tubuh kita akan mengalami berbagai peristiwa yakni ADME (absorpsi/penyerapan, distribusi,
metabolisme dan ekskresi). Gangguan akibat meminum obat dapat terjadi apabila kita tidak
mengetahui obat itu dapat berinteraksi dengan apa saja bisa dengan obat bisa pula dengan
makanan. Apabila kita mengkonsumsi makanan yang dapat berinteraksi dengan obat akibatnya
bisa baik bagi tubuh dan juga bisa berakibat buruk. Apabila obat berinteraksi dengan makanan
bisa saja makanan tersebut mempercepat kerja obat begitu juga sebaliknya makanan juga dapat
memperlambat atau menghambat kerja obat (Doux, 2011). Salah satu alpikasi interaksi obat
dengan makanan atau minuman yaitu pada penggunaan obat asma.
Asma sendiri merupakan penyakit kronis saluran pernapasan yang ditandai oleh inflamasi,
peningkatan reaktivitas terhadap berbagai stimulus, dan sumbatan saluran napas yang bisa
kembali spontan atau dengan pengobatan yang sesuai. Meskipun pengobatan efektif telah
dilakukan untuk menurunkan morbiditas karena asma, keefektifan hanya tercapai jika

2
penggunaan obat telah sesuai. Seiring dengan perlunya mengetahui hubungan antara terapi
yang baik dan keefektifan terapetik, baik peneliti maupun tenaga kesehatan harus memahami
faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien (Departemen Kesahatan RI).
Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini
tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di
Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma
menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan
bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai
penyebab kematian ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di
seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru
2/1000. Studi pada anak usia SLTP di Semarang dengan menggunakan kuesioner International
Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC), didapatkan prevalensi asma (gejala asma
12 bulan terakhir/recent asthma) 6,2 % yang 64 % diantaranya mempunyai gejala klasik
(Departemen Kesahatan RI).
Dikarenakan penyakit asma merupakan penyakit yang berbahaya maka dalam hal ini,
penggunaan obat yang tepat sangat diperlukan agar interaksi obat yang buruk dapat diatasi.
Apoteker dalam hal ini dapat membantu memotivasi pasien untuk patuh dalam pengobatan,
memberikan informasi dan konseling serta membantu dalam pencatatan untuk pelaporan. Oleh
karena itu, untuk memberikan bekal pengetahuan bagi masyarakat umum terutama di usia
produktif sebagai sumber informasi terutama untuk masalah terkait dengan obat asma,
diadakan progam sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana tingkat pengetahuan siswa siswi di SMA Negeri 7 Surabaya mengenai cara
penggunaan obat asma yang baik dan benar ?

1.3 Tujuan Kegiatan


Tujuan Umum :
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa siswi di SMA Negeri 7 Surabaya mengenai cara
penggunaan obat asma secara tepat dan benar
Tujuan Khusus :
1. Memberikan pengetahuan mengenai cara penggunaan obat asma yang benar.
2. Memperbaiki dan menjelaskan pengetahuan yang kurang mengenai konsumsi obat asma

3
1.4 Sasaran Kegiatan
Sasaran dari kegiatan sosialisasi ini beberapa siswa siswi kelas 7,8,9 di SMA Negeri 7
Surabaya

1.5 Metode Kegiatan


Metode kegiatan yang digunakan adalah kita Sekolah SMA negeri 7 dan memberikan edukasi
melalui persentasi dan diskusi bersama

1.6 Media Penyuluhan


Media yang akan digunakan yaitu slide power point serta poster mengenai obat asma

1.7 Manfaat Kegiatan


Diharapkan setelah diberikan penyuluhan siswa siswi di SMA negeri 7 dapat mengetahui cara
mengkonsumsi obat asma secara benar, dan mengerti hal-hal apa saja yang tidak boleh
diminum atau dimakan setelah minum obat asma, serta dapat mengajarkan dan
mengaplikasikannya di keluarga mereka maupun di masyarakat lingkungan mereka.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mekanisme Terjadinya Interaksi-obat
Mekanisme interaksi obat dapat melalui beberapa cara, yakni
a. Interaksi farmasetik :
Interaksi farmasetik atau disebut juga inkompatibilitas farmasetik bersifat langsng dan
dapat secara fisik atau kimiawi, misalnya terjadinya persipitasi, perubahan warna, tidak
terdeteksi (invisible), yang selanjutnya menyebabkan obat menjadi tidak aktif. Contoh
:interaksi karbenisilin dengan gentamisin terjadi inaktivasi; fenitoin dengan larutan
dextrose 5% terjadi presipitasi; amfoterisin B dengan larutan NaCL fisiologik, terjadi
presipitasi
b. Interaksi farmakokinetik :
Interaksi dalam proses farmakokinetik, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi (ADME) dapat meningkatkan ataupun menurunkan kadar plasma obat. Interaksi
obat secara farmakokinetik yang terjadi pada suatu obat tidak dapat diekstrapolasikan (tidak
berlaku) untuk obat lainnya meskipun masih dalam satu kelas terapi, disebabkan karena
adanya perbedaan sifat fisikokimia, yang menghasilkan sifat farmakokinetik yang berbeda.
Contohnya, interaksi farmakokinetik oleh simetidin tidak dimiliki oleh H2-bloker lainnya;
interaksi oleh terfenadin, aztemizole tidak dimiliki oleh antihistamin non-sedatif lainnya.
Interaksi yang terjadi pada proses absorpsi gastrointestinal
Mekanisme interaksi yang melibatkan absorpsi gastrointestinal dapat terjadi melalui
beberapa cara: (1) secara langsung, sebelum absorpsi; (2) terjadi perubahan pH cairan
gastrointestinal; (3) penghambatan transport aktif gastrointestinal; (4) adanya perubahan
flora usus dan (5) efek makanan.
c. Interaksi farmakodinamik :
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja pada system
reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang aditif,
sinergistik, atau antagonistik, tanpa ada perubahan kadar plasma ataupun profil
farmakokinetik lainnya. Interaksi farmakokinetik lainnya. Interaksi farmakodinamik
umumnya dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang
berinteraksi, karena klasifikasi obat adalah berdasarkan efek farmakodinamiknya. Selain
itu, umumnya kejadian interaksi farmakodinamik dapat diramalkan sehingga dapat
dihindari sebelumnya jika diketahui mekanisme kerja obat (Gitawati, 2008).

5
2.2 Farmakokinetik
Farmakokinetik secara definitif adalah ilmu yang mempelajari kinetika absorbsi obat,
distribusi, dan eliminasi (metabolisme dan ekskresi) (Shargel dan Yu, 2005). Setelah obat
masuk ke dalam tubuh, molekul obat akan diabsorbsi dari gastrointestinal. Kecepatan absorbsi
dan eliminasi menentukan kadar obat dalam darah yang dicapai oleh sirkulasi sistemik, organ,
jaringan dan sel. Setelah diabsorbsi, obat akan mengalami metabolisme di dalam hati,
dikeluarkan dari hati ke empedu atau mencapai sirkulasi sistemik (Mutschler, 1991). Sebelum
obat mencapai tujuannya dalam tubuh yaitu: tempat kerja dan menimbulkan efek, obat
mengalami banyak proses, secara garis besar prosesproses tersebut terbagi dalam tiga tingkat
yaitu fase biofarmasetika, fase farmakokinetika, dan fase farmakodinamika (Mutschler, 1991).
Dalam tubuh obat mengalami beberapa proses sebagai berikut :
a. Absorbsi
Absorbsi merupakan proses pengambilan obat dari permukaan tubuh (di sini termasuk
juga mukosa saluran cerna) atau dari tempat- tempat tertentu dalam organ dalam ke dalam
aliran darah (Mutschler, 1991). Kecepatan absorbsi terutama tergantung pada bentuk dan
cara pemberian serta sifat fisik kimia dari obat. Obat yang diabsorbsi tidak semua mencapai
sirkulasi sistemik, sebagian akan dimetabolisme oleh enzim di dinding usus atau
mengalami metabolisme eliminasi lintas pertama (first pass metabolism or elimination).
Obat yang demikian mempunyai bioavailabilitas oral yang tidak begitu tinggi meskipun
absorbsi secara oralnya mungkin hampir sempurna. Dengan demikian istilah
bioavailabilitas menggambarkan kecepatan, kelengkapan absorbsi sekaligus metabolisme
sebelum mencapai sirkulasi sistemik (Ganiswarna, 2007). Faktor-faktor seperti luas
permukaan dinding usus, kecepatan pengosongan lambung, pergerakan saluran cerna, dan
aliran darah ketempat absorbsi dapat mempengaruhi laju dan jumlah absorpsi obat
dipengaruhi beberapa faktor, misalnya formulasi, stabilitas obat terhadap asam lambung,
enzim pencernaan dan makanan (Shargel dan Yu, 2005).
b. Distribusi
Distribusi obat ke seluruh tubuh terjadi saat obat mencapai sirkulasi. Selanjutnya obat
harus masuk ke jaringan untuk bekerja. Distribusi obat dibedakan atas dua fase berdasarkan
penyebarannya di dalam tubuh. Distribusi fase pertama terjadi segera setelah penyerapan,
yaitu ke organ yang perfusinya sangat baik misalnya jantung, hati, dan otak. Selanjutnya
distribusi fase kedua jauh lebih luas yaitu mencangkup jaringan yang perfusinya tidak
sebaik organ di atas misalnya otot, visera, kulit dan jaringan lemak. Distribusi ini baru
mencapai keseimbangan setelah waktu yang lebih lama (Ganiswarna, 2007).

6
c. Metabolisme dan Ekskresi
Sebelum dikeluarkan dari tubuh, obat mengalami proses metabolisme (biotransformasi)
terlebih dahulu. Biotransformasi atau metabolisme obat adalah proses perubahan struktur
kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim. Pada proses ini molekul
obat diubah menjadi lebih polar artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam
lemak sehingga lebih mudah di ekskresi melalui ginjal. Selain itu, pada umumnya obat
menjadi inaktif, sehingga biotransformasi sangat berperan dalam mengakhiri kerja obat
(Ganiswarna, 2007). Metabolisme terjadi terutama di hati dan hanya dalam jumlah yang
sangat rendah terjadi dalam organ lain seperti dalam usus, ginjal, paru-paru, limpa, otot,
kulit atau dalam darah (Mutschler, 1991). Seperti halnya metabolisme, ekskresi suatu obat
dan metabolitnya menyebabkan penurunan konsentrasi bahan berkhasiat dalam tubuh
(Mutschler, 1991). Ekskresi ginjal memegang tanggung jawab utama untuk eliminasi
sebagian besar obat (Neal, 2006)

2.3 Teofilin
Teofilin merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit dan mantap di udara.
Teofilin mengandung tidak kurang dari 98,5 % dan tidak lebih dari 101,5 % C7 H8N4O2,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Kelarutan dari teofilin yaitu : larut dalam lebih kurang 180 bagian air; lebih mudah larut
dalam air panas; larut dalam lebih kurang 120 bagian etanol (95%) p, mudah larut dalam larutan
alkali hidroksida dan dalam ammonia encer P (Anonim, 1979).
Teofilin [(3,7-dihidro-1,3-di-metilpurin-2,6-(1H)-dion] atau 1,3-dimetilxantin salah satu
obat yang memiliki indeks terapi sempit yaitu 8-15 mg/L darah. Potensi toksisitasnya telah
diketahui berhubungan dengan kadar teofilin utuh dalam darah yaitu >20 mg/L (Dollery, 1991).
Rasio ekstraksi hepatik teofilin termasuk rendah, yakni 0,09 (Shargel dan Yu, 2005), oleh
karena itu, efek potensialnya ditentukan oleh keefektifan sistem oksidasi sitokrom P450 di
dalam hati (Dollery, 1991). Menurut Rahmatini et al. (2004) teofilin dimetabolisme oleh enzim
mikrosom hepar sitokrom P450 CYP 1A2.

7
Mekanisme kerja teofillin menghambat enzim nukleotida siklik fosfodiesterase (PDE).
PDE mengkatalisis pemecahan AMP siklik menjadi 5- AMP dan GMP siklik menjadi 5-
GMP. Penghambatan PDE menyebabkan penumpukan AMP siklik dan GMP siklik, sehingga
meningkatkan tranduksi sinyal melalui jalur ini. Teofilin merupakan suatu antagonis kompetitif
pada reseptor adenosin, kaitan khususnya dengan asma adalah pengamatan bahwa adenosin
dapat menyebabkan bronkokonstriksi pada penderita asma dan memperkuat mediator yang
diinduksi secara imunologis dari sel must paru-paru (Goodman & Gilman, 2007). Teofilin
merupakan perangsang SSP yang kuat, merelaksasi otot polos terutama bronkus.
Efek samping terpenting berupa mual dan muntah, baik pada penggunaan oral maupun
rektal atau parenteral. Pada dosis berlebih terjadi efek-efek sentral (gelisah, sukar tidur,
tremor,dan konvulsi) dan gangguan pernafasan, juga efekefek kardiovaskuler seperti
takikardia, aritmia, dan hipotensi. Anak kecil sangat peka terhadap efek samping teofilin. Dosis
: oral 3-4 x sehari 125- 250 mg microfine (retard) (Tjay dan Raharja, 2007).

2.4 Interaksi Obat dengan Makanan


Pengetahuan mengenai pengaruh makanan terhadap kerja obat masih sangat kurang, karena
itu pada banyak obat masih belum jelas bagaimana pengaruh pemberian makanan yang sama
terhadap kinetika obat sangat memungkinkan makanan atau minuman mempengaruhi efek obat
yang bersangkutan (Mustchler, 1991). Kemungkinan yang dapat menyebabkan terjadi interaksi
obat dengan makanan adalah
a. perubahan motilitas lambung dan usus
b. perubahan suplai darah di daerah splanchinicus dan mukosa saluran cerna.
c. pengaruh absorbsi obat oleh adsorbsi dan kompleksasi
d. pengaruh transport aktif oleh makanan
e. perubahan biotransformasi dan eliminasi
Sedangkan efek dari interaksi ini adalah :
a. respon terhadap obat berkurang atau sebaliknya respon terhadap obat justru meningkat.
b. berkurangnya nutrisi makanan tersebut.
Seperti contohnya : Obat asma mengandung teofilin atau aminofilin, adanya makanan lemak
tinggi atau cafein akan meningkatkan efek samping teofilin (terjadi gangguan di jantung,
palpitasi). Jangan minum obat asma ini dengan kopi atau sesudah makan lemak tinggi.
Makanan berkadar tinggi karbohidrat seperti nasi akan menurunkan jumlah teofilin yang
terabsorpsi.

8
BAB II
RENCANA KEGIATAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan sosialisasi pemilihan makanan dan minuman yang tepat saat mengkonsumsi obat
asma (golongan teofilin) yang dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Minggu, 15 Oktober 2017
Waktu : Jam 08.30 11.30 WIB
Tempat : Aula SMA negeri 7 Surabaya

3.2 Target Kegiatan


Target kegiatan sosialisasi mengenai cara yang tepat pemilihan makanan dan minuman saat
mengkonsumsi obat asma (golongan teofilin) adalah beberapa siswa siswi SMA negeri 7
Surabaya kelas 7, 8, 9 berjumlah 400 orang

3.3 Panitia Pelaksanaan


Dosen Pembimbing : Azza Faturrohmah, S.Si., M.Si., Apt.
Ketua : Dimas Cendana
Wakil : Yogi Maulana
Sekertaris : Ryantita Tunjung S.
Bendahara : Muhammad Hakim Rafiga
Seksi : 1. Koordinator Acara : Andharo Oktobio W. dan Nur Faridah
2. Koordinator Konsumsi : Ayu Safira
3. Koordinator Keamanan : Derian Faridsa

9
3.4 SUSUNAN ACARA

No Waktu Susunan Acara Penanggung Jawab


1 08.00-08.30 Registrasi peserta Ryantita Tunjung S.
Pembagian buku kecil dan roti dan Ayu Safira

2 08.30-09.15 Pembukaan acara Andharo Oktobio


Penjelasan singkat acara kegiatan W. dan Nur Faridah
Sambutan dari Kepala Sekolah SMA
negeri 7
Sambutan panitia
3 09.15-10.15 Pemberiaan materi oleh dosen Fakultas Yogi Maulana dan
Farmasi meliputi : Derian Faridsa
1. Penjelasan mengenai Obat Asma
Golongan Teofilin
2. Bahaya interaksi obat terutama bagi
penderita asma
3. Makanan dan minuman yang memiliki
interaksi terhadap obat asma
4. Penjelasan efek dari masing-masing
makanan dan minuman yang memiliki
interaksi pada obat asma
5. Cara menggunaan obat asma yang
tepat agar efek yang diinginkan sesuai
bukan efek lain yang merugikan
4 10.15-10.30 Sesi tanya jawab antara peserta dan Yogi Maulana dan
pemateri Derian Faridsa
5 10.30-11.00 Pembagian Kelompok dan diskusi Seluruh Panitia
bersama panita tentang materi
6 11.00-11.30 Penutupan, pemberian hadiah terhadap Dimas Cendana dan
beberapa peserta yang paling aktif Muhammad Hakim
bertanya, dan pemberian Plakat untuk Rafiga
Kepala Sekolah SMA negeri 7

10
3.5 Anggaran Kegiatan
Nama Bahan Jumlah Harga Satuan Harga Total
Pemateri dosen Fakultas 1 jam Rp 500.000,00 Rp 500.000,00
Farmasi :
Mahardian Rahmadi,
S.Si.,M.Sc.,Ph.D
Poster 4 Rp 3500,00 Rp 14.000,00
Konsumsi roti 420 Rp 4000,00 Rp 1.680.000,00
Buku catatan kecil 400 Rp 1500,00 Rp 600.000,00
Plakat 1 Rp 30.000,00 Rp 30.000,00
Hadiah untuk peserta 10 Rp 10.000,00 Rp 100.000,00
TOTAL Rp 2.924.000,00

11
BAB IV
EVALUASI KEGIATAN DAN PENUTUP
4.1 Evaluasi Kegiatan
a. Evaluasi Struktur
Persiapan poster, buku catatan untuk peserta, dan konsumsi sebelum
berlangsungnya acara kegiatan
Persiapan struktur acara yang berlangsung dan pendatangan pemateri dari Fakultas
farmasi
Dalam penyiapan alat-alat yang digunakan saat acara berlangsung (Sound system,
Mic, dll)
Persiapan struktur waktu kegiatan untuk acara yang dilaksanakan dan penentuan
tempat acara berlangsung
b. Evaluasi Proses
Penyesuaian penggunaan waktu ditiap kegiatan dengan rundown acara yang telah
dibuat
Respon dari peserta saat kegiatan materi hingga proses tanya jawab dan diskusi
berasama

4.2 PENUTUP
Demikian proposal kegiatan sosialisasi untuk siswa siswa SMA negeri 7 Surabaya
mengenai pemilihan makanan dan minuman yang tepat saat mengkonsumsi obat asma
(golongan teofilin). Proposal ini kami susun dengan sebaiknya-baiknya dan kami selaku panitia
pelaksana berharap Semoga acara ini dapat terlaksana sebagaimana yang kita harapkan. Kami
juga berterima kasih atas kerjasama seluruh pihak yang membantu pelaksanaan acara ini.

12
DAFTAR PUSTAKA
Oktianti, D., Sulistyaningrum, E., Prasetiyowati, N. and Safitri, D.D.T., 2017. Identifikasi Drug
Related Problems (DRPs) Kategori Ketidaktepatan Pemilihan Obat, Ketidaktepatan
Dosis Dan Interaksi Obat Pada Pasien Hipertensi Geriatri Di Instalasi Rawat Jalan RSUD
RAA Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2015. Jurnal Farmasi dan Obat Alam, 5(1),
pp.1-10.

Ernst, F. R. and A. J. Grizzle.2001. Drug Related Morbidity and Mortality: Updating the Cost
ofIllness Model. J Am Pharm Assoc,

Gitawati, R., 2008. Interaksi obat dan beberapa implikasinya. Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 18(4 Des).

KESEHATAN, D.B.K.D.A. and RI, D.K., 2007. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK


PENYAKIT ASMA.

Wulandari, R., 2009. Profil Farmakokinetik Teofilin Yang Diberikan Secara Bersamaan
Dengan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Pada Kelinci Jantan (Doctoral
dissertation, Univerversitas Muhammadiyah Surakarta).

Shargel, L. dan Yu. (2005). Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Edisi Kedua.
Surabaya: Airlangga University Press.

Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat, Edisi V, 88, Penerbit ITB, Bandung.

Ganiswarna, S.G. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FakultasKedokteran UI.

Dollery, Colin. 1991. Therapeutic DRUG. Churchill Livingstone. A 143.

Gilman, A.G., 2007, Goodman & Gilman Dasar Farmakologi Terapi, diterjemahkan oleh Tim
Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB, Edisi X, 877, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta.

Tjay, T. H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek
Sampingnya. Edisi ke VI. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Dhoux, T. 2011.Interaksi Obat dan Makanan. http://thydoux.blogspot.co.id/2011/02/interaksi-


obat-dan-makanan.html. 10 Januari 2017 (17.46)

13

Anda mungkin juga menyukai