Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yusril Binabari

NIM : D11116024

Prodi : Teknik Sipil

Pendididikan Kewarganegaraan Sebagai Ilmu Pengetahuan dan Sains

Sebelum kita membahas mengapa Pendidikan Kewarganegaraan disebut sebagai ilmu


pengetahuan, sebaiknya kita terlebih dahulu harus mengetahui latar belakang lahirnya ilmu
pengetahuan.

Pada zaman dahulu sebelum manusia mengetahui ilmu pengetahuan, manusia


menggunakan akal atau ratio dalam memahami sesuatu. Dengan akal manusia mampu
memilih, mempertimbangkan, dan mengupayakan jalan hidupnya serta memilih dan
menentukan apa yang harus dilakukan. Namun, karena kemampuan manusia dalam menyerap
pengalaman dan pendidikan tidak sama. Maka tidak ada kemampuan akal antar manusia yang
betul-betul sama. Contohnya pada zaman pra aksara atau zaman sebelum mengenal tulisan,
dimana manusia belum mengenal namanya teknologi maka mereka mencari cara agar dapat
bertahan hidup. Mereka mulai berburu dan bercocok tanam serta membuat peralatan dari batu
untuk dijadikan alat memasak sebagai hasil dari akal mereka. Contoh lain adalah pada zaman
dulu ketika manusia belum mengetahui ilmu farmasi, maka mereka menggunakan akal mereka
dengan cara pergi ke orang pintar dukun untuk meminta mantra ataupun doa-doa untuk
menyembuhkan penyakit mereka.

Setelah itu, muncullah hasrat ingin tahu pada manusia itu sendiri. Berdasarkan
kodratnya manusia dibekali dengan hasrat ingin tahu. Dengan adanya hasrat ingin tahu, selalu
timbul berbagai pertanyaan dalam diri mansuia. Oleh karena itu, manusia selalu berusaha
mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Berdasarkan akal budinya manusia manusia
mengembangkan pengetahuan yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.Hasrat ingin tahu
dalam memenuhi kelangsungan hidupnya, manusia harus memperoleh pengetahuan baru, atau
pemecahan masalah, sebagai jawaban atas pertanyaan. Pengetahuan yang diinginkan adalah
pengetahuan yang benar, atau secara singkat disebut kebenaran.Untuk memperoleh
pengetahuan yang benar (kebenaran) tersebut, maka dapat digunakan dua pendekatan, yaitu:
pendekatan Non Ilmiah dan pendekatan Ilmiah. Contohnya manusia sering bertanya-tanya
mengapa terjadi gerhana bulan? atau bahkan manusia ingin tahu bagaimana gempa bumi bisa
terjadi?
Dari hasrat ingin tahu manusia ini, maka muncullah legenda. Legenda adalah cerita
prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita sebagai sesuatu yang benar-benar
terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history).
Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi
sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Contohnya pada zaman dulu orang
berpikir bahwa terjadinya gempa karena ada seorang raksasa yang sedang mengamuk. Bahkan
di Gorontalo ada legenda bahwa jika kita menyapu malam hari maka makhluk halus akan
datang dan mengelilingi sudut-sudut rumah. Entah legenda itu benar atau tidak tetapi sampai
sekarang masih banyak rakyat Gorontalo yang mempercayai itu.

Seiring perkembangan zaman, masyarakat mulai meninggalkan legenda masyarakat


zaman dahulu, mereka mulai berpikir dengan akal sehat (common sense). Akal Sehat (common
sense) merupakan serangkaian konsep yang dapat digunakan untuk menyimpulkan hal yang
benar. Hanya menggunakan logika berpikir saja. Contohnya Kemacetan lalu lintas di Lampu
merah disebabkan oleh padatnya jumlah kendaran. Secara akal sehat benar, padahal belum
tentu hanya oleh jumlah kendaraan yang banyak. Mungkin saja karena kesadaran pengendara
mobil. Contoh lain adalah manusia mulai menganalisis secara akal sehat bahwa terjadinya
gempa bumi bukan disebabkan karena adanya raksasa yang mengamuk melainkan adanya
pergeseran kerak bumi (lempeng bumi).

Dengan adanya akal sehat maka muncullah filsafat. Secara umu filsafat bisa dikatakan
sebagai dasar-dasar ilmu pengetahuan. Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat
tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi
dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan
argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu
dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika
berpikir dan logika bahasa. Seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf". Istilah
filsafat berasal dari bahasa Yunani: philosophia. Seiring perkembangan jaman akhirnya
dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : philosophic dalam kebudayaan bangsa Jerman,
Belanda, dan Perancis; philosophy dalam bahasa Inggris; philosophia dalam bahasa Latin;
dan falsafah dalam bahasa Arab. Para filsuf memberi batasan yang berbeda-beda mengenai
filsafat, namun batasan yang berbeda itu tidak mendasar. Selanjutnya batasan filsafat dapat
ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara terminologi. Secara etimologi, istilah
filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia
philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta
kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam
arti hakikat.
Dengan adanya dasar-dasar ilmu pengetahuan (filsafat) maka muncullah ilmu
pengetahuan. Ilmu Pengetahuan adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan
menggunakan kekuatan pikiran dan pengetahuan yang kebenarannya dapat diperiksa, ditelaah
atau dikontrol dengan kritis oleh semua orang yang ingin mengetahuinya.

Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian


ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu pengetahuan terbagi menjadi dua, yaitu eksakta
dan non eksakta. Eksakta contohnya Kimia, Fisika, Matematika, dll. Sedangkan non eksakta
contohnya sosiologi, antropologi, dll.

Dan untuk mengetahui apakah suatu hal bisa dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan
atau tidak maka dibutuhkan komponen atau unsur ilmu pengetahuan serta sifat ilmu
pengetahuan yang wajib dipahami terlebih dahulu.

Adapun unsur-unsur ilmu pengetahuan antara lain :

Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancaindra.
Contohnya, orang bisa membedakan warna karena dia menggunakan mata untuk
membedakan jenis-jenis warna.

Sistematis
Sistematis adalah adalah urut-urutan antar elemen sebagai satu kesatuan sehingga bisa
memberikan gambaran dari garis besar ilmu pengetahuan yang sedang dipelajari.
Contohnya, jika kita hendak membuat suatu laporan maka kita harus mengurutkannya
secara sistematis dan teratur.

Pikiran
Pengetahuan diperoleh dari kenyataan dengan melihat dan mendengar sendiri secara
langsung ataupun melalui alat komunikasi. Apa saja yang diperoleh dari realita tersebut
diorganisasi dalam otak untuk dianalisis menggunakan logika.
Contohnya, sebelum kita menulis suatu laporan maka sebaiknya kita harus menganalisis
data-data yang ada dalam laporan tersebut secara baik dan benar dengan menggunakan
otak dan logika.

Dikontrol/ditelaah
Ilmu pengetahuan dapat dikritisi dan dikontrol oleh siapapun sehingga ilmu tersebut benar-
benar objektif. Artinya pengetahuan tersebut harus dapat dikemukakan, sehingga
keberadaannya dapat diketahui oleh umum, diperiksa dan diuji kebenarannya. Sifat ilmu
pengetahuan adalah terbuka, tidak ada satupun dari ilmu pengetahuan tersebut yang
dirahasiakan atau disembunyikan. Sifat objektif dan terbuka ilmu pengetahuan menjadikan
kebenarannya dapat diuji oleh siapapun.
Contohnya, jika kita menciptakan sesuatu maka hasil ciptaan itu kita tunjukkan kepada
khalayak umum untuk dikontrol dan dikritik oleh mereka sehingga bisa menjadikan tolak
ukur terhadap apa yang sudah kita ciptakan.

Sifat-sifat ilmu pengetahuan adalah bersifat akumulatif, mutlak, dan objektif. Adapun ciri-ciri
umum daripada ilmu, yaitu:

1. Rasional
2. Empiris
3. Umum
4. Akumulatif

Syarat-syarat ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:

Objektif.

Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat
hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.

Metodis

Adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya


penyimpangan dalam mencari kebenaran.

Sistematis.

Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus
terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu
sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian
sebab akibat menyangkut objeknya.

Universal.

Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak
bersifat tertentu).
3 fungsi ilmu pengetahuan yang utama yaitu:

1. Ilmu pengetahuan itu menjelaskan (explaining, Describing)


Fungsi ilmu pengetahuan dalam menjelaskan memiliki 4 bentuk yaitu a. Deduktif, yaitu
ilmu harus dapat menjelaskan sesuatu berdasarkan premis pangkal ilir yang telah ditetapkan
sebelumnya b) Probabilistik, Ilmu pengetahuan dapat menjelaskan berdasarkan pola pikir
induktif dari sejumlah kasus yang jelas, sehingga hanya dapat memberi kepastian (tidak mutlak)
yang bersifat kemungkinan besar atau hampir pasti. c) Fungsional, ilmu pengetahuan dapat
menjelaskan letak suatu komponen dalam suatu sistem secara menyeluruh, d) Genetik, ilmu
pengetahuan dapat menjelaskan suatu faktor berdasarkan gejala-gejala yang sudah sering
terjadi sebelumnya.

2. Meramalkan (prediction)
Ilmu pengetahuan harus dapat menjelaskan faktor sebab akibat suatu peristiwa atau
kejadian, misalnya apa yang akan terjadi jika harga naik.

3. Mengendalikan (controlling)
Fungsi Ilmu pengetahuan dalam mengendalikan harus dapat mengendalikan gejala alam
berdasarkan suatu teori misalnya bagaimana mengendalikan kurs rupiah dan harga.

Anda mungkin juga menyukai