PENDAHULUAN
pada kelenjar getah bening yang abnormal, baik ukuran, konsistensi, dan jumlahnya.
Kelenjar getah bening (KGB) normal biasanya berdiameter kurang dari 1 cm dan
cenderung lebih besar pada dewasa muda. Pembesaran KGB yang abnormal terjadi bila
Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh manusia.
Limfadenopati adalah pembesaran kelenjar limfe sebagai respon terhadap proliferasi sel
Organ ini sangat penting untuk fungsi sistem kekebalan tubuh yang bertugas untuk
Tubuh manusia memiliki kurang lebih 600 KGB. Pada orang normal, KGB sering
teraba di daerah inguinal karena trauma kronik dan infeksi yang sering terjadi di
ekstremitas bawah. Sekitar 55% pembesaran KGB terjadi di daerah kepala dan leher.2
Sistem aliran kelenjar getah bening leher merupakan hal yang penting untuk
dipelajari karena inflamasi maupun keganasan yang terjadi pada kepala dan leher akan
bermanifestasi ke kelenjar limfe leher. Pada setiap sisi leher terdapat 75 buah kelenjar
limfe, sebagian besar berada pada rangkaian jugularis interna dan spinalis asesorius.3
Pembesaran kelenjar limfe leher akibat proses metastase keganasan kepala dan leher
merupakan faktor yang berperan penting untuk menentukan prognosis. Jika ditemukan
adanya metastase ke kelenjar limfe leher maka akan menurunkan five years survival rate
sebanyak 50%. 4
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Leher merupakan bagian tubuh yang terletak antara thoraks dan caput kepala. Batas
atas adalah basis mandibula. Batas kaudal dari depan kebelakang dibentuk oleh insisura
2
Gambar 1. Anatomi Leher 5
Keempat saraf ini berasal dari Nn Servikalis II, III dan IV dan terlindung di bawah
Digastricus.
3
Saraf-saraf cranial yang dimaksud adalah :
1. N. Vagus, keluar melalui Foramen Jugularis, mempersarafi saluran pernafasan dan
saluran pencernaan.
2. N. Glossopharyngeus, keluar bersama N. Vagus , terletak diantara karotis interna dan
jugularis interna. Merupakan saraf motorik untuk M. Stylopharyngeus.
3. N. Asesorius, berasal dari cranial dan C5 atau C6. Merupakan motorik untuk otot
sternokleidomastoideus dan otot trapezius, sedangkan cabang cervicalnya bertugas
sebagai saraf sensorik.
4. N. Hypoglossus, keluar melalui cranial hypoglossus, merupakan motorik untuk lidah.
Otot-otot Leher 5
1. M. Digastricus, terdiri dari venter anterior dan posterior. Berjalan dari os temporal ke
arkus mandibula, merupakan landmark yang penting di bagian atas leher. Kedua
4
2. Mm infrahyoid, yang terdiri dari :
a. M. Sternohyoid :
Otot ini berorigo pada manubrium sterni dan berinsersi di os. hyoid.
b. M. Omohyoid
Otot ini terdiri dari 2 venter (superior dan inferior) yang berjalan mulai dari skapula
dan lig. supraskapula menuju ke atas dan berakhir sebagai tendo intermedius.
c. M. Sternothyroid
Otot ini merupakan landmark penting dalam pembedahan thyroid untuk menemukan
cleavage plane. Origonya terletak di manubrium sterni dan berinsersi di lamina kartilago
thyroid, berjalan menutupi sebagian Glandula Thyroid. Kontraksinya menyebabkan
laryng bergerak ke bawah.
d. M. Thyrohyoid,
Otot ini berorigo di kartilago thyroid dan berinsersi di os hyoid. Otot ini menutupi
membrana thyrohyoid, dan kontraksinya menarik hyoid ke bawah, tetapi bila hyoid
difiksir oleh otot suprahyoid, kontraksinya akan mengangkat laryng.
5
Jaringan di leher dibungkus oleh 3 fasia, yaitu: 5
1. Fasia koli superfisialis membungkus muskulus sternokleidomastoideus dan
berlanjut ke garis tengah leher untuk bertemu dengan fasia pada sisi lain.
2. Fasia koli media membungkus otot pretrakeal dan bertemu pula dengan fasia sisi
yang lain di garis tengah yang juga merupakan pertemuan dengan fasia koli superfisialis.
Ke dorsal fasia koli media membungkus arteri karotis komunis, vena jugularis interna
dan nervus vagus menjadi satu.
3. Fasia koli profunda membungkus muskulus prevertebralis dan bertemu ke lateral
dengan fasia koli media. Perlukaan sebelah dalam fasia koli media berbahaya karena
berhubungan langsung ke mediastinum.
Sekitar 75 buah kelenjar limfa terdapat pada setiap sisi leher, kebanyakan berada
pada rangkaian jugularis interna dan spinalis asesorius. Kelenjar limfe yang selalu terlibat
dalam metstasis tumor adalah kelenjar limfe pada rangkaian jugularis interna, yang
terbentang antara klavikula sampai dasar tengkorak. Rangkaian jugularis interna ini
dibagi dalam kelompok superior, media dan inferior. Kelompok kelenjar limfe yang lain
asesorius, skalenus anterior dan supraklavikula. Hampir semua bentuk radang dan
keganasan kepala dan leher akan melibatkan kelenjar getah bening leher. Bila ditemukan
pembesaran kelenjar getah bening di leher, perhatikan ukurannya, apakah nyeri atau
tidak, bagaimana konsistensinya, apakah lunak kenyal atau keras, apakah melekat pada
3,6
dasar atau kulit.
Kelenjar limfe servical dibagi ke dalam gugusan superficial dan gugusan profunda.
Kelenjar limfe superficial menembus lapisan pertama fascia servical masuk kedalam
gugusan kelenjar limfe profunda. Meskipun kelenjar limfe nodus kelompok superficial
6
lebih sering terlibat dengan metastasis, keistimewaan yang dimiliki kelenjar kelompok ini
adalah sepanjang stadium akhir tumor, kelenjar limfe nodus kelompok ini masih
menerima aliran limfe dari membran mukosa mulut, faring, laring, glandula saliva dan
- Kelenjar limfa jugularis interna superior menerima aliran limfa yang berasal dari
daerah palatum mole, tonsil, bagian posterior lidah, dasar lidah, sinus piriformis dan
supraglotik laring. Selain itu juga menerima aliran limfa yang berasal dari kelenjar limfa
submandibula.
- Kelenjar limfa jugularis interna media menerima aliran limfa yang berasal langsung
dari subglotik laring, sinus piriformis bagian inferior dan daerah krikoid posterior. Juga
menerima aliran limfa yang berasal dari kelenjar limfa juguglaris interna superior dan
- Kelenjar limfa jugularis interna inferior menerima aliran limfa yang berasal
langsung dari glandula tiroid, trakea , esophagus bagian servikal. Juga menerima aliran
limfa yang berasal dari kelenjar limfa juguglaris interna superior dan media, dan kelenjar
limfa paratrakea.
- Kelenjar limfa submental, terlenta pada segitiga submental di antara platisma dan m
. omohioid di dalam jaringan lunak. Pembuluh aferen menerima aliran limfa yang berasal
dari dagu, bibir bawah bagian tengah, pipi, gusi, dasar mulut bagian depan dan 1/3 bagian
7
bawah lidah. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa submandibula sisi
homolateral atau ontra lateral, kadang-kadang dapat langsung ke rangkaian kelenjar limfa
juguglaris interna.
dalam kelenjar liurnya sendiri. Pembuluh aferen menerima aliran limfa yang berasal dari
kelenjar liur submandibula, bibir atas, bagian lateral bibir bawah, rongga hidung , bagian
anterior rongga mulut, bagian medial elopak mata, palatum mole dan 2/3 depan lidah.
menerima aliran limfa yang berasal dari kulit muka, sekitar kelenjar parotis dan kelenjar
limfa oksipital. Pembuluh efereen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa jugularis interna
superior.
- Kelenjar limfa retrofaring , terletak di antara faring dan fasia prevertebra, mulai
leher dan toraks. Pembuluh aferen menerima aliran limfa dari nasofaring, hipofaring,
telinga tengah dan tuba eustachius. pembuluh eferen megalirkan limfa ke kelenjar limfa
jugularis interna dan kelenjar limfa jugularis interna dan kelenjar limfa spinal asesoris
bagian superior.
- Kelenjar limfa paratrakea, menerima aliran limfa yang berasal dari laring bagian
bawah, hipofaring , esophagus bagian servikal, trakea bagian atas dan tiroid.Pembuluh
eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa jugularis interna inferior atau kelenjar limfe
mediastinum superior.
- Kelenjar limfa spinal asesoris, terletak di sepanjang saraf spinal asesoris, menerima
aliran limfa yang bersal dari kulit kepala bagian parietal dan bagian belakang leher.
8
Kelejar limfa parafaring menerima aliran limfa dari nasofaring, orofaring dan sinus
dan selanjutnya masuk ke duktus torasikus untuk sisi sebelah kiri, dengan untuk sisi yang
sebelah kanan masuk ke duktus limfatius kanan atau langsung ke system vena pada
pertemuan vena jugularis interna dan vena subklavia. Juga duktus torasikus dan duktus
II. Kelenjar yang terletak di 1/3 atas dan termasuk kelenjar getah bening jugularis
9
III. Kelenjar getah bening jugularis di antara bifurkatio karotis dan persilangan
IV. Grup kelenjar getah bening di daerah jugularis inferior dan supraklavikula
10
2.3 Definisi
ukuran atau karakter kelenjar getah bening.8 Limfadenopati adalah hiperplasia limfoid
2.4 Klasifikasi
Limfadenopati dapat dibagi menjadi dua berdasarkan luas daerah yang terkena,
Generalisata, yaitu limfadenopati pada dua atau lebih regio anatomi yang berbeda.
Dari semua kasus pasien yang berobat ke sarana layanan kesehatan primer, sekitar
3/4 penderita datang dengan limfadenopati lokalisata dan 1/4 sisanya datang dengan
limfadenopati generalisata. 7
2.5 Epidemiologi
Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45% anak
normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati adalah salah satu
masalah klinis pada anak-anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak dapat hilang
Berdasarkan studi yang dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi virus
11
cytomegalovirus (CMV) merupakan etiologi yang penting, tetapi kebanyakan disebabkan
oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas. Limfadenitis lokalisata lebih banyak
Salah satu studi yang dilakukan di Belanda, ditemukan 2.556 kasus limadenopati
subspesialis, 3,2% kasus membutuhkan biopsi dan 1.1% merupakan suatu keganasan.
dibandingkan dengan penderita limfadenopati usia <40 tahun yang memiliki risiko
2.6 Etiologi
unusual conditions, dan Iatrogenics. Kelenjar getah bening servikal teraba pada sebagian
besar anak, tetapi ditemukan juga pada 56% orang dewasa. Penyebab utama
limfadenopati servikal adalah infeksi; pada anak, umumnya berupa infeksi virus akut
12
Gambar 6. Penyebab Infeksi pada Limfadenopati Colli 10
Kelenjar getah bening servikal yang mengalami inflamasi dalam beberapa hari,
kemudian berfluktuasi (terutama pada anak-anak) khas untuk limfadenopati akibat infeksi
stafi lokokus dan streptokokus. Kelenjar getah bening servikal yang berfluktuasi dalam
beberapa minggu sampai beberapa bulan tanpa tanda-tanda inflamasi atau nyeri yang
13
atau Bartonella henselae (penyebab cat scratch disease). Kelenjar getah bening servikal
yang keras, terutama pada orang usia lanjut dan perokok menunjukkan adanya
kemungkinan metastasis keganasan kepala dan leher (orofaring, nasofaring, laring, tiroid,
dan esofagus). 11
2.7 Patofisiologi
Apabila jaringan tubuh manusia terkena rangsangan berupa trauma dan reaksi
imun, maka otomatis sel-sel akan mengalami gangguan fisiologis. Sebagai responnya, sel
tubuh terutama mast sel dan sel basofil akan mengalami granulasi dan mengeluarkan
mediator radang berupa histamin, serotonin, bradikinin, sitokin berupa IL-2, IL-6 dan
14
junction. Hal ini mengakibatkan cairan yang ada dalam pembuluh darah keluar ke
jaringan sekitarnya sehingga timbul benjolan pada daerah yang terinfeksi ataupun terkena
trauma. Infeksi dapat menimbulkan pembesaran kelenjar limfe karena apabila mekanisme
pertahanan tubuh berfungsi baik, sel-sel pertahanan tubuh seperti makrofag, neutrofil dan
sel T akan berupaya memusnahkan agen infeksius sedangkan agen infeksius itu sendiri
berupaya untuk menghancurkan sel-sel tubuh terutama eritrosit agar mendapatkan nutrisi.
Kedua upaya perlawanan ini akan mengakibatkan pembesaran kelenjar limfe karena
kelenjar limfe harus bekerja keras untuk memproduksi sel limfoid maupun menyaring sel
tubuh yang mengalami kerusakan dan agen infeksius yang masuk agar tidak menyebar ke
Mekanisme timbulnya benjolan akibat neoplasma, baik yang timbul di otot, sel
limfoid, tulang maupun kelenjar secara umum hampir sama. Awalnya terjadi displasia
dan metaplasia pada sel matur akibat berbagai faktor sehingga diferensiasi sel tidak lagi
peningkatan laju pembelahan sel dan inaktifasi mekanisme bunuh diri sel terprogram. Hal
ini berakibat pada proliferasi sel tak terkendali yang bermanifestasi pada timbulnya
benjolan pada jaringan. Neoplasma dapat terjadi pada semua sel yang ada di leher
15
2.8 Diagnosis
Anamnesis
Kemungkinan penyebab keganasan sangat rendah pada anak dan meningkat seiring
bertambahnya usia. Kelenjar getah bening teraba pada periode neonatal dan sebagian
besar anak sehat mempunyai kelenjar getah bening servikal, inguinal, dan aksila yang
teraba. Sebagian besar penyebab limfadenopati pada anak adalah infeksi atau penyebab
Pajanan
binatang dan gigitan serangga, penggunaan obat, kontak dengan penderita infeksi dan
riwayat infeksi rekuren penting dalam evaluasi limfadenopati persisten. Pajanan setelah
bepergian dan riwayat vaksinasi penting diketahui karena dapat berkaitan dengan
anthrax. Pajanan rokok, alkohol, dan radiasi ultraviolet dapat berhubungan dengan
metastasis karsinoma organ dalam, kanker kepala dan leher, atau kanker kulit. Pajanan
silikon dan berilium dapat menimbulkan limfadenopati. Riwayat kontak seksual penting
Kaposi dan limfoma maligna non-Hodgkin meningkat pada kelompok ini. Riwayat
keganasan pada keluarga, seperti kanker payudara atau familial dysplastic nevus
16
Gejala yang menyertai
keringat malam, dan penurunan berat badan lebih dari 10% dapat merupakan gejala
stadium I dan 68% penderita stadium IV. B symptom juga didapatkan pada 10% penderita
limfoma non-Hodgkin. Gejala artralgia, kelemahan otot, atau ruam dapat menunjukkan
Pemeriksaan Fisik
Kelenjar getah bening yang keras dan tidak nyeri meningkatkan kemungkinan
mempunyai karakteristik bilateral, dapat digerakkan, tidak nyeri, dan berbatas tegas.
Limfadenopati dengan konsistensi lunak dan nyeri biasanya disebabkan oleh inflamasi
karena infeksi. Pada kasus yang jarang, limfadenopati yang nyeri disebabkan oleh
perdarahan pada kelenjar yang nekrotik atau tekanan dari kapsul kelenjar karena ekspansi
Pada umumnya, kelenjar getah bening normal berukuran sampai diameter 1cm,
tetapi beberapa literatur menyatakan bahwa kelenjar epitroklear lebih dari 0,5cm atau
kelenjar getah bening inguinal lebih dari 1,5 cm merupakan hal yang abnormal. Terdapat
17
laporan bahwa pada 213 penderita dewasa, tidak ada keganasan pada penderita dengan
ukuran kelenjar di bawah 1 cm, keganasan ditemukan pada 8% penderita dengan ukuran
kelenjar 1-2,25 cm dan pada 38% penderita dengan ukuran kelenjar di atas 2,25 cm. Pada
anak, kelenjar getah bening berukuran lebih besar dari 2 cm disertai gambaran radiologi
toraks abnormal tanpa adanya gejala kelainan telinga, hidung, dan tenggorokan
mengenai batas ukuran kelenjar yang menjadi tanda kecurigaan keganasan. Ada laporan
evaluasi lebih lanjut untuk menentukan ada tidaknya keganasan dan penyakit
granulomatosa.8
Lokasi kelenjar getah bening daerah leher dapat dibagi menjadi 6 level. Pembagian
ini berguna untuk memperkirakan sumber keganasan primer yang mungkin bermetastasis
18
Gambar 9. Kelompok Kelenjar Limfe Leher Berdasarkan Level dan Dugaan Asal
Tumor Primer Kepala Leher 15
19
Pemeriksaan Penunjang Limfadenopati 7,8
a. Laboratorium :
Darah lengkap dan apusan darah berguna untuk melihat adanya kemungkinan
infeksi atau keganasan darah, sedangkan LED untuk melihat adanya tanda
inflamasi.
- Fungsi hati dan analisis urin untuk melihat penyakit sistemik penyebab
asam urat, kadar kalsium dan fosfat, untuk melihat tanda keganasan.
b. Rontgen Thoraks
Foto rontgen dilakukan apabila dicurigai adanya kelainan di paru seperti tuberculosis,
c. Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat mendiagnosis limfadenopati servikalis.
20
d. CT Scan
e. Biopsi
Fine Needle Aspiration (FNA) dilakukan untuk menentukan histologi kelenjar limfe.
Pemeriksaan ini cukup akurat karena memiliki angka sensitifitas 94-100% dan
spesifisitas 92-98%. FNA dapat membedakan keganasan yang berasal dari sel limfoid
21
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang
22
2.9 Penatalaksanaan
kasus dari pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan
pengobatan apapun selain observasi. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat
menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat
tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan. KGB yang menetap atau
Pemberian antibiotik dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon positif
dalam 72 jam. Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali diagnosis dan
penanganannya.8
Apabila penyebab dari limfadenopati colli ini adalah akibat dari metastasis
keganasan kepala leher dapat dipertimbangkan untuk melakukan terapi operatif, salah
Diseksi Leher
Diseksi leher merupakan tindakan mengangkat kelenjar limfe leher dan dapat
disertai jaringan sekitarnya dengan tujuan menghilangkan sel-sel kanker yang berada
Ada beberapa tipe dari diseksi leher menurut American Head and Neck Society,
23
1. Diseksi leher radikal (RND) : melakukan pembuangan kelenjar leher pada level
2. Diseksi Leher Modifikasi (MND) : seperti RND masih menyisakan satu atau dua
3. Diseksi Leher selektif (SND) : Menyisakan satu atau lebih grup dari kelenjar
4. Diseksi leher diperluas (Extended ND) : seperti RND namun juga membuang
kelenjar leher diluar grup level I-V dan atau beberapa struktur diluar struktur non
limfatik diatas.
24
Gambar 11. Modifikasi Diseksi Leher Radikal 17
25
Gambar 13. Diseksi Leher Diperluas 17
26
BAB 3
KESIMPULAN
besar dari 1 cm. Limfadenopati adalah hiperplasia limfoid sebagai respon terhadap
proliferasi limfosit T atau limfosit B. Limfadenopati biasanya terjadi setelah infeksi suatu
Miscellaneous and unusual conditions, dan Iatrogenics. Kelenjar getah bening servikal
teraba pada sebagian besar anak, tetapi ditemukan juga pada sebagian orang dewasa.
Penyebab utama limfadenopati colli adalah infeksi; pada anak, umumnya berupa infeksi
virus akut yang swasirna. Selain akibat adanya infeksi, limfadenopati colli juga dapat
diakibatkan oleh adanya proses keganasan yang mengenai bagian kepala leher. Kelenjar
limfe regio colli dapat dibagi menjadi 6 level yang masing masing level memiliki aliran
yang berbeda sehingga apabila terjadi keganasan dapat diprediksi darimana asal tumor
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Biopsi memegang peranan penting untuk
mengetahui histologi dari pembesaran kelenjar limfe. Tatalaksana yang dapat dilakukan
penyebabnya adalah infeksi maka tatalaksana yang dapat dilakukan adalah dengan
mengobati infeksi tersebut dengan harapan akan terjadi pengecilan pada kelenjar limfe
ini adalah akibat keganasan maka terapi operatif dapat dipertimbangkan untuk dilakukan.
27
DAFTAR PUSTAKA
2. Sherwood. L., Fisiologi Manusia: dari sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit Buku
3. Soepardi, Efiaty Arsya, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala dan Leher Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Physician; 1998:58:1315.
Physician; 2002:66:2103-10.
Kedokteran; 2009.
10. Peters TR, Edwards KM. Cervical Lymphadenopathy and Adenitis. Pediatrics in
28
11. Fletcher RH. Evaluation of peripheral lymphadenopathy in adults. 2010 Sep [cited
2014
12. Ballenger, John Jacob. Disease of The Nose Throat Ear Head and Neck. Lea &
15. Robbins KT, Clayman G, Levine PA, Medina J, Sessions R. Neck dissetion clasifi
cation update. Revision proposed by the American Head and Neck Society and
16. Lango MN, Omalley BW, Chalian AA. Neck Dissection. ACS Surgery:
17. Medina JE. Neck Dissecction. In: Bailey BJ, Johnson JT, editors. Head & Neck
2006: p. 1585-605.
29