Anda di halaman 1dari 36

KONSEP DASAR PEMASANGAN INFUS

NAMA KELOMPOK :
1. Astutining Kartika Putri (1502048)
2. Cindy Kusumawardani (1502052)
3. Deny Pranabudi (1502053)
4. Sari Hartati (1502077)

JURUSAN D3 KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2015/2016
PROSEDUR PEMASANGAN INFUS
A. Pengertian
Pengertian Pemasangan Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh
melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh
B. Tipe-tipe cairan
Cairan/larutan yang digunakan dalam terapi intravena berdasarkan
osmolalitasnya dibagi menjadi:
Isotonik
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas sama atau mendekati
osmolalitas plasma. Cairan isotonik digunakan untuk mengganti volume
ekstrasel, misalnya kelebihan cairan setelah muntah yang berlangsung
lama. Cairan ini akan meningkatkan volume ekstraseluler. Satu liter cairan
isotonik akan menambah CES 1 liter. Tiga liter cairan isotonik diperlukan
untuk mengganti 1 liter darah yang hilang.
Contoh:
-NaCl 0,9 %
-Ringer Laktat
-Komponen-komponen darah (Alabumin 5 %, plasma)
-Dextrose 5 % dalam air (D5W)

Hipotonik
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih kecil daripada
osmolalitas plasma.
Tujuan cairan hipotonik adalah untuk menggantikan cairan seluler, dan
menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh. Pemberian cairan ini
umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air
masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel,
sel tersebut akan membesar atau membengkak.
Perpindahan cairan terjadi dari kompartemen intravaskuler ke dalam sel. Cairan
ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan risiko peningkatan TIK.
Pemberian cairan hipotonik yang berlebihan akan mengakibatkan:
1. Deplesi cairan intravaskuler
2. Penurunan tekanan darah
3. Edema seluler
4. Kerusakan sel
Karena larutan ini dapat menyebabkan komplikasi serius, klien harus dipantau
dengan teliti.

C. Tujuan Pemasangan infus:


Tujuan pemasangan infus Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang
menganung air, elektrolit, vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat
dipertahankan secara adekuat melalui oral Memperbaiki keseimbangan asam basa
Memperbaiki volume komponen-komponen darah Memberikan jalan masuk
untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh Memonitor tekan Vena Central
(CVP) Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan. nutrisi
parenteral.
Tujuan terapi intravena adalah:
1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air,
elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan
melalui oral.
2. Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit
3. Memperbaiki keseimbangan asam basa
4. Memberikan tranfusi darah
5. Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena
6. Membantu pemberian nutrisi parenteral.

D. Indikasi:
1.Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian
obat langsung ke dalam IV.
2. Keadaan ingin mendapatkan respon yang cepat terhadap pemberian obat
3. Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus
melalui IV
4. Klien yang mendapat terapi obat yang tidak bisa diberikan melalui oral atau
intramuskuler
5. Klien yang membutuhkan koreksi/pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
6. Klien yang sakit akut atau kronis yang membutuhkan terapi cairan
7.Klien yang mendapatkan tranfusi darah
8. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada
operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk
persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
9. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko
dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh
darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

E. Kontraindikasi Infus dikontraindikasikan pada daerah:


1. Daerah yang memiliki tanda-
tanda infeksi, infiltrasi atau trombosis
2. Daerah yang berwarna merah, kenyal, bengkak dan hangat saat disentuh
3. Vena di bawah infiltrasi vena sebelumnya atau di bawah area flebitis
4. Vena yang sklerotik atau bertrombus
5. Lengan dengan pirai arteriovena atau fistula
6. Lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah, atau kerusakan
kulit
7. Lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena
terganggu)
8. Lengan yang mengalami luka bakar.
F. Macam-Macam Infus
Continous Infusion (Infus berlanjut) mengunakan alat control
Infus ini bisa diberikan secara tradisional melalui cairan yang digantung,
dengan atau tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus melalui intravena, intra
arteri dan intra techal (spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan pompa
khusus yang ditanam maupun eksternal.
- Keuntungan:
1. Mampu untuk menginfus cairan dalam jumlah besar dan kecil dengan akurat
2. Adanya alarm menandakan adanya masalah seperti adanya udara di selang
infus atau adanya penyumbatan
3. Mengurangi waktu perawat untuk memastikan kecepatan aliran infus
- Kerugian:
1.Memerlukan selang khusus
2.Biaya lebih mahal
3.Pompa infus akan dilanjutkan untuk menginfus kecuali ada infiltrasi.
G. Persiapan Alat:
1. Standar infuse
2. Set infuse
3. Cairan sesuai program medic
4. Jarum infuse dengan ukuran yang sesuai
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas alcohol
8. Plester
9. Gunting
10. Kasa steril
11. Betadin
12. Sarung tangan.

H. Fase Orientasi :
1) Beri salam
2) Perkenalkan
3) Jelaskan Tujuan dan Prosedur
4) Kontrak Waktu
5) Persiapan
I.Fase Kerja:
1) Dekatkan Alat
2) Cuci Tangan
3) Posisikan klien
J. Fase Terminasi
1) Bereskan Alat
2) Berpamitan
3) Cuci Tangan
K. Prosedur pemasangan infus:
1. Dekatkan alat
2. Cuci tangan
3. Jelaskan Prosedur
4. Hubungkan cairan dan infus dengan memasukan ke bagian karet atau
akses selang kebotol infuse
5. Isikan ke dalam infus set dengan menekan ruangan tetesan hingga terisi
sebagian dan buka klem selang hingga cairan memenuhi selang dan udara
selang keluar
6. Letakan pengalas di bawah tempat (vena) yang akan di lakukan
penginfusan
7. Lakukan pembendungan dengamtorniquet 10-12cm di atas tempat
penusukan dan anjurkan pasien menggenggam dengan gerakan
sirkulasi(bila sadar)
8. Pakai hanscoon
9. Definisikan daerah ang akan di tusuk dengan kapas alkohol
10. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakan ibu jari di bagian bawah
vena di posisi jarum(abocath) mengarah ke atas
11. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum(abocath/surflo) maka tarik
keluar bagian dalam jarum sambil meneruskan tusukan kedalam vena
12. Setelah jarum infus bagian dalam di lepaskan,tahan bagian atas vena
dengan menekan menggunakan jari tengah agar jari tangan agar darah
tidak keluar kemudian bagian infus di hubungkan atau di sambungkan ke
selang infus
13. Buka pengatur tetesan atau kecepatan sesuai dengan dosis yang di berikan
14. Lakukan fikasi dengan kassa steril
15. Bereskan alat
16. Cuci tangan
17. Dokumentasi
Evaluasi: Perhatikan kelancaran infus, dan perhatikan juga respon klien terhadap
pemberian tindakan.

Cara Menghitung Tetesan Infus


Pengaturan Tetesan Infus
A.Pengertian: Menghitung kecepatan infus untuk mencegah ketidakpatenan
pemberian cairan.

B. Tujuan:
1) Mencegah terjadinya kolaps kerdiovaskuler dan sirkulasi pada klien
dehidrasi dan syok.
2) Mencegah kelebihan cairan pada klien
C.Persiapan Alat:
Kertas dan pensil dan jam tangan
D.Pelaksanaan:
1. Baca program dokter dan ikuti Lima Benar untuk memastikan larutan
yang benar cairan IV adalah obat,dengan mengikuti lima benar akan
mengurangi kemungkinan salah obat.
2. Cari tahu kalibrasi dalam tetesan permililiter dari infus set (sesuai dengan
petunjuk pada bungkus).
a. Teteasan mikro(mikrodrip), 1cc = 60 tetes.Slang mikrodrip juga
disebutslang pediatri,umumnya memberikan 60 tetes/cc dan digunakan
untuk pemberian dengan volume kecil atau dalam jumlah yang sangat
tepat.
b. Tetesan makro(makrdrip), 1cc = 15 tetes atau 1cc = 20.
c. Tetesan infus di atur sesuai program pengobatan,tidak boleh terlalu
cepat atau terlalu lambat.
3. Pilihlah salah satu rumus berikut.
Adanya dua metode yang digunakan untuk menghitung jumlah tetesan,yakni
sebagai berikut.
a. Jumlah mililiter/jam. Jumlah tetesan di hitung dengan membandingkan
volume cairan yang harus di berikan(ml) dengan lamanya pemberian(jam).
Rumus mililiter perjam

cc/jam = jumlah total cairan infus(cc)


Lama waktu penginfusan(jam)

Ex:
Jika cairan infus yang tersedia 3.000 ml cairan RL harus di berikan dalam 24 jam.
Dengan demikian.
Jumlah tetesan= 3.000 ml
24 jam
= 125 ml/jam
b. Tetes/menit.Jumlah tetesan di hitung dengan mengkalikan jumlah cairan
yang di butuhkan(ml) dengan faktor tetes,kemudian membaginya dengan
lama pemberian(menit).faktor tetes di tentukan berdasarkan alat yang
digunakan.Rumus pemberian cairan adalah sebagai berikut.
Tetes per menit = Jumlah total cairan infus(cc) x faktor tetesan
Lama waktu penginfusan(menit)
o Pedoman
- Faktor tetesan makro : 20 tetesan
- Faktor tetesan mikro : 60 tetesan
- 1 kolf : 500 ml
Ex :
1. Seorang klien datang dengan keluhan mual muntah yang terus-
menerus.Dari pengkajian di temukan tanda-tanda dehidrasi
sedang.Berdasarkan pemeriksaan,klien harus mendapatkan terapi cairan
intravena,Dokter menginstuksikan pemberian tiga kolf RL dalam 24
jam.Dengan demikian,jumlah tetesan infus/menit untuk klien tersebut
adalah sebagai berikut.
Answer:
Tetes/menit =(3 x 500 ml) x 20 tetes
24 x 60 menit
= 30.00 tetes
1.440 menit
= 20,8 tetes/menit
= 21 tetes/menit.
2. Jika di butuhkan cairan infus 1.000 cc dalam delapan jam dengan tetesan
20 tetes/cc berapa tetes per menit cairan tersebut harus diberikan?

Tetes/menit= 1.000 cc x 20
8 x 60 menit
= 20.000 tetes
480 menit
= 41 tetes/menit.
3. Tetapkan kecepatan aliran dengan menghitung tetesan pada bilik drip
selama satu menit dengan jam,kemudian atur klem pengatur untuk
menaikan atau menurunkan kecepatan infus.Periksa kecepatan ini setiap
jam.Menentukan apakah cairan yang sedang di berikan terlalu lambat
atau terlalu cepet.

4. Dokumentasi pada catatan perawat mengenai larutan dan waktu.Mencatat


status intravena dan respon klien.
PROSEDUR MELEPAS INFUS
A. Pengertian
Melepaskan infus adalah pencabutan cairan yang telah dimasukkan ke dalam
tubuh pasien melalui pembuluh darah karena keadaan pasien yang sudah
membaik.
B. Tujuan
Agar tidak timbulnya reaksi alergi, emboli udara, infeksi, edema paru-paru pada
pasien.
C. INDIKASI :
Bagi pasien yang sudah mendapat izin dari dokter untuk pulang, sembuh dan bagi
pasien yang sudah terpenuhi oksigennya.
D. KONTRA INDIKASI:
Bagi pasien yang belum sembuh dan mendapatkan izin dari dokter untuk pulang
sarta belum terpanuhi oksigennya.
E. Persiapan Alat:
1. Perlak dan pengalas
2. Sarung tangan
3. Kapas alkohol
4. Plester
5. Gunting plester
6. Bengkok
F. PROSEDUR:
1. Memberitahu pasien tindakan yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat
3. Mencuci tangan
4. Memasang perlak dan pengalas
5. Memakai sarung tangan
6. Membasahi plester yang melekat pada kulit dengan kapas alkohol
7. Melepas plester dan kassa dari kulit
8. Menekan tempat tusukan dengan kapas alkohol dan mencabut infus pelan-pelan
9. Menekan kapas alkohol dengan plester
10. Membereskan alat dan merapikan pasien
11. Melepas sarung tangan
12. Mencuci tangan
13. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

G. STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR


1. Pengertian : Pemberian darah produk dan monitor pasien
2. Tujuan : Peningkatan kadar darah atau produk darah dalam
3. Kebijakan : 1. Ada asuransi tertulis dari dokter
2. Hasil laboratorium HB dibawah normal
4. Prosedur
A. Fase Prainteraksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
o 1 sol tranfusi darah dengan blood filter
o Ciran isotonik (Nacl 0,9%)
o produk darah
o Obat-obatan sesuai dengan program medic
o Handscoen disposable
o Tensimeter dan thermometer

B. Fase orientasi
1. Memberikan salam teraupelik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan ,tanda dan gejala reaksi tranfusi
3. Menayakan persetujuan / kesiapan pasien
4. Minta tanda tangan persetujuan / informan konsen
C. Fase kerja
1. Periksa produk darah yang di siapkan, golongan darah dan kesusaaian cross
math, jumlah darah dan nomor kantong , masa berlaku.
2. Menggunakan hanskun
3. Pemasangan system infus set dengan filter yang tapat terhadap produk darah
4. Memasang cairan dengan cairan isotonic ( Nacl 0,9%)
5. Hindari tranfusi darah lebih dari satu unit darah atau produk darah pada satu
waktu, kecuali diwajibkan oleh kondisi pasien.
6. Monitor temapat Iv terhadap tanda dan gejala dari infiltrasi, phlebritis dan
infeksi local.
7. Monitor tanda-tanda vital (pada awal, sepanjang dan setelah tranfusi)
8. Berikan injeksi anti histamine bila perlu.
9. Ganti cairan Nacl 0,9 % dengan produk yang tersedia.
10. Monitor ada tidaknya reaksi alergi terhadap pemasangan infuse Monitor
kecepatan aliran tranfusi
11. Jangan memberikan medikasi IV atau cairan lain kecuali isotonic dalam darah
atau produk
12. Ganti larutan Nacl 0,9% ketika tranfusi telah lengakap/selesai

D. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan yang dilakukan
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Kontrak waktu pertemuan selanjutnya.
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik
5. Membersihkan peralatan
6. Buka sarung tangan dan cuci tangan.
TRANFUSI DARAH

A. PENGERTIAN TRANSFUSI DARAH


Transfusi darah adalah proses menyalurkan darahatau produk berbasis darah dari
satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan
dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar
disebabkantrauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel
darah merah.( A. Harryanto Reksodiputro,1994). Transfusi Darah adalah proses
pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor) ke orang sakit (respien).
B.Tujuan Transfuse Darah :
a) Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.
b) Memelihara keadaan biologis darah atau komponen komponennya agar tetap
bermanfaat.
c) Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran
darah (stabilitas peredaran darah).
d) Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah.
e) Meningkatkan oksigenasi jaringan.
f) Memperbaiki fungsi Hemostatis.
g) Tindakan terapi kasus tertentu.
C. Manfaat Transfuse Darah
a) Dapat mengetahui golongan darah
b) Dapat menambah cairan darah yang hilang di dalam tubuh
c) Dapat menyelamatkan jiwa pasien
D. Lima indikasi umum transfusi darah:
Kehilangan darah akut, bila 2030% total volume darah hilang dan perdarahan
masih terus terjadi.
Anemia berat
Syok septik (jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan sirkulasi darah dan
sebagai tambahan dari pemberian antibiotik)
Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan faktor pembekuan, karena
komponen darah spesifik yang lain tidak ada
Transfusi tukar pada neonatus dengan ikterus berat.
http://www.ichrc.org/106-transfusi-darah
E. Alat dan Bahan Transfusi Darah
1. Standar Infus
2. Set Transfusi (Tranfusi Set)
3. Botol berisi NaCl 0,9%
4. Produk darah yang benar sesuai program medis
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas alkohol
8. Plester
9. Gunting
10. Kassa steril
11. Betadine
12. Sarung tangan
F. Prosedur Kerja Transfusi Darah
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk digunakan
setelah transfusi darah
4. Gunakan slang infus yang mempunyai filter (slang 'Y' atau
tunggal).
5. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% (baca: Prosedur pemasangan
infus) terlebih dahulu sebelum pemberian transfusi darah
6. Lakukan terlebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa
identifikasi kebenaran produk darah : periksa kompatibilitas dalam
kantong darah, periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien, periksa
kadaluwarsanya, dan periksa adanya bekuan
7. Buka set pemberian darah
1. Untuk slang 'Y', atur ketiga klem
2. Untuk slang tunggal, klem pengatur pada posisi off
8. Cara transfusi darah dengan slang 'Y' :
1. Tusuk kantong NaCl 0,9%
2. Isi slang dengan NaCl 0,9%
3. Buka klem pengatur pada slang 'Y', dan hubungkan ke
kantong NaCl 0,9%
4. Tutup/klem pada slang yang tidak di gunakan
5. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan
ruang filter terisi sebagian)
6. Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan slang terisi
NaCl 0,9%
7. Kantong darah perlahan di balik-balik 1 - 2 kali agar sel-
selnya tercampur. Kemudian tusuk kantong darah pada tempat
penusukan yang tersedia dan buka klem pada slang dan filter terisi
darah
9. Cara transfusi darah dengan slang tunggal :
1. Tusuk kantong darah
2. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk sehingga
filter terisi sebagian
3. Buka klem pengatur, biarkan slang infus terisi darah
10. Hubungkan slang transfusi ke kateter IV dengan membuka klem
pengatur bawah
11. Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15
menit pertama, dan tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya
12. Setelah darah di infuskan, bersihkan slang dengan NaCl 0,9%
13. Catat type, jumlah dan komponen darah yang di berikan
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
http://evikarmilasanti.blogspot.co.id/p/prosedur-transfusi-darah.html
G. Jenis Transfusi Darah
a) Transfusi PRC
Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan
volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan
darah jenuh adalah:
1) Kenaikan Hb dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.
2) Mengurangi kemungkinan penularan penyakit.
3) Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis
4) Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga
kemungkinan overloadberkurang
5) Komponen darah lainnya dapatdiberikan pada pasien lain.
b) Transfusi suspensi trombosit
Tujuan transfusi suspensi trombosit adalah menaikkan kadar trombosit darah.
Dosis suspensi trombosit yang diperlukan dapat dihitung kira-kira sebagai berikut
: 50 ml suspensi trombosit menaikkan kadar trombosit 7500-10.000/mm pada
resipien yang beratnya 50 kg.Suspensi trombosit diberikan pada penderita
trombositopeni bila :1) didapat perdarahan 2)untuk mencegah perdarahan pada
keadaan dimana ada erosi yang dapat berdarah bila kadar < 35.000/mm. 3) untuk
mencegah perdarahan spontan bila kadar trombosit < 15.000/mm
c) Transfusi dengan suspensi plasma beku (Fresh Frozen Plasma)
Plasma segar yang dibekukan mengandung sebagian besar faktor pembekuan
di samping berbagai protein yang terdapat didalamnya; karena itu selain untuk
mengganti plasma yang hilang dengan perdarahan dapat dipakai sebagai
pengobatan simptomatis kekurangan faktor pembekuan darah. Fresh Frozen
Plasma (PIT) tidak digunakan untuk mengobati kebutuhan faktor VIII dan faktor
IX (Hemofilia); untuk ini digunakan plasma Cryoprecipitate.Pada transfusi
dengan FFP biasanya diberikan 48 kantong (175225 ml) tiap 68 jam bergantung
kebutuhan.
d) Transfusi dengan darah penuh (Whole Blood)
Transfusi dengan darah penuh diperlukan untuk mengembalikan dan
mempertahankan volume darah dalam sirkulasi atau mengatasi renjatan.
1. Reaksi transfuse
Reaksi transfuse adalah reaksi yang terjadi selama tranfusi darah yang tidak
diinginkan berkaitan dengan tranfusi itu. sejak dilakukannya tes komatibilitas
untuk menentukan adanya antibody terhadap antigen sel darah merah, efek
samping transfusi umumnya disebabkan oleh leokosit , trombosit dan protein
plasma.
Gejala bervariasi mungkin tidak terdapat gejala atau gejalanya tidak jelas,
ringan samapi berat.hal ini disebabkan oleh hemolisis intravaskuler atau
ekstravaskuler yang disebabkan oleh reaksi antibody terhadap anti gen :
1) rasa panas atau rasa terbakar sepanjang vena
2) warna kemerahan pada wajah
3) nyeri dada
4) nyeri pinggang bawah
5) mual dan muntah
6)demam dan sakit kepala
7) mengigil
8) gejala syok hipotensi,takikardia,gelisah,dispnea
9) ruam kulit,urtikaria,edma wajah atau lidah
10) asma ( pada keadaan alergi )
1. Ukuran 16
Guna : Dewasa, Bedah Mayor, Trauma, Apabila sejumlah besar cairan perlu
diinfuskan
Pertimbangan Perawat : Sakit pada insersi, Butuh vena besar
2. Ukuran 18
Guna : Anak dan dewasa, Untuk darah, komponen darah, dan infus kental lainnya
Pertimbangan Perawat : Sakit pada insersi, Butuh vena besar
3. Ukuran 20
Guna : Anak dan dewasa, Sesuai untuk kebanyakan cairan infus, darah,
komponen darah, dan infus kental lainnya
Pertimbangan Perawat : Umum dipakai
4. Ukuran 22
Guna : Bayi, anak, dan dewasa (terutama usia lanjut), Cocok untuk sebagian
besar cairan infus
Pertimbangan Perawat : Lebih mudah untuk insersi ke vena yang kecil, tipis dan
rapuh, Kecepatan tetesan harus dipertahankan lambat, Sulit insersi melalui kulit
yang keras
5.Ukuran 24, 26
Guna : Nenonatus, bayi, anak dewasa (terutama usia lanjut), Sesuai untuk
sebagian besar cairan infus, tetapi kecepatan tetesan lebih lambat
Pertimbangan Perawat : Untuk vena yang sangat kecil, Sulit insersi melalui kulit
keras
H.PENYIMPANAN TRANFUSI DARAH
Gunakan darah yang telah diskrining dan bebas dari penyakit yang dapat
ditularkan melalui transfusi darah.Jangan gunakan darah yang telah kedaluwarsa
atau telah berada di luar lemari es lebih dari 2 jam.
Transfusi darah secara cepat dan jumlah yang besar dengan laju >15 ml/kgBB/jam
dengan darah yang disimpan pada suhu 4C, dapat menyebabkan hipotermi,
terutama pada bayi kecil.
a) Memberikan Transfusi Darah
Sebelum pemberian transfusi, periksa hal sebagai berikut:
Golongan darah donor sama dengan golongan darah resipien dan nama anak serta
nomornya tercantum pada label dan formulir (pada kasus gawat darurat, kurangi
risiko terjadinya ketidakcocokan atau reaksi transfusi dengan melakukan uji silang
golongan darah spesifik atau beri darah golongan O bila tersedia)
Kantung darah transfusi tidak bocor
Kantung darah tidak berada di luar lemari es lebih dari 2 jam, warna plasma darah
tidak merah jambu atau bergumpal dan sel darah merah tidak terlihat keunguan
atau hitam
Tanda gagal jantung. Jika ada, beri furosemid 1mg/kgBB IV saat awal transfusi
darah pada anak yang sirkulasi darahnya normal. Jangan menyuntik ke dalam
kantung darah.
Lakukan pencatatan awal tentang suhu badan, frekuensi napas dan denyut nadi
anak.
Jumlah awal darah yang ditransfusikan harus sebanyak 20 ml/kgBB darah utuh,
yang diberikan selama 3-4 jam.
b) Selama transfusi
Jika tersedia, gunakan alat infus yang dapat mengatur laju transfusi (lihat gambar)
Periksa apakah darah mengalir pada laju yang tepat
Lihat tanda reaksi transfusi (lihat di bawah), terutama pada 15 menit pertama
transfusi
Catat keadaan umum anak, suhu badan, denyut nadi dan frekuensi napas setiap 30
menit
Catat waktu permulaan dan akhir transfusi dan berbagai reaksi yang timbul.
c) Setelah transfusi
Nilai kembali anak. Jika diperlukan tambahan darah, jumlah yang sama harus
ditransfusikan dan dosis furosemid (jika diberikan) diulangi kembali.
d) Reaksi yang timbul setelah transfusi
Jika timbul reaksi karena transfusi, pertama periksa label kemasan darah dan
identitas pasien.Jika terdapat perbedaan, hentikan transfusi segera dan hubungi
bank darah.
Reaksi ringan (karena hipersensitivitas ringan)
Tanda dan gejala:
Ruam kulit yang gatal
Tatalaksana:
Lambatkan transfusi
Beri klorfenamin 0.1 mg/kgBB IM, jika tersedia
Teruskan transfusi dengan kecepatan normal jika tidak terjadi perburukan gejala
setelah 30 menit
Jika gejala menetap, tangani sebagai reaksi hipersensitivitas sedang (lihat bawah).
Reaksi sedang-berat (karena hipersensitivitas yang sedang, reaksi non-hemolitik,
pirogen atau kontaminasi bakteri)
Tanda dan gejala:
Urtikaria berat
Kulit kemerahan (flushing)
Demam > 38C (demam mungkin sudah timbul sebelum transfusi diberikan)
Menggigil
Gelisah
Peningkatan detak jantung.
Tatalaksana:
Stop transfusi, tetapi biarkan jalur infus dengan memberikan garam normal
Beri hidrokortison 200 mg IV, atau klorfenamin 0.25 mg/kgBB IM, jika tersedia
Beri bronkodilator, jika terdapat wheezing (lihat halaman 100-102)
Kirim ke bank darah: perlengkapan bekas transfusi darah, sampel darah dari
tempat tusukan lain dan sampel urin yang terkumpul dalam waktu 24 jam
Jika terjadi perbaikan, mulai kembali transfusi secara perlahan dengan
darah baru dan amati dengan seksama
Jika tidak terjadi perbaikan dalam waktu 15 menit, tangani sebagai reaksi
yang mengancam jiwa (lihat bagian bawah) dan laporkan ke dokter jaga
dan bank darah.
Reaksi yang mengancam jiwa (karena hemolisis, kontaminasi bakteri dan syok
septik, kelebihan cairan atau anafilaksis)
Tanda dan gejala:
demam > 380 C (demam mungkin sudah timbul sebelum transfusi diberikan)
menggigil
gelisah
peningkatan detak jantung
napas cepat
urin yang berwarna hitam/gelap (hemoglobinuria)
perdarahan yang tidak jelas penyebabnya
bingung
gangguan kesadaran.
Catatan: pada anak yang tidak sadar, perdarahan yang tidak terkontrol atau syok
mungkin merupakan tanda satu-satunya reaksi yang mengancan jiwa.
Tatalaksana
stop transfusi, tetapi biarkan jalur infus dengan memberikan garam normal
jaga jalan napas anak dan beri oksigen (lihat subbab 1.1)
beri epinefrin 0.01 mg/kgBB (setara dengan 0.1 ml dari 1 dalam larutan 10 000)
tangani syok (lihat subbab 1.1)
beri hidrokortison 200 mg IV, atau klorfeniramin 0.25 mg/kgBB IM, jika tersedia
beri bronkodilator jika terjadi wheezing (lihat subbab 4.4.2)
lapor kepada dokter jaga dan laboratorium sesegera mungkin
jaga aliran darah ke ginjal dengan memberikan furosemid 1 mg/kgBB IV
beri antibiotik untuk septisemia (lihat subbab 6.6).
I.Mekanisme Transfusi Darah
Duapertiga dari semua transfusi sel darah merah dilakukan pada
masa perioperatif dan kebanyakan diberikan di kamar operasi. Bahkan untuk
keperluan menjaga proses homeostasis pada saat operasi kadang diperlukan
transfusi trombosit dan komponen plasma.
Transfusi komponen-komponen darah ini telah terbukti dapat memperbaiki
keadaan pasien, misalnya meningkatkan oksigenasi jaringan, dan mengurangi
perdarahan yang terjadi.Itulah sebabnya sehingga pengetahuan tentang transfusi
darah sangat penting bagi seorang ahli anestesi.
Transfusi darah harus dilakukan dengan indikasi yang jelas.Karena pada saat ini
komplikasi yang paling ditakutkan akibat transfusi darah adalah penularan
penyakit.Diantaranya hepatitis non-A, non-B (HCV) sebagai komplikasi
terbanyak akibat transfusi, HTLV-I (human T-cell leukemia/virus limfoma tipe I
dan CMV (sitomegalovirus) sampai infeksi yang paling ditakuti yang disebabkan
oleh human imunodefisiensi virus (HIV).
Berdasarkan sistem antigen telah dikenal lebih dari 20 golongan darah. Untuk
kepentingan klinik hanya dikenal dua sistem penggolongan darah yaitu sistem
ABO dan sistem Rh. Sebagian besar pasien mempunyai sistem Rh+ (85%) dan
sisanya (15%) sistem Rh-.
Jenis golongan darah dan kekerapannya (jenis Golongan Darah ABO) dapat
diliat sebagai berikut:
Untuk mengetahui jumlah volume darah seseorang, biasanya digunakan patokan
berat badan.Makin aktif secara fisik seseorang, makin besar pula volume darahnya
untuk setiap kilogram berat badannya. Seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Indikasi Transfusi Darah


Indikasi transfusi darah dan komponen-konponennya adalah:
Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume
dengan cairan.
Anemia kronis jika Hb tidak dapat ditingkatkan dengan cara lain.
Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen.
Plasma loss atau hipoalbuminemia jika tidak dapat lagi diberikan plasma
subtitute atau larutan albumin.
Dalam pedoman WHO (Sibinga, 1995) disebutkan :
1.Transfusitidak boleh diberikan tanpaindi kuat
2. Transfusi hanya diberikan berupa komponen darah pengganti yang
hilang/kurang.
Berdasarkan pada tujuan di atas, maka saat ini transfusi darah cenderung memakai
komponen darah disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya kebutuhan akan sel
darah merah, granulosit, trombosit, dan plasma darah yang mengandung protein
dan faktor-faktor pembekuan. Diperlukan pedoman dalam pemberian komponen-
komponen darah untuk pasien yang memerlukannya, sehingga efek samping
transfusi dapat diturunkan seminimal mungkin.
Lansteiner, perintis transfusi mengatakan : Transfusi darah tidak boleh
diberikan,kecuali manfaatnya melebihi resikonya. Pada anemia, transfusi baru
layak diberikan jika pasien menunjukkan tanda Oxigen Need yaitu rasa sesak,
mata berkunang, berdebar (palpitasi), pusing, gelisah atau Hb <6 gr/dl.
Pemberian sel darah merah, sering digunakan apabila kadar Hb kurang dari 6
gr%, dan hampir tidak diperlukan bila Hb lebih dari 10 gr% dan kalau kadar Hb
antara 6-10gr%, maka transfusi sel darah merah atas indikasi keadaan oksigenasi
pasien.
Perlu diingat bahwa kadar Hb bukanlah satu-satunya parameter, tetapi harus
diperhatikan pula faktor-faktor fisiologi dan resiko pembedahan yang
mempengaruhi oksigenasi pasien tersebut. Kehilangan sampai 30% EBV
umumnya dapat diatasi dengan cairan elektrolit saja. Kehilangan lebih daripada
itu, setelah diberi cairan elektrolit perlu dilanjutkan dengan transfusi jika Hb
Habibi dkk memberikan petunjuk bahwa dengan pemberian satu unit PRC akan
meningkatkan hematokrit 3-7%. Indikasinya adalah:
Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml.
Hemoglobin
Hemoglobin
Hemoglobin
Hemoglobin
Dapat disebutkan bahwa :
Hb sekitar 5 adalah CRITICAL
Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE
Hb sekitar 10 adalah OPTIMAL
Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan setelah
mencapai batas TOLERABLE atau OPTIMAL
BALANCE CAIRAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

A. Pengertian
Cairan adalah larutan/air(pelarut/solvent) dan solute (elektrolit dan non
elektrolit) sedangkan Elektrolit adalah senyawa kimia yang terlarut dalam suatu
larutan yang dibentuk oleh ion-ion.
B. Fungsi cairan Tubuh
- Pembentuk struktur tubuh
- Sarana transportasi (Nutrisi,hormon,dan protein)
- Sebagai sarana metabolisme sel
- Membantu mengeluarkan sisa-sisa metabolisme
- Mengatur suhu tubuh
- Memelihara suhu tubuh dengan kulit
C. Distribusi cairan Tubuh
Jumlah cairan tubuh tergantung umur dan jenis kelamin. Pada bayi lebih besar
dari pada orang dewasa. Orang gemuk lebih kurang dari orang kurus dan
perempuan lebih kurang dari pada laki-laki.
1. Total Body Water (TBW)
Pada orang dewasa 60 % dari berat badan dalam kg.
2. Cairan Tubuh dibagi dalam 2 bagian :
a. Cairan Intra seluler
Adalah Cairan dalam semua sel tubuh mengandung 2/3 TBW (40%)
b. Cairan Ekstra seluler
Adalah Cairan yang berada di luar sel tubuh meliputi :
Interstitial 15 %
Intra vaskuler 5%
c. Cairan Transeluler
Cairan yang terdapat dalam rongga badan 1-3 % dari berat badan.
D. Pengaturan Normal Keseimbangan cairan dan Elektrolit
1. Ketentuan Volume cairan
Kebutuhan cairan tubuh yang normal intake dan output
2. Intake cairan normal
Orang dewasa sehat memasukkan cairan 90% dari intake cairan /harinya (2500 cc)
dari 10% intake cairan di hasilkan dari metabolisme
3. Out Put cairan normal
Balance cairan dipertahankan karena: paru-paru, kulit, saluran cerna, ginjal
menekresikan sejumlah cairan sama dengan intake cairan total.
IWL (Insensible water Loss) adalah hilangnya cairan yang tidak dapat dilihat
melalui evaporasi dan respirasi.
-Dewasa : 8-10 cc/kgBB/24 jam
-Anak : 30 cc/kgBB/24 jam
SWL (Sensible Water Loss) adalah hilangnya cairan yang dapat diamati
-Urine : 1-2 CC/kgBB/24 Jam
-Feases: 100-200 cc/kgBB/24 jam
Output urine setiap hari hampir sama dengan intake balance cairan individu
dapat diperkirakan dengan membandingkan intake cairan oral dan output urine.
E. Pergerakan Cairan dan Elektrolit Tubuh
Difusi
Adalah Peristiwa dimana gas atau Zat dalam larutan tercampur karena gerakan-
gerakan molekulnya, cenderung mengisi ruang yang ada dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah,
Osmosis
Adalah perpindahan suatu larutan melewati membran semipermeabel ke larutan
yang lain yang mempunyai konsentrasi yang lebih rendah.
Transpor Aktif
Adalah
F. Pengaturan Cairan Tubuh secara Endokrin
Anti Diuretik Hormon Diproduksi di hypothalamus yang dikeluarkan oleh kelenjar
pitutary posterior, bekerja terhadap tubulus renalis untuk menahan air dan
menurunkan urine out put,
Aldosteron
Disekresi oleh adrenal kortex bkerja terhadap tubulus renalis untuk reabsorpsi.
Parathormon
Dihasilkan oleh kelenjar paratyroid, melancarkan absorpsi Calsium dari tulang.
G. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Umur
Kebutuhan intake cairan berbeda-beda pada berbagai usia, berhubungan dengan
luasnya permukaan tubuh, kebutuhan metabolik dan berat badan.

USIA KEBUTUHAN CAIRAN


ML ML/KGBB
250-300 80-100
3 hr 1150-1300 120-135
1 thn 1350-1500 115-125
2 thn 1600-1800 100-110
4 thn 2000-2500 70-85
10 thn 2200-2700 40-50
18 thn 2400-2600 20-30
Dewasa

Temperatur Lingkungan
Stress
Penyakit
Lemak dalam tubuh
Nutrisi
H. Pengeluaran cairan
Melalui : Urine, feases, keringat dan uap air oleh sistem pencernaan, perkemihan,
pernapasan.
I. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Overhydrasi
Disebut juga oedam, terjadi karena kelebihan cairan pada interstitial sebagai
akibat dari beberapa gangguan sirkulasi cairan tubu seperti infeksi dan kongesti
paru.
Dehidrasi
Terjadi apabila total output cairan melebihi intake bisa di akibatkan : muntah dan
diare serta luka bakar.macam-macam dehidrasi
Dehidrasi Isotonis
Adalah dehidrasi dimana adanya kekurangan pada cairan extraseluler.
Dehidrasi Hipertonik
Adalah kekurangan banyak cairan yang melebihi kekurangan elektrolit dimana
Air keluar dari sel ke ECF.
Dehidrasi Hypotonik
Adalah kebanyakan air dalam tubuh, tanpa peningkatan elektrolit sehingga air
masuk ke dalam sel menyebabkan sel bengkak.
Gangguan keseimbangan asam dan basa
J. Rumus menentukan jumlah cairan dalam 24 jam adalah :
Misalnya : instruksi dokter memberikan 24 tetes/menit
Maka Rumusnya:
Jumlah tetes x 24 jam (dalam menit)
15 tetes
24 tetes x 24 jam x 60 menit
15 tetes
24 tetes x 1440
15 tts
: 2304 CC
K. Rumus menentukan Jumlah jam dalam 1 botol
Misalnya : Instruksi dokter memberikan 28 tetes/menit, faktor tetes 20 tts/m

Maka Rumusnya :
Jumlah cairan dalam 1 botol x faktor tetes
Jumlah tetes instruksi dokter 60 menit
500 x 20
28 60 menit
10000
28 60 menit

L. Gangguan keseimbangan Elektrolit


Hyponatremia/Hypernatremia
Hypokalemia/Hyperkalemia
Hypokalsemia/Hyperkalsemia
Hypomagnesemia/Hypermagnesemi.

Rumus Menghitung IWL

Rumus Menghitung IWL ( Insensible Water Loss)

*Rumus menghitung balance cairan

CM CK IWL

Ket:
CM : Cairan Masuk
CK: Cairan Keluar
*Rumus IWL

IWL = (15 x BB )
24 jam
Cth: Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37C

IWL = (15 x 60 ) = 37,5 cc/jam


24 jam

*kalo dlm 24 jam ----> 37,5 x 24 = 900cc

*Rumus IWL Kenaikan Suhu

[(10% x CM)x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal


24 jam

Cth: Tn.A BB 60kg, suhu= 39C, CM= 200cc

IWL = [(10%x200)x(39C-37C)] + 37,5cc


24 jam
= (20x2) + 37,5cc
24
= 1,7 + 37,5 = 39cc/jam

Tehnik Menghitung Balance Cairan (Anak)


Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air
Metabolisme, menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do
(1995) dari PT. Otsuka Indonesia yaitu:
Usia Balita (1 - 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari
Usia 5 - 7 tahun : 8 - 8,5 cc/kgBB/hari
Usia 7 - 11 tahun : 6 - 7 cc/kgBB/hari
Usia 12 - 14 tahun : 5 - 6 cc/kgBB/hari

UntukIWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 - usia anak dalam tahun) x
cc/kgBB/hari
Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc - 1 cc/kgBB/hari

CONTOH :
An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien
menurut ibunya: "rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih
hangat; gusinya tadi malam berdarah" Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat
data: Keadaan umum terlihat lemah, kesadaran composmentis, TTV: HR 100
x/menit; T 37,3 C; petechie di kedua tungkai kaki, Makan /24 jam hanya 6
sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc, mendapat Infus
Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000. Hitunglah
balance cairan anak ini!

Input cairan: Minum : 1000 cc


Infus : 1000 cc
AM : 112 cc + (8 cc x 14 kg)
-------------------------
2112 cc

Out put cairan: Muntah : 100 cc


Urin : 1000 cc
IWL : 378 cc + (30-3 tahun) x 14 kg
-----------------------------
1478 cc
Balance cairan = Intake cairan - Output Cairam
2112 cc - 1478 cc
+ 634 cc
Sekarang hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 C !
yang perlu diperhatikan adalah penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan
rumus:
IWL + 200 ( Suhu Tinggi - 36,8 C) 36,8 C adalah konstanta.

IWL An X = 378 + 200 (39,8 C - 36,8 C)


378 + 200 (3)
378 + 600
978 cc
Maka output cairan An X = Muntah : 100 cc
Urin : 1000 cc
IWL : 978 cc +
-------------------------
2078 cc
Jadi Balance cairannya = 2112 cc - 2078 cc
+ 34 cc.

Ingat menghitung Balnce cairan harus kumpulan data/24 jam!!!!!!


Tehnik menghitung Balance Cairan (Dewasa)
Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor,
diantaranya Berat Badan dan Umur..karena penghitungannya antara usia anak
dengan dewasa berbeda.
Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok
Intake cairan dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M.
Kogoshi S (1995) Fluid Therapy do (PT. Otsuka Indonesia) penghitunganwajib
per 24 jam bukan pershift.
PENGHITUNGAN BALANCE CAIRAN UNTUK DEWASA
Input cairan: Air (makan+Minum) = ......cc
Cairan Infus = ......cc
Therapi injeksi = ......cc
Air Metabolisme = ......cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)

Output cairan: Urine = ......cc


Feses = .....cc (kondisi normal 1 BAB feses =
100 cc)
Muntah/perdarahan
cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka = .....cc
IWL = .....cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)
(Insensible Water Loss)

Contoh Kasus:
Tn Y (35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari
kedua..akibat appendix perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran
composmentis..Vital sign TD: 110/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T
37 C: masih dipuasakan, saat ini terpasang NGT terbuka cairan berwarna kuning
kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka incici operasi terpasang drainage
berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus terpasang Dextrose 5% drip Antrain 1
ampul /kolf : 2000 cc/24 jam., terpasang catheter urine dengan jumlah urine 1700
cc, dan mendapat tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram yg
didripkan dalam NaCl 50 cc setiap kali pemberian, Hitung balance cairan Tn Y!

Input Cairan: Infus = 2000 cc


Tranfusi WB = 300 cc
Obat injeksi = 100 cc
AM = 300 cc (5 cc x 60 kg) +
---------------------------------------------
2700 cc

Output cairan: Drainage = 100 cc


NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 900 cc (15 cc x 60 kg) +
----------------------------------------------
2900 cc
Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam : Intake cairan - output cairan
2700 cc - 2900 cc
- 200 cc.

Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL
gunakan rumus :
IWL + 200 (suhu tinggi - 36,8 .C), nilai 36,8 C adalah konstanta
Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 C, berapakah Balance cairannya?

berarti nilai IWl Tn Y= 900 + 200 (38,5 C - 36,8 .C)


= 900 + 200 (1,7)
= 900 + 340 cc
= 1240 cc
Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output :
Drainage = 100 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 1240 cc +
--------------------------
3240 cc
Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah : 2700 cc -
3240 cc = -540 cc
DRESSING CAIRAN
TerapiInfusadalahtindakan yang dilakukandengancaramemasukkancairan,
elektrolit, obatintravenadannutrisi parenteral kedalamtubuhmelaluiintravena.
Tindakaniniseringmerupakantindakanlife savingsepertipadakehilangancairan yang
banyak, dehidrasidansyok, karenaitukeberhasilanterapidancarapemberian yang
amandiperlukanpengetahuandasartentangkeseimbangancairandanelektrolitsertaasa
mbasa.
Tindakaninimerupakanmetodeefektifdanefisiendalammemberikansuplaicairanked
alamkompartemenintravaskuler.Terapiintravenadilakukanberdasarkan order
dokterdanperawatbertanggungjawabdalampemeliharaanterapi yang dilakukan.
Pemilihanpemasanganterapiintravenadidasarkan padabeberapafaktor,
yaitutujuandanlamanyaterapi, diagnosapasien, usia, riwayatkesehatandankondisi
vena pasien.
Apabilapemberianterapiintravenadibutuhkandandiprogramkanolehdokter,
makaperawatharusmengidentifikasilarutan yang benar, peralatandanprosedur yang
dibutuhkan sertamengaturdanmempertahankansistem.( Darmawan, 2007)
1. TujuanTerapiInfus
Tujuanterapiinfusadalah:
a. Mempertahankanataumengganticairantubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin, protein, lemakdankalori yang tidakdapatdipertahankanmelalui oral.
b. Mengoreksidanmencegah gangguancairandanelektrolit
c. Memperbaikikeseimbanganasambasa
d. Memberikantranfusidarah
e. Menyediakan medium untukpemberianobatintravena
f. Membantupemberiannutrisi parenteral
2. Indikasipemberianinfus
a. Keadaan emergency (misalpadatindakan RJP), yang
memungkinkanpemberianobatlangsungkedalam IV
b. Keadaaninginmendapatkanrespon yang cepatterhadappemberianobat
c. Klien yang mendapatterapiobatdalamdosisbesarsecaraterus-menerusmelalui
IV
d. Klien yang mendapatterapiobat yang tidakbisadiberikanmelalui oral
atauintramuskuler
e. Klien yang membutuhkankoreksi/pencegahangangguancairandanelektrolit
f. Klien yang sakitakutataukronis yang membutuhkanterapicairan
g. Klien yang mendapatkantranfusidarah
h. Upayaprofilaksis (tindakanpencegahan) sebelumprosedur
(misalnyapadaoperasibesardenganrisikoperdarahan, dipasangjalur
infusintravenauntukpersiapanjikaterjadisyok,
jugauntukmemudahkanpemberianobat)
i. Upayaprofilaksispadapasien-pasien yang tidakstabil, misalnyarisikodehidrasi
(kekurangancairan) dansyok (mengancamnyawa), sebelumpembuluhdarahkolaps
(tidakteraba), sehinggatidakdapatdipasangjalur infuse.
3. Kontraindikasipemberianinfus
Infusdikontraindikasikanpadadaerah:
a. Daerah yang memilikitanda-tandainfeksi, infiltrasiatautrombosis
b. Daerah yang berwarnamerah, kenyal, bengkakdanhangatsaatdisentuh
c. Vena di bawahinfiltrasi vena sebelumnyaatau di bawah area flebitis
d. Vena yang sklerotikataubertrombus
e. Lengandenganpiraiarteriovenaatau fistula
f. Lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuandarah, ataukerusakankulit
g. Lenganpadasisi yang mengalamimastektomi (aliranbalik vena terganggu)
h. Lengan yang mengalamiluka baker
Dresinginfusmerupakantindakan yang dilakukandenganmenggantibalutan/plester
pada area insersiinfus.
Frekuensipenggantianbalutanditentukanolehkebijakaninstitusi.Dulupenggantianba
lutandilakukansetiaphari, tapisaatinitelahdikurangimenjadisetiap 48 sampai 72
jam sekali, yaknibersamaandenganpenggantiandaerahpemasangan IV (Roca,et.al.
1998)
4. Tujuan dressing infuse
a. Mempertahankantehniksteril
b. Mencegahmasuknyabakterikedalamalirandarah
c. Pencegahan/meminimalkan timbulnyainfeksi
d. Memantau area insersi
5. Indikasi
a. Pasien yang dipasanginfuslebihdarisatuhari
b. Balutaninfusbasahataukotor
http://nursingakademy.blogspot.co.id/2010/04/dressing-infus-terapi-infus-
adalah.html

Anda mungkin juga menyukai