Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

DHF adalah penyakit menular karena infeksi Virus yang berat dan berpotensi

mematikan yang disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus.

(Choudhury, 2011)

Dengue Hemorrhagic Fever is another form of Dengue fever that is caused by the

Dengue Virus (Long, 2012)

B. Signs and Symptoms

Acute onset high grade fever, Positive Tourniquet Test, Thrombocytopenia,

Headache, Severe Myalgia, Skin rash, Vomiting, and Shock (if the situation

becomes more severe.) (Long, 2012)

Signs and symptoms according to severity of the disease (Choudhury, 2011)

Grade Signs & Symptoms

Grade I Fever, Positive tourniquet test, easy bruising

Grade II S&S of Grade I + Spontaneous bleeding

Grade III Circulatory failure, rapid weak pulse,

narrowing pulse pressure / hypotension.

Grade IV Profound shock, undetectable blood pressure

and pulse

C. Etiology

DHF disebabkan oleh Virus Dengue (DENV). Termasuk dalam keluarga

Flaviviridae dan genus Flavivirus. (Choudhury, 2011)


DHF disebabkan oleh Virus yang disebut Virus Dengue (DEN 1, 2, 3, & 4) dan

peyebarannya oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. (Kabra, 2010)

D. Patophysiology

Ref: (Choudhury, 2011)

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan untuk menskrining penderita demam dengue adalah melalui uji rumpel leede,

pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan hapus darah tepi untuk melihat adanya

limpositosis relatif disertai gambar limfosit plasma biru. Pada DD terdapat Leukopenia padahari

ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD terjadi leukopenia dan Hemokonsentrasi. Trombositopenia :

Trombosit < 150.000/mm3, penurunan progresif pada pemeriksaan periodik dan waktu
perdarahan memanjang. Hemokonsentrasi : Hematokrit saat MRS>20% atau meningkat progresif

pada pemeriksaan periodik.

Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cell culture) atau pun

deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptosi Polymerase

Chain Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang berkembang saat ini adalah uji serologi

(adanya antibodi spesifik terhadap antibodi total, IgM maupun IgG) (Warsidi, E, 2009).

F. Komplikasi

Menurut (Warsidi, E, 2009) Komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :

a. Ensepalopati : demam tinggi,gangguan kesadaran disertai atau tanpa kejang

b. Disorientasi dan penurunan kesadaran

c. Perdarahan luas.

d. Shock atau renjatan dan dapat terjadi Anoksia jaringan

G. Pencegahan

Menurut (Warsidi, E, 2009) upaya pencegahan harus dilakukan dengan cara yang terbaik,

murah, mudah dan dapat pula dilakukan oleh masyarakat umum. Upaya pencegahan tersebut

meliputi:

a. Pencegahan dengan prinsip 3 M:

1) Menguras: tempat penyimpanan air seperti bak mandi, sekurang-kurangnya seminggu

sekali.

2) Menutup: tempat penyimpanan air agar nyamuk tidak masuk dan berkembang.
3) Mengubur: barang-barang bekas, seperti kaleng bekas yang dapat menampung air

hujan, agartiak menjadi tempat perkembang biakan nyamuk.

b. Lipatlah pakaian / kain yang tergantung agar nyamuk tidak himggap.

c. Untuk tempat-tempat air yang sulit untuk dikuras, taaburkan bubuk abate kedalam genangan

air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi 2-3 bulan sekali.

d. Memberantas nyamuk Aedes aegepti, dengan cara: penyemprotan dengan bahan kimia,

pengasapan dengan bahan insektisida (fogging).

e. Memberantas jentik nyamuk dengan menggunakan serbuk abate, dengan cara:

1) Untuk 10 liter air, cukup dengan 1 gram serbuk abate.

2) Bila memerlukan abate kurang dari 10 gram caranya: ambil 1 sdm abate dan

tuangkan pada selembar kertas, lalu bagilah abate menjadi 2,3 atau 4 bagian sesuai dengan

takaran yang dibutuhkan

3) Setelah dibubuhkan abate, selama 3 bulan bubuk abate tersebut mampu membunuh

jentik nyamuk, hendaknya jangan menyikat dinding penampungan air selama 3 bulan setelah

dibubuhi abate, dan air yang dibubuhi abate selama takarannya benar tetap aman digunkaan.

Penatalaksanaan

Menurut (Meilany, 2010) penatalaksanaan untuk DBD sebagai berikut:

f. Tirah baring

g. Makanan lunak, dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu,

air dengan gula) atau air tawar yang ditambah garam.

h. Medikamentosa yang bersifat simtomatis, seperti hiepertermia diberikan asetamiofen, jangan

diberikan asetosal karena bahaya perdarahan. Sedangkan pada pasien tanda renjatan dilakukan:
1) Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan teratasi.

2) Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam, serta

Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam

3) Pada pasien DSS diberikan cairan intravena yang diberikan dengan diguyur, seperti

NaCl, ringer laktat, yang dipertahankan selama 12-24 jam setelah renjatan teratasi. Bila tidak

nampak perbaikan dapat diberikan plasma sejumlah 15-29 ml/kg BB dan dipertahankan selama

12-24 jam. Setelah renjatan teratasi bila kadar Hb dan Ht mengalami penurunan maka diberi

transfusi darah.

Prognosis

Menurut (Meilany, 2010) kematian karena demam dengue hampir tidak ada. Pada DBD/DSS

mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian di Surabaya, semarang, dan jakarta menunjukkan bahwa

prognosis dan perjalanan penyakit pada orang dewasa umumnya lebih ringan dibandingkan

anak-anak.

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Pengumpulan Data

1) Biodata: Biodata terdiri dari identitas klien, orang tua dan saudara kandung. Identitas klien

meliputi : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, agama, tanggal masuk rumah sakit, tanggal

pengkajian, nomor register dan diagnosa medik. Identitas orang tua meliputi : alamat, usia, jenis

kelamin, pendidikan agama, pekerjaan, alamat. Sedangkan identitas saudara kandung meliputi

nama dan usia.


2) Keluhan utama: Keluhan utama meliputi alasan klien di bawah ke rumah sakit seperti demam,

nyeri otot, mual,muntah, nyeri kepala, perut dan sendi disertai perdarahan.

3) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang: Klien menderita nyeri kepala, nyeri perut disertai mual dan

muntah.

b) Riwayat kesehatan masa lalu: Penyakit yang pernah dialami klien seperti demam, tidak ada

riwayat alergi, tidak ada ketergantungan terhadap makanan/ minuman dan obat-obatan.

c) Riwayat kesehatan keluarga: Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang

sama dengan klien.

4) Riwayat imunisasi: Riwayat imunisasi meliputi kelengkapan imunisasi seperti BCG, DPT,

Polio, Campak dan Hepatitis.

5) Riwayat tumbuh kembang meliputi :

a) Pertumbuhan fisik terdiri dari:

Usia (BB) Usia (TB)

BBL (2500 4000 gr) TBL (50 cm)

3 -12 bln (umur(bulan) + 9) 1 tahun (75 cm)

1-6 tahun (umur (tahun) x 2+8) >1 tahun (2x TB lahir)

6 tahun (1,5 x TB setahun)

9 tahun (2,1 x TBL)


b) Perkembangan tiap tahap usia

(1) Berguling : 3-6 bulan

(2) Duduk : 6-9 bulan

(3) Merangkak : 9-10 bulan

(4) Berdiri : 9-12 bulan

(5) Jalan : 12-18 bulan

(6) Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan

(7) Bicara : 2-3 tahun

(8) Berpakaian tanpa dibantu : 3-4 tahun

6) Riwayat nutrisi meliputi :

a) Pemberian ASI pertama kali disusui, lama pemberian, waktu dan cara pemberian.

b) Pemberian susu formula terdiri dari alasan pemberian, jumlah pemberian.

c) Pemberian makanan tambahan terdiri atas usia pertama kali diberikan jenis dan cara

pemberian.

d) Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutris saat : usia 0 6 bulan, 6 12

bulan dan saat ini.

7) Riwayat psikososial: Bagaimana kehidupan sosial dan lingkungannya, apakah keadaan

tempat tinggalnya memenuhi syarat kesehatan.

8) Riwayat spiritual: Apakah anggota keluarga rajin beribadah dan sering mengikuti kegiatan

keagamaan.

9) Reaksi hospitalisasi

a) Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi

(1) Stress
(2) Kecemasan meningkat: kurang informasi tentang prosedur dan pengobatan anak

serta dampaknya terhadap masa depan anak.

(3) Takut dan cemas : seriusnya penyakit dan tipe dari prosedur medis.

b) Reaksi anak terhadap hospitalisasi

(1) Perpisahan : berpisah dengan teman sebaya.

(2) Kehilangan kontrol : Kelemahan fisik dan Takut mati

(3) Reaksi perlukaan dan rasa sakit

(a) Mengkomunikasikan tentang rasa sakit.

(b) Mampu mengontrol rasa sakit (gigit bibir dan menggenggan).

10) Aktivitas sehari-hari

a) Nutrisi terdiri dari frekuensi makan, waktu makan, makanan yang dikonsumsi, porsi

makan, makanan yang disukai, nafsu makan. Jumlah yang dapat dihabiskan dan cara makan

klien sebelum sakit dan saat sakit.

b) Istirahat, tidur terdiri dari waktu tidur malam dan siang, apakah mudah terbangun,

kesulitan tidur, bagaimana pola tidur, ada perubahan atau tidak sebelum sakit dan saat sakit.

c) Personal hygiene terdiri dari mandi, sikat gigi, kebersihan kuku, genetalia, dan

penampilan umum klien sebelum sakit dan saat sakit.

11) Pemeriksaan fisik Head To to

a) Keadaan umum : klien baik atau tidak.

b) Tanda-tanda vital

1) Tekanan darah menurun > 80 mmHg

2) Nadi cepat dan lemah > 100x/menit

3) Suhu meningkat sampai 38C


4) Pernafasan meningkat > 40x/menit

c) Antropometri :

1) LLA : 14cm

2) LK : 40 cm

3) LD : 54 cm

4) LP : 52 cm

d) Sistem pernafasan: Tidak terdapat batuk, pernafasan cuping hidung, batuk dada normal

(Normal Chest), tidak ada retraksi, dan tidak ada suara nafas tambahan.

e) Sistem kardiovaskuler: Konjungtiva tidak anemis, bibir pucat dan kering, arteri karotis

tidak teraba, vena jugularis tidak tampak, tidak ada pembesaran jantung, suara jantung S1, S2

kesan murni.

f) Sistem pencernaan: Bibir kering sering merasa mual dan muntah terdapat nyeri tekan

pada daerah epigastrium

g) Sistem indera

1) Mata : kelopak mata, lapang pandang dan visus baik.

2) Hidung : penciuman baik, tidak ada secret dan tidak terdapat perdarahan pada hidung.

3) Telinga : membran timpani baik fungsi pendengaran baik.

h) Sistem neurosensorik: Berdasarkan tingkat grade Dengue Haemorragic Fever (DHF)

I,II: kesadaran kompos mentis, Dengue Haemorragic Fever (DHF) III :kesedaran apatis,

samnolen, Dengue Haemorragic Fever (DHF) IV :kesadaran koma.

i) Sistem moskuloskeletal: Akral dingin,serta terjadi nyeri otot,serta tulang.

j) Sistem integumen

1) Adanya petechia pada kulit, turgir kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis/tidak

3) Kepala dan leher: Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam, mata anemia,

hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis), pada grade II, III, IV mulut di dapatkan

bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi,dan nyeri tekan. Sementara tenggorokan

mengalamin hiperemi pharing dan terjadi perdarahan telinga.

k) Sistem endokrin: Pembesaran kelenjar tiroid dan limpa tidak ada.

l) Sistem perkemihan: Odema palpebra tidak ada, distensi kandung kemih tidak ada.

m) Sistem reproduksi: Keadaan labia minora dan mayora bersih dan tidak ada bau serta

pertumbuhan dada belum ada dan perubahan suara.

n) Sistem immune: Tidak ada alergi terhadap cuaca, bulu binatang dan zat kimia.

o) Pemeriksaan tingkat perkembangan: Dengan menggunakan DDST 0-6 tahun meliputi :

1) Motorik kasar, aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh

2) Motorik halus, aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,

melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil,

tetapi memiliki koordinasi yang cermat.

3) Bahasa, kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan

berbicara spontan

4) Personal sosial, aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan

berinteraksi dengan lingkungannya

2 Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien dengan Dengue

Hemorhagic Fever

a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.


b. Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output

cairan.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

e. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.

f. Kecemasan orang tua/keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, dan kurang

informasi.

3 Intervensi

a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.

Kriteria evaluasi :

1) Peningkatan suhu tubuh dapat teratasi, dengan criteria :

2) Suhu tubuh normal (35 C- 37,5 C)

3) Pasien bebas dari demam.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji saat timbulnya demam. 1. Untuk mengidentifikasi pola demam

pasien.

2. Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam. 2. Tanda-tanda vital merupakan acuan

untuk mengetahui keadaan umum pasien.

3. Beri kompres hangat pada dahi. 3. Kompres hangat dapat mengembalikan

suhu normal memperlancar sirkulasi.


4. Beri banyak minum ( 1-1,5 liter/hari)
4. Mengurangi panas secara konveksi

sedikit tapi sering (panas terbuang bersama urine dan

keringat sekaligus mengganti cairan

5. Ganti pakaian klien dengan bahan tipis tubuh karena penguapan).

menyerap keringat. 5. Pakaian yang tipis menyerap keringat

dan membantu mengurangi penguapan

tubuh akibat dari peningkatan suhu dan

6. Beri penjelasan pada keluarga dapat terjadi konduksi.

klien tentang penyebab meningkatnya


6. Penjelasan yang diberikan pada keluarga

suhu tubuh. klien bisa mengerti dan kooperatif dalam

memberikan tindakan keperawatan.

Kolaborasi pemberian obat anti piretik. 7. Dapat menurunkan demam

b. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan (defisit volume cairan) tubuh

berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan.

Kriteria evaluasi:

1) Volume cairan tubuh seimbang, dengan criteria :

2) Turgor kulit baik

3) Tanda-tanda vital dalam batas normal

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji keadaan umum klien dan tanda-


1. Mengetahui dengan cepat

tanda vital. penyimpangan dari keadaan normalnya.

2. Mengetahui balance cairan dan elektrolit


2. Kaji input dan output cairan. dalam tubuh/homeostatis.

3. Agar dapat segera dilakukan tindakan

3. Observasi adanya tanda-tanda syok. jika terjadi syok.

4. Anjurkan klien untuk banyak minum. 4. Asupan cairan sangat diperlukan untuk

menambah volume cairan tubuh.

5. Kolaborasi dengan dokter dalam


5. Pemberian cairan I.V sangat penting

pemberian cairan I.V. bagi klien yang mengalami deficit

volume cairan untuk memenuhi

kebutuhan cairan klien.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

Kriteria Evaluasi:

1) Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, dengan criteria :

2) Porsi makan yang disajikan dihabiskan.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji keadaan umum klien 1. Memudahkan untuk intervensi

selanjutnya

2. Beri makanan sesuai kebutuhan tubuh


2. Merangsang nafsu makan klien sehingga

klien. klien mau makan.

3. Anjurkan orang tua klien untuk memberi


3. Makanan dalam porsi kecil tapi sering

makanan sedikit tapi sering. memudahkan organ pencernaan dalam


4. Anjurkan orang tua klien memberi metabolisme.

makanan TKTP dalam bentuk lunak 4. Makanan dengan komposisi TKTP

berfungsi membantu mempercepat proses

5. Timbang berat badan klien tiap hari. penyembuhan.

6. Kolaborasi pemberian obat reborantia. 5. Berat badan merupakan salah satu

indicator pemenuhan nutrisi berhasil.

6. Menambah nafsu makan

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Kriteria Evaluasi:

1) Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi.

2) Klien mampu mandiri setelah bebas demam

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji hal-hal yang mampu dilakukan1. Mengetahui tingkat ketergantungan klien

klien. dalam memenuhi kebutuhannya.

2. Bantuan sangat diperlukan klien pada

2. Bantu klien memenuhi kebutuhan saat kondisinya lemah dalam pemenuhan

aktivitasnya sesuai dengan tingkat kebutuhan sehari-hari tanpa mengalami

keterbatasan klien. ketergantungan pada orang lain.

3. Dengan penjelasan, pasien termotivasi


3. Beri penjelasan tentang hal-hal yang untuk kooperatif selama perawatan

dapat membantu dan meningkatkan terutama terhadap tindakan yang dapat

kekuatan fisik klien. meningkatkan kekuatan fisiknya.

4. Keluarga merupakan orang terdekat

dengan klien

4. Libatkan keluarga dalam pemenuhan5.

ADL klien Untuk mencegah terjadinya keadaan yang

5. Jelaskan pada keluarga dan klien tentang lebih parah

pentingnya bedrest ditempat tidur.

e. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.

Kriteria Evaluasi:

1) Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan

2) Jumlah trombosit meningkat

INTERVENSI RASIONAL

1. Monitor tanda-tanda penurunan


1. Penurunan jumlah trombosit merupakan

trombosit yang disertai tanda-tanda tanda-tanda adanya kebocoran pembuluh

klinis. darah yang dapat menimbulkan tanda

klinis berupa perdarahan nyata, seperti

epistaksis, petechiae.

2. Beri penjelasan tentang pengaruh


2. Agar pasien/ keluarga mengetahui hal-

trombositopenia (pada keluarga. hal yang mungkin terjadi pada pasien dan

dapat membantu mengantisipasi


terjadinya perdarahan karena

Monitor jumlah trombosit setiap hari. trombositopenia

3. Dengan jumlah trombosit yang dipantau

setiap hari dapat diketahui tingkat

4. Anjurkan klien untuk banyak istirahat. kebocoran pembuluh darah dan

kemungkinan perdarahan yang dialami

5. Beri penjelasan pada pasien/ keluarga oleh klien

untuk segera melapor jika ada tanda-


4. Aktivitas klien yang tidak terkontrol

tanda perdarahan lebih lanjut seperti: dapat menyebabkan terjadinya

hematemesis, melena, epistaksis. perdarahan.

5. Keterlibatan keluarga dengan segera

melaporkan terjadinya perdarahan (nyata)

akan membantu pasien mendapatkan

penanganan sedini mungkin.

f. Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kurang informasi.

Kriteria Evaluasi:

1) Orang tua tidak bertanya lagi tentang penyakit anaknya

2) Ekspresi wajah ceria

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat kecemasan orang tua 1. Mengetahui kecemasan orang tua klien

dan memudahkan menentukan


intervensi selanjutnya.

2. Jelaskan prosedur pengobatan


2. Untuk memberi informasi yang dapat

perawatan anaknya. mengurangi kecemasan orang tua.

3. Beri kesempatan pada orang tua


3. Untuk memperoleh informasi yang

untuk bertanya tentang kondisi lebih banyak dan meningkatkan

anaknya. pengetahuan dan mengurangi stress.

4. Beri penjelasan tiap prosedur/


4. Memberikan penjelasan tentang proses

tindakan yang akan dilakukan penyakit, menjelaskan tentang

terhadap pasien dan manfaatnya kemungkinan pemberian perawatan

bagi pasien intensif jika memang diperlukan oleh

pasien untuk mendapatkan perawatan

yang lebih optimal

5.

4 Evaluasi

a. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh dengan kriteria :

1) Suhu tubuh normal (36 - 37 C).

2) Pasien bebas dari demam

b. Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi dengan kriteria : klien / keluarga mengetahui

tentang proses penyakit, diet dan perawatannya.

c. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria : Pasien mampu menghabiskan porsi makan

yang diberikan / dibutuhkan.

d. Klien mampu beraktifitas dengan kriteria :


1) Kebutuhan aktifitas sehari-hari terpenuhi.

2) Klien mampu mandiri setelah bebas dari demam.

e. Tidak terjadi perdarahan intra abdomen dengan kriteria :

1) Tidak ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut

2) Jumlah trombosit meningkat.

f. Klien mengetahui tentang proses penyakit diet dan perawatannya dengan kriteria : Klien

dan keluarga mengetahui tentang proses penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Meilani. 2010. Penyakit Menular di Sekitar Kita. Klaten: PT Intan Sejati.

Warsidi, E. 2009. Bahaya dan Pencegahan DBD. Bekasi: Mitra Utama.

Wilkinson, Judith. M. 2011. Buku saku diagnosa keperawatan: diagnosis NANDA, Intervensi

NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai