PENDAHULUAN
Proses pendengaran adalah salah satu yang penting dalam kehidupan sehari-
hari. Saat ini banyak gangguan yang dapat menyebabkan kesulitan dalam
mendengar, salah satunya adalh otosklerosis. dalam penelitian, kelainan ini terdapat
pada masyarakat dalam jumlah yang signifikan. Otosklerosi adalah salah satu dari
bentuk hilangnya pendengaran pada orang dewasa yang umum ditemukan.
Kelainan ini disebabkan karena gangguan autosomal dominan yang terjadi pada
wanita maupun pria. Pasien mengalami gejala pada akhir usia belasan atau awal 20-
an. Kelainan ini merupakan penyakit labirin tulang, dimana terbentuk suatu daerah
otospongiosis (tulang lunak) di daerah kaki stapes, sehingga stapes menjadi
kakudan tidak dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik. 1,2,3,4,5
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga luar. Telinga luar
adalah bagian telinga yang terdapat disebelah luar membran tympani. Bagian ini
terdiri dari : 1,2,12
a. Aurikula(daun telinga) terdiri dsari tulang rawan elastin dan kulit. Fungsi
utama dari aurikula adalah untuk menangkap gelombang suara dan
mengarahkan kedalam meatus acustikus eksternus. Perdarahan bagian
2
superior berasal dari cabang posterior a. Karotis Eksterna yang
memperdarahi juga sebahagian kecil permukaan anterior. Sebahagian
permukaan posterior juga diperrdarahi oleh a. Occipitalis. Permukaan
anterior terutama diperdarahi olah cabang anterior a. Temporalis superfisial
anterior. Aurikula di persarafi olaeh cabang auricula temporalis dan saraf
mandibularis serta saraf aurikularis mayor dan oksaipitalis yang merupakn
cabng fleksus servikalis pertama dan kedua.1,2,14,15
B. Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :1,2
- Batas luar : membran timpani
- Batas depan : tuba eustachius
- Batas bawah : vena jugularis(bulbus jugularis)
- Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars
vertikalis
- Batas atas : tegmen timpani(meningen/otak)
- Batas dalam : berturut-turut dari atas kebawah kanalis
semisirkularis horizontal, kanalis fasialis
tingkap lonjong(oval window),tingkap
bundar(round window) dan promontorium
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan oblik terhadap sumbu liang telinga. Membran timpani dibagi atas dua
3
bagian yaitu bagian atas disebut pars flaksida( membran shrapnell) sedangkan
bagian bawah pars tensa (membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu
lapisa luar merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga sedangkan lapisan dalam di
lapisi oleh sel kubus bersilia. Dan pars tensa merupakan bagian yang tegang dan
memiliki satu lapis lagi ditengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan
sedikit serat elastin yang berjalan secara radierdi bagian luar dan sirkuler pada
bagian dalam. 1,2
C. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea(rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis. Ujung
atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfaskala timpani
dengan skala vestibuli. 1,2, 13,14
4
Gambar 2. Anatomi telinga dalam
5
2.2 FISIOLOGI PENDENGARAN
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi
Gambar 5. Otosklerosis
3.1 Epidemiologi3,16
a. Ras
7
b. Faktor keturunan
c. Gender
Otosklerosis sering dilaporkan 2 kali lebih banyak pada wanita dibanding pria.
Bagaimanapun, perkiraan terbaru sekarang mendekati rasio antara pria: wanita
adalah 1:1. Penyakit ini biasanya diturunkan tanpa pengaruh sex-linked, jadi
rasio 1:1 dapat terjadi. Ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa perubahan
hormonal selama kehamilan dapat menstimulasi fase aktif dari otosklerosis,
yang menyebabkan peningkatan gambaran klinis kejadian otosklerosis pada
wanita. Onset klinik selama kehamilan telah dilaporkan sebanyak 10% dan 17
%. Resiko dari peningkatan gangguan pendengaran selama kehamilan atau
pemakaian oral kontrasepsi pada wanita dengan otosklerosis adalah sebesar
23%.penjelasan lain yang memungkinkan peningkatan prevalensi penmingkatan
otosklerosis pada wanita adalah bilateral otosklerosis yang tampaknya lebih
sering pada wanita dibanding pria (80% dan 65%).
d. Riwayat Keluarga
Sekitar 60% dari pasien dengan klinis otosklerosis dilaporkan memiliki riwayat
keluarga dengan riwayat yang sama.
e. Usia
8
awal sekitar umur 6 atau 7 tahun, dan paling lambat terjadi pada pertengahan
umur 50-an.
3.3 Etiologi
3.4 Patofisiologi
9
matriks yang baru terbentuk dengan awal mineralisasi atau sebagian fokus tulang
matur yang inaktif dari tulang yang kompak. 3
1. Tipe klasik
Terjadi pada 3% spesimen, ditandai dengan banyak saluran darah yang
mengalami kongesti dan stasis disertai dengan hipertropi tulang. Terdapat
banyak osteoblas dan kadang kadang ada osteoklas.
2. Tipe fibrotik
Les ini menunjukkan hipertropi tulang tetapi dengan perubahan fibrotik
menggantikan ruang-ruang vaskuler. Pada lesi ini tidak ditemukan osteoblas
dan osteoklas dan ada area nekrosis aseptik.
3. Tipe osteoporotik
Pada bentuk ini tulang yang hipertropi juga hipervaskuler, tetapi ruang
vaskuler tidak berisi, menyebabklan gambaran porosis sempurna. Disini
juga terjadi nekrosis dari osteosit.
4. Tipe sklerotik(jarang)
Beberapa kasus menunjukkan morfologi ini secara tunggal, tetapi bentuk-
bentuk yang lain sering kali mempunyai area sklerotik. Jaringan tulang telah
seluruhnya di ganti oleh kalsium dan tidak mengandung pembuluh darah
maupun osteosit.
5. Tipe hemangioma(jarang)
Tipe ini mengandung mukosa dengan hipervaskularisasi, dibawahnya
terdapat tumor tulang yang hipervaskuler dan berukuran besar. Lesi ini
sering kali menutupi foramen dengan mengoblitersi celahnya serat
menyerang persendian stapes
6. Tipe mencair (chelated) (13%)
Gambaran ini mengandung disolasi litik tulang tanpa osteoklas tetapi
dengan gambaran sel-sel tulang rawan yang mengalir atau mengarus.
Genangan genangan ini bergeser dan bersatu sama lain.
Wolf dan belluci menekankan bahwa tipe-tipe ini bukan merupakan tingkat
tingkat penyakit melainkan variasi patologik mikroskopik. Pada kebnyakan kasus,
10
lesi otosklerosis menunjukkan campuran berbagai tipe tersebut diatas area-area
yang berbeda. Variasi gambaran tersebut tergantung interaksi tiga faktor penting
pada fisiologi tulang, yaitu perdarah daerah yang tersebut, tingkat kesamaan
jaringan dan kadar enzim serta hormon yang terkandung didalam cairan jaringan. 3
Pada oto sklerosis, bagian bagian lebirin tulang (kapsul otik) direabsorpsi
dan digantikan oleh tulang berongga yang baru dan mengandung banyak pebuluh
darah. Tulang baru tersbut cenderung tumbuh melebihi labirin tulang yang normal.
Otosklerosis dapat menyebabkan fiksasi progresif kaki stapes pada tingkap lonjong
(oval window). Hal ini menyebabkan tuli konduktif yang progresif. Sebahagian
besar pasien otosklerosis mengalami tuli unilateral atau bilateral pada masa dewasa
muda. Walaupun tuli akibat otosklerosis biasanya konduktif, koklea juga dapat
terkena, sehinga menyebabkan tuli sensorineural, atau campuran 4
3.5 DIAGNOSIS
A. Anamnesis
11
B. Pemeriksaan Fisik
Membran timpani biasanya normal pada sebagian besar kasus. Hanya sekitar
10% yang menunjukkan Schwartze Sign. Alat diagnostik dokter pada pusat
kesehatan primer adalah garpu tala 512 Hz, yang akan menunjukkan uji Rinne
negatif. Oleh pasien hantaran tulang terdengar lebih keras dari hantaran udara. Uji
weber sangat membantu, dan akan positif pada telinga dengan otosklerosis
unilateral, atau pada telinga dengan ketulian konduktif yang lebih berat. 1,2,3,4,5
C. Pemeriksaan penunjang
Kunci penelusuran secara objektif dari otosklerosis didapat dari audiogram.
Gambaran biasanya konduktif, tetapi juga mixed atau sensorineural. Tanda khas
dari otosklerosis adalah pelebaran air bone gap secara perlahan yang biasanya
dimulai dari frekuensi rendah. Adanya carharts notch adalah diagnosis secara
abstrak dari otosklerosis, meskipun dapat juga terdapat pada gangguan konduktif
lainnya. Carharts notch adalah penurunan dari konduksi tulang sebanyak 10-30 dB
pada frekuensi 2000 Hz, diinduksi oleh adanya fiksasi stapes. Carharts notch akan
menghilang setelah stapedoktomi. Maksimal conductive hearing loss adalah 50 dB
untuk otosklerosis, kecuali ada kombinasi dengan diskontinuitas dari tulang
pendengaran. Speech dicrimination biasanya tetap normal. 3,15
Timpanometri pada masa preklinik dari otosklerosis, timpanometri mungkin
menunjukkan on-off effect dimana ada penurunan abnormal dari impendence
pada awal dan akhir eliciting signal. Ketika penyakit berlanjut, adanya on-off ini
memberikan gambaran dari absennya reflek tapedial. Gambaran timpanogram
biasanya adalah tipe A dengan kompliance yang rendah. Walaupun jarang,
gambaran tersebut dapat juga berbentuk kurva yang memendek yang dirujuk ke
pola tipe A. 3
Fine cut CT scan dapat mengidentifikasi pasien yang vestibular atau
koklear otosklerosis, walaupun keakuratannya masih dipertanyakan. CT dapat
memperlihatkan gambaran tulang-tulang pendengaran, koklea dan vestibular organ.
Adanya area radiolusen di dalam dan sekitar koklea dapat ditemukan pada awal
penyakit ini dan gambaran diffuse sclerosispada kasus yang lebih lanjut. Hasil yang
negatif bukan berarti nondiagnostik karena bebrapa pasien yang menderita penyakit
ini mempunyai kemampuan dibawah dari metode CT paling canggih sekali. 3
12
3.6 Diagnosis Banding
3.7 Penatalaksanaan
Terapi medikamentosa
13
saat terapi untuk mencegah cacat pendengaran berat adalah saat pertama di
mulainya tuli. Tetapi, walaupun pasien telah menderita gangguan pendengaran
sedang sampai berat sewaktu pertama diperiksa, layak usah menghentikan ketulian
lebih lanjut. Sekitar 15% pasien akn mengalami sejumlah perbaikan pendengaran
dengan terapi tersebut. Terapi medis ini terdiri dari natrium fluorida dan ditambah
dengan kalsium dan vitamin D, walaupun kebutuhan suplementasi ini masih
meragukan. Kapsul 20 mg natrium fluorida di telan setelah makan pagi dan makan
malam, serta tablet 500 mg kalsium glukonat ditelan sewaktu makan tersebut. Obat
ini harus dipisahkan tidak hanya oleh suatu makanan tetapi juga sedikitnya 60
menit. Diminum 1 tablet multivitamin dengan 400 Unit vitaminD sekali perhari.
Pasien harus mendapat panduan ini selama 2 tahun, dan bila waktu tersebut
pendengaran stabil amak dosis natrium fluorida dan kalsium glukonat dikurangi
setengahnya dan tablet multivitamin diteruskan. Bila gejala-gelaja tetap stabil pada
akhir ketiga, maka terapi dihentikan. Efek samping tersering ditemukan pada
traktus gastrointestinalis (saluran cerna) dan timbul pada 14% pasien. Biasanya
gejala-gejala ini ringan dan intermitten serta tidak memerlukan terapi, atau diatasi
dengan antasida. Tetapi pada 15% pasien, gejala tersebut cukup parah sehingga
memerlukan perhetian terapi. Efek samping lain yang dapat ditemukan berupa nyeri
muskuloskleletal yang biasanya terlokalisasi di satu atau lebih sendi-sendi dan
terjadi pada 3% pasien. Nyeri akan menghilang dalam 2-3 minggu setelah terapi
dihentikan. Tuli konduktif dapat dikoreksi dengan pembedahan stapedektomi yang
di lakukan melalui meatus akustikus eksternus dengan anestesi lokal. Stapes
diangkat dan digantikan prostesa diantara prosessus longus inkus dan foramen
ovale.7
Amplifikasi
Alat bantu dengar baik secara unilateral atau bilateral dapat merupakan terapi yang
efektif. 9,13,16
Terapi Bedah
14
1. Stepedektomi1,16
Penatalaksanaan dengan operasi stapedektomi merupakan
pengobatan pilihan. Stapedektomi merupakan operasi dengan membuang
seluruh footplate.
Operasi stapedektomi pertama kali dilakukan oleh jack dari boston,
massachessets pada 1893, dengan hasil yang baik. Operasi stapedektomi
pada otosklerosis disisipkan protesis diantara incus dan oval window.
Protesis ini dapat berupa sebuah piston teflon,piston stainless steel, piston
platinum atau titanium teflon. Piston teflon, merupakan protesis yang paling
sering digunakan saat ini. Hampir 90% pasien mengalami kemajuan
pendengaran setelah dilakukan operasi stapedektomi.
Dasar tindakan ini adalah membuat foramen oval yang paten,
menutupnya suatu membran baik alamiah maupun artifisial dan membuat
hubungan antara incus dengan membran baru yang menutupi foramen ovale.
Pemaparan daerah foramen ovale diperlukan mikro skopoperasi dan
penahan spekulum. Insisi dibuat dibagian posteriordan superior dinding
liang telinga yang berjarak cukup dari annulus untuk menjamin tersedianya
jabir kulit yang cukup banyak yang menutup kerusakan dinding tulang yang
dibuang untuk memaparkan stapes. Lippt et al. 2008 menyatakan
stapedektomi pada pasien tua (70-92 tahun) memberikan hasil yang sama
baik seperti terlihat pada pasien yang lebih muda. Pasien dengan usia tua
bukan berarti tidak memiliki kestabilan yang lebih rendah dari pada pasien
dengan usia lebih muda. Jika ditemukan footplate salah satu telinga tertutup
(obliterated) maka terdapat 40 % kemungkinan akan di temukan pada
telinga lainnya.
Gambar 6. Stapedektomi
15
2. Stapedotomi1,16
Pada teknik stapedotomi, dibuat lubang di footplate, dilakukan
hanya untuk tempat protesis. Teknik yang diperkenalkan oleh fisch, sebuah
lubang setahap demi setahap dibesarkan dengan hand hell drill sampai
diameter 0,6 mm. Stapes digantikan dengan protesis yang dipilih kemudian
ditempatkan pada lubang dan dilekatkan ke incus. Ukuran protesis yang
digunakan sedikit lebih panjang (0,25mm) dibandingkan dengan jarak
antara incus dan footplate untuk memastikan kontak dengan ruang perilimf
dan mencegah pergeseran selama proses penyembuhan.
Gambar 7. Stapedotomi
Sejak diperkenalkan operasi stapes selama lebih dari 40 tahun yang lalu
banyak penelitian menunjukkan keberhasilan dalam penatalaksanaan penurunan
pendengaran pada pasien dengan otosklerosis. Dalam penelitian yang dilakukan
16
oleh marshese menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal
hasil pendengaran antara stapedektomi dengan stapedotomi.
Seleksi pasien
Kandidat utama stapedektomi adalahyang mempunyai kehilangan
pendengaran dan mengganggu secara sosial, yang di konfirmasi dengan
garputala dan audiometric menunjukkan tuli konduktif atau campur. Speech
discrimanation harus baik. Secar umum, pasien dengan penurunan
pendengaran lebih dari 40 dB dan bone conduction lebih baik dari air
conduction pada pemeriksaan garputala akan memperoleh keuntungan
paling maksimal dari operasi. Pasien harus mempunyai resiko anestesi yang
minimal dan tidak memiliki kontraindikasi
Indikasi bedah 16
1. Tipe otosklerosis oval window dengan berbagai variasi derajat fiksasi
stapes
2. Otosklerosis atau fiksasi ligamen anularis oval window pada otitis
media kronis (sebagai tahapan prosedur)
3. Osteogenesis imperfekta
4. Beberapa keadaan anomali kongenital
5. Timpanosklerosis diman pengangkatn stapes dindikasiakan (sebagi
tahapan operasi)
3.8 Prognosis
3.8 Komplikasi16
1. Tuli kondusif
2. Glomus jugulare (tumor yang tumbuh dari bulbus jugularis)
3. Neuroma nervus fasialis (tumor yang berada pada nervus VII, nervus fasialis)
4. Granuloma Kolesterin. Reaksi system imun terhadap produksi samping darah
(kristal kolesterol)
17
5. Timpanosklerosis. Timbunan kolagen dan kalsium didalam telinga tengah
yang dapat mengeras disekitar osikulus sebagai akibat infeksi berulang
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20
12. Guyton C Arthur, MD. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 11. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.Hal 681-689
13. Luccente FE, Harel G. 2011.Ilmu THT Essensial Edisi 5. Jakarat:Balai
Penerbit Buku Kedokterann EGC. Hal : 5
14. Pearce C, Evelyn. Anatomi Dan Fisiolgi Untuk Paramedis. Jakarta: Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama. Hal 393-400
15. Rukmini,Sri.Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung, Tenggorok.Jakarta:EGC.
Hal 23-25
16. http://lettre-de-raphael.blogspot.co.id/2014/02/otosklerosis.htmll. Diakses
Tanggal 23 april 2017
21