Anda di halaman 1dari 47

KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen pembimbing


tutorial skenario A Blok 25, sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan baik.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang telah memberi
dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di penyusunan
laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Palembang, Mei 2014

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... 1

Daftar Isi.............................................................................................................................. 2

BAB I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang...................................................................................... 3

BAB II Pembahasan

2.1. Data Tutorial......................................................................................... 4


2.2. Skenario Kasus...................................................................................... 5
2.3. Paparan

I. Klarifikasi Istilah............................................................................... 8

II. Identifikasi masalah ........................................................................ 9

III. Analisis Masalah............................................................................. 10

IV. Learning Issues................................................................................ 40

V. Kerangka Konsep............................................................................ 45

BAB III Penutup

3.1. Kesimpulan........................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 47

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok IKM-IKK merupakan blok 25 pada semester 6 dari Kurikulum Berbasis


Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang.

Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk
menghadapi kasus yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Adapun maksud dan
tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. Maznah Hamzah, Sp.Par (K)

Moderator : Roby Juniadha

Sekretaris : Achmad Dodi M.

Hari, Tanggal : Senin, 12 Mei 2014

Rabu, 14 Mei 2014

Peraturan : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan

2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat

3. Dilarang makan dan minum

4
2.2 Skenario A

Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Suatera di Ogan Ilir yakni di desa Mjt.
Komunitas disini terdiri atas sekitar 500 KK dengan populasi sekitar 2000 orang. Mata
pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan. Pertanian terutama
padi sawah dan karet alam.

Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen sesuai dengan
kemampuan ekonomi mereka. Dari kedua jenis itu, ada pula yang lantainya dari tanah.
Anak anak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki tapi lebih banyak yang
telanjang kaki.

Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah sungai Ogan, dan juga
air rawa yaitu dari sawah di sekitar desa. Sebagian besar KK memiliki sumur sendiri,
namun sumur tersebut biasanya kering di musim kemarau.

Sumber energi yang digunakan oleh penduduk untuk lampu/penerangan adalah listrik.
Untuk memasak, sebagian besar masih memakai kayu bakar, sebagian kecil memakai
kompor minyak tanah. Tapi sejak minyak tanah menjadi langka, penduduk kembali
menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang menggunakan gas LPG. Ada
sebagian masyarakat yang menggunakan briket batubara.

Pada bulan Januari sampai Agustus, kualitas udara di desa baik sekali, namun pada
bulan September sampai Desember seringkali ada serangan kabut asap yang dapat
sampai berminggu minggu.

Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu, sedangkan Puskesmas ada di
kota kecamatan sekitar 15 km ke arah Palembang.

Petugas kesehatan yang ada di desa adalah Mantri dan bidan desa. Tapi, jumlah
kelahiran yang ditolong dukun masih lebih banyak dari bidan. Peran dukun masih
cukup penting sebagai garis pertama yang melayani orang sakit.

Di desa ini pengelolaan sampah dilakukan oleh masing masing rumah tangga. Tidak
ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena di sekitar desa banyak
rawa, maka ini menjadi tempat ideal untuk buang sampah.

5
Laporan tahunan dari Puskesmas memperlihatkan 10 besar penyakit yang terdeteksi di
desa ini adalah:

- ISPA
- Gastrointestinal dan diare
- Kulit
- Malaria
- DHF
- Tuberkulosis
- Asthma
- Gigi dan mulut
- Hipertensi
- Cidera karena kecelakaan lalu lintas

Dalam kurun waktu tahun 2010 2011, desa ini dua kali mengalami keracunan
makanan yaitu tatkala ada hajatan perkawinan yang melibatkan banyak orang.

Dari pihak kabupaten, pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum yang
bersumber dari air sumur penduduk dan hasilnya diberikan pada lampiran. Dari pihak
provinsi, juga pernah melakukan pengukuran kualitas udara tatkala ada serangan asap,
hasilnya juga diberikan di lampiran.

Ada hal menarik yang pernah dilakukan mahasiswa Unsri di desa ini di tahun 2009
yaitu Penelitian tentang Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality). Menurut studi
itu, akibat penggunaan bahan bakar kayu dan briket arang, sedangkan ventilasi di
dapur tidak baik, maka kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik, khususnya
kadar debu halus (PM10) yang tinggi.

Akhir akhir ini sejak harga karet alam naik, desa ini kebanjiran motor yang
menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Menurut penuturan Kades, selain
kecelakaan akibat motor, desa ini juga mulai mengalami budaya minuman keras dan
narkoba.

Lampiran

6
1. Hasil Pengujian Kualitas Air Minum

Parameter Hasil Uji


E. Coli 2000/100 cc
Total Coliform 1000/100 cc
Arsen 0,05 mg/L
Fluorida 1,4 mg/L
Total Kromium 0,03 mg/L
Kadmium 0,001 mg/L
Nitrit 2 mg/L
Nitrat 25 mg/L
Sianida 0,07 mg/L
Selenium 0,01 mg/L

2. Kualitas Udara

Parameter Waktu Pengukuran Hasil Uji


SO2 24 jam 500 microgram/m3
CO 24 jam 30.000 microgram/m3
NOx 24 jam 200 microgram/m3
O3 1 jam 200 microgram/m3
Hidrokarbon 3 jam 100 microgram/m3
Total Suspended Particulate 24 jam 500 microgram/m3
(TSP)
Pb 24 jam 5 microgram/m3

2.3 Paparan

7
I. Klarifikasi istilah

1. Komunitas : Sebuah kelompok social dari beberapa organisme yang


berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama.

2. Populasi : Sekelompok orang, benda, atau hal yang menjadi kumpulan


disuatu daerah (sample).

3. Kebutuhan domestic : kebutuhan yang digunakan pada tempat tempat hunian


pribadi untuk memenuhi kebutuhan sehari hari dan keperluan rumah tangga lainnya.

4. Sumur : Sumber air buatan dengan cara menggali tanah, lubang yang
sengaja dibuat untuk menembus tanah yang digunakan untuk mendapatkan air.

5. Pelayanan kesehatan: Subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah


promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative.

6. Mantri : Nama pangkat atau jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas


khusus; juru rawat atau pembantu dokter.

7. Puskesmas : Unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota


yang bertugas menangani masalah kesehatan di wilayahnya.

8. Pustu : Unit pelayanan kesehatan yang sederhana yang berfungsi


menunjang dan membantu memperluas jangkauan puskesmas.

9. Ideal : Sesuatu yang sesuai dengan yang diangan - angankan atau


dikehendaki.

10. Kualitas udara ruangan: Udara di dalam suatu bangunan yang dihuni atau ditempati
untuk satu periodese kurang - kurangnya 1 jam oleh orang dengan status kesehatan
yang berbeda.

11. Debu halus (PM 10) : Partikel udara dalam wujud padat yang berdiameter kurang
dari 10 mikrometer.

II. Identifikasi masalah

8
1. Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yakni di desa
Mjt. Komunitas disini terdiri atas sekitar 500 KK dengan populasi sekitar 2000 orang.
Mata pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan. Pertanian
terutama padi sawah dan karet alam. Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu
dan ada yang dari semen dan ada yang lantainya dari tanah. Anak anak dan orang
dewasa banyak yang telanjang kaki.

2. Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah sungai Ogan, dan
juga air rawa yaitu dari sawah di sekitar desa. Sebagian besar KK memiliki sumur
sendiri, namun sumr tersebut biasanya kering di musim kemarau.

3. Sebagian besar masyarakat menggunakan kayu bakar dan ada sebagian menggunakan
briket batubara. Akibat penggunaan bahan bakar kayu dan briket arang dan ventilasi
di dapur tidak baik, maka kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik, khususnya
kadar debu halus (PM10) yang tinggi.

4. Pada bulan September sampai Desember seringkali ada serangan kabut asap yang
dapat sampai berminggu minggu.

5. Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu, sedangkan Puskesmas ada di
kota kecamatan sekitar 15 km ke arah Palembang. Petugas kesehatan yang ada di desa
adalah mantri dan bidan desa. Tapi, jumlah kelahiran yang ditolong dukun masih lebih
banyak dari bidan. Peran dukun masih cukup penting sebagai garis pertama yang
melayani orang sakit.

6. Pengelolaan sampah dilakukan oleh masing masing rumah tangga. Tidak ada
organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena di sekitar desa banyak rawa,
maka ini menjadi tempat ideal untuk buang sampah.

7. Dalam kurun waktu tahun 2010 2011, desa ini dua kali mengalami keracunan
makanan yaitu tatkala ada hajatan perkawinan yang melibatkan banyak orang.

8. Sejak peningkatan harga karet, jumlah motor di desa ini meningkat yang
menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi.

9. Di desa ini, mulai berkembang budaya minuman keras dan narkoba.

III. Analisis Masalah

9
1. Kondisi penduduk
a. Apa saja risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan dari kondisi penduduk di Desa
Mjt?
b. Bagaimana kondisi rumah yang ideal?
c. Bagaimana nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat?
d. Apa saja langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan
ini?
e. Bagaimana nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda?
f. Apa rekomendasi pelatihan khusus untuk menanggulangi permasalahan ini?

2. Sumber air
a. Bagaimana standar baku untuk menentukan kualitas air di suatu daerah?
b. Bagaimana kualitas sumber air di Desa Mjt?
c. Apa saja risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kondisi sumber air di Desa Mjt?
d. Bagaimana nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat?
e. Apa saja langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan
ini?
f. Bagaimana nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda?
g. Apa rekomendasi pelatihan khusus untuk menanggulangi permasalahan ini?

3. Kualitas Udara
a. Bagaimana standar baku untuk menentukan kualitas udara di suatu daerah?
b. Bagaimana kualitas udara di Desa Mjt?
c. Apa saja risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kondisi udara di Desa Mjt?
d. Bagaimana nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat? Apa saja
langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan ini?
e. Bagaimana nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda?
f. Apa rekomendasi pelatihan khusus untuk menanggulangi permasalahan ini?

4. Petugas kesehatan
a. Siapakah yang dimaksud dengan mantri, bidan, dan dukun?
b. Bagaimana kondisi ideal petugas kesehatan di Desa Mjt?
c. Apa saja risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kondisi petugas kesehatan yang
tidak memadai kebutuhan?
d. Bagaimana nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat?
e. Apa saja langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan
ini?
f. Bagaimana nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda?
g. Apa rekomendasi pelatihan khusus untuk menanggulangi permasalahan ini?

5. Pengolahan sampah
a. Bagaimana pengolahan sampah yang ideal di suatu daerah?
b. Apa saja risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kondisi pengolahan sampah di
Desa Mjt?
c. Bagaimana nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat?
d. Apa saja langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan
ini?

10
e. Bagaimana nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda?
f. Apa rekomendasi pelatihan khusus untuk menanggulangi permasalahan ini?

6. Keracunan makanan
a. Apa saja faktor risiko yang mungkin menjadi penyebab keracunan makanan di
Desa Mjt?
b. Bagaimana nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat untuk
mencegah terjadinya kejadian serupa di masa yang akan datang?
c. Apa saja langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan
ini?
d. Bagaimana nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda?
e. Apa rekomendasi pelatihan khusus untuk menanggulangi permasalahan ini?

7. Kebiasaan masyarakat
a. Apa saja risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kebiasaan masyarakat di Desa
Mjt?
b. Bagaimana nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat?
c. Apa saja langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan
ini?
d. Bagaimana nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda?
e. Apa rekomendasi pelatihan khusus untuk menanggulangi permasalahan ini?

I. Sintesis
1. Kondisi Penduduk Desa Mjt
a. Risiko Kesehatan yang dapat ditimbulkan dari kondisi penduduk di Desa Mjt
1) Lokasi desa di tepi Jalan Raya Lintas Timur Sumatera memungkinkan polusi
udara yang ditimbulkan dari asap knalpot dan debu kendaraan yang melintas
2) Kebiasaan berjalan tanpa alas kaki meningkatkan risiko kecacingan dan
trauma atau cidera.
3) Risiko kesehatan saat bekerja dapat terjadi karena mayoritas mata
pencaharian penduduk adalah pertanian dan pertukangan yang sering
berkontak dengan tanah dan debu.

11
4) Rumah di desa Mjt ada yang terbuat dari kayu ada yang dari semen
menunjukkan bahwa sebetulnya masih ada kondisi rumah yang belum sesuai
dengan kriteria rumah sehat dan layak huni.
5) Rumah yang berlantai tanah meningkatkan kelembapan udara di dalam rumah
sehingga memudahkan tumbuhnya berbagai mikroorganisme yang dapat
menimbulkan berbagai penyakit..

b. Kondisi rumah yang ideal


1) Menurut Ditjen Cipta Karya (1997) komponen yang harus dimiliki rumah
sehat adalah sebagai berikut.
a) Pondasi yang kuat guna meneruskan beban bangunan ke tanah dasar,
memberi kestabilan bangunan, dan merupakan konstruksi penghubung
antara bagunan dengan tanah;
b) Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari
pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah
panggung dapat terbuat dari papan atau anyaman bambu;

c) Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan


masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai;

d) Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau


menyangga atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan
debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan (privacy) penghuninya;

e) Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari,


minimum 2,4 m dari lantai, bisa dari bahan papan, anyaman bambu,
tripleks atau gipsum;

f) Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta
melindungi masuknya debu, angin dan air hujan.

2) Adapun Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman


menurut Kepmenkes No 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut.
a) Lokasi
Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai,
aliran lahar, tanah longsor, gel tsunami, daerah gempa, dll.
Tidak terletak pada daerah bekas TPA sampah atau bekas tambang.

Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran


seperti jalur pendaratan penerbangan.
b) Kualitas udara
Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
Debu dengan diameter kurang dari 10 ug maks 150 ug/m3
Debu mak 350 mm3/m2 perhari
c) Kebisingan dan Getaran
Kebisingan dianjurkan 45 dB A, mak 55 dB. A
Tingkat getaran mak 10 mm/ detik

12
d) Kualitas Tanah di daerah Perumahan dan Pemukiman harus
memenuhi persyaratan berikut:
Kandungan Timah hitam (Pb) mak 300 mg/kg
Kandungan Arsenik (As) total mak 100 mg/kg
Kandungan Cadmium ( Cd) mak 20 mg/kg
Kandungan Benzoa pyrene mak 1 mg/kg

3) Ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Keputusan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 829/Menkes/SK/VII/1999
adalah sebagai berikut.
a) Bahan bahan bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain:
Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi;
Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam;
Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan;
Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.
b) Komponen dan penataan ruangan
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci
kedap air dan mudah dibersihkan;
Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;
Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;
Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap
c) Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux
dan tidak menyilaukan mata.
d) Kualitas udara
Suhu udara nyaman, antara 18 30 oC;
Kelembaban udara, antara 40 70 %;
Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam;
Pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiap penghuni;
Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam;
Gas formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik.
e) Ventilasi
Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
f) Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
g)Penyediaan air

13
Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter
per orang setiap hari;
Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau
air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907
tahun 2002.
h) Pembuangan Limbah
Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air,
tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau,
tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.
i) Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak untuk
lebih dari 2 orang tidur.

c. Nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat


Memberikan edukasi dalam menetapkan prioritas dalam membelanjakan
pendapatan sebaiknya untuk kebutuhan primer (sandang, pangan, papan)
terlebih dahulu, seperti memperbaiki kondisi rumah, lantai dan ventilasi
(papan).
Dianjurkan pemakaian alas kaki, hindari kontak langsung dengan tanah,
terutama saat bekerja.
Menjelaskan kepada masyarakat risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan jika
beraktivitas tanpa menggunakan alas kaki, misalnya meningkatkan risiko
kecacingan.
Sebaiknya mengedukasi kepada Tokoh masyarakat yang biasanya menjadi
contoh warga untuk hidup dan berperilaku sehat.

d. Langkah yang sebaiknya dilakukan Puskesmas


Menggalakkan budaya beralas kaki melalui penyuluhan aktif dengan terjun
langsung ke masyarakat di desa Mjt karena seperti diketahui Jarak antara
Puskesmas dengan desa berjarak sekitar 15 km dan menjelaskan risiko
kesehatan dan penyakit yang dapat ditimbulkan akibat kaki langsung
berkontak dengan tanah tanpa menggunakan alas kaki,
Upaya promosi kesehatan dengan mengedukasi bagaimana kondisi rumah
yang sehat dan ideal termasuk ventilasi udara yang baik,
Upaya promosi kesehatan dengan membagikan obat cacing setiap enam bulan
sekali sekaligus identifikasi kecacingan sebagai upaya preventif.
Berkoordinasi aktif dan secara berkala melakukan kunjungan dan inspeksi ke
Puskesmas Pembantu yang ada di desa Mjt untuk mendata dan mengevaluasi
bagaimana upaya manajemen kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas
pembantu,

e. Nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda


Dinkes:

14
- Dinkes kab/kota dalam hal ini merupakan penanggungjawab
Puskesmas sebaiknya berkoordinasi aktif dan ikut mendata apa yang
terjadi di wilayah Puskesmas. Bisa juga menurunkan tim yang terdiri
dari tenaga kesehatan, ahli laboratorium, gizi, dll untuk mendata
kondisi kesehatan,
- Melalui Puskesmas sebagai UPTD Dinas Kesehatan melakukan
pelatihan manajemen promotif dan preventif kepada masyarakat terkait
penyakit infeksi yang berisiko tinggi dapat menular melalui media
tanah.
Pemda:
- Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Provinsi sebaiknya
memprogramkan perumahan layak huni atau minimal rumah
percontohan yang dapat terjangkau masyarakat/rumah murah yang
berkualitas.

f. Rekomendasi pelatihan khusus untuk menanggulangi permasalahan ini


Rekomendasi pelatihan untuk menanggulangi permasalahan kesehatan akibat
kondisi penduduk Desa Mjt secara umum adalah sebagai berikut.
Pelatihan kepada staff dan tenaga kesehatan di Puskesmas mengenai tindakan
primer ketika terjadi kecelakaan kerja secara berkala,
Pelatihan identifikasi infeksi kecacingan, secara berkala setiap 6 bulan,
Penyuluhan rumah sehat dan pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
secara berkala.

2. Kualitas Air
a. Standar Baku Kualitas Air
Standar baku kualitas air ditentukan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 (lampiran).

b. Kualitas sumber air di Desa Mjt


Tabel Kualitas Air Sumur di Desa Mjt berdasarkan Permenkes RI Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010

Parameter Hasil Uji Kadar Maksimum Keterangan


yang Diperbolehkan

E. coli 2000/100 cc 0/100 cc Melebihi

Total Coliform 1000/100 cc 0/100 cc Melebihi

Arsen 0,05 mg/L 0.1 mg/L Melebihi


1,5 mg/L
Flourida 1,4 mg/L Normal
0,05 mg/L
Total kromium 0,03 mg/L Normal
0,003 mg/L
Kadmium 0,01 mg/L Normal

15
Nitrit 2 mg/L 3 mg/L Normal

Nitrat 25 mg/L 50 mg/L Normal

Sianida 0,07 mg/L 0,07 mg/L Normal

Selenium 0,01 mg/L 0,01 mg/L Normal

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa terdapat E. Coli, total coliform,
dan arsen pada air sumur Desa Mjt melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan.
Dengan demikian, kualitas air sumur di Desa Mjt tidak baik.

Tabel Kualitas Air Sumur Desa Mjt berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990

Parameter Hasil Uji Kadar Maksimum Keterangan


yang Diperbolehkan

E. coli 2000/100 cc 50/100 cc Melebihi

Total Coliform 1000/100 cc 50/100 cc Melebihi

Arsen 0,05 mg/L 0,05 mg/L Normal

Flourida 1,4 mg/L 1,5 mg/L Normal

Total kromium 0,03 mg/L 0,05 mg/L Normal

Kadmium 0,01 mg/L 0,005 mg/L Normal

Nitrit 2 mg/L 1 mg/L Melebihi

Nitrat 25 mg/L 10 mg/L Melebihi

Sianida 0,07 mg/L 0,1 mg/L Normal

Selenium 0,01 mg/L 0,01 mg/L Normal

Berikut syarat-syarat air minum yang sehat.

Syarat fisik: bening/tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.


Syarat bakteriologis: air harus bebas dari segala macam bakteri dan
mikroorganisme terutama yang bersifat patogen.
Syarat kimia: zat-zat kimia yang terdapat dalam air tidak melebihi kadar
maksimum yang diperbolehkan.

16
Berdasarkan syarat air minum yang sehat, air sumur Desa Mjt tidak layak
konsumsi karena tidak memenuhi syarat bakteriologis dan syarat kimia air minum
yang sehat.

c. Risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kondisi air sumur di Desa Mjt
1) Bakteri E. coli dan koliform
Bakteri ini adalah flora normal yang hidup di saluran pencernaan manusia.
Apabila bakteri ini ditemukan di sumber air berarti telah terjadi pencemaran
sumber air, terutama karena pencemaran tinja (ekskreta disposal). Semakin
tinggi kontaminasi bakteri koliform terhadap sumber air maka semakin tinggi
tingkat patogenitas terhadap kesehatan manusia. Air yang bercampur bakteri ini
jika dikonsumsi bisa mengakibatkan diare, kolera, disentri, dan gangguan
pencernaan lainnya karena infeksi bakteri terhadap saluran pencernaan.
Berdasarkan data dari Puskesmas tentang sepuluh besar penyakit yang
terdeteksi di Desa Mjt, penyakit gastrointestinal dan diare berada pada urutan
kedua. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kualitas air sumur yang tidak
baik.
2) Logam berat arsen
Logam arsen jika kadarnya tinggi bisa mengakibatkan keracunan. Gejala
keracunan arsen secara akut pada saluran pencernaan berupa adanya rasa
terbakar di tenggorokan, sukar menelan, mual, muntah, diare serta rasa nyeri
yang sangat pada perut. Pada sistem kardiorespirasi akan muncul gejala nafas
berbau bawang putih, kulit kebiruan (sianosis), rasa sukar bernafas, serta
turunnya tekanan darah (hipotensi) akibat dari peningkatan kebocoran pembuluh
darah. Gejala keracunan arsen pada sistem saraf yaitu mulai dari penurunan
kesadaran, koma, dan sampai kejang. Adanya kerusakan ginjal secara akut,
dehidrasi akibat muntah dan diare, serta hemolisis darah akan dapat
menimbulkan shock yang fatal. Jika tidak mendapat pertolongan yang sesuai
maka kondisi ini dapat mengakibatkan kematian mendadak.

d. Nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat


Memperhatikan sumber air yang layak untuk digunakan dan dikonsumsi yang
sebaiknya bukan dari air rawa atau sumur yang tercemar
Melakukan dan menerapkan cara pengolahan air minum yang baik. Sebaiknya
ditampung terlebih dahulu, diendapkan atau disaring, kemudian dimasak agar
mikroorganisme yang terlarut di dalamnya mati.

Swadaya penyaringan air. Penduduk Desa Mjt dapat membuat secara mandiri
penyaringan air untuk menyaring air dari sungai jika musim kemarau tiba dan
sumur kering.
Membangun kolam penampungan air atau tangki penampungan air untuk
menjamin pasokan air desa selama musim kemarau. Ukuran kolam atau tangki
dapat diestimasi dengan memperkirakan kebutuhan air warga selama musim
kemarau. Kebutuhan air domestik adalah sekitar 100L/orang/hari. Kebutuhan

17
air warga desa yang berpenduduk 2000 orang dalam waktu 1 hari adalah
200.000 liter atau 200 m3. Bila diperkirakan musim kemarau berlangsung antara
bulan April September (6 bulan), maka kebutuhan air penduduk selama musim
kemarau adalah sekitar 36.000 m3. Maka dari itu, kita harus mempersiapkan
kolam atau tangki penampungan air dengan daya tampung minimal 36.000 m3.

Membuat kakus septik tank dengan prinsip yang tepat guna menghindari
pencemaran sumber air oleh bakteri Escherichia coli dan coliform. Beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam membuat septik tank:
o Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah
bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di
atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus agak
ke kanan atau kekiri dari letak sumur.

o Bila daerahnya datar, jarak minimal septik tank dengan sumber air adalah
10 meter dan sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering digenangi
banjir. Pada daerah yang sering banjir, lantai jamban harus dibuat lebih
tinggi dari permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.

o Dinding septik tank hendaklah tidak tembus air (disemen) agar air tidak
merembes masuk ke tanah sekitar, tetapi ditampung terlebih dahulu pada
tangki sebelum akhirnya masuk ke saluran pembuangan. Bagian atas
septik tank harus ditutup rapat guna menghindari serangga dan bau.

o Septik tank dapat menggunakan prinsip septik tank ganda sehingga bila
salah satu septik tank penuh, kita dapat menggunakan tank yang lain. Bak
penampung yang telah penuh dapat ditutup dan didiamkan beberapa lama
agar kotoran dapat menjadi kompos. Kompos dapat digunakan untuk
pupuk pada tanaman karet warga. Bak yang telah dikosongkan dapat
digunakan kembali. Prinsip lain yang dapat digunakan adalah septik tank
3 ruang.

Memperhatikan pembuangan sampah supaya tidak mencemari air dan sampah


sebaiknya tidak dibuang ke rawa.
Jika penduduk Desa Mjt masih menggunakan air sumur sebagai air utama,
sumur perlu diperhatikan bentuk dan lokasi penggaliannya.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang Spesifikasi Sumur


Gali untuk Sumber Air Bersih
- Jarak horizontal sumur ke arah hulu dari aliran air tanah atau sumber
pengotoran (bidang resapan/ tangki septic tank) lebih dari 11 meter,
sedangkan jarak sumur untuk komunal terhadap perumahan adalah lebih
dari 50 meter.
- Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah
jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool,

18
seepage pit) dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut
tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah.
- Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir dan jarak sumur minimal 15
meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang
ternak, tempat sampah dan sebagainya.

Gambar 1. Sumur Ideal

Untuk membuat sumur yang baik untuk suatu desa dapat menggunakan prinsip
berikut:

Bagian atas sumur hendaklah ditutup dengan concrete (semen).

Buat sebuah lubang khusus untuk memasukkan klorin guna membunuh


bakteri di dalam air. Klorinasi dilakukan secara berkala setiap 2 - 3 minggu
dengan menggunakan wadah kecil (gentong kecil) yang dilubangi sebanyak
6 8 lubang pada bagian bawahnya dengan diameter 5 mm. Gentong diisi
batu, pasir ditambah larutan pemutih atau kaporit dengan perbandingan 1 kg
kaporit dan 2 kg pasir, lalu ditutup batu lagi pada bagian atasnya.

Di tepian, ada saluran drainase agar air kotor dari kegiatan mencuci tidak
masuk ke dalam sumur kembali.

Bagian dinding atas, minimal sedalam 3 meter, diberikan tambahan lapisan


tanah liat yang impermeable di luar lapisan dinding asli agar air kotor tidak
merembes masuk ke dalam sumur.

19
Gunakan pompa tangan untuk menyedot air dari dalam sumur. Pompa
tangan digunakan karena pompa tangan dapat bekerja tanpa menggunakan
listrik sehingga tidak menambah pengeluaran dan lebih mudah diperbaii
bila rusak.

Gambar. 2 Sumur ideal dengan menggunakan pompa tangan

Untuk mengatasi tingginya kadar arsen pada air, dapat digunakan penyaring
SONO filter yang memiliki struktur sebagai berikut:

20
Air dimasukkan melalui bagian atas dan akan mengalir melalui penyaring
tersebut sebelum akhirnya keluar pada bagian bawah. Air yang keluar pada
bagian bawah akan bebas arsenik karena arsenik akan diikat oleh lapisan besi
berpori pada filter tersebut (CIM).

e. Langkah yang harus dilakukan Puskesmas


Upaya promosi kesehatan : Pembentukan kader sanitarian berkoordinasi
dengan Puskesmas pembantu. Mengadakan penyuluhan mengenai air bersih,
bagaimana kriteria sumber air bersih, bagaimana cara memilih sumber air yang
tepat. Masyarakat diberi larangan membuang hajat dan sampah pada sumber air
desa.
Upaya kesehatan lingkungan: mengupayakan pengukuran kualitas sumber air
baku secara berkala minimal 2 kali dalam 1 tahun. Untuk sumber air minum,
pengukuran sebaiknya dilakukan 1 bulan sekali untuk parameter mikrobiologi
dan parameter fisik serta 6 bulan sekali untuk parameter kimia wajib dan kimia
tambahan. Hasil pengukuran dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setiap bulan dan kemudian dilaporkan oleh Dinkes
Kabupaten/Kota kepada Dinas Kesehatan Provinsi setiap 6 bulan.
Berkoordinasi aktif dan secara berkala melakukan kunjungan dan inspeksi ke
Puskesmas Pembantu(Pustu) yang ada di desa Mjt untuk mendata dan
mengevaluasi bagaimana upaya manajemen kesehatan yang dilakukan oleh
Puskesmas pembantu tersebut.

21
f. Bagaimana nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda
Dinkes: menambah tenaga kesehatan dan sanitarian untuk melakukan
penyuluhan atau sosialisasi air bersih dan sehat.
Pemda: membuat dan merealisasikan program bantuan air bersih atau alat
penyediaan penyaring air bagi masyarakat di desa.

g. Rekomendasi pelatihan khusus untuk menanggulangi permasalahan air


Kepada masyarakat/kader yang ada di desa tersebut :
Pelatihan pengolahan air Sungai Ogan untuk bisa dijadikan sebagai sumber air
bersih dan sumber air minum,
Pelatihan pengolahan dan manajemen sampah yang benar,
Pelatihan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

3. Kualitas Udara
a. Standar Baku Kualitas Udara
Yang menjadi landasan standar baku kualitas udara adalah:
1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999
2) Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Noor 17 tahun 2005
3) Permenkes RI Nomor 1077/Menkes/V/2011

b. Kualitas Udara di Desa Mjt


Parameter Waktu Baku Mutu Hasil Uji Keterangan
Pengukuran

SO2 24 jam 365 g/Nm3 500 g/Nm3 Melebihi

CO 24 jam 10.000 g/Nm3 30.000 g/Nm3 Melebihi

NOx 24 jam 150 g/Nm3 200 g/Nm3 Melebihi

O3 1 jam 235 g/Nm3 200 g/Nm3 Normal

Hidrocarbon 3 jam 160 g/Nm3 100 g/Nm3 Normal

Total Suspended 24 jam 230 g/Nm3 500 g/Nm3 Melebihi


Particulate (TSP)

Pb 24 jam 2 g/Nm3 5 g/Nm3 Melebihi

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa kualitas udara di Desa Mjt adalah tidak
baik.

c. Risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kondisi udara di Desa Mjt


Serangan kabut asap pada bulan September sampai dengan Desember.

22
Standar baku mutu udara nasional Indonesia menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999 adalah sebagai berikut:

No. Parameter Waktu Baku Mutu

Pengukuran

1 Jam 900 ug/m3

1 SO2 (Sulfur Dioksida) 24 Jam 365 ug/m3

1 Thn 60 ug/m3

1 Jam 30.000 ug/m3

2 CO (Karbon Monoksida) 24 Jam 10.000 ug/m3

1 Thn -

1 Jam 400 ug/m3

3 NO2 (Nitrogen Dioksida) 24 Jam 150 ug/m3

1 Thn 100 ug/m3

4 O3 (Oksidan) 1 Jam 235 ug/m3

1 Thn 50 ug/m3

5 HC (HidroKarbon) 3 Jam 160 ug/m3

6 PM10 (Partikel < 10 um ) 24 Jam 150 ug/m3

PM2,5 (Partikel < 2,5 um ) 24 Jam 65 ug/m3

1 Thn 15 ug/m3

7 TSP (Debu) 24 Jam 230 ug/Nm3

1 Thn 90 ug/m3

8 Pb 24 Jam 2 ug/m3

1 Thn 1 ug/m3

9. Dustfall 30 hari 10 Ton/km2/Bulan

(Debu Jatuh ) (Pemukiman)

23
20 Ton/km2/Bulan

(Industri)

10 Total Fluorides (as F) 24 Jam 3 ug/m3

90 hari 0,5 ug/m3

11. Fluor Indeks 30 hari 40 u g/100 cm2 dari kertas


limed filter

12. Khlorine & Khlorine Dioksida 24 Jam 150 ug/m3

13. Sulphat Indeks 30 hari 1 mg SO3/100 cm3

Berdasarkan data diatas, kandungan udara di desa ini yang tidak memenuhi standar
baku mutu udara ambien adalah :

SO2 (24 jam : 500 ug/m3),

CO (24 jam: 30.000ug/m3),

NOx (24 jam: 200ug/m3),

Total suspended particulate (24 jam: 500ug/m3), dan

Pb (24 jam: 5ug/m3).

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun


1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara, pencemaran oleh SO2 terletak
pada indeks 100 199 (kategori tidak sehat). Dampak dari pencemaran SO 2 pada
level ini adalah adanya bau dan meningkatnya kerusakan pada beberapa tanaman.

Karbon monoksida (CO) akan berikatan dengan hemoglobin dan dapat


mengganggu oksigenasi tubuh sehingga orang merasa lemas, susah berkonsentrasi,
dan mengantuk. Pada kadar yang lebih tinggi lagi, karbon monoksida dapat
mengakibatkan kematian. Efek dari pencemaran udara oleh NOx adalah ganguan
pada saluran pernapasan dan paru sehingga masyarakat lebih rentan mengalami
infeksi saluran napas. Debu dapat mengakibatkan iritasi pada saluran napas dan
meningkatkan resiko untuk mengalami asthma atau serangan asthma pada pajanan
berulang untuk jangka waktu yang lama.

24
Secara spesifik akibat kualitas udara yang tidak baik yaitu :
1) SO2 dapat memengaruhi sistem pernapasan dan gangguan fungsi paru,
menyebabkan iritasi pada mata, inflamasi pada saluran pernapasan
menyebabkan batuk, sekresi lendir, memicu asma dan bronkhitis kronis serta
tekanan darah rendah, nadi cepat, dan sakit kepala.
2) CO memiliki efek toksik yang dapat menyebabkan kegagalan transportasi O2 ke
jaringan dan mengakibatkan anoksia jaringan, gangguan sistem syaraf pusat
(kehilangan sensitifitas ujung jari, penurunan daya ingat, pertumbuhan mental
buruk terutama pada balita, berat badan bayi lahir rendah, kematian janin dan
gangguan kardiovaskular). Gejala yang muncul akibat keracunan gas CO, antara
lain pusing, mual, gelisah, sesak napas, sakit dada, bingung, pucat, tidak sadar,
kegagalan pernapasan dan kematian.
3) NOx dapat menimbulkan gangguan sistem pernapasan seperti lemas, batuk,
sesak napas, bronchopneumonia, edema paru, sianosis, dan
methemoglobinemia.
4) TSP dapat menyebabkan pneumonia, gangguan sistem pernapsan, iritasi mata,
alergi, bronkhitis kronis.
5) Pb dapat menyebabkan gangguan sistem saraf pusat, sel darah, dan ginjal.
Dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan konvulsi/kejang, koma, bahkan
kematian. Pajanan pada anak-anak atau janindapat lebih parah karena
menyebabkan pertumbuhan terhambat, penurunan kecerdasan, mengurangi
konsentrasi, dan gangguan perilaku

d. Kemungkinan penyebab kualitas udara yang kurang baik


Penyebab kualitas udara yang kurang baik di Desa Mjt dapat dibagi menjadi
beberapa kelompok berikut.
1) Sisa dari penggunaan bahan bakar seperti arang, kayu, minyak bumi, dan batu
bara, serta merokok di dalam rumah,
2) Ventilasi dapur yang kurang baik,
3) Asap knalpot kendaraan bermotor karena letak desa yang berada di pinggir jalan
raya lintas Sumatera
4) Asap dari pembukaan lahan baru (pembakaran hutan).

e. Nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat


1) Membuat ventilasi rumah yang baik terutama di dapur, dapat berupa corobong
asap dapur sekurang-kurangnya 40% dari luas lantai,
2) Memakai masker pada saat ada serangan kabut asap,
3) Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor,
4) Mendorong masyarakat untuk menggunakan LPG sebagai bahan bakar
memasak. Hal ini didukung dengan adanya peningkatan daya beli masyarakat di
desa tersebut akibat meningkatnya harga karet alam. Beberapa masyarakat
mungkin khawatir untuk menggunakan LPG sebab merasa takut. Kita perlu
penjelasan kepada masyarakat dengan meyakinkan mereka bahwa penggunaan
LPG itu aman. Masyarakat yang bersedia mengikuti program konversi diberikan
pelatihan mengenai cara menggunakan LPG yang tepat dengan berkoordinasi
dengan orang yang kompeten di bidang ini.

25
5) Bagi masyarakat yang tidak mampu mengikuti program konversi dari bahan
bakar tradisonal ke bahan bakar menggunakan gas, kita dapat mengajarkan
mereka untuk membuat ventilasi yang cukup di dapur guna mengurangi jumlah
asap yang masuk ke ruangan rumah yang lain.
6) Penggunaan cerobong asap pada tempat memasak juga dapat membantu. Bila
tidak memungkinkan, pertimbangkan untuk membuat tempat memasak di luar
rumah.

f. Langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan ini


Puskesmas dapat melakukan beberapa hal berikut.
1) Penyuluhan tentang pemakaian masker atau penutup hidung dan mulut pada saat
terjadi serangan asap kabut
2) Membagikan masker secara berkala untuk mengantisipasi serangan kabut asap
berulang,
3) Memberikan penyuluhan mengenai bahaya polusi udara dalam ruangan.
4) Identifikasi atau skrining kasus tuberkulosis paru baru dan penyakit ISPA.
5) Berkoordinasi aktif dan secara berkala melakukan kunjungan dan inspeksi ke
Puskesmas Pembantu(Pustu) yang ada di desa Mjt untuk mendata dan
mengevaluasi bagaimana upaya manajemen kesehatan yang dilakukan oleh
Puskesmas pembantu tersebut.

g. Nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda


1) Dinkes: persiapan tenaga kesehatan dalam manajemen pasien ISPA terutama
pada musim kemarau dan serangan asap kabut.
2) Pemda: mengajukan permohonan bantuan kepada Pemda untuk membantu
program konversi di desa Mjt ini dengan memberikan bantuan stimulan kepada
warga berupa kompor gas dan regulator LPG. Pemda juga harus dapat
menjamin pasokan LPG bersubsidi ke daerah tersebut sehingga harga LPG
terkontrol dan mampu dijangkau masyarakat.

h. Rekomendasi pelatihan khusus


Pelatihan khusus yang direkomendasikan adalah pelatihan pemasangan,
pemeriksaan, dan penggunaan kompor gas LPG (Pemda).

4. Petugas Kesehatan
a. Definisi Mantri, Bidan, dan Dukun
1) Menurut KBBI, mantri kesehatan adalah pegawai yang kerjanya sebagai
pembantu dokter dalam pelayanan kesehatan; perawat kepala (biasanya laki-
laki.
2) Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah
seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah
dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki
kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi, dan atau secara sah
mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.

26
Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab dan akuntabel
yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan
dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi
baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi
persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan
medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-
daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,
tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.
Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang
tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau
kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
3) Dukun adalah seseorang yang membantu masyarakat dalam penyembuhan
penyakit melalui kekuatan supranatural (Wikipedia). Kebudayaan dukun setua
kebudayaan manusia. Dukun banyak terbagi dalam macam dan aliran, dukun
beranak (bidan desa), dukun pijat, dukun ramal, dukun pawang hujan, dukun
pawang hujan, dukun pelet, dukun santet, dukun kanuragan , dukun pesugihan
dan masih banyak lagi.

b. Kondisi Ideal Petugas Kesehatan di Desa Mjt


1) Berdasarkan Undang-Undang Tenaga Kesehatan No. 39 tahun 2009,
Pasal 23 Ayat (3)
Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib
memiliki izin dari pemerintah.
Pasal 24 Ayat (1)
Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi
ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan,
standar pelayanan, dan standar prosedur operasional.

2) Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996,

(1) Tenaga kesehatan terdiri dari:


a. Tenaga medis;
b. Tenaga keperawatan;
c. Tenaga kefarmasian;
d. Tenaga kesehatan masyarakat;
e. Tenaga gizi;
f. Tenaga keterapian fisik
(2) Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.
(3) Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.
(4) Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi, dan asisten apoteker.
(5) Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiologi kesehatan, entomolog
kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator
kesehatan, dan sanitarian.
(6) Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.
(7) Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasioterapis, dan terapis
27
wicara.
(8) Tenaga teknisi medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
elektromedis, analis kesehatan, refleksionis optisien, otorik prostetik, teknisi
transfusi dan perekam medis.
ariDari peraturan ini, dukun bukan merupakan tenaga kesehatan terstandar,
tidak memiliki kode etik, dan tidak memiliki izin. Dengan demikian, praktik
dukun tidak dibenarkan.

3) Pasal 35 Ayat (2)


Penentuan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pemerintah daerah dengan
mempertimbangkan:

a) luas wilayah;
b) kebutuhan kesehatan;
c) jumlah dan persebaran penduduk;
d) pola penyakit;
e) pemanfaatannya;
f) fungsi sosial; dan
g) kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.

Tabel 3. Jumlah Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Terpencil


berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Penyusunan
Perencanaan SDM Kesehatan No. 81 Tahun 2004

28
c. Risiko Kesehatan Akibat Kurang Jumlah Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang kurang atau tidak berkompeten berisiko malpraktik dan
dapat terjadi pengobatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
Tenaga kesehatan yang kurang dapat mengakibatkan upaya kesehatan yang
dilakukan oleh Puskesmas menjadi terhambat dan pelayanan kesehatan
masyarakat menjadi tidak maksimal.
Upaya kesehatan seperti promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
dilakukan Puskesmas juga menjadi tidak maksimal dikarenakan tenaga
kesehatan yang sedikit.
Pasal 191
Setiap orang yang tanpa izin melakukan praktik pelayanan kesehatan tradisional
yang menggunakan alat dan teknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60
ayat (1) sehingga mengakibatkan kerugian harta benda, luka berat atau kematian
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

d. Nasihat Spesifik Kepada Masyarakat


Nasihat yang dapat disampaikan kepada masyarakat mengenai jumlah tenaga
kesehatan yang terbatas di Desa Mjt ini adalah sebagai berikut.
Optimalisasi peran tenaga kesehatan sebagaimana mestinya. Segala sesuatu
serahkan pada ahlinya.

29
Himbauan kepada masyarakat untuk berobat ke Puskesmas.

e. Langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan ini


Berikut beberapa langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk megatasi
permasalahan jumlah tenaga kesehatan di Desa Mjt.
Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan yang telah ada.
Memberikan usulan kepada pemerintah setempat melalui Dinas Kesehatan
untuk menambah jumlah tenaga kerja Puskesmas.
Memberikan penyuluhan dan edukasi masyarakat mengenai praktik tenaga
kesehatan dan perizinannya.
Melakukan usaha promotif dan preventif kesehatan.
Berkoordinasi aktif dan secara berkala melakukan kunjungan dan inspeksi ke
Puskesmas Pembantu(Pustu) yang ada di desa Mjt untuk mendata dan
mengevaluasi bagaimana upaya manajemen kesehatan yang dilakukan oleh
Puskesmas pembantu tersebut.

f. Pertimbangan untuk Dinkes dan Pemda


Berikut beberapa pasal yang menjelaskan tentang peningkatan mutu tenaga
kesehatan.
Pasal 25 Ayat (1): Pengadaan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat
melalui pendidikan dan/atau pelatihan.
Pasal 25 Ayat (2): Penyelenggaraan pendidikan dan/atau pelatihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah
daerah.
Pasal 26 Ayat (1): Pemerintah mengatur penempatan tenaga kesehatan untuk
pemerataan pelayanan kesehatan.

Langkah yang dapat dilakukan Dinkes dan Pemda dalam mengatasi jumlah tenaga
kesehatan yang kurang di suatu daerah adalah sebagai berikut.
1) Pimpinan di daerah memberi arah dan petunjuk dalam melakukan pengadaan
SDM (rekruitmen dan seleksi), pendayagunaan SDM (merencanakan
distribusinya, kelanjutan kariernya, serta kesejahteraannya), Pembinaan dan
pengawasan SDM. Bagi SDM yang diketahui kurang kompeten, dilakukan
pelatihan baik kemampuan manajerial maupun keterampilannya. Pengawasan
dilakukan bersama-sama / melibatkan sektor lain termasuk Organisasi Profesi
dan swasta.
2) Untuk memperbaiki kualitas perencanaan di daerah, pimpinan di daerah perlu
meningkatkan kemampuan perencanaan SDM kesehatan di daerah, seperti
dalam menetapkan sasaran harus jelas dan terukur sehingga dapat dilaksanakan.
3) Melakukan upaya pembinaan perencanaan dengan pelatihan maupun bantuan
teknis.
4) Melakukan pengembangkan perencanaan termasuk metodenya.
5) Mengalokasikan sumber daya pendukung seperti alokasi dana dan sarana yang
memadai.

30
g. Rekomendasi Pelatihan Khusus
Peningkatan kualitas SDM, baik dari segi peningkatan pengetahuan maupun
pelayanan kesehatan.

5. Pengelolaan Sampah
a. Pengolahan sampah yang ideal
Beberapa hal yang wajib diperhatikan dalam mengelola tempat sampah rumah
tangga atau tempat pembuangan sampah pribadi adalah sebagai berikut.

Pemisahan sampah kering/nonorganik dengan sampah basah/organik dalam


wadah plastik.
Tempat sampah harus terlindung dari sinar matahari langsung, hujan, angin,
dan lain sebagainya.
Hindari tempat sampah menjadi sarang binatang seperti kecoa, lalat, belatung,
tikus, kucing, semut, dan lain-lain.
Buang sampah dalam kemasan plastik yang tertutup rapat agar tidak mudah
berserakan dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Selain itu juga
memudahkan tukang sampah dalam mengambil sampah. Jangan biarkan
pemulung mengobrak-abrik sampah yang sudah dibungkus rapi.
Tempat sampah harus tertutup dan aman dari segala gangguan namun mudah
dijangkau petugas kebersihan.
Tidak membakar sampah karena dapat mengganggu kenyamanan dan
kesehatan orang lain.

Ditinjau dari segi teknik operasional, pengelolaan sampah yang ideal meliputi
kegiatan pewadahan sampai pembuangan akhir. Operasional bersifat terpadu
karena setiap proses tidak dapat berdiri sendiri. Di dalam pengelolaan sampah
harus diperhitungkan tenaga, alat-alat, dan biaya. Pengelolaan sampah ini sangat
penting untuk keberhasilan program penanggulangan sampah pada suatu daerah.
Menurut SK SNI T-13-1990-F, tata cara pengelolaan teknik sampah di perkotaan
meliputi dasar-dasar perencanaan untuk kegiatan-kegiatan pewadahan sampah,
pengelolaan sampah dan pembuangan akhir sampah.

31
Timbunan
Sampah

Pewadahan

Pemindahan dan Pemanfaatan


pengangkutan Pengumpulan

Pembuangan akhir sampah

Skema 1. Alur Pembuangan Sampah

Manajemen Pengelolaan Sampah (Departemen Pekerjaan Umum (SNI 19-


2454-2002)

b. Risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kondisi pengolahan sampah di Desa Mjt
Beberapa risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan dari membuang sampah di rawa
adalah sebagai berikut.
1) Sampah yang dapat menampung air hujan dapat menjadi sarang nyamuk
Anopheles dan Aedes aegypti sehingga meningkatkan risiko penularan penyakit
malaria dan DHF.

32
2) Sampah yang dibuang ke rawa dapat mencemari air rawa yang menjadi salah
satu sumber air Desa Mjt sehingga meningkatkan risiko penyakit kulit dan
keracunan.

c. Nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat


1) Pembersihan rutin lingkungan desa dengan menggalakkan gotong royong
melakukan bakti desa.
2) Himbauan untuk membuang sampah pada tempatnya, tidak membuang sampah
ke rawa atau sumber air lainnya.
3) Pembentukan tempat pembuangan akhir sampah khusus Desa Mjt.

d. Langkah yang harus dilakukan Puskesmas


Dengan mengetahui beberapa risiko kesehatan akibat sampah yang tidak terkelola
dengan baik, Puskesmas harus mewaspadai adanya lonjakan penyakit infeksi atau
keracunan. Dengan demikian Puskesmas harus mempersiapkan:
1) Pengobatan yang memadai untuk penyakit infeksi yang sering terjadi di Desa
Mjt.
2) Melakukan penyuluhan dan penggalakan pola perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS).
3) Melaporkan kondisi kesehatan desa ke pejabat setempat beserta rekomendasi
yang diajukan.

e. Nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda


1) Dinkes: penyediaan tenaga sanitarian yang dapat memberi pelatihan atau
penyuluhan tentang higiene dan sanitasi lingkungan.
2) Pemda: menyediakan tempat pembuangan sampah dengan ketentuan minimal
sebagai berikut.
Dibangun di jenis tanah kedap air, di daerah yang tidak produktif untuk
pertanian, dan bebas banjir
Dapat dipakai minimal 5-10 tahun,
Tidak membahayakan atau mencemarkan sumber air,
Jarak tempat pembuangan akhir sampah dari daerah pusat pelayanan 10 km.

f. Rekomendasi pelatihan khusus


Pelatihan atau penyuluhan yang dapat dilakukan adalah mencakup hal-hal berikut.
1) Membuang sampah pada tempatnya serta pengelolaannya yang tepat.
2) Penyuluhan tentang higiene dan sanitasi lingkungan
3) Penyuluhan tentang 3R ( Re-use, Recycle, Reduce )
4) Pelatihan warga terutama pemuda untuk mengolah atau mendaur ulang sampah
menjadi kompos atau benda lain yang bernilai ekonomi tinggi sehingga dapat
meningkatkan pendapatan desa.

6. Keracunan Makanan
a. Faktor risiko penyebab keracunan makanan di Desa Mjt
Beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab terjadinya keracunan makanan di
Desa Mjt adalah sebagai berikut.

33
1) Sumber air yang tercemar E. coli karena air yang digunakan kemungkinan
merupakan resapan aliran sungai yang juga dipakai sebagai kebutuhan MCK,
2) Pembuangan sampah ke rawa yang juga merupakan sumber air minum ketika
musim kemarau. Rawa yang menjadi tempat pembuangan sampah dapat
menjadi tempat berkembang biak vektor patogen penyakit seperti lalat yang
menyebarkan penyakit ke makanan warga.
3) Pada acara pesta pernikahan di Desa Mjt kemungkinan menggunakan air yang
banyak mengandung patogen penyakit sehingga menimbulkan keracunan
makanan.

b. Nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat


Karena penyebab keracunan kemungkinan berasal dari makanan atau minuman
yang terkontaminasi patogen, nasihat yang perlu disampaikan kepada masyarakat
adalah sebagai berikut.
1) Mengolah makanan dengan higiene yang baik termasuk mencuci bahan dan
peralatan masak,
2) Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan,
3) Menghindari hinggapan lalat atau hewan-hewan yang mungkin menjadi vektor
pada makanan dengan cara menutup makanan sebelum dihidangkan.

c. Langkah yang harus dilakukan Puskesmas


Puskesmas sebaiknya melakukan hal-hal berikut.
1) Pelatihan ibu-ibu Desa Mjt untuk mencuci bahan makanan yang higienis
2) Penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan,
3) Melakukan investigasi jika terjadi keracunan ulang.

d. Nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda


1) Dinkes: mempersiapkan tenaga kesehatan dalam investigasi keracunan
makanan.
2) Pemda: mendukung sarana dan prasarana yang berperan dalam pencegahan
terjadinya kasus keracunan makanan. Misalnya, membangun tempat
pembuangan sampah umum.

e. Rekomendasi pelatihan khusus


Pelatihan yang direkomendasikan adalah pelatihan manajemen kegawatdaruratan
pada pasien keracunan makanan.

7. Kebiasaan Masyarakat
a. Risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kebiasaan masyarakat di Desa Mjt
1) Kebiasaan masyarakat Desa Mjt ini tidak baik karena cenderung konsumtif dan
tidak bertanggung jawab. Kebiasaan membeli kendaraan ketika panen dan
penghasilan tinggi beresiko meningkatkan angka kecelakaan lalu lintas.
2) Kebiasaan minum-minuman keras beresiko penurunan daya ingat, perasaan
was-was, kesulitan memecahkan masalah, stroke, impoten, mandul, penyakit

34
hati, kecanduan, seks bebas, kehabisan uang, bahkan kematian (Sumarlin,
2012). Beresiko kegemukan 55%, hipertensi 72%, dan anemia 68%.
3) Narkoba beresiko ketergantungan, HIV/AIDS, dll.
Menurut Keputusan Menkes No. 486 tentang Kebijakan dan Rencana Strategi
Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
Lainnya (NAPZA), ketergantungan NAPZA merupakan penyakit pada susunan
saraf pusat yang kompleks, kronis, dan dapat terjadi berulang kali (chronic
relapsing disease) dengan berbagai mekanisme biologis yang mempengaruhi
otak dan kemampuannya untuk mengontrol penggnaan NAPZA.
Ketergantungan NAPZA juga merupakan salah satu kontributor utama yang
menyebabkan beban penyakit dan disabilitas.
Efek negatif penyalahgunaan NAPZA dapat dibagi dalam empat kategori:
Kategori pertama, efek kesehatan kronis mencakup sirosis hepatis dan
penyakit kronis lain. Melalui pemakaian bersama jarum suntik, NAPZA yang
digunakan melalui injeksi merupakan vektor utama dalam penularan infeksi
HIV dan virus hepatitis B & C,
Kategori kedua, efek akut terhadap kesehatan atau berjangka pendek seperti
overdosis. Overdosis menyebabkan jatuhnya korban jiwa sebagai akibat dari
koordinasi fisik, konsentrasi, dan kemampuan mengambil keputusan yang
terganggu sebagai efek penyalahgunaan NAPZA. Mengemudi kendaraan
dalam kendaraan mabuk, bunuh diri, dan tindak kekerasan juga termasuk
dalam kategori ini.
Kategori ketiga, mencakup efek sosial yang timbul akibat penyalahgunaan
NAPZA. Relasi yang terputus, keterlibatan pihak penegak hukum, masalah
sosial kronis karena ketidakmampuan melaksanakan tugas serta fungsi dalam
keluarga dan lingkungan kerja.
Kategori keempat, stigmatisasi masyarakat menyebabkan lambannya tindakan
pertolongan dalam kondisi darurat.

b. Nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat


1) Tentang Kecelakaan Lalu Lintas:
Pendekatan holistik mengajak masyarakat menganalisis antara kebutuhan
dan keinginan.
Mengingatkan akan bahayanya kecelakaan bermotor, dan menghimbau
masyarakat untuk taat peraturan dan rambu lalu lintas, serta menggunakan
pengaman.
2) Tentang NAPZA:
Prioritas pertama yakni anak dan remaja bukan pemakai tapi merupakan
potential user. Dilakukan komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai
penciptaan lingkungan kemasyarakatan yang kondusif untuk hidup sehat
dan berkembangnya kehidupan yang kreatif dan produktif. Ini dapat
membuat anak dan remaja terhindar dan mampu menolak menggunakan
NAPZA
Prioritas kedua yakni keluarga. Menasehati anggota keluarga agar dapat
memahami dan menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif untuk

35
setiap anggota keluarga. Setiap anggota keluarga dihimbau untuk memiliki
keterampilan dalam menjaga ketahanan keluarga sehingga dapat
diberdayakan dalam pencegahan penanggulangan NAPZA.
Menghimbau setiap anggota keluarga untuk terampil dalam membina
rumah tangga yang harminis, komunikasi efektif, dan memiliki
pengetahuan yang berkaitan dengan penyalahgunaan NAPZA
Prioritas ketiga, pendidik, tokoh masyarakat, dan tokoh agama agar dapat
memahami dan menciptakan lingkungan institusi pendidikan dan
masyarakat yang kondusif bagi perkembangan anak dan remaja.
Kepada tenaga kesehatan agar tidak melakukan diskriminasi pasien
ketergantungan NAPZA dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Pengenalan mengenai budaya, agama, pendidikan sehingga diketahui
bahaya NAPZA terhadap kesehatan baik fisik, mental dan sosial.

c. Langkah yang harus dilakukan Puskesmas


6) Tentang Kecelakaan Lalu Lintas:
Menyosialisasikan bahaya kecelakaan lalu lintas
Mengadakan pelatihan penanganan kegawatdaruratan medis
7) Tentang NAPZA:
Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyalahgunaan melalui upaya
promotif dan preventif
- Responsiveness, effectiveness, appropriateness, efficiency, accessibility,
safety, continuity, capability, sustainability
- Meningkatkan perilaku hidup sehat masyarakat melalui kegiatan
penyuluhan dan pendidikan kesehatan
Memberikan pelayanan terapi terintegrasi
Melatih kader penyuluh anti NAPZA dan kader yang mengobatinya

d. Nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda


1) Tentang Kecelakaan Lalu Lintas:
a. Menambah sarana dan prasarana lalu lintas. Meliputi fasilitas jalan,
rambu-rambu, dan tanda lalu lintas
b. Mensosialiasikan peraturan lalu lintas
c. Penyuluhan kepada anggota polisi yang baru agar lebih patuh peraturan
agar menjadi panutan
2) Tentang NAPZA:
a. Keseimbangan dan koordinasi lintas sektor
b. Pengembangan sistem informasi
c. Pembuatan strategi dan rencana aksi
d. Penguatan sistem kesehatan
e. Pengembangan model pelayanan ketergantungan NAPZA
f. Pengembangan pembiayaan dan keterlibatan sektor swasta
g. Standarisasi metoda pengobatan
h. Perizinan pembukaan dan operasional sarana pelayanan pemulihan
ketergantungan NAPZA dengan lebih jelas.

36
i. Pengembangan model pelayanan ketergantungan NAPZA yang berprinsip
evidence-based, komprehensif, multidisiplin, akuntabilitas, responsif, dan
menjaga serta menghormati hak azazi manusia.

e. Rekomendasi pelatihan khusus


1) Kecelakaan Lalu Lintas:
Sosialiasi peraturan lalu lintas dan penanggulangan kegawatdaruratan
medis.
2) NAPZA:
Guna menjamin terlaksananya penanggulangan penyalahgunaan
NAPZA, diperlukan tenaga profesional yang mengabdi di pemerintahan,
swasta dan masyarakat.
Pelatihan relapse prevention, pelatihan konselor adiksi, instruktur
cognitive behavior therapys, instruktur motivational enhancement
therapy, pendamping ODHA, dan lain-lain.

Lampiran-lampiran

37
38
II. Hipotesis
Desa Mjt berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan lingkungan.

39
III. Learning Issue

KESEHATAN LINGKUNGAN

A. DEFINISI
-Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :
1. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan
agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
2. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)
kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang
sehat dan bahagia.

B. RUANG LINGKUP KESEHATAN LINGKUNGAN


-Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan
lingkungan, yaitu :
1. Penyediaan Air Minum
2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

-Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22


ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :
1. Penyehatan Air dan Udara
40
2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

C. SASARAN KESEHATAN LINGKUNGAN


-Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan
lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang
sejenis
2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk
umum
5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang
berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an,
reaktor/tempat yang bersifat khusus.
D. MASALAH-MASALAH KESEHTAN LINGKUNGAN DI INDONESIA
-Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk
mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia
permasalah dalam kesehatan lingkungan antara lain :
1. Air Bersih
-Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum
adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
-Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
Kesadahan (maks 500 mg/l)
Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)
Batasan Sumber air bersih dan aman:
a) bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit
b) bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun
c) tidak berasa dan berbau
d) dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic dan rumah tangga
e) memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Depkes RI

Penyakit yang ditularkan melalui air : waterborne disease atau water-related disease.
Terjadinya suatu penyakit memerlukan agen, bahkan kadang vector. Berikut beberapa
contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui air berdasarkan tipe agen penyebab :
1) penyakit viral, contoh : hepatitis viral, poliomyelitis

41
2) penyakit bacterial, contoh : kolera, disentri, tifoid, diare
3) penyakit protozoa, contoh : amebiasis
4) penyakit helmintik, contoh: ascariasis, whip worm
5) leptospiral, contoh : Weils disease

Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok


berdasarkan cara penularannya, meliputi :
1) waterborne mechanism : kuman pathogen dalam air yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem
pencernaan, contoh : kolera, tifoid, disentri basiler, hepatitis viral
2) waterwashed mechanism : berkaitan dengan kebersihan umum dan
perorangan. Terdapat 3 cara penularan dengan mekanisme ini :
a. infeksi melalui saluran pencernaan, cth: diare pada anak
b. infeksi melalui kulit dan mata, cth : scabies dan trachoma
c. penularan melalui binatang, cth: leptospirosis
3) water-based mechanism : pada mekanisme ini, penyakit yang ditularkan
memiliki agens penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam
tubuh vector atau intermediate host, cth: schistosomiasis
4) water-related insect vector mechanism : agen penyakit ditularkan melalui
gigian serangga yang berkembang biak di dalam air, cth: filariasis, dengue,
malaria, dan yellow fever

2. Pembuangan Kotoran/Tinja
-Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai
berikut :
Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata
air atau sumur
Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

3. Kesehatan Pemukiman
-Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :2,6
Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang
gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga,

42
bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan,
cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari
pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup
Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis
sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar,
dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

4. Pembuangan Sampah
-Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-
faktor /unsur, berikut:
Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah
adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk
sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi
Penyimpanan sampah
Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
Pengangkutan
Pembuangan
-Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui
hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan
masalah-masalah ini secara efisien.

5. Serangga dan Binatang Pengganggu


-Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian
disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk
Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah
Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis.
Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan merancang
rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang
dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan
3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk mencegah
penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida
untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
-Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat
menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara
perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat
menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi
bakteri penyebab.

6. Makanan dan Minuman


-Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa
boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan
atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang
disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).

43
-Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan
meliputi :
Persyaratan lokasi dan bangunan
Persyaratan fasilitas sanitasi
Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan pengolahan makanan
Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan peralatan yang digunakan
Pencemaran Lingkungan
-Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah,
pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution
dan out door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem
perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih
berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia
cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat
pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu
faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita.

44
Kerangka Konsep

Mata pencaharian utama :


pertanian (sawah dan karet)
dan pertukangan
Harga karet

Peningkatan daya Tingkat ekonomi Tidak menggunakan


beli sebagian rendah alas kaki
masyarakat
Sebagian rumah penggunaan kayu Kotoran den debu
berlantai tanah bakar dan briket u/ terbawa ke dalam rumah
Jumlah motor Pengguna alkohol memasak
dan minuman
keras
Kecelakaan
Perkembangbiakan Debu (termasuk PM Serangan kabut asap
bakteri dan jamur 10) di dalam rumah (September Desember)
Cidera akibat saat musim hujan
kecelakaan
lalu lintas Iritasi saluran
Kualitas udara
napas dan paru

Tidak ada organisasi


khusus sampah, buang Penyakit Kulit ISPA, Asthma
sampah ke rawa
Sumur: E. Coli (+),
Sumber air arsen (0,05 mg/L)
Banyak tempat Pencemaran domestik tidak
perkembangbiak sumber air layak
an vektor
(nyamuk) Gastrointestinal dan Sanitasi
diare makanan jelek

Di sekitar
desa banyak
Keracunan makanan
rawa
Penggunaan air (2010 - 2011)
Malaria, DHF
rawa sebagai
sumber air
Sumur kering
di musim
kemarau
Tuberkulosis Penularan TBC

Penemuan kasus baru, Kader dan


penyuluhan TBC kurang Nakes kurang

Persalinan dibantu
nakes

45
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Masalah Kesehatan Lingkungan yang kompleks di desa Mjt terjadi karena perilaku dan
pengetahuan individu, dan peran tenaga kesehatan serta kepatuhan pada perundang-
undangan yang berlaku tidak berjalan sinergi.

46
DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization (WHO). Environmental Health. Disitasi dari


http://www.WHO.int. Last Update : Januari 2008

Kemenkes RI. 2011. Promosi kesehatan di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan.
Jakarta, Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Mengenai


Persyaratan Kualitas Air Minum Nomor : 492 / Menkes / Per/ IV/ 2010 tanggal 19 April
2010. Jakarta, Indonesia

Peraturan pemerintah Republik Indonesia. 1999. Baku mutu udara ambien nasional Nomor :
41 tahun 1999, Tanggal : 26 mei 1999. Jakarta, Indonesia

Deputi Bidang Tata Lingkungan - Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007.


Memprakirakan Dampak Lingkungan Kualitas Udara. Jakarta , Indonesia

Rahadin, A.E. , E. Kardena. 2010. Kualitas Air pada Proses Pengolahan Air Minum di
Instalasi Pengolahan Air Minum Lippo Cikarang. Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Indonesia

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC

47

Anda mungkin juga menyukai