Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang telah memberi
dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di penyusunan
laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Daftar Isi.............................................................................................................................. 2
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
I. Klarifikasi Istilah............................................................................... 8
V. Kerangka Konsep............................................................................ 45
3.1. Kesimpulan........................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 47
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk
menghadapi kasus yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Adapun maksud dan
tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2 Skenario A
Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Suatera di Ogan Ilir yakni di desa Mjt.
Komunitas disini terdiri atas sekitar 500 KK dengan populasi sekitar 2000 orang. Mata
pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan. Pertanian terutama
padi sawah dan karet alam.
Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen sesuai dengan
kemampuan ekonomi mereka. Dari kedua jenis itu, ada pula yang lantainya dari tanah.
Anak anak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki tapi lebih banyak yang
telanjang kaki.
Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah sungai Ogan, dan juga
air rawa yaitu dari sawah di sekitar desa. Sebagian besar KK memiliki sumur sendiri,
namun sumur tersebut biasanya kering di musim kemarau.
Sumber energi yang digunakan oleh penduduk untuk lampu/penerangan adalah listrik.
Untuk memasak, sebagian besar masih memakai kayu bakar, sebagian kecil memakai
kompor minyak tanah. Tapi sejak minyak tanah menjadi langka, penduduk kembali
menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang menggunakan gas LPG. Ada
sebagian masyarakat yang menggunakan briket batubara.
Pada bulan Januari sampai Agustus, kualitas udara di desa baik sekali, namun pada
bulan September sampai Desember seringkali ada serangan kabut asap yang dapat
sampai berminggu minggu.
Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu, sedangkan Puskesmas ada di
kota kecamatan sekitar 15 km ke arah Palembang.
Petugas kesehatan yang ada di desa adalah Mantri dan bidan desa. Tapi, jumlah
kelahiran yang ditolong dukun masih lebih banyak dari bidan. Peran dukun masih
cukup penting sebagai garis pertama yang melayani orang sakit.
Di desa ini pengelolaan sampah dilakukan oleh masing masing rumah tangga. Tidak
ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena di sekitar desa banyak
rawa, maka ini menjadi tempat ideal untuk buang sampah.
5
Laporan tahunan dari Puskesmas memperlihatkan 10 besar penyakit yang terdeteksi di
desa ini adalah:
- ISPA
- Gastrointestinal dan diare
- Kulit
- Malaria
- DHF
- Tuberkulosis
- Asthma
- Gigi dan mulut
- Hipertensi
- Cidera karena kecelakaan lalu lintas
Dalam kurun waktu tahun 2010 2011, desa ini dua kali mengalami keracunan
makanan yaitu tatkala ada hajatan perkawinan yang melibatkan banyak orang.
Dari pihak kabupaten, pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum yang
bersumber dari air sumur penduduk dan hasilnya diberikan pada lampiran. Dari pihak
provinsi, juga pernah melakukan pengukuran kualitas udara tatkala ada serangan asap,
hasilnya juga diberikan di lampiran.
Ada hal menarik yang pernah dilakukan mahasiswa Unsri di desa ini di tahun 2009
yaitu Penelitian tentang Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality). Menurut studi
itu, akibat penggunaan bahan bakar kayu dan briket arang, sedangkan ventilasi di
dapur tidak baik, maka kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik, khususnya
kadar debu halus (PM10) yang tinggi.
Akhir akhir ini sejak harga karet alam naik, desa ini kebanjiran motor yang
menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Menurut penuturan Kades, selain
kecelakaan akibat motor, desa ini juga mulai mengalami budaya minuman keras dan
narkoba.
Lampiran
6
1. Hasil Pengujian Kualitas Air Minum
2. Kualitas Udara
2.3 Paparan
7
I. Klarifikasi istilah
4. Sumur : Sumber air buatan dengan cara menggali tanah, lubang yang
sengaja dibuat untuk menembus tanah yang digunakan untuk mendapatkan air.
10. Kualitas udara ruangan: Udara di dalam suatu bangunan yang dihuni atau ditempati
untuk satu periodese kurang - kurangnya 1 jam oleh orang dengan status kesehatan
yang berbeda.
11. Debu halus (PM 10) : Partikel udara dalam wujud padat yang berdiameter kurang
dari 10 mikrometer.
8
1. Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yakni di desa
Mjt. Komunitas disini terdiri atas sekitar 500 KK dengan populasi sekitar 2000 orang.
Mata pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan. Pertanian
terutama padi sawah dan karet alam. Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu
dan ada yang dari semen dan ada yang lantainya dari tanah. Anak anak dan orang
dewasa banyak yang telanjang kaki.
2. Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah sungai Ogan, dan
juga air rawa yaitu dari sawah di sekitar desa. Sebagian besar KK memiliki sumur
sendiri, namun sumr tersebut biasanya kering di musim kemarau.
3. Sebagian besar masyarakat menggunakan kayu bakar dan ada sebagian menggunakan
briket batubara. Akibat penggunaan bahan bakar kayu dan briket arang dan ventilasi
di dapur tidak baik, maka kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik, khususnya
kadar debu halus (PM10) yang tinggi.
4. Pada bulan September sampai Desember seringkali ada serangan kabut asap yang
dapat sampai berminggu minggu.
5. Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu, sedangkan Puskesmas ada di
kota kecamatan sekitar 15 km ke arah Palembang. Petugas kesehatan yang ada di desa
adalah mantri dan bidan desa. Tapi, jumlah kelahiran yang ditolong dukun masih lebih
banyak dari bidan. Peran dukun masih cukup penting sebagai garis pertama yang
melayani orang sakit.
6. Pengelolaan sampah dilakukan oleh masing masing rumah tangga. Tidak ada
organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena di sekitar desa banyak rawa,
maka ini menjadi tempat ideal untuk buang sampah.
7. Dalam kurun waktu tahun 2010 2011, desa ini dua kali mengalami keracunan
makanan yaitu tatkala ada hajatan perkawinan yang melibatkan banyak orang.
8. Sejak peningkatan harga karet, jumlah motor di desa ini meningkat yang
menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi.
9
1. Kondisi penduduk
a. Apa saja risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan dari kondisi penduduk di Desa
Mjt?
b. Bagaimana kondisi rumah yang ideal?
c. Bagaimana nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat?
d. Apa saja langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan
ini?
e. Bagaimana nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda?
f. Apa rekomendasi pelatihan khusus untuk menanggulangi permasalahan ini?
2. Sumber air
a. Bagaimana standar baku untuk menentukan kualitas air di suatu daerah?
b. Bagaimana kualitas sumber air di Desa Mjt?
c. Apa saja risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kondisi sumber air di Desa Mjt?
d. Bagaimana nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat?
e. Apa saja langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan
ini?
f. Bagaimana nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda?
g. Apa rekomendasi pelatihan khusus untuk menanggulangi permasalahan ini?
3. Kualitas Udara
a. Bagaimana standar baku untuk menentukan kualitas udara di suatu daerah?
b. Bagaimana kualitas udara di Desa Mjt?
c. Apa saja risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kondisi udara di Desa Mjt?
d. Bagaimana nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat? Apa saja
langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan ini?
e. Bagaimana nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda?
f. Apa rekomendasi pelatihan khusus untuk menanggulangi permasalahan ini?
4. Petugas kesehatan
a. Siapakah yang dimaksud dengan mantri, bidan, dan dukun?
b. Bagaimana kondisi ideal petugas kesehatan di Desa Mjt?
c. Apa saja risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kondisi petugas kesehatan yang
tidak memadai kebutuhan?
d. Bagaimana nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat?
e. Apa saja langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan
ini?
f. Bagaimana nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda?
g. Apa rekomendasi pelatihan khusus untuk menanggulangi permasalahan ini?
5. Pengolahan sampah
a. Bagaimana pengolahan sampah yang ideal di suatu daerah?
b. Apa saja risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kondisi pengolahan sampah di
Desa Mjt?
c. Bagaimana nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat?
d. Apa saja langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan
ini?
10
e. Bagaimana nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda?
f. Apa rekomendasi pelatihan khusus untuk menanggulangi permasalahan ini?
6. Keracunan makanan
a. Apa saja faktor risiko yang mungkin menjadi penyebab keracunan makanan di
Desa Mjt?
b. Bagaimana nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat untuk
mencegah terjadinya kejadian serupa di masa yang akan datang?
c. Apa saja langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan
ini?
d. Bagaimana nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda?
e. Apa rekomendasi pelatihan khusus untuk menanggulangi permasalahan ini?
7. Kebiasaan masyarakat
a. Apa saja risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kebiasaan masyarakat di Desa
Mjt?
b. Bagaimana nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat?
c. Apa saja langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan
ini?
d. Bagaimana nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda?
e. Apa rekomendasi pelatihan khusus untuk menanggulangi permasalahan ini?
I. Sintesis
1. Kondisi Penduduk Desa Mjt
a. Risiko Kesehatan yang dapat ditimbulkan dari kondisi penduduk di Desa Mjt
1) Lokasi desa di tepi Jalan Raya Lintas Timur Sumatera memungkinkan polusi
udara yang ditimbulkan dari asap knalpot dan debu kendaraan yang melintas
2) Kebiasaan berjalan tanpa alas kaki meningkatkan risiko kecacingan dan
trauma atau cidera.
3) Risiko kesehatan saat bekerja dapat terjadi karena mayoritas mata
pencaharian penduduk adalah pertanian dan pertukangan yang sering
berkontak dengan tanah dan debu.
11
4) Rumah di desa Mjt ada yang terbuat dari kayu ada yang dari semen
menunjukkan bahwa sebetulnya masih ada kondisi rumah yang belum sesuai
dengan kriteria rumah sehat dan layak huni.
5) Rumah yang berlantai tanah meningkatkan kelembapan udara di dalam rumah
sehingga memudahkan tumbuhnya berbagai mikroorganisme yang dapat
menimbulkan berbagai penyakit..
f) Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta
melindungi masuknya debu, angin dan air hujan.
12
d) Kualitas Tanah di daerah Perumahan dan Pemukiman harus
memenuhi persyaratan berikut:
Kandungan Timah hitam (Pb) mak 300 mg/kg
Kandungan Arsenik (As) total mak 100 mg/kg
Kandungan Cadmium ( Cd) mak 20 mg/kg
Kandungan Benzoa pyrene mak 1 mg/kg
13
Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter
per orang setiap hari;
Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau
air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907
tahun 2002.
h) Pembuangan Limbah
Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air,
tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau,
tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.
i) Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak untuk
lebih dari 2 orang tidur.
14
- Dinkes kab/kota dalam hal ini merupakan penanggungjawab
Puskesmas sebaiknya berkoordinasi aktif dan ikut mendata apa yang
terjadi di wilayah Puskesmas. Bisa juga menurunkan tim yang terdiri
dari tenaga kesehatan, ahli laboratorium, gizi, dll untuk mendata
kondisi kesehatan,
- Melalui Puskesmas sebagai UPTD Dinas Kesehatan melakukan
pelatihan manajemen promotif dan preventif kepada masyarakat terkait
penyakit infeksi yang berisiko tinggi dapat menular melalui media
tanah.
Pemda:
- Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Provinsi sebaiknya
memprogramkan perumahan layak huni atau minimal rumah
percontohan yang dapat terjangkau masyarakat/rumah murah yang
berkualitas.
2. Kualitas Air
a. Standar Baku Kualitas Air
Standar baku kualitas air ditentukan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 (lampiran).
15
Nitrit 2 mg/L 3 mg/L Normal
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa terdapat E. Coli, total coliform,
dan arsen pada air sumur Desa Mjt melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan.
Dengan demikian, kualitas air sumur di Desa Mjt tidak baik.
Tabel Kualitas Air Sumur Desa Mjt berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990
16
Berdasarkan syarat air minum yang sehat, air sumur Desa Mjt tidak layak
konsumsi karena tidak memenuhi syarat bakteriologis dan syarat kimia air minum
yang sehat.
c. Risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kondisi air sumur di Desa Mjt
1) Bakteri E. coli dan koliform
Bakteri ini adalah flora normal yang hidup di saluran pencernaan manusia.
Apabila bakteri ini ditemukan di sumber air berarti telah terjadi pencemaran
sumber air, terutama karena pencemaran tinja (ekskreta disposal). Semakin
tinggi kontaminasi bakteri koliform terhadap sumber air maka semakin tinggi
tingkat patogenitas terhadap kesehatan manusia. Air yang bercampur bakteri ini
jika dikonsumsi bisa mengakibatkan diare, kolera, disentri, dan gangguan
pencernaan lainnya karena infeksi bakteri terhadap saluran pencernaan.
Berdasarkan data dari Puskesmas tentang sepuluh besar penyakit yang
terdeteksi di Desa Mjt, penyakit gastrointestinal dan diare berada pada urutan
kedua. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kualitas air sumur yang tidak
baik.
2) Logam berat arsen
Logam arsen jika kadarnya tinggi bisa mengakibatkan keracunan. Gejala
keracunan arsen secara akut pada saluran pencernaan berupa adanya rasa
terbakar di tenggorokan, sukar menelan, mual, muntah, diare serta rasa nyeri
yang sangat pada perut. Pada sistem kardiorespirasi akan muncul gejala nafas
berbau bawang putih, kulit kebiruan (sianosis), rasa sukar bernafas, serta
turunnya tekanan darah (hipotensi) akibat dari peningkatan kebocoran pembuluh
darah. Gejala keracunan arsen pada sistem saraf yaitu mulai dari penurunan
kesadaran, koma, dan sampai kejang. Adanya kerusakan ginjal secara akut,
dehidrasi akibat muntah dan diare, serta hemolisis darah akan dapat
menimbulkan shock yang fatal. Jika tidak mendapat pertolongan yang sesuai
maka kondisi ini dapat mengakibatkan kematian mendadak.
Swadaya penyaringan air. Penduduk Desa Mjt dapat membuat secara mandiri
penyaringan air untuk menyaring air dari sungai jika musim kemarau tiba dan
sumur kering.
Membangun kolam penampungan air atau tangki penampungan air untuk
menjamin pasokan air desa selama musim kemarau. Ukuran kolam atau tangki
dapat diestimasi dengan memperkirakan kebutuhan air warga selama musim
kemarau. Kebutuhan air domestik adalah sekitar 100L/orang/hari. Kebutuhan
17
air warga desa yang berpenduduk 2000 orang dalam waktu 1 hari adalah
200.000 liter atau 200 m3. Bila diperkirakan musim kemarau berlangsung antara
bulan April September (6 bulan), maka kebutuhan air penduduk selama musim
kemarau adalah sekitar 36.000 m3. Maka dari itu, kita harus mempersiapkan
kolam atau tangki penampungan air dengan daya tampung minimal 36.000 m3.
Membuat kakus septik tank dengan prinsip yang tepat guna menghindari
pencemaran sumber air oleh bakteri Escherichia coli dan coliform. Beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam membuat septik tank:
o Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah
bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di
atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus agak
ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
o Bila daerahnya datar, jarak minimal septik tank dengan sumber air adalah
10 meter dan sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering digenangi
banjir. Pada daerah yang sering banjir, lantai jamban harus dibuat lebih
tinggi dari permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.
o Dinding septik tank hendaklah tidak tembus air (disemen) agar air tidak
merembes masuk ke tanah sekitar, tetapi ditampung terlebih dahulu pada
tangki sebelum akhirnya masuk ke saluran pembuangan. Bagian atas
septik tank harus ditutup rapat guna menghindari serangga dan bau.
o Septik tank dapat menggunakan prinsip septik tank ganda sehingga bila
salah satu septik tank penuh, kita dapat menggunakan tank yang lain. Bak
penampung yang telah penuh dapat ditutup dan didiamkan beberapa lama
agar kotoran dapat menjadi kompos. Kompos dapat digunakan untuk
pupuk pada tanaman karet warga. Bak yang telah dikosongkan dapat
digunakan kembali. Prinsip lain yang dapat digunakan adalah septik tank
3 ruang.
18
seepage pit) dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut
tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah.
- Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir dan jarak sumur minimal 15
meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang
ternak, tempat sampah dan sebagainya.
Untuk membuat sumur yang baik untuk suatu desa dapat menggunakan prinsip
berikut:
Di tepian, ada saluran drainase agar air kotor dari kegiatan mencuci tidak
masuk ke dalam sumur kembali.
19
Gunakan pompa tangan untuk menyedot air dari dalam sumur. Pompa
tangan digunakan karena pompa tangan dapat bekerja tanpa menggunakan
listrik sehingga tidak menambah pengeluaran dan lebih mudah diperbaii
bila rusak.
Untuk mengatasi tingginya kadar arsen pada air, dapat digunakan penyaring
SONO filter yang memiliki struktur sebagai berikut:
20
Air dimasukkan melalui bagian atas dan akan mengalir melalui penyaring
tersebut sebelum akhirnya keluar pada bagian bawah. Air yang keluar pada
bagian bawah akan bebas arsenik karena arsenik akan diikat oleh lapisan besi
berpori pada filter tersebut (CIM).
21
f. Bagaimana nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda
Dinkes: menambah tenaga kesehatan dan sanitarian untuk melakukan
penyuluhan atau sosialisasi air bersih dan sehat.
Pemda: membuat dan merealisasikan program bantuan air bersih atau alat
penyediaan penyaring air bagi masyarakat di desa.
3. Kualitas Udara
a. Standar Baku Kualitas Udara
Yang menjadi landasan standar baku kualitas udara adalah:
1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999
2) Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Noor 17 tahun 2005
3) Permenkes RI Nomor 1077/Menkes/V/2011
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa kualitas udara di Desa Mjt adalah tidak
baik.
22
Standar baku mutu udara nasional Indonesia menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999 adalah sebagai berikut:
Pengukuran
1 Thn 60 ug/m3
1 Thn -
1 Thn 50 ug/m3
1 Thn 15 ug/m3
1 Thn 90 ug/m3
8 Pb 24 Jam 2 ug/m3
1 Thn 1 ug/m3
23
20 Ton/km2/Bulan
(Industri)
Berdasarkan data diatas, kandungan udara di desa ini yang tidak memenuhi standar
baku mutu udara ambien adalah :
24
Secara spesifik akibat kualitas udara yang tidak baik yaitu :
1) SO2 dapat memengaruhi sistem pernapasan dan gangguan fungsi paru,
menyebabkan iritasi pada mata, inflamasi pada saluran pernapasan
menyebabkan batuk, sekresi lendir, memicu asma dan bronkhitis kronis serta
tekanan darah rendah, nadi cepat, dan sakit kepala.
2) CO memiliki efek toksik yang dapat menyebabkan kegagalan transportasi O2 ke
jaringan dan mengakibatkan anoksia jaringan, gangguan sistem syaraf pusat
(kehilangan sensitifitas ujung jari, penurunan daya ingat, pertumbuhan mental
buruk terutama pada balita, berat badan bayi lahir rendah, kematian janin dan
gangguan kardiovaskular). Gejala yang muncul akibat keracunan gas CO, antara
lain pusing, mual, gelisah, sesak napas, sakit dada, bingung, pucat, tidak sadar,
kegagalan pernapasan dan kematian.
3) NOx dapat menimbulkan gangguan sistem pernapasan seperti lemas, batuk,
sesak napas, bronchopneumonia, edema paru, sianosis, dan
methemoglobinemia.
4) TSP dapat menyebabkan pneumonia, gangguan sistem pernapsan, iritasi mata,
alergi, bronkhitis kronis.
5) Pb dapat menyebabkan gangguan sistem saraf pusat, sel darah, dan ginjal.
Dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan konvulsi/kejang, koma, bahkan
kematian. Pajanan pada anak-anak atau janindapat lebih parah karena
menyebabkan pertumbuhan terhambat, penurunan kecerdasan, mengurangi
konsentrasi, dan gangguan perilaku
25
5) Bagi masyarakat yang tidak mampu mengikuti program konversi dari bahan
bakar tradisonal ke bahan bakar menggunakan gas, kita dapat mengajarkan
mereka untuk membuat ventilasi yang cukup di dapur guna mengurangi jumlah
asap yang masuk ke ruangan rumah yang lain.
6) Penggunaan cerobong asap pada tempat memasak juga dapat membantu. Bila
tidak memungkinkan, pertimbangkan untuk membuat tempat memasak di luar
rumah.
4. Petugas Kesehatan
a. Definisi Mantri, Bidan, dan Dukun
1) Menurut KBBI, mantri kesehatan adalah pegawai yang kerjanya sebagai
pembantu dokter dalam pelayanan kesehatan; perawat kepala (biasanya laki-
laki.
2) Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah
seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah
dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki
kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi, dan atau secara sah
mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
26
Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab dan akuntabel
yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan
dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi
baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi
persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan
medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-
daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,
tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.
Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang
tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau
kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
3) Dukun adalah seseorang yang membantu masyarakat dalam penyembuhan
penyakit melalui kekuatan supranatural (Wikipedia). Kebudayaan dukun setua
kebudayaan manusia. Dukun banyak terbagi dalam macam dan aliran, dukun
beranak (bidan desa), dukun pijat, dukun ramal, dukun pawang hujan, dukun
pawang hujan, dukun pelet, dukun santet, dukun kanuragan , dukun pesugihan
dan masih banyak lagi.
a) luas wilayah;
b) kebutuhan kesehatan;
c) jumlah dan persebaran penduduk;
d) pola penyakit;
e) pemanfaatannya;
f) fungsi sosial; dan
g) kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.
28
c. Risiko Kesehatan Akibat Kurang Jumlah Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang kurang atau tidak berkompeten berisiko malpraktik dan
dapat terjadi pengobatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
Tenaga kesehatan yang kurang dapat mengakibatkan upaya kesehatan yang
dilakukan oleh Puskesmas menjadi terhambat dan pelayanan kesehatan
masyarakat menjadi tidak maksimal.
Upaya kesehatan seperti promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
dilakukan Puskesmas juga menjadi tidak maksimal dikarenakan tenaga
kesehatan yang sedikit.
Pasal 191
Setiap orang yang tanpa izin melakukan praktik pelayanan kesehatan tradisional
yang menggunakan alat dan teknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60
ayat (1) sehingga mengakibatkan kerugian harta benda, luka berat atau kematian
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
29
Himbauan kepada masyarakat untuk berobat ke Puskesmas.
Langkah yang dapat dilakukan Dinkes dan Pemda dalam mengatasi jumlah tenaga
kesehatan yang kurang di suatu daerah adalah sebagai berikut.
1) Pimpinan di daerah memberi arah dan petunjuk dalam melakukan pengadaan
SDM (rekruitmen dan seleksi), pendayagunaan SDM (merencanakan
distribusinya, kelanjutan kariernya, serta kesejahteraannya), Pembinaan dan
pengawasan SDM. Bagi SDM yang diketahui kurang kompeten, dilakukan
pelatihan baik kemampuan manajerial maupun keterampilannya. Pengawasan
dilakukan bersama-sama / melibatkan sektor lain termasuk Organisasi Profesi
dan swasta.
2) Untuk memperbaiki kualitas perencanaan di daerah, pimpinan di daerah perlu
meningkatkan kemampuan perencanaan SDM kesehatan di daerah, seperti
dalam menetapkan sasaran harus jelas dan terukur sehingga dapat dilaksanakan.
3) Melakukan upaya pembinaan perencanaan dengan pelatihan maupun bantuan
teknis.
4) Melakukan pengembangkan perencanaan termasuk metodenya.
5) Mengalokasikan sumber daya pendukung seperti alokasi dana dan sarana yang
memadai.
30
g. Rekomendasi Pelatihan Khusus
Peningkatan kualitas SDM, baik dari segi peningkatan pengetahuan maupun
pelayanan kesehatan.
5. Pengelolaan Sampah
a. Pengolahan sampah yang ideal
Beberapa hal yang wajib diperhatikan dalam mengelola tempat sampah rumah
tangga atau tempat pembuangan sampah pribadi adalah sebagai berikut.
Ditinjau dari segi teknik operasional, pengelolaan sampah yang ideal meliputi
kegiatan pewadahan sampai pembuangan akhir. Operasional bersifat terpadu
karena setiap proses tidak dapat berdiri sendiri. Di dalam pengelolaan sampah
harus diperhitungkan tenaga, alat-alat, dan biaya. Pengelolaan sampah ini sangat
penting untuk keberhasilan program penanggulangan sampah pada suatu daerah.
Menurut SK SNI T-13-1990-F, tata cara pengelolaan teknik sampah di perkotaan
meliputi dasar-dasar perencanaan untuk kegiatan-kegiatan pewadahan sampah,
pengelolaan sampah dan pembuangan akhir sampah.
31
Timbunan
Sampah
Pewadahan
b. Risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kondisi pengolahan sampah di Desa Mjt
Beberapa risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan dari membuang sampah di rawa
adalah sebagai berikut.
1) Sampah yang dapat menampung air hujan dapat menjadi sarang nyamuk
Anopheles dan Aedes aegypti sehingga meningkatkan risiko penularan penyakit
malaria dan DHF.
32
2) Sampah yang dibuang ke rawa dapat mencemari air rawa yang menjadi salah
satu sumber air Desa Mjt sehingga meningkatkan risiko penyakit kulit dan
keracunan.
6. Keracunan Makanan
a. Faktor risiko penyebab keracunan makanan di Desa Mjt
Beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab terjadinya keracunan makanan di
Desa Mjt adalah sebagai berikut.
33
1) Sumber air yang tercemar E. coli karena air yang digunakan kemungkinan
merupakan resapan aliran sungai yang juga dipakai sebagai kebutuhan MCK,
2) Pembuangan sampah ke rawa yang juga merupakan sumber air minum ketika
musim kemarau. Rawa yang menjadi tempat pembuangan sampah dapat
menjadi tempat berkembang biak vektor patogen penyakit seperti lalat yang
menyebarkan penyakit ke makanan warga.
3) Pada acara pesta pernikahan di Desa Mjt kemungkinan menggunakan air yang
banyak mengandung patogen penyakit sehingga menimbulkan keracunan
makanan.
7. Kebiasaan Masyarakat
a. Risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kebiasaan masyarakat di Desa Mjt
1) Kebiasaan masyarakat Desa Mjt ini tidak baik karena cenderung konsumtif dan
tidak bertanggung jawab. Kebiasaan membeli kendaraan ketika panen dan
penghasilan tinggi beresiko meningkatkan angka kecelakaan lalu lintas.
2) Kebiasaan minum-minuman keras beresiko penurunan daya ingat, perasaan
was-was, kesulitan memecahkan masalah, stroke, impoten, mandul, penyakit
34
hati, kecanduan, seks bebas, kehabisan uang, bahkan kematian (Sumarlin,
2012). Beresiko kegemukan 55%, hipertensi 72%, dan anemia 68%.
3) Narkoba beresiko ketergantungan, HIV/AIDS, dll.
Menurut Keputusan Menkes No. 486 tentang Kebijakan dan Rencana Strategi
Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
Lainnya (NAPZA), ketergantungan NAPZA merupakan penyakit pada susunan
saraf pusat yang kompleks, kronis, dan dapat terjadi berulang kali (chronic
relapsing disease) dengan berbagai mekanisme biologis yang mempengaruhi
otak dan kemampuannya untuk mengontrol penggnaan NAPZA.
Ketergantungan NAPZA juga merupakan salah satu kontributor utama yang
menyebabkan beban penyakit dan disabilitas.
Efek negatif penyalahgunaan NAPZA dapat dibagi dalam empat kategori:
Kategori pertama, efek kesehatan kronis mencakup sirosis hepatis dan
penyakit kronis lain. Melalui pemakaian bersama jarum suntik, NAPZA yang
digunakan melalui injeksi merupakan vektor utama dalam penularan infeksi
HIV dan virus hepatitis B & C,
Kategori kedua, efek akut terhadap kesehatan atau berjangka pendek seperti
overdosis. Overdosis menyebabkan jatuhnya korban jiwa sebagai akibat dari
koordinasi fisik, konsentrasi, dan kemampuan mengambil keputusan yang
terganggu sebagai efek penyalahgunaan NAPZA. Mengemudi kendaraan
dalam kendaraan mabuk, bunuh diri, dan tindak kekerasan juga termasuk
dalam kategori ini.
Kategori ketiga, mencakup efek sosial yang timbul akibat penyalahgunaan
NAPZA. Relasi yang terputus, keterlibatan pihak penegak hukum, masalah
sosial kronis karena ketidakmampuan melaksanakan tugas serta fungsi dalam
keluarga dan lingkungan kerja.
Kategori keempat, stigmatisasi masyarakat menyebabkan lambannya tindakan
pertolongan dalam kondisi darurat.
35
setiap anggota keluarga. Setiap anggota keluarga dihimbau untuk memiliki
keterampilan dalam menjaga ketahanan keluarga sehingga dapat
diberdayakan dalam pencegahan penanggulangan NAPZA.
Menghimbau setiap anggota keluarga untuk terampil dalam membina
rumah tangga yang harminis, komunikasi efektif, dan memiliki
pengetahuan yang berkaitan dengan penyalahgunaan NAPZA
Prioritas ketiga, pendidik, tokoh masyarakat, dan tokoh agama agar dapat
memahami dan menciptakan lingkungan institusi pendidikan dan
masyarakat yang kondusif bagi perkembangan anak dan remaja.
Kepada tenaga kesehatan agar tidak melakukan diskriminasi pasien
ketergantungan NAPZA dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Pengenalan mengenai budaya, agama, pendidikan sehingga diketahui
bahaya NAPZA terhadap kesehatan baik fisik, mental dan sosial.
36
i. Pengembangan model pelayanan ketergantungan NAPZA yang berprinsip
evidence-based, komprehensif, multidisiplin, akuntabilitas, responsif, dan
menjaga serta menghormati hak azazi manusia.
Lampiran-lampiran
37
38
II. Hipotesis
Desa Mjt berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan lingkungan.
39
III. Learning Issue
KESEHATAN LINGKUNGAN
A. DEFINISI
-Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :
1. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan
agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
2. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)
kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang
sehat dan bahagia.
Penyakit yang ditularkan melalui air : waterborne disease atau water-related disease.
Terjadinya suatu penyakit memerlukan agen, bahkan kadang vector. Berikut beberapa
contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui air berdasarkan tipe agen penyebab :
1) penyakit viral, contoh : hepatitis viral, poliomyelitis
41
2) penyakit bacterial, contoh : kolera, disentri, tifoid, diare
3) penyakit protozoa, contoh : amebiasis
4) penyakit helmintik, contoh: ascariasis, whip worm
5) leptospiral, contoh : Weils disease
2. Pembuangan Kotoran/Tinja
-Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai
berikut :
Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata
air atau sumur
Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3. Kesehatan Pemukiman
-Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :2,6
Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang
gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga,
42
bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan,
cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari
pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup
Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis
sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar,
dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4. Pembuangan Sampah
-Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-
faktor /unsur, berikut:
Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah
adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk
sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi
Penyimpanan sampah
Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
Pengangkutan
Pembuangan
-Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui
hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan
masalah-masalah ini secara efisien.
43
-Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan
meliputi :
Persyaratan lokasi dan bangunan
Persyaratan fasilitas sanitasi
Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan pengolahan makanan
Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan peralatan yang digunakan
Pencemaran Lingkungan
-Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah,
pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution
dan out door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem
perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih
berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia
cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat
pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu
faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita.
44
Kerangka Konsep
Di sekitar
desa banyak
Keracunan makanan
rawa
Penggunaan air (2010 - 2011)
Malaria, DHF
rawa sebagai
sumber air
Sumur kering
di musim
kemarau
Tuberkulosis Penularan TBC
Persalinan dibantu
nakes
45
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Masalah Kesehatan Lingkungan yang kompleks di desa Mjt terjadi karena perilaku dan
pengetahuan individu, dan peran tenaga kesehatan serta kepatuhan pada perundang-
undangan yang berlaku tidak berjalan sinergi.
46
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2011. Promosi kesehatan di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan.
Jakarta, Indonesia
Peraturan pemerintah Republik Indonesia. 1999. Baku mutu udara ambien nasional Nomor :
41 tahun 1999, Tanggal : 26 mei 1999. Jakarta, Indonesia
Rahadin, A.E. , E. Kardena. 2010. Kualitas Air pada Proses Pengolahan Air Minum di
Instalasi Pengolahan Air Minum Lippo Cikarang. Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC
47