Oleh:
Pembimbing:
1. Judul Jurnal
Predictive Value of the sFlt-1:PlGF Ratio in Women with Suspected
Preeclampsia
2. Pendahuluan
Preeklampsia merupakan suatu penyakit heterogen multisystem yang
didefinisikan dengan onset baru dari hipertensi dan proteinuria setelah 20
minggu kehamilan, yang mempengaruhi 2-5% kehamilan di seluruh dunia.
Preeklampsia behubungan dengan tingginya resiko kelahiran preterm, intra
uterine growth restriction, abrusio plasenta dan kematian perinatal, sejalan
dengan morbiditas dan mortalitas kehamilan.
Penyebab dari preeclampsia masih belum dimengerti secara pasti, namun
kelainan ini diduga disebabkan oleh malperfusi plasenta dikarenakan kelainan
pembentukan arteri spiralis pada ibu. Pada preeklampsia, peredaran serum
kehamilan seperti soluble fms-like tryosin kinase 1 (sFlt-1) meningkat dan
placental growth factor (PlGF) menurun. Antagonis dari PlGF dan factor
pertumbuhan endothelial vascular, sFlt-1 menyebabkan vasokontriksi dan
kerusakan endothelial yang menyebabkan hambatan perkembangan bayi dan
terjadinya preeklampsia. Tingginya rasio antara sFlt-1 dibanding PlGF
berhubungan dengan peningkatan resiko preeklampsia dan mungkin bisa
menjadi predictor yang lebih baik untuk menentukan resiko dibanding
biomarker itu sendiri.
Proteinuria dan peningkatan tekanan darah merupakan kriteria diagnosis
untuk preeklampsia, namun untuk manifestasi klinisnya muncul bervariasi.
Rasio sFlt-1:PlGF telah disetujui untuk menjadi alat diagnosis untuk
preeklampsia berkaitan dengan temuan klinis lainnya.
Prediktor yang akurat untuk preeklampsia (terutama untuk ketiadaannya)
dalam jangka pendek untuk wanita yang diduga preeklampsia masih
diperlukan. Wanita yang memiliki gejala klinis dan adanya kemungkina
perburukan biasanya langsung dibawa ke rumah sakit sampai diagnosis
preeklampsia dan terkait hasil yang merugikan dapat disingkirkan.
PROGNOSIS (Prediction of Shor-Term Outcome in pregnant Woman
Suspected Preeclampsia Study) dirancang untuk menyelidiki nilai
menggunakan sFlt-rasio 1: PlGF untuk prediksi kehadiran atau tidak adanya
preeklampsia dalam jangka pendek.
4. Hasil Penelitian
Dalam Desember 2010 sampai Januari 2014, terdapat total 1.273 wanita
yang diduga preeklamsia yang terdaftar. Analisis ini melibatkan 1.050 peserta
yang memenuhi syarat di 30 situs yang bisa dievaluasi. Usia, usia kehamilan,
indeks massa tubuh sebelum kehamilan, dan status merokok tidak berbeda
secara signifikan antara peserta. Insiden preeklampsia, sindrom HELLP, atau
keduanya sesuai dengan kriteria protokol didefinisikan adalah 20,2% dalam
kelompok pengembangan dan 17,8% pada kelompok kontrol. Tidak ada kasus
eklampsia.
Tahap pengembangan
Median rasio sFlt-1: PlGF meningkat pada pasien preeklamsia atau sindrom
HELLP yang berkembang dalam waktu 1 minggu (146.4) atau dalam waktu 4
minggu (104,8). Untuk pasien yang tidak ditemukan penyakit ini, rasio rata-
rata adalah 6,3 pada 1 minggu dan 5,5 pada 4 minggu.
Untuk model single-cutoff yang dipilih, titik cutoff median berasal dari
kelompok pengembangan yaitu sebesar 38,2 (1 minggu) dan 37,5 (4minggu).
Penerapan titik cutoff tunggal 38 untuk segala usia kehamilan dan untuk kedua
klaim prediksi primer (1 minggu aturan dan aturan 4 minggu di) adalah tepat
sebagai model prediksi sederhana untuk divalidasi.
Tahap Validasi
Dalam validasi kohort, median rasio sFlt-1: PlGF adalah 87,8 dan 59,4 untuk
pasien preeklampsia atau sindrom HELLP yang muncul dalam waktu 1 minggu
dan 4 minggu, masing-masing, dibandingkan dengan 8,0 dan 6,3 di antara
pasien yang tidak menunjukkan tanda preekmlamsia dan HELLP. Nilai negatif
prediktif (tidak ada diagnosis preeklampsia, eklampsia, atau sindrom HELLP
dalam waktu 1 minggu) dari 38 atau lebih rendah untuk rasio sFlt- 1: PlGF
adalah 99,3% (95% confidence interval [CI], 97,9-99,9), dan nilai prediktif
positif (diagnosis preeklampsia, eklampsia, atau sindrom HELLP dalam waktu
4 minggu) adalah 36,7% (95% CI, 28,4-45,7).
Hasil untuk nilai prediksi negatif dan positif dengan penggunaan kumpulan
data lengkap (pengembangan dan validasi kohort) ditunjukkan pada Gambar
S1 dan S2 dalam Lampiran Tambahan. Sebuah analisis post hoc digunakan
kriteria revisi dari American College of Obstetricians dan Gynecologists untuk
diagnosis preeklampsia (onset baru hipertensi dengan tidak adanya proteinuria
newonset, tersedia satu atau lebih yang telah ditetapkan tanda-tanda klinis
baru-onset atau fitur sindrom yang hadir). Hasilnya sama dengan yang
diperoleh dengan kriteria protokol didefinisikan untuk preeklamsia.
Hasil Buruk Pada Ibu dan Janin
Pada studi ini, terdapat dua hasil yang merugikan ibu yang terjadi. Salah
satu pasien (dengan rasio sFlt-1: PlGF 143,7) memiliki preeklamsia berat dan
pendarahan otak dalam waktu 1 minggu. Peserta lain (dengan rasio sFlt-1:
PlGF dari 64,4) memiliki trombosis otak dalam waktu 4 minggu, meskipun
faktor resiko trombosis pada pasien ini masih belum jelas, tetapi preeklampsia,
eklampsia, dan sindrom HELLP tidak muncul pada pasien ini. Rasio sFlt-1:
PlGF sebesar 38 atau lebih rendah adalah prediksi dari tidak adanya hasil yang
merugikan janin dalam waktu 1 minggu (nilai prediksi negatif dalam kelompok
pengembangan, 99,5% [95% CI, 98,1-99,9]; nilai prediksi negatif di validasi
kohort, 99,3% [95% CI, 97,9-99,9]); sedangkan rasio lebih besar dari 38 adalah
prediksi dari munculnya preeklampsia pada 4 minggu (nilai prediksi positif
dalam kohort pengembangan, 37,2% [95% CI, 28,6-46,4]; nilai prediktif positif
dalam kohort validasi, 47,5% [95% CI, 38,4-56,8]).
Rasio sFlt- 1: PlGF lebih dari 38 juga dikaitkan dengan waktu yang lebih
singkat untuk kelahiran. Namun, terdapat pasien pula pasien yang memiliki
rasio sFlt-1:PlGF tinggi tetapi tidak memiliki klinis preeklampsia.
Jurnal yang diakses dari The New England Journal Of Medicine ini
merupakan bagian dari kedokteran berbasis bukti (evidence-based medicine)
diartikan sebagai suatu proses evaluasi secara cermat dan sistematis suatu artikel
penelitian untuk menentukan reabilitas, validitas, dan kegunaannya dalam praktik
klinis. Komponen utama yang dinilai dalam critical appraisal adalah validity,
importancy, applicability. Tingkat kepercayaan hasil suatu penelitian sangat
bergantung dari desain penelitian dimana uji klinis menempati urutan tertinggi.
Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu penelitian dimulai dari
komponen pendahuluan, metodologi, hasil, dan diskusi. Masing-masing
komponen memiliki kepentingan yang sama besarnya dalam menentukan apakah
hasil penelitian tersebut layak atau tidak digunakan sebagai referensi.
Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu penelitian dimulai dari
komponen pendahuluan, metodologi, hasil, dan diskusi. Masing-masing
komponen memiliki kepentingan yang sama besarnya dalam menentukan apakah
hasil penelitian tersebut layak atau tidak digunakan sebagai referensi.
II. Intervention
Penelitian ini menganalisis rasio sFlt-1: PlGF untuk memprediksi adanya
preeklamsia, eklamsia, dan sindrom HELLP
III. Comparison
Unruk mengetahui apakah rasio sFlt-1: PlGF yang berada pada atau di bawah
titik cutoff dapat memprediksi adanya preeklamsia, eklamsia, dan sindrom
HELLP
IV. Outcome
Penelitian ini menunjukkan bahwa titik cutoff dari 38 untuk rasio sFlt-1:
PlGF berguna untuk memprediksi jangka pendek ada atau tidaknya
preeklampsia pada wanita yang gejala klinis penyakitnya telah dicurigai.
V. Study Validity
Research questions
Is the research question well-defined that can be answered using this study
design?
Ya. Metode penelitian dengan studi kohort dapat menjawab tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk menganalisis rasio sFlt-1: PlGF dapat memprediksi
adanya preeklamsia, eklamsia, dan sindrom HELLP.
Randomization
Was the randomization list concealed from patients, clinicians, and
researchers?
Pada penelitian ini tidak menggunakan metode pengambilan sampel dengan
randomisasi melainkan dengan menggunakan total sampling.
Interventions and co-interventions
VI. Importance
Is this study important?
Ya, penelitian ini sangat penting karena hasil penelitian ini dapat
membantumenprediksi munculnya penyakit preeklampsia secara dini sehingga
kita bisa menangani lebih cepat dan mengurangi kemungkinan biaya rawat inap di
rumah sakit sesuai dengan bukti ilmiah (EBM)
VII. Applicability
Are your patient so different from these studied that the results may not
apply to them?
Tidak, karena populasi dari penelitian melibatkan berbagai ras atau etnis,
sehingga kemungkinan hasil yang tidak jauh berbeda akan terjadi bila penelitian
ini diterapkan di Indonesia.
Is your environment so different from the one in the study that the methods
could not be use there?
Tidak, karena metode uji kohort merupakan metode yang baik untuk
menganalisis suatu hubungan antar variabel. Selain itu, subjek penelitian tersebut
berasal berbagai ras atau etnis, sehingga kemungkinan hasil yang tidak jauh
berbeda akan terjadi bila penelitian ini diterapkan di Indonesia.
Kesimpulan: Jurnal ini valid, penting, dan dapat diterapkan sehingga jurnal ini
dapat digunakan sebagai referensi.