Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pertanyaan tentang kebijakan adalah pertanyaan sepanjang masa karena
kebijakan tetap ada dan terus ada sepanjang masih ada negara yang mengatur
kehidupan bersama. Beberapa ciri dari negara yaitu merdeka atau mempunyai
kedaulatan, mempunyai wilayah, rakyat dan pemerintahan. Serta satu hal lagi
yaitu pengakuan dari dunia internasional yang diwakili oleh PBB.
Kehidupan bersama yang kita batasi sebagai negara secara absolut
mengatur apa dan siapa yang ada didalamnya dan secara relatif mereka yang
menjadi bagian dari negara tetapi tidak berada di dalam negara dan mereka
yang berhubungan dengan negara tersebut.Sebuah kehidupan bersama harus
diatur. Tujuannya adalah supaya satu dengan yang lainnya tidak saling
merugikan. Aturan tersebut yang secara sederhana kita pahami sebagai
kebijakan.

1.2 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu untuk
memahami :
a. Pengertian Kebijakan
b. Isu Kebijakan

1.3 MANFAAT
Penulisan makalah ini menghasilkan manfaat bagi mahasiswa yaitu sebagai
berikut :
1. Menambah pemahaman mengenai Pengertian kebijakan
2. Meningkatkan minat baca serta mencari referensi sebagai dasar pembuatan
makalah
3. Melatih kerjasama tim dalam menyusun dan melatih keterampilan menulis
serta pembuatan makalah.
1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN KEBIJAKAN (POLICY)


Kebijakan merupakan terjemahan dari kata policy berasal dari bahasa
inggris yang artinya a course or principle of action adopted or proposed by a
government, party, business, or individual yaitu suatu prinsip tindakan yang
diajukan oleh pemerintah, organisasi, partai atau individu.
PBB mendefinisikan kebijakan sebagai pedoman untuk bertindak. Pedoman
tersebut dapat sederhana atau kompleks, umum atau khusus, luas atau sempit, kabur
atau jelas, longgar atau terperinci, publik atau privat, kualitatif atau kuantitatif.
Sementara Menurut James E. Anderson (1978) kebijakan adalah perilaku dari
actor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu
bidang kegiatan tertentu.
Pengertian ini memberikan pemahaman bahwa kebijakan dapat berasal dari
seorang pelaku atau sekelompok pelaku yang berisi serangkaian tindakan yang
mempunyai tujuan tertentu. Kebijakan ini diikuti dan dilaksanakan oleh seorang
pelaku atau sekelompok pelaku dalam rangka memecahkan suatu masalah tertentu.

2.2 ISU-ISU KEBIJAKAN KESEHATAN YANG TERTUANG DALAM DOKUMEN PERENCANAAN


NEGARA (RPJMN)
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan
pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program
dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh
periode sebelumnya.
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia
Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat
2
melalui-melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakatyang didukung dengan
perlindungan finansial danpemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok
RPJMN2015-2019 adalah:
1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak.
2. Meningkatnya oengendalian penyakit.
3. Mningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama
di daerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan.
4. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia
Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan.
5. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan,obat, dan vaksin
6. Meningkatnya responsibiltas sistem kesehatan.
Kebijakan mentri kesehatan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sehat
sesuai dengan visi : Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan, adalah dengan
mengubah arah pengembangan upaya kesehatan, dari kuratif bergerak ke arah
promotif, preventif, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
Ada beberapa isu isu yang terdapat dalam rencana strategis pembangunan
kesehatan 2015-2019, yaitu :

1. Peningkatan status kesehatan pada setiap kelompok usia.


Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari
target MDGs tahun 2015, meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh
antara lain kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu
hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya. Penyebab utama kematian
ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum. Penyebab ini
dapat diminimalisir apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan
baik.Potensi dan tantangan dalam penurunan kematian ibu dan anak adalah
jumlah tenaga kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya bidan sudah
relatif tersebar ke seluruh wilayah Indonesia, namun kompetensi masih belum
memadai.Demikian juga secara kuantitas, jumlah Puskesmas PONED dan RS
PONEK meningkat namun belum diiringi dengan peningkatan kualitas
3
pelayanan.Peningkatan kesehatan ibu sebelum hamil terutama pada masa remaja,
menjadi faktor penting dalam penurunan AKI dan AKB.
Sedangkan pada kelompok umur bayi dan balita dalam 5 tahun terakhir
Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni 19/1000 kelahiran, sementara
untuk Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN) terjadi penurunan dari 15/1000
menjadi 13/1000 kelahiran hidup, angka kematian anak balita juga turun dari
44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian pada kelompok
perinatal disebabkan oleh Intra Uterine Fetal Death (IUFD) sebanyak 29,5% dan
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 11,2%, ini berarti faktor kondisi
ibusebelum dan selama kehamilan amat menentukan kondisi bayinya. Tantangan
ke depan adalah mempersiapkan calon ibu agar benar-benar siap untuk hamil dan
melahirkan dan menjaga agar terjamin kesehatan lingkungan yang mampu
melindungi bayi dari infeksi. Untuk usia di atas neonatal sampai satu tahun,
penyebab utama kematian adalah infeksi khususnya pnemonia dan diare. Ini
berkaitan erat dengan perilaku hidup sehat ibu dan juga kondisi lingkungan
setempat.
Pada kelompok umur anak dengan usia sekolah dan remaja penyebab
kematian terbesar pada usia ini adalah kecelakaan transportasi,disamping
penyakit demam berdarah dan tuberkulosis Masalah kesehatan lain adalah
penggunaan tembakau dan pernikahan pada usia dini (10-15 tahun) dimanapada
laki-laki sebesar 0,1% dan pada perempuan sebesar 0,2%.Untuk status gizi remaja,
hasil Riskesdas 2010, secaranasional prevalensi remaja usia 13-15 tahun yang
pendek dan amat pendek adalah 35,2% dan pada usia 16-18 tahun sebesar 31,2%.
Sekitar separuhremaja mengalami defisit energi dan sepertiga remaja mengalami
defisit protein dan mikronutrien.
Dan yang terakhir pada populasi usia kerja dan usia lanjut, selain penyakit
tidakmenular yang mengancam pada usia kerja, penyakit akibat kerja dan
terjadinya kecelakaan kerja juga meningkat. Jumlah yang meninggal akibat
kecelakaankerja semakin meningkat hampir 10% selama 5 tahun terakhir. Untuk
kelompok masyarakat usia lanjut, angka harapan hidup dan kualitas hidup masih
bisa dibilang rendah, hal ini membuktikan bahwa masih kurangnya pelayanan
4
kesehatan yang menyentuh pada kelompok usia lanjut, baik itu pelayanan
kesehatan oleh para tenaga kesehatan dan juga oleh keluarga, salah satu faktor
penyebabnya adalah masih kurangnya informasi yang didapat.
Berbagai masalah yang masih dihadapi dalam peningkatan status kesehatan
pada setiap kelompok usia saat ini, membuat pemerintah dalam hal ini mentri
kesehatan beserta jajarannya mengambil suatu kebijakan untuk mengatasi
masalah ini, yaitu dengan :
a. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita, remaja
dan lansia.
Seperti yang sudah diatur dalam UU No. 36 Tahun 2009 Tentang
kesehatan, pada bagian Bab III Pasal 5 ayat (1) yang berbunyi : setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya
dibidang kesehatan dan pada ayat (2) yang berbunyi : setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau. Dua ayat tersebut jelas menjelaskan
mengenai hak seorang warga negara adalah mendapatkan askes dan
pelayanan kesehatan secara aman, bermutu, dan terjangkau dan diberikan
pada semua warga negara tidak membedakan kelompok tertentu.
Ditambah lagi pada Bab IV pasal 14 ayat (1) yang berbunyi :
pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya
kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat, jelas sekali pada
kebijakan yang sudah diatur oleh pemerintah bahwa kesehatan pada setiap
kelompok umur adalah merupakan tanggung jawab pemerintah, namun
dalam pelaksanaannya dilaksanakan oleh para praktisi kesehatan yang
memiliki bidang keilmuan masing-masing. Seperti pada kelompok ibu dan
anak peserta KB cukup banyak merupakan potensi dalam penurunan
kematian ibu, namun harus terus digalakkan penggunaan kontrasepsi jangka
panjang.Keanekaragaman makanan menjadi potensi untuk peningkatan gizi
ibu hamil, namun harus dapat dikembangkan paket pemberian makanan
tambahan bagi ibu hamil yang tinggi kalori, protein dan mikronutrien.
Pelaksanaan UKS harus diwajibkan di setiap sekolah dan madrasah
mulai dari TK/RA sampai SMA/ SMK/MA, mengingat UKS merupakan wadah

5
untuk mempromosikan masalah kesehatan khususnya bagi para anak
dengan usia sekolah da remaja yang mana hampir 50% waktunya dihabiskan
bersama kegiatan di sekolah. Wadah ini menjadi penting dan strategis,
karena pelaksanaan program melalui UKS jauh lebih efektif dan efisien serta
berdaya ungkit lebih besar. UKS harus menjadi upaya kesehatan wajib
Puskesmas.Peningkatan kuantitas dan kualitas Puskesmas melaksanakan
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang menjangkau remaja di
sekolah dan di luar sekolah. Prioritas program UKS adalah perbaikan gizi
usia sekolah, kesehatan reproduksi dan deteksi dini penyakit tidak menular.
Sedangkan untuk meningkatkan status kesehatan pada kelompok usia
kerja dan usia lanjut program kesehatan usia kerja harus menjadi
prioritas,agar sejak awal faktor risiko sudah bisa dikendalikan. Prioritas
untuk kesehatan usia kerja adalahmengembangkan pelayanan kesehatan
kerja primerdan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja, selain itu dikembangkan Pos Upaya Kesehatan Kerja sebagai salah satu
bentuk UKBM pada pekerja dan peningkatan kesehatan kelompok pekerja
rentan seperti Nelayan, TKI, dan pekerja perempuan.

b. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas


tenaga kesehatan, farmasi, dan pengadaan alat kesehatan serta
meningkatkan upaya promosi kesehatan dan perberdayaan masyarakat.
Pemerintah dalam hal ini telah mengatur tentang profesi-profesi
keilmuan yang dirasa memiliki tanggung jawab melaksanakan kebijakan
ini, yaitu UU No.36 Tahun 2009 yang secara khusus membahas tentang
kesehatan, dimana didalamnya telah diatur tentang konsep sehat,
sasaran, kebijakan, upaya, dan semua persoalan yang berkaitan dengan
upaya pewujudan masyarakat sehat dan mandiri, dipertajam dengan
adanya Rencana Strategi dari Kementrian Kesehatan yang lebih rinci
membahas tentang kerangka program/kegiatan dan regulasinya.
Pemerintah juga sudah cukup bijak dalam menentukan objek dan
sasaran kegiatan dengan secara khusus membuat undang-undang

6
mengenai profesi kesehatan seperti UU No.38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan dan UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
Diharapkan dalam pelaksanaannya masyarakat yang mana dalam hal ini
menjadi objek sasaran pelayanan dapat bekerjasama dalam
mewujudkan masyarakat sehat dan mandiri .

2. Peningkatan status gizi


Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain
masihmenghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga
menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius. Dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014, perbaikan status gizi
masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan menurunkan prevalensi
balita gizi kurang (underweight) menjadi 15% dan prevalensi balita pendek
(stunting) menjadi 32% pada tahun 2014. Hasil Riskesdas dari tahun 2007 ke
tahun 2013 menunjukkan fakta yang memprihatinkan dimana underweight
meningkat dari 18,4% menjadi 19,6%, stunting juga meningkat dari 36,8%
menjadi 37,2%, sementara wasting (kurus) menurun dari 13,6% menjadi
12,1%. Riskesdas 2010 dan 2013menunjukkan bahwa kelahiran dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) <2500 gram menurun dari 11,1% menjadi 10,2%.

Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh


kemiskinan dan pola asuh tidak tepat, yang mengakibatkan kemampuan
kognitif tidak berkembang maksimal, mudah sakitdan berdaya saing rendah,
sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan.Seribu hari pertama
kehidupanseorang anak adalah masa kritis yang menentukanmasa depannya,
dan pada periode itu anak Indonesia menghadapi gangguan pertumbuhan yang
serius.Yang menjadi masalah, lewat dari 1000 hari, dampakburuk kekurangan
gizi sangat sulit diobati.Untuk mengatasi stunting, masyarakat perlu dididik
untuk memahami pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anakbalita.
Secara aktif turut serta dalam komitmen global (SUN-Scalling Up
Nutrition) dalam menurunkan stunting, maka Indonesia fokus kepada 1000 hari
pertama kehidupan (terhitung sejak konsepsi hingga anak berusia 2 tahun)
dalam menyelesaikan masalah stunting secara terintergrasi karena masalah gizi
tidak hanya dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan saja (intervensi spesifik)

7
tetapi juga oleh sektor di luar kesehatan (intervensi sensitif). Hal ini tertuang
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi.Tidak hanya terjadi pada usia balita,
prevalensiobesitas yang meningkat juga terjadi di usia dewasa. Terbukti dari
perkembangan prevalensi obesitas sentral (lingkar perut >90 cm untuk laki2
dan >80 cm untuk perempuan) tahun 2007 ke tahun 2013 antar provinsi.
Untuk tahun 2013, tertinggi di Provinsi DKI Jakarta (39,7%) yaitu 2,5 kali lipat
dibanding prevalensi terendah di Provinsi NTT (15.2%). Prevalensi obesitas
sentral naik di semua provinsi, namun lajukenaikan juga bervariasi, tertinggi di
Provinsi DKIJakarta, Maluku dan Sumatera Selatan.Mencermati hal tersebut,
pendidikan gizi seimbang yang proaktif serta PHBS menjadi suatu kewajiban
yang harus dilaksanakan di masyarakat.

3. Pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, dan penyehatan


lingkungan.

Untuk mengatasi isu masalah pengendalian penyakit menular, penyakit


tidak menular, dan penyehatan lingkungan, kebijakan-kebijakan yang dapat
dilaksanakan yaitu dengan meningkatkan promosi kesehatan dan perberdayaan
masyarakat, dimana awal pembahasan telah dijelaskan bahwa arah pelayanan
kesehatan telah diubah, dari arah kuratif menuju kearah promotif dan preventif
yang mana hal ini untuk menurunkan angka kesakitan masyarakat menuju
masyarakat yang sehat dan mandiri untuk menjaga kesehatannya. Seperti yang
telah diatur dalam UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada bagian kedua
yang membahas tentang kewajiban pasal 9 ayat (1) yang berbunyi : setiap
orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, ayat (2) yang berbunyi :
kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksanaannya meliputi
upaya kesehatan perseorangan, upaya kesehatan masyarakat, dan pembagunan
berwawasan kesehatan, pada pasal ini dijelaskan bahwa dalam mewujudkan
masyarakat yang sehat juga merupakan tanggung jawab masyarakat itu sendiri.

8
Untuk penyakit menular, prioritas masih tertuju pada penyakit
HIV/AIDS, tuberculosis, malaria, demam berdarah, influenza dan flu
burung.Disamping itu Indonesia juga belum sepenuhnya berhasil
mengendalikan penyakit neglected diseases seperti kusta, filariasis,
leptospirosis, dan lain-lain. Angka kesakitan dan kematian yang disebabkan
oleh penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti polio,
campak, difteri, pertusis, hepatitis B, dan tetanus baik pada maternal maupun
neonatal sudah sangat menurun, bahkan pada tahun 2014, Indonesia telah
dinyatakan bebas polio.Kecenderungan prevalensi kasus HIV pada penduduk
usia 15-49 meningkat. Pada awal tahun 2009, prevalensi kasus HIV pada
penduduk usia 15 49 tahun hanya 0,16% dan meningkat menjadi 0,30% pada
tahun 2011, meningkat lagi menjadi 0,32% pada 2012, dan terus meningkat
manjadi 0,43% pada 2013.Angka CFR AIDS juga menurun dari 13,65% pada
tahun 2004 menjadi 0,85 % pada tahun 2013.
Potensi yang dimiliki Indonesia dalam pengendalianHIV-AIDS
diantaranya adalah telah memiliki persiapan yang cukup baik, mencakup tata
laksana penanganan pasien, tenaga kesehatan, pelayanan kesehatan (khususnya
Rumah Sakit), dan laboratorium kesehatan.Setidaknya terdapat empat
laboratorium yang sudahterakreditasi dengan tingkat keamanan biologi 3 (BSL
3), yakni Laboratorium Badan Litbang Kesehatan, Institute of Human Virology
and Cancer Biology(IHVCB) Universitas Indonesia, Institut Penyakit Tropis
Universitas Airlangga, dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.Dalam rangka
menurunkan kejadian luar biasapenyakit menular telah dilakukan
pengembangan Early Warning and Respons System (EWARS) atau
SistemKewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) merupakanpenguatan dari Sistem
Kewaspadaan Dini KejadianLuar Biasa (SKD-KLB). Melalui Penggunaan
EWARS ini diharapkan terjadi peningkatan dalam deteksi dini dan respon
terhadap peningkatan trend kasus penyakit khususnya yang berpotensi
menimbulkan KLB.
Dalam rangka pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) antara lain
dilakukanmelalui pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu Pengendalian Penyakit
9
Tidak Menular (Posbindu-PTM) yang merupakan upaya monitoring dan deteksi
dini faktor risiko penyakit tidak menular di masyarakat. Sejak mulai
dikembangkan pada tahun 2011 Posbindu- PTM pada tahun 2013 telah
berkembang menjadi 7225 Posbindu di seluruh Indonesia. Untuk usaha
penyehatan lingkungan, kebijakan pemerintah dalam memevahkan masalah
lingkungan sudah cukup membuahkan hasil .

4. Penguatan sistem kesehatan

Dalam meningkatkan dan menguatkan sistem kesehatan, pemerintah


membuat beberapa kebijakan yaitu dengan meningkatkan ketersediaan,
penyebaran, dan kualitas sumber daya manusia kesehatan, mengembangkan
pelayanan kesehatan primer, dan menguatkan manajemen serta sistem
informasi kesehatan. Dengan keadaan negara Indonesia yang terpisah-pisah
antar pulau dan sangat luas, penyebaran tenaga kesehatan mungkin belum
maksimal, namun pemerintah telah membuat suatu kegiatan yang melibatkan
seluruh para tenaga kesehatan dalam program Nusantara Sehat dan Pencerah
Nusantara, dua program ini merupakan contoh pelaksanaan kebijakan
pemerintah dalam meningkatkan sistem kesehatan nasional melalui
penyebaran tenaga kesehatan yang difokuskan pada daerah-daeah terpencil,
pedalaman, dan terluar.
Setelah itu dengan meningkatkan kualitas pelayaanan di fasilitas kesehatan
tingkat pertama yaitu Puskesmas salah satunya dengan program BPJS
Kesehatan, dimana Puskesmas diberikan tanggung jawab untuk menjadi
pemberi layanan kesehatan tingkat pertama, hal itu membuat semua elemen
yang ada di puskesmas tersebut meningkatkan kualitas kerjanya. Selain itu juga
dengan peningkatan dan kemajuan dunia IPTEK yang membuat sistem
kesehatan nasional dapat berjalan dengan baik, walaupun pada kenyataannya
penerapannya dilapangan belum bisa maksimal karena belum meratanya
fasilitas komunikasi yang mumpuni.

10
5. Peningkatan akses pelayanan kesehatan.

Dalam meningkatkan askses pelayanan kesehatan, pemerintah


mengambil kebijakan yaitu dengan mengembangkan Jaminan Kesehatan
Nasional, meningkatakan efektifitas pembiayaan kesehatan, dan dengan
menguatkan pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas. Di dalam UU No.36
Tahun 2009 pada bab yang mengatur tentang tanggung jawab pemerintah pasal
14 ayat (1) yang berbunti : pemerintah bertanggung jawab merencanakan,
mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan
upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat, bentuk regulasi
dari bunyi pasal ini dan untuk meningkatkan akses kesehatan dengan bentuk
pemberian pelayanan kesehatan yang adil dan terjangkau bagi masyarakat
adalah dengan adanya UU No.24 Tahun 2011 tentang BPJS yang didalamnya
menegaskan bahwa BPJS merupakan program JKN (Jaminan Kesehatan
Nasional) yang dalam kepesertaannya bersifat wajib bagi seluruh masyarakat
Indonesia, bagi warna asing yang sudah menetap lebih dari 6 bulan juga sudah
diwajibkan untuk ikut menjadi peserta BPJS yang akan dilayani oleh fasilitas
kesehatan yang telah bekerjasama dengan BPJS dengan memberikan manfaat
medis dan nonmedis yang bersifat komprehensif. Melalui program ini
masyarakat telah dijamin oleh pemerintah dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan namun dengan diikuti partisipasi pesertanya untuk membayarkan
iuran peranggota setiap bulannya yang besaran nominalnya tergantung pada
keputusan pesertanya dalam memilih kelas pelayanan.
Selain itu untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal,
pemerintah telah memiliki anggaran kesehatan tersendiri baik dari APBN
(Pusat) maupun APBD (Provinsi/Kabupaten/Kota) belum mencapai
sebagaimana diamanatkan oleh UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yakni
5% APBN serta 10 % APBD (di luar gaji). Selain itu, khusus untuk membantu
Pemerintah Kabupaten/Kota meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan
kesehatan masyarakat melalui Puskesmas, Pemerintah melalui Kementerian
Kesehatan menyalurkan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

11
Pemanfaatan dana BOK ini difokuskan pada beberapa upaya kesehatan
promotif dan preventif seperti KIA-KB, imunisasi, perbaikan gizi masyarakat,
promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, pengendalian penyakit, dan lain-lain,
sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal dan MDGs bidang kesehatan.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kebijakan merupakan terjemahan dari kata policy berasal dari bahasa


inggris yang artinya a course or principle of action adopted or proposed
by a government, party, business, or individual yaitu suatu prinsip
tindakan yang diajukan oleh pemerintah, organisasi, partai atau individu.

Kebijakan dapat berasal dari seorang pelaku atau sekelompok pelaku


yang berisi serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu.
Kebijakan ini diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau
sekelompok pelaku dalam rangka memecahkan suatu masalah tertentu.

Ada beberapa isu isu yang terdapat dalam rencana strategis pembangunan
kesehatan 2015-2019, yaitu :
1. Peningkatan status kesehatan pada setiap kelompok usia.
2. Peningkatan status gizi
3. Pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, dan penyehatan
lingkungan.
4. Penguatan sistem kesehatan
5. Peningkatan akses pelayanan kesehatan.

3.2 Saran
Semoga makalah ini Menambah pemahaman mengenai Pengertian kebijakan
dan mengetahui isu isu kebijakan kesehatan. Dan rencana terhadap isu isu
kebijakan dapat dilaksanakan dengan baik.

13

Anda mungkin juga menyukai