Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Yang termasuk sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional,
bahan makanan / pangan, alat kesehatan dan kosmetik. Dewasa ini, sediaan
farmasi tersebut telah beredar di pasaran dalam berbagai jenis, bentuk sediaan,
khasiat dan merek. Berdasarkan hasil riset, lebih dari 70 % yang menguasai
dunia periklanan adalah iklan sediaan farmasi. Ini membuktikan bahwasanya
sediaan farmasi merupakan sediaan yang sangat vital bagi kelangsungan hidup
manusia.
Sediaan farmasi tersebut ada yang diproduksi dalam skala rumah tangga
berupa berbagai jenis bahan makanan siap konsumsi, skala industri mikro
yang memproduksi berbagai jenis obat tradisional dan bahan makanan hingga
industri berskala makro yang telah mampu memproduksi berbagai jenis obat-
obatan baik obat kimia sintetik, obat tradisional, kosmetik serta alat-alat
kesehatan dengan teknologinya masing-masing. Pendistribusiannya mulai dari
swalayan, supermarket, toko klontong, apotek dan berbagai instansi kesehatan
hingga pada kantin-kantin sekolah atau kantin dan kedai umum lainnya.
Sejalan dengan itu, proses produksi dan distribusi sediaan farmasi
khususnya untuk bahan makanan, obat dan kosmetik mutlak harus melalui
serangkaian tahap pemeriksaan dan pengawasan agar menghasilkan produk
yang aman, bermutu dan berkhasiat bagi konsumen. Serangkaian tahap ini
dilakukan sebab masih saja terdapat pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab yang sengaja memproduksi bahan makanan atau obat-obatan yang
mengandung bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan seperti zat pewarna, zat
pengawet dan zat perasa yang berbahaya bagi kesehatan, beredarnya bahan
makanan dan obat-obatan yang sudah tidak memenuhi kriteria atau standar
seperti sediaan tanpa izin edar, sediaan yang telah kadaluarsa, sediaan obat

1
2

yang kurang atau tidak mengandung bahan aktif hingga kosmetik yang
mengandung bahan-bahan berbahaya.
Adapun serangkaian tahap pemeriksaan dan pengawasan sediaan tersebut
telah dilimpahkan tanggung jawabnya pada Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan Daerah yang sering disingkat BBPOM. Sebagai mahasiswa farmasi
yang harus mengetahui tentang seluk-beluk sediaan farmasi, serangkaian
proses hingga tempat / lokasi pengwasan tersebut harus diketahui dan
dipahami dengan baik dan benar. Oleh karena itu, kita dituntut untuk
melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan di Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan Daerah yang dalam hal ini adalah daerah Nusa Tenggara Barat.

1.2 Tujuan Kuliah Kerja Lapangan


Tujuan dilaksanakannya Kuliah Kerja Lapangan di Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan Daerah Provinsi NTB adalah antara lain :
1. Mengetahuai dan memahami definisi, mekanisme kerja, tugas pokok dan
fungsi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Provinsi NTB.
2. Mengetahui dan memahami laboratorium-laboratorium yang digunakan
sebagai tempat mengemban dan melaksanakan tugas pengwasan dan
pemeriksaan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Provinsi NTB.
3. Mengetahui dan memahami instrumen-instrumen yang digunakan beserta
fungsinya masing-masing dalam melaksanakan tugas pengawasan dan
pemeriksaan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Provinsi NTB.
3

BAB II
TINJAUAN UMUM BADAN PENGAWAS
OBAT DAN MAKANAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan adalah suatu Lembaga Pemerintah


Non Departemen yang bertanggung jawab kepada Presiden dan dikoordinasi oleh
Menteri Kesehatan. Setiap provinsi memiliki badan yang bertanggung jawab
dalam proses pengawasan obat dan makanan yang mempunyai tugas pokok dalam
melayani masyarakat agar masyarakat tersebut terjamin dari obat dan makanan
yang beresiko terhadap kesehatan. Konsumsi masyarakat terhadap produk-produk
termaksud cenderung terus meningkat, seiring dengan perubahan gaya hidup
masyarakat termasuk pola konsumsinya. Sementara itu pengetahuan masyarakat
masih belum memadai untuk dapat memilih dan menggunakan produk secara
tepat, benar dan aman. Di lain pihak iklan dan promosi secara gencar mendorong
konsumen untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan seringkali tidak rasional.
Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional dan gaya hidup
konsumen tersebut pada realitasnya meningkatkan resiko dengan implikasi yang
luas pada kesehatan dan keselamatan konsumen. Apabila terjadi produk sub
standar, rusak atau terkontaminasi oleh bahan berbahaya maka risiko yang terjadi
akan berskala besar dan luas serta berlangsung secara amat cepat.
Untuk itu, Indonesia harus memiliki Sistem Pengawasan Obat dan
Makanan (SisPOM) yang efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah
dan mengawasi produk-produk termaksud untuk melindungi keamanan,
keselamatan dan kesehatan konsumennya baik di dalam maupun di luar negeri.
Untuk itu telah dibentuk Badan POM yang memiliki jaringan nasional dan
internasional serta kewenangan penegakan hukum dan memiliki kredibilitas
profesional yang tinggi.
4

Untuk mengetahui ruang lingkup SisPOM di Indonesia dapat dilihat dalam


sajian gambar peta Indonesia berikut :

Gambar 1. Peta ruang lingkup SisBOM Indonesia.


Visi Badan POM adalah menjadi institusi pengawas obat dan makanan
yang inovatif, kredibel dan diakui secara internasional untuk melindungi
masyarakat sedangkan misinya adalah melakukan pengawasan pre-market dan
post-market berstandar internasional, menerapkan sistem manajemen mutu secara
konsisten, mengoptimalkan kemitraan dengan pemangku kepentingan di berbagai
lini, memberdayakan masyarakat agar mampu melindungi diri dari obat dan
makanan yang beresiko terhadap kesehatan serta membangun organisasi
pembelajaran (learning organization).
Fungsi Badan POM secara umum adalah mengatur, meregulasi,
menstandarisasi, serta melakukan sertifikasi industri di bidang farmasi
berdasarkan cara-cara produksi yang baik, mengevaluasi produk sebelum
diizinkan beredar, post marketing vigilance termasuk melakukan sampling dan
pengujian laboratorium, memeriksa sarana produksi dan distribusi, penyidikan
dan penegakan hukum, melakukan pre-audit dan pasca-audit iklan, promosi
5

produk, riset terhadap pelaksanaan kebijakan pengawasan obat dan makanan,


mengawasi penggunaan dan penyalahgunaan NAZABA dan obat serta
komunikasi, informasi dan edukasi publik termasuk peringatan publik.
Prinsip dasar dari kinerja Badan POM yaitu melakukan tindakan
pengamanan cepat, tepat, akurat dan professional berdasarkan atas tingkat risiko
dan berbasis bukti-bukti ilmiah dalam ruang lingkup pengawasan bersifat
menyeluruh, mencakup seluruh siklus proses, berskala nasional / lintas provinsi,
dengan jaringan kerja internasional, otoritas yang menunjang penegakan
supremasi hukum, memiliki jaringan laboratorium nasional yang kohesif dan kuat
yang berkolaborasi dengan jaringan global dan memiliki jaringan sistem informasi
keamanan dan mutu produk untuk melengkapi pelayanan terhadap masyarakat.
Kerangka konsep sistem pengawasan obat dan makanan terdiri dari tiga
lapis yaitu :
1. Sub sistem pengawasan produsen
Sistem pengawasan internal oleh produsen dgn penerapan GMP (Good
Manufacturing Product) sehingga setiap penyimpangan dapat diketahui dari
awal. Produsen bertanggung jawab terhadap mutu dan keamanan obat &
makanan yang dihasilkan.
2. Sub sistem pengawasan konsumen
Sistem pengawasan melalui peningkatan kesadaran dan pengetahuan
mengenai kualitas dan cara penggunaan produk yang rasional.
3. Sub sistem pengawasan pemerintah
Sistem pengawasan melalui pengaturan dan standarisasi, penilaian keamanan,
khasiat dan mutu produk sebelum diijinkan beredar, inspeksi, pengambilan
sampel dan pengujian laboratorium serta peringatan kepada publik dan
penegakan hukum serta pendidikan kepada masyarakat.
Produk yang diawasi oleh Badan POM adalah obat, produk biologi,
narkotika dan psikotropika, obat tradisional, makanan dan minuman, suplemen
makanan, kosmetika, perbekalan kesehatan rumah tangga, zat adiktif / rokok dan
bahan berbahaya.
6

Berikut merupakan sajian gambar bagan struktur organisasi Badan POM Republik
Indonesia:

Gambar 2. Bagan struktur organisasi Badan POM Republik Indonesia.


7

BAB III
TINJAUAN TENTANG BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Provinsi Nusa


Tenggara Barat adalah suatu unit pelaksana teknis Badan POM pusat di daerah
Nusa Tenggara Barat yang terletak di kota Mataram, artinya unit yang
bertanggung jawab kepada kepala Badan POM pusat yang harus membangun
networking dengan Pemda dan sektor terkait dalam bidang pengawasan obat dan
makanan. Dalam melakukan tugas-tugasnya, Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan selalu berpegang pada landasan hukum yaitu UU No. 23 tahun 1992
yang membahas tentang kesehatan, UU No. 7 tahun 1996 yang membahas tentang
pangan, UU No. 5 tahun 1997 membahas tentang psikotropika, UU No. 22 tahun
1997 yang membahas tentang narkotika, UU No. 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen, PP No. 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan, PP
No. 28 tahun 2004 tentang keamanan, gizi dan mutu pangan.
Wilayah kerja (Catchment Area ) dari BBPOM Provinsi Nusa Tenggara
Barat dapat dilihat dalam sajian gambar peta berikut :

Gambar 3. Peta wilayah kerja BBPOM Provinsi Nusa Tenggara Barat.

7
8

Berdasarkan peta tersebut, yang termasuk wilayah kerja BBPOM Provinsi Nusa
Tenggara Barat meliputi :
1. Kota Mataram
2. Kabupaten Lombok Barat
3. Kabupaten Lombok Tengah
4. Kabupaten Lombok Timur
5. Kabupaten Lombok Utara
6. Kabupaten Sumbawa
7. Kabupaten Sumbawa Barat
8. Kabupaten Dompu
9. Kabupaten Bima
10. Kota Bima.
Berikut merupakan sajian gambar bagan struktur organisasi Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan Provinsi Nusa Tenggara Barat :

Gambar 4. Bagan struktur organisasi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
9

1. Sub bagian tata usaha


Bertugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi di lingkungan
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan.

2. Bidang pengawasan produk terapeutik, narkotik, obat tradisional,


kosmetik, dan produk komplement (Teranakoko)
Bertugas dalam menyusun rencana dan program, menilai mutu, membuat
laporan penelitin serta melakukan evaluasi.

3. Bidang pengujian pangan, bahan berbahaya dan mikrobiologi


Terdiri dari seksi pengujian pangan dan bahan berbahaya dan seksi
pengujian mikrobiologi. Seksi Pengujian pangan dan bahan berbahaya
memiliki tugas untuk menyusun rencana dan program serta evaluasi,
menyusun laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium,
pengujian dan penilaian mutu di bidang pangan dan bahan berbahaya
sedangkan seksi pengujian mikrobiologi memiliki tugas untuk
melaksanakan kegiatan pengujian dan penilaian mutu sediaan terapetik,
kosmetik, alkes, PKRT, makanan dan minuman (pangan), obat tradisional
dan produk komplemen secara mikrobiologi.

4. Bidang pemeriksaan dan penyidikan


Terdiri dari seksi pemeriksaan dan seksi penyidikan. Seksi pemeriksaan
memliki tugas untuk melakukan pemeriksaan setempat, pengambilan
contoh untuk pengujian, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi
produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat aditif lain, obat
tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.
Jenis Sampel yang di Sampling (Post Marketing Vigilance) seperti pangan,
obat, obat tradisional, NAPZA, dan kosmetik. Selain juga melakukan
pemeriksaan sarana distribusi sediaan farmasi dan makanan serta
pemeriksaan industri sediaan farmasi dan makanan. Seksi Penyidikan
memiliki tugas untuk melakukan penyidikan terhadap kasus pelanggaran
10

hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat aditif


lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan dahan
berbahaya. Adapun kegiatan pokok seksi pemeriksaan dan pengawasan
adalah audit dan pemeriksaan setempat, sarana produksi, distribusi,
pelayanan produk obat, makanan dan bahan berbahaya sampling untuk
pengujian laboratorium dan penilaian mutu, keamanan dan kemanfaatan
produk obat, makanan dan bahan berbahaya, pemantauan garam
beryodium, produk makanan kadaluarsa, makanan label halal serta iklan
obat, makanan dan rokok serta harga obat, investigasi dan penyidikan
kasus pelanggaran hukum di bidang obat, makanan dan bahan berbahaya.

5. Bidang sertifikasi dan layanan informasi konsumen


Bidang sertifikasi memiliki tugas dalam melaksanakan sertifikasi.
Kegiatan pokoknya adalah pelatihan TOT Penyuluh Keamanan Pangan
(PKP), Penyuluhan Keamanan Pangan dalam rangka Sertifikasi Produksi
Pangan Industri Rumah Tangga Pangan, audit dalam rangka Sertifikasi
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, audit dalam rangka Piagam
Bintang Keamanan Pangan, audit / surveilan Piagam Bintang Satu
Keamanan Pangan, Pelatihan KLB Keracunan Pangan, pemeriksaan
dalam rangka perizinan dan audit dalam rangka Sertifikasi Halal. Bidang
layanan informasi konsumen memiliki tugas memberikan layanan
informasi kepada konsumen. Kegiatan pokoknya adalah penyebaran
informasi melalui media cetak dan media elektronik lokal, penyuluhan
Langsung, menyelenggarakan Unit Layanan Pengaduan konsumen
(ULPK), pemantauan Toksikovigilance. Adapun Kegiatan Badan POM RI
yang dilaksanakan di daerah adalah Labelisasi halal, Kantin Sekolah, GMP
IRTP, Pengelolaan Resiko Bahan Berbahaya.
11

BAB IV
PEMBAHASAN

Kuliah Kerja Lapangan ini dilaksanakan di Balai Besar Pengawas Obat


dan Makanan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang berlokasi di Jalan Catur Warga
Mataram. Pada Kuliah Kerja Lapangan ini, mahasiswa melakukan kunjungan atau
tinjauan langsung ke gedung Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM)
tersebut dengan melihat situasi dan kondisi fisik bangunan beserta laboratorium-
laboratorium pendukung di dalamnya, sarana, prasarana dan fasilitas yang
digunakan hingga beberapa instrumen penting beserta fungsinya masing-masing
yang digunakan dalam upaya kerja pemeriksaan dan pengawasan obat dan
makanan.
Laboratorium BBPOM di Mataram telah terakreditasi oleh Komite
Akreditasi Nasional (KAN) - BSN dengan NO LP 141 IDN sesuai ISO 17025
sejak 2002. Adapun laboratorium tersebut terdiri dari empat laboratorium yang
memiliki fungsi berbeda-beda lengkap dengan instrument-instrumen penting di
dalamnya. Laboratorium-laboratorium tersebut adalah meliputi :
1. Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya
Pada laboratorium ini dilakukan pengujian terhadap pangan serta bahan
berbahaya yaitu sampel makanan yang dapat berupa sampel internal dan
sampel eksternal. Sampel internal merupakan sampel yang berasal dari
dalam, maksudnya sampel yang diperoleh dari pegawai Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan bagian pemeriksaan dan penyelidikan
melakukan sampling terhadap sampel makanan seperti mie basah dan tahu
yang mengandung bahan pengawet Formalin, bakso yang mengandung
bahan pengawet Boraks, bahan-bahan pewarna pada makanan seperti
Rodamin dan Metamil Yellow serta bahan berbahaya dari melamin pada alat
rumah tangga yang dapat diperoleh di pasar, swalayan, toko, kantin umum
dan kantin-kantin sekolah. Sempel eksternal adalah sampel yang datang dari
luar atau dari pihak ke tiga yang biasanya datang dari kepolisian, dinas
kesehatan, dan individual yang dilaporkan pada bagian informasi pelayanan

11
12

konsumen. Sebelum sampel diuji, sampel harus melewati bagian


administrasi, kemudian sampel tersebut didata dengan komputer. Setelah
itu, sampel yang akan diuji lalu diserahkan ke bagian manajer administrasi
untuk di analisa, kemudian sampel dibawa ke Laboratorium untuk
diserahkan dan dilakukan pengujian oleh penyelia dan tim pengujinya.
Selain itu, pangan juga dilakukan pengujian label meliputi nama produk,
alamat pabrik / importir, nomor pendaftaran, berat isi / netto, komposisi,
kode produksi, tanggal kadaluarsa, dan tanda / logo SNI (Standar Nasional
Indonesia). Setelah dilakukan pengujian, selanjutnya dibuat suatu laporan
hasil pengujian yang mencantumkan nama sampel, nomor kode, segel,
informasi sampel, nama pengirim, label, hasil pengujian, kesimpulan,
catatan, sisa sampel, tanda tangan penguji, tanggal dilaporkan, tanggal
pemeriksaan dan penyetujuan. Adapun instrumen-instrumen yang
digunakan pada ruang ini antara lain meliputi :
1. Tanur berfungsi untuk pengujian kadar abu dari sampel yang diuji.
2. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) / High Liquid Performance
Cromatography (HPLC) biasanya digunakan untuk melakukan
pengujian zat pengawet pada minuman ringan, saos, sambal, syrup, serta
untuk penetapan kadar anti oksidan pada margarine dan minyak goreng.
3. Kromatografi Gas / Gas Cromatography (GC) yang diletakkan pada
ruang tersendiri karena membutuhkan cerobong untuk mengeluarkan
gas-gas berbahaya ke luar agar tidak tercemar di dalam ruangan.
Instrument ini digunakan untuk menentukan kadar senyawa atau bahan
yang mudah menguap.
4. Spektrofotometer UV-Vis Double Beem untuk menghitung kadar
sampel secara kuantitatif.
5. Spektrofotometer Serapan Atom / Atomic Absorbantion
Spektrofotometer (AAS) juga diletakkan pada ruangan tersendiri dan
berfungsi untuk mengetahui adanya kandungan logam atau atom berat
pada sampel seperti timbal dan raksa (merkuri).
13

6. Instrumen-instrumen pendukung seperti timbangan analitik untuk


menimbang sampel yang akan diuji dan styrer magnetik untuk
mengaduk campuran sampel.
2. Laboratorium Obat Tradisional dan Kosmetika (OTEKTOS)
Pada laboratorium ini dilakukan pengujian terhadap kandungan kosmetika
dan obat tradisional. Untuk kosmetika biasanya dilakukan pengujian
terhadap kosmetika yang tidak terdaftar (import) serta kandungan bahan
berbahaya seperti Merkuri dan Rhodamin. Merkuri biasanya digunakan
sebagai pemutih, namun untuk kadar yang berlebih zat ini dapat
membahayakan kulit. Memasuki tahun 2011, kosmetika sudah tidak lagi
masuk ke dalam kategori bahan atau zat yang harus diuji di BBPOM sebab
adanya Harmonisasi ASEAN yang mana kosmetika yang berasal dari luar
negeri dapat dipasarkan di Indonesia tanpa adanya ijin edar. Untuk obat
tradisional biasanya dilakukan pengujian obat tradisional yang tidak
terdaftar (import) serta Bahan Kimia Obat (BKO) sebab biasanya terdapat
pihak-pihak yang sengaja mencampurkan bahan-bahan kimia yang
berkhasiat obat dalam produk obat tradisional untuk mempercepat efek yang
ditimbulkan, padahal suatu obat tradisional tidak boleh mengandung bahan
kimia hasil isolasi maupun sintetik yang berkhasiat sebagai obat. Selain itu,
obat tradisional dilakukan juga pengujian terhadap bahan pengawet, label,
kemasan, nomor registrasi serta informasinya yaitu dalam obat tradisional
tidak boleh mencantumkan informasi atau keterangan menyembuhkan
melainkan membantu meringankan. Adapun instrumen-instrumen yang
terdapat dalam laboratorium ini adalah HPLC, Spektrofotometer UV-Vis
double Beem, Sentrifuge yang berfungsi untuk memisahkan endapan dengan
beningan, Lemari asam untuk mengerjakan bahan-bahan asam, Styrer
magnetik dan timbangan analitik.
3. Laboratorium Terapetik dan NAPZA (TERANA)
Pada laboratorium ini dilakukan pengujian terhadap sampel obat-obatan
seperti obat palsu yakni obat-obat yang tidak atau kurang mengandung
bahan berkhasiat, obat yang tidak memenuhi syarat (TMS), obat yang tidak
14

terdaftar serta uji Ganja, Extasi dan Shabu untuk beberapa sampel NAPZA
(Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif). Instrumen-instrumen dalam
laboratorium ini meliputi :
1. HPLC
2. Spektrofotometer
3. KLT (Kromatografi Lapis Tipis)
4. Alat Disolusi untuk menentukan laju pelarutan sediaan tablet agar sesuai
dengan persyaratan disolusi yang tertera pada masing-masing
monografi. Pengujian disolusi tablet merupakan pengujian terhadap
pelepasan zat berkhasiat obat dalam suatu media yang sesuai dengan
keadaan di dalam tubuh. Misalnya cairan lambung menggunakan media
asam dan cairan usus menggunakan media basa. Alat ini diletakkan pada
ruang tersendiri.
5. Desintegrator yaitu alat yang digunakan untuk mengukur waktu hancur
sediaan tablet agar sesuai dengan yang tertera pada masing-masing
monografi. Alat ini diletakkan pada ruang tersendiri bersamaan dengan
dengan alat disolusi.
4. Laboratorium Mikrobiologi
Dalam laboratorium ini dilakukan pengujian terhadap sampel obat seperti
pengujian potensi antibiotika, pengujian terhadap sampel pangan yakni
pengujian cemaran mikroba seperti ALT (Angka Lempeng Total), E. coli,
angka kapang / khamir, Salmonella, Vibrio cholera, Chlostridium
perfringens dan Staphylococcus aureus. Adapun instrumen-instrumen dalam
laboratorium ini adalah meliputi :
1. Autoclave untuk mensterilkan media dan alat-alat plastik atau karet
mengunakan sterilisasi uap pada suhu 121C.
2. Oven untuk mensterilkan alat-alat dari gelas menggunakan sterilisasi
panas kering pada suhu 200C.
3. Inkubator untuk menginkubasi bakteri pada suhu 37C dan
menginkubasi jamur pada suhu 22C.
15

4. PCR (Polimerase Chains Reaction) berfungsi sebagai alat


mengidentifikasi adanya DNA babi pada suatu pangan. Pemeriksaan ini
merupakan dasar penentuan pelabelan halal pada suatu produk pangan
olahan terutama produk olahan daging seperti sosis, dendeng atau abon.
Di Indonesia alat ini hanya terdapat pada tiga daerah yaitu Nusa
Tenggara Barat, Jakarta dan Aceh. Sebenarnya alat ini bukan merupakan
bagian dari alat pada laboratorium mikrobiologi, namun karena
keterbatasan ruangan dan pembangunan ruang untuk PCR sedang dalam
proses, maka ditempatkanlah pada ruang laboratorium mikrobiologi.
BBPOM menjalankan tugasnya terhadap produk-produk yang telah
mengalami pengolahan (produk olahan) bukan dalam bentuk produk mentah
seperti daging hewan berbahaya. Pada masing-masing laboratorium ditempati oleh
beberapa penyelia yang melakukan atau mengerjakan serangkaian proses
pengujian sampai diperoleh hasil dalam bentuk laporan yang nantinya akan
berpotensi menjadi sumber informasi bagi konsumen atau masyarakat mengenai
keamanan bahan pangan dan obat-obatan. Ini membuktikan bahwa logo daripada
BBPOM / BPOM memang benar terbukti artinya yaitu logo mirip perisai
berwarna biru dan hijau. Logo perisai melambangkan arti pengawasan, warna biru
melambangkan arti ilmiah dan warna hijau melambangkan arti religius. Berikut
merupakan gambar logo BBPOM / BPOM :

Gambar 5. Logo BBPOM / BPOM.


16

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Kuliah Kerja Lapangan di Balai Besar Pengawas
Obat dan Makanan Provinsi Nusa Tenggara Barat, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Provinsi Nusa
Tenggara Barat adalah suatu unit pelaksana teknis Badan POM pusat
di daerah Nusa Tenggara Barat yang terletak di kota Mataram.
2. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Provinsi Nusa
Tenggara Barat memiliki empat bidang sperti bidang pengawasan
produk terapeutik, narkotik, obat tradisional, kosmetik, dan produk
komplement (TERANAKOKO), bidang pengujian pangan, bahan
berbahaya dan mikrobiologi, bidang pemeriksaan dan penyidikan,
bidang sertifikasi dan layanan informasi konsumen.
3. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Provinsi Nusa
Tenggara Barat telah memiliki visi, misi, tugas pokok dan fungsi yang
jelas yang mana telah memiliki berbagai laboratorium pengujian
seperti laboratorium pangan dan bahan berbahaya, terapetik dan
NAPZA (TERANA), obat tradisional dan kosmetik (OTEKTOS)
mikrobiologi lengkap dengan instrument-instrumen canggih
didalamnya.
17

5.2 Saran
Melalui laporan Kuliah Kerja Lapangan di Balai Besar Pengawas
Obat dan Makanan Provinsi Nusa Tenggara Barat, penyusun ingin
21
menyampaikan saran yaitu :
1. Kepada para pelajar khususnya mahasiswa Program Studi Farmasi
diharapkan agar dapat membaca laporan ini sehingga dapat
memperkaya wawasan dan pengetahuan mengenai Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan khususnya yang terletak di Provinsi
Nusa Tenggara Barat.
20
2. Kepada pihak Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Provinsi
Nusa Tenggara Barat agar terus dikembangkan khususnya mengenai
bangunannya agar ruang laboratoriumnya lebih dilengkapi serta
kebersihan dan ketenangannya tetap dijaga.
18
18

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Fungsi BPOM sebagai Pengawas Obat dan Makanan dan Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan Prov. NTB. Mataram.

www.google.com / Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan.

www.google.com / Badan Pengawas Obat dan Makanan.


19

LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto sampel jajanan yang diuji

Lampiran 2. Foto sampel pangan yang sering ditambahkan bahan berbahaya


20

Lampiran 3. Foto instrumen AAS

Lampiran 4. Foto instrument HPLC


25 21

Lampiran 5. Foto instrument GC

Lampiran 6. Foto instrument PCR Lengkap

Anda mungkin juga menyukai