Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penampilan merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh

masyarakat di zaman modern ini. Penampilan gigi merupakan aspek penting yang

berperan dalam interaksi sosial manusia (Tin-Oo dkk., 2011). Sebuah survei yang

dilakukan oleh Unilever di Indonesia, sebanyak 77,9% responden mengakui

bahwa penampilan gigi ketika tersenyum merupakan aset yang penting dalam

bersosialisasi dan mempengaruhi karier seseorang (Setyanti, 2012). Faktor-faktor

yang mempengaruhi penampilan gigi secara keseluruhan meliputi bentuk dan

proporsi gigi, warna, ukuran, serta posisi gigi. Faktor lainnya meliputi penampilan

ketika tersenyum, estetika gingiva, keteraturan gigi geligi, dan hubungan garis

tengah gigi terhadap garis tengah wajah dan bibir (Qualtrough dan Burke, 1994).

Sebuah studi yang dilakukan di klinik gigi Universiti Sains Malaysia

dengan melibatkan 235 pasien wanita usia 18 - 62 tahun, sebanyak 52,8%

diantaranya tidak puas dengan penampilan gigi mereka. Pada studi tersebut, dari

yang tidak puas dengan penampilan giginya, sebanyak 56,2% tidak puas dengan

warna gigi mereka (Tin-Oo dkk., 2011). Studi yang dilakukan di Makassar,

Indonesia, menunjukkan bahwa dari 520 mahasiswa Universitas Hasanuddin,

sebanyak 54,4% diantaranya tidak puas dengan warna gigi mereka (Aliyah, 2014).

Studi lain yang dilakukan di Ankara, Turki, menunjukkan bahwa dari 1014

pasien, 55,1% diantaranya merasa tidak puas dengan warna gigi mereka (Akarslan

dkk., 2009). Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

1
2

ketidakpuasan terhadap penampilan gigi, sebagian besar disebabkan oleh karena

pewarnaan pada gigi.

Berdasarkan penyebabnya, pewarnaan pada gigi (stain) dibagi menjadi

dua, yaitu stain intrinsik dan stain ekstrinsik. Stain intrinsik merupakan stain yang

berada di dalam permukaan gigi yang dapat disebabkan oleh antibiotik tetrasiklin,

fluorosis gigi, dan proses penuaan (Terezhalmy dkk., 2008). Stain intrinsik

menyebabkan perubahan warna pada bagian dalam struktur gigi atau dentin

selama masa pertumbuhan gigi. Proses penghilangan stain intrinsik relatif sulit

dan membutuhkan metode-metode khusus seperti bleaching (Walton dan

Torabinejad, 1997). Stain ekstrinsik adalah stain yang terdapat pada permukaan

gigi akibat pewarnaan pelikel. Stain ekstrinsik biasanya disebabkan oleh konsumsi

minuman berwarna, merokok, dan penggunaan obat-obatan tertentu. Salah satu

minuman berwarna yang dapat menyebabkan stain ekstrinsik adalah teh

(Terezhalmy dkk., 2008). Meminum teh sudah menjadi kebiasaan dan budaya

bagi penduduk dunia. Rata-rata konsumsi teh penduduk dunia adalah 120 ml/hari

per kapita (Besral dkk., 2007). Jika konsumsi teh dilakukan secara rutin, zat warna

dalam teh akan terdeposit pada plak dan lapisan biofilm pada permukaan email

yang dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi (Lima dkk., 2008). Stain

ekstrinsik bersifat superfisial dan dapat dihilangkan dengan menyikatnya (Walton

dan Torabinejad, 1997).

Stain tidak hanya dapat melekat pada permukaan gigi asli, tetapi juga

dapat melekat pada gigi tiruan dan basis gigi tiruan. Stain yang melekat dapat

berasal dari makanan, minuman, dan tembakau. Stain melekat dan mengendap di
3

gigi tiruan melalui perantara plak yang bertindak sebagai matriks yang melekat

terlebih dahulu pada gigi tiruan (Jagger dkk., 2002). Menurut Anusavice (2003),

salah satu sifat fisik resin basis gigi tiruan adalah porositas. Sifat fisik tersebut

dapat mempengaruhi estetika dan kebersihan basis gigi tiruan. Porositas juga

dapat mengurangi kekuatan dan mendukung terjadinya pewarnaan pada basis gigi

tiruan berbahan resin akrilik (Pero AC dkk., 2010).

Menurut beberapa literatur, prosedur yang dapat digunakan untuk

menghilangkan stain ekstrinsik adalah scaling-polishing atau prosedur dental

prophylaxis pada gigi asli dan pemolesan kembali gigi tiruan yang dilakukan oleh

dokter gigi di klinik. Cara lain yang dapat digunakan untuk menghilangkan stain

ekstrinsik adalah menyikat gigi asli dengan pasta gigi pemutih dan merendam

serta menyikat gigi tiruan dengan menggunakan bahan pembersih gigi tiruan

setiap hari di rumah. Pasta gigi pemutih yang diproduksi sekarang, sebagian besar

mengandung bahan abrasif, detergen, agen antitartar, dan agen pemutih gigi

(Terezhalmy dkk., 2008; Craig dkk., 2000; ADA, 2013).

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa banyak bahan alam di

Indonesia memiliki manfaat dalam bidang kedokteran gigi, misalnya buah stroberi

dan apel. Buah stroberi terbukti meningkatkan fungsi penghilangan stain

ekstrinsik sebagai bahan tambahan dalam pasta gigi. Fungsi penghilangan stain

ekstrinsik pada buah stroberi kemungkinan disebabkan oleh kandungan zat kimia

di dalamnya dan pH asamnya (Margaretha dkk., 2009). Buah apel mengandung

asam malat sebagai asam yang dominan, asam elagat, dan hidrogen peroksida

(Ashurst dan Dennis, 1998; Yulianti dkk., 2007; Valentines dkk., 2005). Menurut
4

Margaretha dkk. (2009), asam malat dan asam elagat yang terkandung dalam

buah-buahan dapat memutihkan gigi.

Asam malat merupakan golongan asam karboksilat yang mempunyai

kemampuan memutihkan gigi dengan cara mengoksidasi permukaan email gigi

sehingga menjadi netral dan menimbulkan efek pemutihan (Fauziah dkk., 2012).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Puspasari dkk. (2011), diperoleh hasil bahwa

jus buah apel (Malus sylvestris Mill.) memiliki kemampuan mencerahkan warna

permukaan email gigi yang berubah warna akibat direndam dalam larutan kopi.

Penelitian tersebut menyebutkan bahwa perendaman gigi dengan jus apel mampu

mengembalikan warna permukaan email gigi yang berubah warna kembali ke

warna asal sebelum direndam dalam larutan kopi. Berdasarkan hal tersebut,

penambahan ekstrak apel (Malus sylvestris Mill.) ke dalam pasta gigi diharapkan

dapat menjadikan metode penyikatan sebagai metode penghilangan stain

ekstrinsik yang efektif baik pada gigi asli, gigi tiruan, maupun plat resin akrilik

polimerisasi panas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, timbul permasalahan apakah penambahan

ekstrak apel (Malus sylvestris Mill.) pada pasta gigi berpengaruh terhadap

efektivitas penghilangan stain ekstrinsik pada permukaan gigi, gigi tiruan, dan

plat resin akrilik polimerisasi panas (kajian in vitro).


5

C. Keaslian Penelitian

Buah apel (Malus sylvestris Mill.) sebagai bahan pemutih gigi telah diteliti

sebelumnya dalam artikel tugas akhir Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

yang berjudul Pengaruh pemberian jus apel (Malus sylvestris Mill.) varietas

Anna pada gigi yang telah direndam larutan kopi terhadap pemutihan gigi secara

in vitro yang ditulis oleh Nuzulya Puspasari, M. Chair Effendi, dan Yuli

Nugraeni pada tahun 2011. Penelitian ini berbeda dalam beberapa hal dengan

penelitian tersebut. Pada penelitian sebelumnya, perendaman subjek penelitian

menggunakan larutan kopi, sedangkan pada penelitian ini menggunakan larutan

teh hitam. Selain itu, pada penelitian sebelumnya subjek penelitian yang

digunakan adalah gigi saja, sedangkan pada penelitian ini menggunakan gigi, gigi

tiruan, dan plat resin akrilik polimerisasi panas sebagai subjek penelitiannya.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak

apel (Malus sylvestris Mill.) pada pasta gigi terhadap efektivitas penghilangan

stain ekstrinsik pada permukaan gigi, gigi tiruan, dan plat resin akrilik

polimerisasi panas (kajian in vitro).

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh

penambahan ekstrak apel (Malus sylvestris Mill.) pada pasta gigi terhadap

efektivitas penghilangan stain ekstrinsik pada permukaan gigi, gigi tiruan, dan
6

plat resin akrilik polimerisasi panas (kajian in vitro). Selain itu, diharapkan hasil

penelitian ini dapat membantu produsen pasta gigi untuk dapat mengembangkan

produk pasta penghilang stain ekstrinsik yang efektif pada gigi asli maupun gigi

tiruan.

Anda mungkin juga menyukai