Anda di halaman 1dari 26

PERILAKU KELOMPOK DALAM ORGANISASI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti mata kuliah Perilaku Organisasi

Oleh:
Kelompok 3
Desi Putri (15101014)
Destya Liziana (15101015)
Farida Akhiria (15101026)
Hetty Kusendang (15101036)
Lia Yuliadi (15101045)
Safratul Aini (15101121)

Dosen Pembimbing:
Sri Ambarinah, MPM

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK RAJA HAJI
TANJUNGPINANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dan dapat tersusun hingga selesai. Yang mana
makalah ini membahas tentang PERILAKU KELOMPOK DALAM
ORGANISASI. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang PERILAKU
KELOMPOK DALAM ORGANISASI ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap para pembaca.

Tanjungpinang, Oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...
Daftar Isi....
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang...
B. Rumusan Masalah..
C. Tujuan................
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Perilaku Kelompok.....
B. Bentuk-Bentuk Kelompok....
C. Fungsi Kelompok.........
D. Tahap-Tahap Perkembangan Kelompok...
E. Faktor yang Memengaruhi Efektivitas Kelompok dan Dinamika
Kelompok.................
BAB III Penutup
A. Kesimpulan..
Lampiran.
Daftar Pusaka...
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia dalam berbagai kegiatan apapun manusia akan terlibat
dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari
kehidupan organisasi. Dalam organisasi akan banyak ditemui kelompok-kelompok
seperti ini. Kelompok dapat mengubah motivasi individu atau kebutuhan dan bisa
memengaruhi perilaku individu dalam satu kondisi organisasi. Hubungan antar
individu dalam kelompok harus terjaga. Kelanggengan kelompok terletak pada
kesungguhan masing-masing individu yang tergabung dalam kelompok untuk
saling memperbarui semangat kolektivitas dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara bersama dengan menampung sebagian besar aspirasi individual.
Semakin banyak aspirasi anggota kelompok yang terakomodasi, semakin puaslah
anggota kelompok (Wahjono, 2010).
Tantangan yang paling berat dihadapi oleh organisasi dengan
meningkatnya perubahan adalah perbedaan individu yang ada di dalam organisasi,
yang selanjutnya akan membentuk perilaku kelompok. Salah satu topik menarik
dalam bidang perilaku organisasi untuk ditelaah atau diteliti adalah mengenai
perilaku kelompok karena kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia,
setiap hari manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Maka dalam makalah
ini akan dibahas mengenai perilaku kelompok dalam organisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perilaku kelompok dalam organisasi?
2. Apa saja bentuk-bentuk kelompok?
3. Apa fungsi dari kelompok dalam organisasi?
4. Bagaimana tahap-tahap perkembangan kelompok?
5. Apa faktor yang memengaruhi efektivitas kelompok dan dinamika kelompok?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami perilaku kelompok dalam organisasi.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kelompok.
3. Untuk mengetahui fungsi dari kelompok dalam organisasi.
4. Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan kelompok.
5. Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi efektivitas kelompok dan
dinamika kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Kelompok


Perilaku seorang pekerja dapat menentukan keberhasilan atau prestasi
kerja, baik secara individu maupun kelompok. Prestasi seseorang dalam suatu
organisasi tergantung kepada efektivitas dirinya sendiri, kecakapan teknisnya,
pengalaman manajerialnya juga peran yang dimainkan dalam organisasi. Perilaku
adalah semua yang dilakukan seseorang, contohnya ketika berbicara kepada
seseeorang, mendengarkan seseorang teman kerja, mendokumen sebuah laporan,
memasukkan sebuah memo ke dalam pengolahan data, menempatkan unit lengkap
ke dalam inventori, membaca buku, dan lain-lain.
Kelompok didefinisikan, jika dua atau lebih karyawan yang berinteraksi
satu sama lain sedemikian rupa sehingga perilaku dan/atau prestasi anggota
dipengaruhi oleh perilaku dan atau prestasi anggota lainnya. Kelompok adalah
kumpulan individu dimana perilaku dan/atau kinerja satu anggota dipengaruhi oleh
perilaku dan/atau prestasi anggota lainnya yang berinteraksi dan saling bergantung
untuk mencapai sasaran tertentu. Sedangkan organisasi terdiri dari bagian-bagian,
fungsi-fungsi dan integral dalam keseluruhan sistematik yang saling berhubungan.
Ada juga yang disebut dengan tim/ teams. Tim adalah kelompok yang
sudah matang yang terdiri dari orang-orang yang saling bergantung, memiliki
motivasi dan komitmen untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu. Sebuah tim
mungkin saja berawal dari suatu kelompok, tetapi tidak semua kelompok
berkembang menjadi tim (Ivancevich, et al., (2007). Baik kelompok maupun tim
memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan antara kelompok dan tim antara
lain: (1) baik kelompok maupun tim terdiri dari dua orang atau lebih yang saling
berinteraksi; (2) baik kelompok maupun tim menyediakan struktur pekerjaan dan
interaksi di antara anggotanya; (3) anggotanya dapat memainkan peran teknis
spesifik, kepemimpinan, penyelesaian suatu masalah, dan peran emosional/
emotional roles; dan (4) baik anggota kelompok maupun tim memiliki sasaran
bersama. Adapun perbedaan antara kelompok dan tim dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 1.1 Perbedaan Kelompok dan Tim
Kelompok/ Group Tim/ Teams
Bekerja untuk mecapai sasaran/ Terdapat komitmen total untuk
goals bersama mencapai sasaran/ goals bersama
Bertanggung jawab pada manajer Bertanggung jawab pada sesama
anggota tim
Tingkat skill seringkali random Tingkat skill seringkali saling
melengkapi
Performance dievaluasi oleh Performance dievaluasi oleh para
pemimpin anggota dan oleh pemimpin
Budaya adalah salah satu sumber Budaya didasarkan pada kerjasama/
perubahan dan konflik collaboration komitmen total
terhadap sasaran bersama
Performance dapat positif, netral Performance dapat menjadi lebih
atau negatif besar daripada sekadar penjumlahan
kontribusi setiap anggota atau sinergi
Kesuksesan terutama akibat kerja Kesuksesan terutama akibat kerja
pemimpin keras para anggota
Sumber: Ivancevich, et al., (2007)

Jadi, perilaku kelompok adalah semua kegiatan yang dilakukan dua atau
lebih individu yang berinteraksi dan saling memengaruhi dan saling bergantung
untuk menghasilkan prestasi yang positif, baik untuk jangka panjang dan
pertumbuhan diri. Bila satu kelompok terdapat dalam satu organisasi maka
anggotanya harus:
1. Termotivasi untuk bergabung.
2. Menganggap kelompok sebagai kesatuan unit dari orang yang berinteraksi.
3. Berkontribusi dalam berbagai jumlah kelompok.
4. Mencapai kesepakatan dan ketidaksepakatan melalui berbagai interaksi.

B. Bentuk-Bentuk Kelompok
1. Kelompok Primer (Primary Group)
Menurut pendapat Charles H. Cooley (1911), diambil dari fred
Luthans (1981), menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kelompok-
kelompok primer adalah: by primary group, I mean those characterized by
intimate, face to face association and cooperation. They are primary in several
sense, but chiefly in that they are fundamental in forming the social nature and
ideals of the individual. Yang diartikan dalam bahasa Indonesia, kelompok
primer adalah kelompok-kelompok primer yang mempunyai sifat adanya
keakraban, kerja sama dan hubungan tatap muka mereka dalam beberapa
perasaan tetapi pada intinya mereka secara mendasar membentuk sifat sosial
dan cita-cita individu.
Secara umum istilah kelompok kecil (small group) dan kelompok
primer (primary group) di pakai bergantian. Suatu kelompok kecil dijumpai
hanya untuk dihubungkan dengan suatu kriteria ukuran jumlah anggota
kelompok yaitu kelompok yaitu kelompok kecil. Dan secara umum tidak diikuti
dengan jumlah yang tepat untuk kelompok jecil tersebut. Suatu kelompok
primer haruslah mempunyai suatu prasaan keakraban, kebersamaan, loyalitas,
dan mempunyai tanggapan yang sama atas nilai-nilai dari para anggotanya.
dengan demikian, semua kelompok primer adalah kelompok yang kecil
ukurannya, tetapi tidak semua kelompok kecil adalah primer. Contoh dari
kelompok primer ini adalah keluarga (peer group).

2. Kelompok Formal dan Informal


Kelompok formal adalah suatu kelompok yang sengaja dibentuk
dengan struktur dan tujuan yang jelas untuk melaksanakan suatu tugas tertentu.
Anggota-anggotanya biasanya diangkat oleh organisasi sejumlah orang yang
ditetapkan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu merupakan bentuk dari
kelompok formal ini. Dan contoh dari kelompok formal ini misalnya
kepanitiaan, unit-unit kerja tertentu seperti tim manajer kelompok tukang
pembersih, kelompok penyelenggara acara dan sebagainya.
Akan tetapi, sebagai akibat dari interaksi yang terjadi setiap hari, di
antara anggota kelompok formal akan terjadi hubungan-hubungan yang akrab
sehingga muncul apa yang disebut dengan kelompok-kelompok informal.
Sehubungan dengan ini kelompok yang tidak sengaja dibentuk dan tidak
memiliki struktur tugas yang tegas dan jelas muncul atas dasar minat yang
sama, kedekatan dan persahabatan .
Jadi, kelompok informal adalah suatu kelompok tumbuh yang tumbuh
dari proses integrasi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Anggota
kelompok tidak diatur dan diangkat, keanggotaan ditentukan oleh daya tarik
bersama dari individu dan kelompok. Kelompok informal sering timbul dan
berkembang dalam kelompok formal, karena adanya beberapa anggota secara
tertentu mempunyai nilai-nilai yang sama yang perlu ditularkan sesama anggota
lainnya.

3. Kelompok Terbuka dan Tertutup


Kelompok terbuka adalah suatu kelompok yang secara terus-menerus
mempunyai rasa tanggap akan perubahan dan pembaharuan, sedangkan
kelompok tertutup adalah kecil kemungkinannya menerima perubahan dan
menjaga kestabilan. Kelompok terbuka berbeda dengan kelompok tertutup
dapat dibedakan, sebagai berikut.
a) Keanggotaan dan Kekuasaan
- Kelompok terbuka dapat dengan mudah menerima perubahan,
penerimaan dan melepas keanggotannya dengan bebas. Anggota baru
mempunyai kekuasaan yang relatif lebih luas di dalam kelompok terbuka.
- Kelompok tertutup memelihara kestabilan keanggotaan kelompok,
dengan sedikit sekali kemungkinannya adanya penambahan atau
pengurangan anggota setiap saat. Hubungan status dan kekuasaan
biasanya lebih mapan dalam kelompok tertutup.
b) Kerangka Berfikir dalam Kelompok.
- Kelompok terbuka mempunyai banyak ide-ide dan masih segar dalam
berfikir untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan dalam kelompok.
- Kelompok tertutup kurang stimulus untuk menumbuhkan ide-ide baru
yang segar menuju kearah pembaharuan.
c) Cara Memandang Waktu
- Kelompok terbuka lebih berfikiran tentang masa sekarang dan masa
depan yang dekat (near future), berorientasi jangka pendek merupakan
ciri kelompok terbuka.
- Kelompok tertutup memelihara cara pandang masa lalu untuk bisa
melanjutkan untuk masa-masa yang panjang dengan suatu perencanaan
jangka panjang.
d) Tingkat Kestabilan.
- Kelompok terbuka, tidak stabil, dikarenakan jumlah anggota yang bersifat
bebas dalam keluar dan masuk.
- Kelompok tertutup, lebih stabil, dikarenakan jumlah anggota yang
bersifat tetap.

4. Kelompok Referensi
Kelompok referensi adalah setiap kelompok di mana seseorang
melakukan referensi atasnya. Orang ini mempergunakan kelompok tersebut
sebagai suatu ukuran (standard) untuk evaluasi dirinya dan atau sebagai sumber
dari nilai dan sikap pribadinya. Kelompok ini dapat dikatakan memberikan dua
fungsi bagi seseorang untuk evaluasi diri antara lain:
a) Fungsi Perbandingan Sosial (Social Comparison)
Dalam fungsi ini seseorang menilai dirinya dengan membandingkan
dirinya dengan diri orang lain berdasarkan kelompok organisasinya.
Misalnya, ada seorang karyawan yang menjadi anggota kelompok asosiasi
manajer, maka karyawan tersebut akan menilai dirinya baik dan berteman
dengan para manajer, serta membandingkan dirinya dengan temannya yang
tidak tergabung dalam kelompok sosial tersebut.
b) Fungsi Pengesahan Sosial (Social Validation)
Dalam fungsi ini seseorang mempergunakan kelompok sebagai
ukuran untuk menilai sikap, kepercayaan dan nilai-nilainya. Dalam hal ini
seseorang di nilai dan dibandingkan dengan kelompok sebagai referensinya.
Apabila kelompok itu berbuat baik maka seseorang anggota dalam kelompok
tersebut dikatakan baik, sebaliknya apabila kelompok itu berbuat tidak baik
maka seseorang dalam kelompok tersebut dikatakan tidak baik.

C. Fungsi Kelompok
Kelompok dalam organisasi mempunyai fungsi tertentu baik untuk
organisasi maupun anggotanya. Adapun fungsi kelompok bagi individu maupun
organisasi adalah:
1. Kelompok sebagai alat utama untuk mengurangi rasa ketidakamanan,
kegelisahan,dan rasa kurang mampu. Para individu merasa lebih perkasa,
mengurang rasa keraguan, lebih tahan dari ancaman-ancaman ketika ia
merupakan bagian kelompok.
2. Kelompok menjadi alat untuk melakukan tugas-tugas yang kompleks, dan
tugas-tugas yang memerlukan saling ketergantungan diantara dua orang atau
lebih yang sukar dilakukan secara individual.
3. Kelompok merupakan alat utama pernyataan diri sendiri dan pemilikan
pengakuan diri.
4. Kelompok menjadi alat bantu memunculkan ide-ide baru atau alat untuk
menyelesaikan suatu tugas secara kreatif.
5. Kelompok merupakan alat utama untuk memenuhi kebutuhan afiliasi atau
kasih sayang, yang didalamnya setiap orang memiliki kebutuhan untuk
dukungan, cinta, dan persahabatan.
6. Kelompok dapat berfungsi sebagai alat koordinasi atau penghubung diantara
beberapa departemen yang berkerja dalam kondisi saling bergantungan.
7. Kelompok dapat merupakan mekanisme pemecahan masalah yang
membutuhkan pemprosesan sebagai informasi dan interaksi diantara anggota
yang memiliki informasi yang berbeda.
8. Memberikan kekuatan atau power, di mana apa yang tidak bisa dicapai secara
individu, sering menjadi mungkin ketika ia berada dalam kelompok.
9. Sarana pencapaian tujuan, khususnya untuk menyelesaikan tugas-tugas
khusus.
10. Kelompok dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan keputusan yang
kompleks.
11. Kelompok dapat digunakan sebagai alat untuk sosialisasi pekerjaan dan
pelatihan.
12. Kelompok merupakan alat utama untuk pengembangan dan pengujian realitas
sosial.

D. Tahap-Tahap Perkembangan Kelompok


Kemunculan suatu kelompok merupakan suatu proses yang di dalamnya
terdiri dari tahapan-tahapan tertentu. Artinya, tidak ada satu kelompok yang
langsung bekerja efektif. Dalam prosesnya, untuk menuju suatu kelompok yang
para anggotanya siap melaksanakan tugas, pastilah diperlukan waktu dan
dihadapkan berbagai persoalan, seperti konflik dalam arti ketidaksetujuan dan lain-
lain. Stephen P. Robbin (1996) mengatakan ada 5 tahap perkembangan kelompok
yaitu:

1. Tahap Pembentukan (Forming Stage)


Tahap ini ditandai oleh adanya beberapa ketidakpastian dalam tujuan
kelompok, struktur, dan kepemimpinan. Perilaku anggota masih dalam tahap
mempertanyakan apa yang menjadi tugas-tugas masing-masing standar perilaku
anggota dan kelompok belum efektif untuk bekerja. Dalam tahap pembentukan,
pengelola kelompok hendaknya merespon ketidakpastian yang dirasakan
anggota dengan menjelaskan tentang tujuan kelompok, kedudukan, peran-peran
anggota, kepemimpinan kelompok dan lain-lain. Hal ini dapat diatasi dengan
cara:
a) Dukungan bersama untuk saling menerima dan mempercayai satu sama lain.
b) Komunikasi dan pengambilan keputusan/ diskusi.
c) Motivasi dan produktivitas untuk mencapai tujuan kelompok.
d) Pengendalian dan pengorganisasian diatur oleh norma kelompok.

2. Tahap Kekacauan (Storming Stage)


Tahap ini ditandai oleh adanya intra grup konflik. Para anggota
berbeda-beda pendapat dalam berbagai aspek, sebagaimana disebutkan di atas.
Pada tahap ini, belum terdapat kepaduan kelompok dan kelompok pun belum
bekerja secara efektif. Tindakan yang perlu di ambil dalam tahap ini adalah
penyelesaian perbedaan pendapat secara demokratis.

3. Mulai Integrasi (Intial Integration)


Tahap ini di tandai oleh munculnya identitas kelompok, standar
perilaku sudah mulai terbentuk, anggota sudah mulai bekerja sama dan saling
mengenal, serta kelompok sudah mulai padu dan efektif.
4. Terintegrasi (Total Integration)
Tahap ini ditandai oleh adanya kesepian kelompok untuk melakukan
tugas-tugas sebab kelompok sudah memiliki semua unsur untuk mulai
melakukan tugas, seperti struktur, standar perilaku yang sudah diakui, dan
mekanisme untuk memecahkan berbagai persoalan yang kompleks.

5. Efektifitas Kelompok
Tujuan pembentukan kelompok, sebagaimana telah disebutkan, adalah
untuk memelihara dan meningkatkan potensi sumber daya manusia dalam
mencapai tujuan kelompok pada khususnya, dan organisasi pada umumnya. Ini
dilakukan melalui upaya penciptaan proses kelompok (group proccess) yang
dapat menimbulkan sinergisme (synergism), yang berarti keseluruhan lebih
besar dari pada jumlah bagian-bagian dan melalui pemeliharaan berbagai aspek
yang dapat menciptakan iklim ke arah peningkatan hasil kerja.

Berdasarkan uraian tersebut dapat kita katakan bahwa sebuah kelompok


dikatakan efektif apabila memiliki hasil kerja yang tinggi dan suatu iklim kerja
yang mendukung peningkatan hasil kerja. Hasil kerja dapat kita output kerja,
seperti jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya kegiatan yang dilakukan
untuk kelompok kerja yang tidak berhubungan dengan proses produksi barang.
Mengenai iklim kerja dapat kita lihat indikasi yang dimiliki, seperti para anggota
memiliki loyalitas yang tinggi, saling percaya, dan tingkat motivasi yang tinggi.
John R. Schermerhorn Jr., James G.Hunt, dan Richard N. Osborn (1985)
mengemukakan bahwa ada 8 ciri dasar suatu kelompok, dikatakan efektif yaitu:
1. Para anggota kelompok saling tertarik dan saling loyal, termasuk kepada
pemimpinnya.
2. Para anggota kelompok dan pemimpin memiliki tingkat keyakinan diri yang
tinggi dan saling percaya antara satu dengan yang lain.
3. Nilai dan tujuan kelompok terintegrasi dengan nilai dan kebutuhan anggotanya.
4. Semua interaksi, pemecahan masalah, aktivitas pengambilan keputusan
kelompok terjadi dalam suasana yang mendukung. Saran-saran, komentar, ide-
ide, informasi, kritik semuanya disampaikan dengan orientasi memberikan
bantuan secara ikhlas.
5. Kelompok berkeinginan sekali membantu mengembangkan potensi anggotanya.
6. Kelompok memahami nilai persesuaian yang konstruktif dan mengetahui kapan
menggunakanya dan untuk tujuan apa.
7. Terdapat motivasi yang kuat dari sebagian besar anggotanya untuk
berkomunikasi secara jujur kepada kelompok tentang semua informasi yang
sesuai dan bernilai untuk aktivitas kelompok.
8. Anggota merasa aman mengambil keputusan yang nampaknya sesuai dengan
mereka.

E. Faktor yang Memengaruhi Efektivitas Kelompok dan Dinamika Kelompok


Efektivitas suatu kelompok akan mempengaruhi oleh berbagai macam
faktor yang terkait denganya. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan dalam
tiga kategori. Faktor pertama adalah faktor anggota kelompok, yakni potensi
anggota (kompetensi), misalnya pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan
kepribadian. Faktor ke dua adalah faktor dinamika (dynamic factors), yaitu faktor
yang memengaruhi proses kelompok tertentu berupa struktur kelompok, norma
kelompok, kepemimpinan kelompok, ukuran kelompok,dan komposisi anggota.
Kelompok senantiasa berada dalam lingkup suatu organisasi. Terkait
dengan ini, terdapat sejumlah faktor yang dapat memengaruhi kelompok. Faktor
ini meliputi strategi, sistem otoritas formal, peralatan yang ada, sistem pengajian,
sistem penilaian, rencana tempat kerja, dan jenis perkerjaan. Lebih jelas tentang
faktor-faktor tersebut dapat terlihat dalam gambar 1.1.
Gambar 1.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Efektivitas Kelompok

O Sistem Sistem
Penggajian Penilaian
R
Sistem Struktur Kelompok,
G Otoritas Norma Kelompok,
Kepemimpinan dan
A Ukuran Kelompok
Strategi
Organisasi
N ` Produktivitas
Proses Kelompok
`
I Lingkungan Kelompok
Kerja
S Potensial Anggota
Budaya dan
A Organisasi Kepribadian

S
Registrasi Rancangan Tempat
I Formal Kerja

Masing-masing faktor tersebut dapat mengakibatkan terjadinya


kerjasama, persaingan, konflik, perbedaan pendapat, dan lain-lain dalam
pelaksanaan tugas-tugas kelompok yang disebut sebagai dinamika kelompok.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku kelompok dalam organisasi adalah aktivitas yang dilakukan dua
orang atau lebih yang berkumpul dan berinteraksi sebagai anggota organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi tertentu yang telah disepakati. Perilaku individu
harus diarahkan menuju kepentingan organisasi guna mencapai tujuan organisasi
sehingga dalam perkembangan selanjutnya perilaku kelompok berkembang
menjadi perilaku organisasi. Ada begitu banyak manfaat dari keberadaan
kelompok dalam suatu organisasi, baik manfaat untuk individu sebagai bagian atau
anggota kelompok maupun bagi efektifitas kerja suatu organisasi yang sedang
berjalan. Di dalam suatu kelompok yang sebenarnya, para anggota
mempertimbangkan diri mereka sendiri dan bergantung satu dengan lainnya untuk
mencapai tujuan umum, dan mereka saling berhubungan satu dengan yang lain
secara teratur untuk mengejar tujuannya atas dukungan dalam suatu periode
waktu.
LAMPIRAN 1: FOTO
LAMPIRAN 2: STUDI KASUS

PENGARUH PERILAKU KELOMPOK TERHADAP KEPUASAN KERJA


PERAWAT DI RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA

Berdasarkan Laporan Residensi I dan II Bagian Keperawatan RSUD


Syekh Yusuf Kab. Gowa Tahun 2012 ditemukan bahwa terdapat beberapa masalah
pada fungsi pengarahan dimana 40% kepala ruangan mengatakan tidak tahu
tentang supervisi, 70% kepala ruangan belum melakukan supervisi karena belum
membuat POA (Planning of Action), 23% perawat pelaksana menyatakan
atasannya tidak melakukan penilaian terhadap setiap pekerjaannya. Data dasar
residensi diatas menjelaskan bahwa permasalahan tersebut terkait dengan proses
komunikasi yang tidak berjalan dengan baik. Masalah pada fungsi ketenagaan
yang terkait dengan struktur kelompok dimana 20% kepala ruangan mengatakan
bahwa kebutuhan tenaga belum memadai, sementara ada 70% kepala ruangan
yang mengatakan bahwa kompetensi tenaga perawat belum memadai, selain itu
ada 80% kepala ruangan mengatakan bahwa tidak terlibat dalam program rotasi
dan mutasi staf keperawatan.
Belum optimalnya pelaksanaan metode tim di ruang rawat nifas dan
gynekologi juga merupakan masalah tim kerja yang ada pada bagian keperawatan
yaitu 20% kepala tim menyatakan bahwa metode tim yang digunakan belum
memberikan dampak yang baik kepada pasien dan petugas, 20% kepala tim
menyatakan bahwa metode tim tidak efektif digunakan karena ruangan tidak
memungkinkan, sarana dan prasarana tidak memadai, tidak adanya pengawasan
dari manajemen dan SDM yang masih kurang. Konflik yang terjadi pada bagian
keperawatan juga merupakan permasalahan yaitu terdapat 70% kepala ruangan
yang tidak menerapkan manajemen konflik bila terdapat masalah dalam ruangan.
Pada fungsi perencanaan ada 30% kepala ruangan yang tidak dilibatkan dalam
penyusunan renstra bidang pelayanan keperawatan, sementara ada 20% kepala tim
tidak mengetahui rencana pengembanganan rumah sakit terhadap perawat.
Serta belum optimalnya pemahaman petugas tentang tata cara
penyusunan rencana kegiatan merupakan masalah dalam pembuatan keputusan
kelompok. 40% kepala ruangan tidak membuat rencana harian, 30% tidak
membuat rencana bulanan dan 30% tidak membuat rencana tahunan. Selain itu ada
70% kepala ruangan tidak membuat dan merencanakan anggaran diunit kerjanya
masing-masing. terdapat 40% kepala ruangan belum puas bekerja di RSUD Syekh
Yusuf Gowa dan 50,7% perawat pelaksana menyatakan insentif yang diterimanya
tidak memadai walau sudah bekerja keras. Hal ini tentu sangat berpengaruh
terhadap kepuasan kerja perawat.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja dalam
struktur formal yaitu perawat PNS yang bekerja di bagian keperawatan RSUD
Syekh Yusuf Kabupaten Gowa, 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah perawat
PNS yang bertugas di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa yang berjumlah 110
orang. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis dengan
menggunakan program statistik (SPSS). Model perilaku kelompok dari hasil
penelitian Robbins (2012) menunjukkan enam variabel dependen (produktivitas,
ketidakhadiran, perputaran karyawan, perilaku menyimpang ditempat kerja,
kewargaan organisasi, dan kepuasan kerja) utama dalam sejumlah besar variabel
independen yang disusun berdasarkan tingkat analisis (tingkat individu, kelompok,
dan organisasi).
1. Komunikasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh komunikasi terhadap
kepuasan kerja perawat yang dibuktikan melalui uji bivariat menunjukkan
bahwa dari 83 responden yang menilai komunikasi baik terdapat 50 responden
(60,2%) yang merasa puas dan terdapat 33 responden (39,8%) yang kurang
puas. Sedangkan dari 27 responden yang menilai komunikasi kurang terdapat 2
responden (7,4%) yang merasa puas dan terdapat 25 responden (92,6%) yang
memiliki kepuasan kerja yang kurang di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa nilai F hitung sebesar 11.872 > dari F
tabel 2.30 dan teruji pada = 5% dan membuktikan bahwa variabel bebas
berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat. Hasil uji t menunjukkan
bahwa variabel komunikasi vertikal mempunyai pengaruh paling dominan
dengan t hitung paling besar 3.023 > t tabel 1.671 dengan signifikansi terkecil
0,005 sedangkan analisis regresi menunjukkan hasil konstanta sebesar o,863
yang berarti jika variabel komunikasi tidak diperhatikan maka kepuasan kerja
karyawan akan menurun sebesar konstanta tersebut.
Robbins dkk (2012) mengatakan bahwa komunikasi yang buruk paling
sering disebut sebagai sumber konflik antarpribadi. Karena para individu akan
menghabiskan hampir 70 % dari waktu terjaganya untuk berkomunikasi yaitu
menulis, membaca, berbicara, mendengarkan sehingga beralasan untuk
menyimpulkan bahwa salah satu kekuatan yang paling menghambat suksesnya
kinerja kelompok adalah kurangnya komunikasi yang efektif.

2. Struktur Kelompok
Struktur kelompok ditunjukkan melalui struktur organisasi, penetapan
jumlah anggota, melaksanakan tugas sesuai dengan peran masing-masing. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari 105 responden yang menilai struktur
kelompok baik terdapat 48 responden (45,7%) yang merasa puas dan terdapat
57 responden (54,3%) yang kurang puas. Sedangkan dari 5 responden yang
menilai struktur kelompok kurang terdapat 4 responden (80,0%) merasa puas
dan terdapat 1 responden (20,0%) yang memiliki kepuasan kerja yang kurang di
RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Hal ini menunjukkan bahwa ada
pengaruh negatif pada struktur yang terpusat terhadap kepuasan dan ada
pengaruh positif antara spesialisasi struktur dan formalisasi struktur terhadap
kepuasan kerja.
3. Tim Kerja
Tim kerja ditunjukkan melalui adanya rancangan pekerjaan tim, dan
tersedianya sumber daya yang memadai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari 78 responden yang menilai tim kerja baik terdapat 50 responden (64,1%)
yang merasa puas dan terdapat 28 responden (35,9%) yang kurang puas.
Sedangkan dari 32 responden yang menilai tim kurang terdapat 2 responden
(6,2%) yang merasa puas dan terdapat 30 responden (93,8%) yang memiliki
kepuasan kerja yang kurang di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Hal ini
menunjukkan adanya korelasi antara kepuasan karyawan dan kerja sama tim.
Menurut Heskeet Kualitas internal kehidupan kerja menunjukkan perasaan
yang karyawan memiliki terhadap pekerjaan mereka, rekan kerja, dan
organisasi. Dengan kata lain, hal itu menyiratkan perasaan milik kelompok dan
penciptaan suasana kerja tim.

4. Konflik
Konflik ditunjukkan melalui adanya ketidakcocokan antar sesama
rekan kerja, Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 61 responden yang
menilai jika konflik kurang terdapat 46 responden (75,4%) yang merasa puas
dan terdapat 15 responden (24,6%) yang kurang puas. Sedangkan dari 49
responden yang menilai jika konflik baik terdapat 6 responden (12,2%) yang
merasa puas dan terdapat 43 responden (87,8%) yang memiliki kepuasan kerja
yang kurang di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Hal ini dibuktikan
dengan nilai sig.t yang kurang dari 0,05 dan nilai t hitung lebih besar dari t tabel
dan nilai beta yang positif menandakan bahwa konflik peran mempunyai
pengaruh terhadap kepuasan kerja guru. pengujian hipotesis ini mendukung
konsep yang dikemukakan Menurut Winardi (2009) konflik didalam sebuah
kelompok tertentu dapat melibatkan kelompok tersebut secara keseluruhan,
maupun para anggota individualnya.
5. Kepempimpinan
Kepemimpinan ditunjukkan melalui adanya kekuasaan dan adanya
interaksi timbal balik antara pimpinan dan bawahan, Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 77 responden yang menilai kepemimpinan baik
terdapat 51 responden (66,2%) yang merasa puas dan terdapat 26 responden
(33,8%) yang kurang puas. Sedangkan dari 33 responden yang menilai
komunikasi kurang terdapat 1 responden (3,0%) yang merasa puas dan terdapat
32 responden (97,0%) yang memiliki kepuasan kerja yang kurang di RSUD
Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Hasil ini menyatakan bahwa penggunaan
perilaku kepemimpinan dan hasil kerja adalah signifikan berkorelasi.

6. Pembuatan Keputusan
Pembuatan keputusan kelompok ditunjukkan melalui pembuatan
keputusan yang terkait dengan pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari 110 responden terdapat 77 responden (70,0%) yang menilai pembuatan
keputusan kelompok baik dan terdapat 33 responden (30,0 %) yang menilai
pembuatan keputusan kelompok di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
masih rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterlibatan kerja
karyawan yang terdiri dari dukungan kelompok kerja (group support),
partisipasi dalam pengambilan keputusan (participation in decision-making)
dan interdependensi tugas (task interdependence) atau adanya hubungan saling
ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.

Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel perilaku kelompok yang


meliputi komunikasi, tim kerja, konflik, kepemimpinan, dan pembuatan keputusan
berpengaruh terhadap kepuasan perawat. Sedangkan struktur kelompok tidak
berpengaruh terhadap kepuasan kerja perawat. Secara simultan atau bersama-sama
hanya pembuatan keputusan kelompok yang tidak berpengaruh terhadap kepuasan
perawat. Komunikasi ditunjukkan dengan kemampuan memberikan informasi,
menerima masukan, dan memberikan respon terhadap informasi yang didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Badeni. 2013. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Bandung: Penerbit Alfabeta

Gibron, James L., John M. Ivancevich dan James H. Donelly, Jr. 1985. Organisasi:
Perilaku, Struktur dan Proses. Jakarta: Penerbit Erlangga

Herlambang, Susatyo. 2014. Perilaku Organisasi Cara Mudah Mempelajari Perilaku


Manusia dalam Sebuah Organisasi. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Rivai, Veitzhal dan Deddy Mulyadi. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. 2012.
Jakarta: Penerbit RajaGrafindo Persada

Sunyoto, Danang dan Burhanudin. 2011. Perilaku Organisasional. Yogyakarta:


CAPS

Thoha, Miftah. 2008. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada

Jurnal
Rachman, Dian Anggraeni, Asiah Hamzah dan Nurhaedar Jafar; 2013; Pengaruh
Perilaku Kelompok Terhadap Kepuasan Kerja Perawat di RSUD Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa; Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS; Makassar
Sitorus, Brico; 2013; Pengaruh Sikap dan Perilaku dalam Kelompok Pada PT Bank
SUMUT Cabang Tarutung; Jurnal Media Informasi Manajemen USU, Vol. 1, No. 1;
Medan

Anda mungkin juga menyukai