LP Asfiksia
LP Asfiksia
M
USIA 0 HARIDENGAN DIAGNOSA MEDIS ASFIKSIA BERAT
DI RUANG PERINATOLOGI RSUD KOTA SALATIGA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Asuhan Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing:
Clinical Instructor:
Disusun:
Rizqi Amilia 22020114140090
Rianti Putri Tsani 22020114130122
Vita Agustin E. 22020114130130
Beny Isnaini P. 22020114120045
Yana Aprilina P. 22020114130128
DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asfiksia neonatorum merupakan kegagalan bernafas secara spontan,tidak
teratur dan tidak adekuat segera setelah lahir atau beberapa saat setelah lahir.
Keadaan ini disertai hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. (Kosim
MS, et al 2014). Keadaan asfiksaia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan
fungsi organ bayi seperti pengembtangan paru-paru. Adapun proses terjadinya
asfiksia dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau dapat terjadi segera
setelah lahir. Asfiksia merupakan salah satu keadaan patologis yang sering terjadi
pada bayi baru lahir. Selain itu kematian perinatal terbanyak disebabkan oleh asfiksia.
Hal ini ditemukan baik di lapangan atau di rumah sakit rujukan di Indonesia.
(Wiknjosastro, 2010). Menurut Depkes RI (2009) asfiksia menempati peringkat
kedua setelah premature dan BBLR dimana bayi dengan prematur dan BBLR
sebesar 35 %, kemudian asfiksia lahir sebesar 33,6%. Penyakit penyebab
kematian kelompok umur 8-28 hari tertinggi adalah infeksi sebesar 57,1% Selain
itu profil kesehatan kota salatiga (2013) menyebutkan bahwa dari 40 kasus kematian
bayi 21 kasus disebabkan oleh asfiksia.
Faktor penyebab asfiksia adalah adanya penyakit pada ibu sewaktu hamil
seperti hipertensi, paru, gangguan kontraksi uterus pada ibu dengan resiko tinggi
kehamilan dapat juga disebabkan karena masalah pada plasenta seperti janin dengan
solusio plasenta ataupun faktor dari janin itu sendiri seperti terliliot tali pusat ,
kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir. Kemudian faktor persalinan juga
penting seperti waktu partus yang lama, ataupun partus yang mendapatkan tindakan
tertentu. ( Hidayat, A 2012).
Penanganan pada bayi dengan asfiksia harus cepat dan tepat. Langkah pertama
yang biasa dilakukan adalahpengkajian apgar pada bayi asfiksia ringan (7-10).
asfiksia sedang (4-6) dan asfiksia berat (0-3). sAdapun hal yang perlu diamati yaitu
ada atau tidaknya pernapasan cepat, pernapasan cuping hidung, sianosiss, nadi cepat,
reflek lemah, warna kulit biru, atau pucat. Adapaun tindakan yang diberikan pada
bayi dengan asfiksia yaitu memberikan oksigen yang adekuat, Selain itu jika kondisi
bayi mengalami asfiksia berat dan sudah diberikan oksigen namun belum ada
perubahan, maka langkah selanjutnya yang diambil adalah memasang ETT. berishkan
jalan nafas melalui ETT. Jika bayi sudah bernapas tetapi masih mengala mi sianosis
bayi dapat diberikan bikarbonat 7,5%, sebanyak 6 cc, Dekstrosa 40%, sebanyak 4 cc
(Hidayat, A 2012).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengelolaan perinatal dengan masalah
asfiksia berat menggunakan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standart
evidence base practice secara komprehensif dan holistik.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan laporan ini yaitu penulis memperoleh
informasi pasien di ruang perinatal RSUD Salatiga serta dapat menjabarkan
tentang:
a. Hasil pengkajian data yang menunjang masalah keperawatan pada Bayi Ny.
M.
b. Diagnosa keperawatan pada bayi Ny. M.
c. Rencana keperawatan untuk masing- masing diagnosa keperawatan pada Bayi
Ny. M.
d. Pelaksanaan tindakan dan evaluasi keperawatan pada bayi Ny. M
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami
asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu
hamil, kelainan tali pusat atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau
sesudah persalinan (Prawirohardjo, 2005).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan
hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau
segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan
bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin
timbul (Depkes RI, 2005).
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia,
hiperkapnea dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2005).
Asfiksia Neonatorum merupakan salah satu kondisi dimana bayi tidak dapat bernapas
secara spontan dan tidak teratur segera setelah laihr ( Beta dan Sowden, 2009)
Asfiksia berarti hipoksia yang progesif, penimbunan dan asidosis bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga
dapat mempengaruhi fungsi organ fital lainnya (Prawirohardjo, 2010)
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan dimanan kegagalan nafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir. Perubahan-perybahan yang terjadi pasa asfiksia antara lain
hipoksia, hipervapma, dan asidosis metabolik (Muslihatun, 2011).
B. JENIS ASFIKSIA
Ada dua macam jenis Asfiksia, yaitu :
1. Asviksia Livida (biru) ciri-cirinya : warna kulit kebiru-biruan, tonus otot masih baik,
reaksi rangsangan positif, bunyi jantung reguler, prognasi lebih baik.
2. Asfiksia Pillida (putih) ciri-cirinya : warna kulit pucat, tonus otot sudah berkurang,
tidak ada rektasi rangsangan, bunyi jantung irreguler, prognosis jelek. (Prawirohardjo,
2010)
C. ETIOLOGI
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah
uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di
dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi
baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi
baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi berikut ini(Huda & Kusuma,
2015):
1. Faktor ibu
a. Preeklampsia dan eklampsia
b.Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c. Partus lama atau partus macet
d.Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
a. Lilitan tali pusat
b.Tali pusat pendek
c. Simpul tali pusat
d.Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b.Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep)
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d.Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi Asfiksia berdasarkan nilai APGAR
No Klasifikasi Nilai Derajat Vitalitas
APGAR
Fress Stillbirth Tidak ada pernapasan
1 0
(bayi lahir mati) Tidak ada denyut jantung
2 Asfiksia Berat 1-3 Denyut jantung <40x/menit
Pernapasn tidak teratur,
3 Asfiksia Sedang 4-6 megap-megap, atau tidak
ada pernapasan
Asfiksia Ringan / tanpa Tangisan kuat disertai
4 7-9
Asfiksia gerakan aktif
5 Bayi Normal 10
Penilaian menurut score APGAR merupakan tes sederhana untuk memutuskan apakah
seorang bayi yang baru lahir membutuhkan pertolongan. Tes ini dapat dilakukan
dengan mengamati bayi segera setelah lahir (dalam menit pertama), dan setelah 5
menit. Lakukan hal ini dengan cepat, karena jika nilainya rendah, berarti tersebut
membutuhkan tindakan.
P = Pulse (denyut). Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau palpasi
denyut jantung dengan jari.
G = Grimace (seringai). Gosok berulang-ulang dasar tumit ke dua tumit kaki bayi
dengan jari. Perhaitkan reaksi pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika
lender pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender dari mulut dan
tenggorokannya dihisap.
A = Activity. Perhatikan cara bayi yang baru lahir menggerakkan kaki dan
tangannya atau tarik salah satu tangan/kakinya. Perhatikan bagaimana kedua
tangan dan kakinya bergerak sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut.
TANDA 0 1 2 JUMLAH
NILAI
Apgar Skor : 7-10; bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa
Apgar Skor 4-6; (Asfiksia Neonatorum sedang); pada pemeriksaan fisik akan terlihat
frekwensi jantung lebih dari 100 X / menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis,
reflek iritabilitas tidak ada
Apgar Skor 0-3 (Asfiksia Neonatorum berat); pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekwensi jantung kurang dari 100 X / menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan
kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.
Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi
metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh
pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler
menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli
yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru.
Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau
gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.
F. PATHWAY
Resiko syndrome
kematian bayi
mendadak
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus
menurun disebabkan karena terjadinya metabolisme anaerob yaitu glikolisis glikogen
tubuh yang sebelumnya diawali dengan asidosis respiratorik karena gangguan
metabolisme asam basa, Biasanya gejala ini terjadi pada asfiksia sedang - berat, tekanan
darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas (flascid). Pernafasan makin
lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu
sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus
menurun. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga
menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel
otak yang dapat menimbulkan kematian ataugejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.
Pada saat ini, Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto polos dada
2. USG kepala
3. Analisa gas darah
4. Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
5. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat
rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
a. Pemantantauan golongan darah, denyut nadi, funsi dan sistem jantung dan baru
dengan melakukan resusitasi memberikan yang cukup serta memantau perkusi
jaringan tiap 2 sampai 4 jam
b. Mempertahankan jalan napas agar tetap kuat atau baik sehingga proses oksigenasi
cukup agar sirkulasi darah tetap baik (Hidayat, 2012)
Cara menagatasi asfiksia sebagai berikut:
1. Asfiksia ringan (7-9)
Bayi dibungkus dengan kain hangat
Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada mulut kemudian
hidung
Bersihakan badan dan tali pusat
Lakukan observasi TTV, pantau APGAR SCORE dan masukan kedalam
inkubator
2. Asfiksia sedang (4-6)
Bayi dibungkus dengan kain hangat
Letakan bayi pada meja resusitasi
Bersihkan jalan napas bayi
Berikan 2 liter permenit, bila berhasil teruskan perawatan selanjutnya.
Bila belum berhasil angsang pernapasan dengan menepuk, nepuk telapak
kaki, bila tidak berhasil juga pasang penlon masker di pompa box permenit.
Bila bayi sedah bernapas tapi masih cyanosis, beriakn terapi natrium
dikarbonat 7,5 % sebanyak 6 cc,dektros 40% sebanyak 4 cc disuntikan
melalui vena umbilikalis, masukan perlahan-lahan untuk mencegah
terjadinya pendarah intrakranial karena perubahan pH darah mendadak
3. Asfiksia berat (1-3)
Bayi dibungkus dengan kain hangat
Letakan bayi pada meja resusitasi
Bersihkan jalan napas bayi sambil pompa melalui ambubag
Beriakan 4-5 liter permenit
Bila tidak berhasil lakukan pemasangan ETT (endo cranial tube)
Bersihakan jalan napas melalui ETT
Bila bayi sedah bernapas tapi masih cyanosis, beriakn terapi natrium
dikarbonat 7,5 % sebanyak 6 cc,dektros 40% sebanyak 4 cc disuntikan
melalui vena umbilikalis, masukan perlahan-lahan untuk mencegah
terjadinya pendarah intrakranial karena perubahan pH darah mendadak
(Prawirohardjo, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily L., Sowden, Linda A. (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta:
EGC.
Depkes RI. (2005). Pelatihan Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir untuk Bidan. Jakarta.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.Jakarta: Salemba
Mediaka.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2013/3373_Jaten
g_Kota_Salatiga_2013.pdf
Huda, A., Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Dignosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction
Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. (2014). Buku Ajar Neonatologi
Edisi Pertama (Cetakan Keempat). Jakarta: IDAI:11-12.
Muslihatun,Wati Nur. 2011. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita.Yogyakarta : Fitra Maya
Prawiryoharyo Jarwono. (2010). Buku Ajar Asuhan Kesehatan Maternal Dan Neonatal .
Jakarta :YPB.SP