Anda di halaman 1dari 138

SKRIPSI

TURBIN UAP
PERANCANGAN TURBIN UAP UNTUK PLTGU
DENGAN DAYA GENERATOR LISTRIK 80 MW
DAN PUTARAN TURBIN 3000 RPM

OLEH :

ROY FRANC J. S.
NIM : 050 421 031

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
SKRIPSI

TURBIN UAP

PERANCANGAN TURBIN UAP UNTUK PLTGU


DENGAN DAYA GENERATOR LISTRIK 80 MW
DAN PUTARAN TURBIN 3000 RPM

OLEH :

ROY FRANC J. S.
NIM. : 050 421 031

Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing,

Ir. Isril Amir


NIP. : 130 517 501

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
SKRIPSI

TURBIN UAP

PERANCANGAN TURBIN UAP UNTUK PLTGU


DENGAN DAYA GENERATOR LISTRIK 80 MW
DAN PUTARAN TURBIN 3000 RPM

OLEH :

ROY FRANC J. S.
NIM. : 050 421 031

Telah diperiksa dan diperbaiki dalam seminar periode ke-121


Tanggal 21 Februari 2009.

Dosen Pembanding I, Dosen Pembanding II,

(Ir. Mulfi Hazwi, MSc)


NIP. : 130 905 356

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan

karunia yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

ini yang merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan program pendidikan sarjana

ekstensi di Fakultas Teknik, Departemen Teknik Mesin, Universitas Sumatera

Utara. Adapun yang menjadi judul dari Skripsi ini yaitu Perancangan Turbin

Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin

3000 RPM . Dalam menyelesaikan Skripsi ini, penulis banyak sekali mendapat

dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan

penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri sebagai ketua Departemen Teknik

Mesin Fakultas Teknik USU dan Bapak Tulus Burhanuddin Sitorus, ST,

MT sebagai sekretaris Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU.

2. Seluruh dosen staf pengajar dan pegawai Departemen Teknik Mesin USU

yang telah banyak membimbing dan membantu penulis selama kuliah di

Departemen Teknik Mesin USU.

3. Bapak Ir. Isril Amir sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing

penulis dari awal hingga akhir penyelesaian Skripsi ini.

4. Bapak Roby, Bapak Zulkarnaen Datuk Husen, Bapak Parlindungan S yang

telah membantu penulis selama melaksanakan survey lapangan di PT.

PLN (Persero) Pembangkitan Sektor Belawan..

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
5. Kedua orang tua penulis, Drs. A. H. Simanjuntak dan R. br. Naiborhu,

Abang dan kakak-kakakku, beserta adik-adikku yang telah memberikan

doa dan dukungan dalam menyelesaikan Skripsi ini.

6. Teman-teman penulis Ocha P, Icha H, Rina S, Delima yang telah memberi

semangat dan dukungan dalam penyelesaian Skripsi ini.

7. Teman-teman mahasiswa khususnya stambuk 2005 yang telah banyak

membantu penulis selama perkuliahan dan dalam penyelesaian Skripsi ini.

Penulis sangat mengharapkan adanya saran dari para pembaca untuk

memperbaiki dan melengkapi tulisan ini ke depan. Akhir kata, penulis berharap

semoga tulisan ini dapat berguna dan memperkaya pengetahuan dari para

pembaca. Terima kasih.

Medan, Februari 2009.

Penulis,

ROY FRANC J. S.
NIM. : 050 421 031

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR SIMBOL ........................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN x

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perancangan ........................................................ 1
1.2 Tujuan Perancangan..................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah .......................................................................... 2
1.4 Metodologi Penulisan .................................................................. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Prinsip Dasar Turbin Uap ........................................................... 4
2.2 Tinjauan Termodinamika Siklus Renkine Pada PLTGU ............... 8
2.3 Klasifikasi Turbin Uap................................................................. 10
2.4 Kerugian Energi pada Turbin Uap ............................................... 13
2.4.1 Kerugian pada Katup Pengatur ........................................... 13
2.4.2 Kerugian pada Nosel .......................................................... 14
2.4.3 Kerugian pada sudu Gerak ................................................. 15
2.4.4 Kerugian Akibat Kecepatan Keluar .................................... 17
2.4.5 Kerugian Akibat Gesekan Cakram dan Pengadukan .......... 17
2.4.6 Kerugian akibat Ruang Bebas pada Turbin Impuls ............. 19
2.4.7 Kerugian Akibat Kebasahan Uap ....................................... 20
2.4.8 Kerugian Pemipaan Buang ................................................. 21
2.4.9 Kerugian Luar .................................................................... 22
2.5 Efisiensi dalam Turbin Uap ......................................................... 23
2.6 Pemilihan Jenis Turbin Uap ......................................................... 24
2.7 Perhitungan Fraksi Massa pada Tiap Ekstraksi............................. 25

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
2.8 Perhitungan Jumlah Uap yang Mengalir Melalui Turbin dan Ekstraksi . 27

BAB 3 PERHITUNGAN THERMODINAMIKA TURBIN UAP


3.1 Perhitungan Daya Turbin Uap...................................................... 29
3.2 Perhitungan Penurunan Kalor untuk Jenis Turbin Nekatingkat ..... 32
3.3 Perhitungan Fraksi Massa dan Laju Aliran Massa pada Tiap Ekstraksi . 39
3.4 Turbin Tingkat Pengaturan ............................................................... 41
3.5 Perhitungan Kalor dari Tingkat Pengaturan sampai Ekstraksi I .... 49

BAB 4 PERHITUNGAN UKURAN UTAMA TURBIN UAP PLTGU


4.1 Nosel dan Sudu Gerak ...................................................................... 58

4.1.1 Tinggi Nosel dan Sudu Gerak ............................................ 59

4.1.2 Lebar dan Jari-jari Busur Sudu ........................................... 62

4.1.3 Jarak bagi antara Sudu ....................................................... 63

4.1.4 Jumlah Sudu ...................................................................... 64

4.1.5 Nosel dan Sudu Gerak Tingkat 2 ........................................ 64

4.2 Kekuatan Sudu ............................................................................ 67


4.3 Getaran Sudu ............................................................................... 69
4.4 Pembahasan Perhitungan Ukuran Cakram.................................... 71
4.5 Perhitungan Ukuran Poros ........................................................... 81
4.6 Perhitungan Putaran Kritis ........................................................... 83
4.7 Bantalan dan Pelumasan .............................................................. 91

BAB 5 KESIMPULAN ................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR SIMBOL

1. Simbol dari abjad biasa

Simbol Keterangan Satuan


Ao Luas penampang sudu paling lemah cm2
As Luas plat penguat sudu cm2
a Ruang bebas bantalan mm
b Lebar sudu mm
C Kapasitas termal rata-rata minyak pelumas kkal/kg0C
cad Kecepatan mutlak uap keluar nosel tanpa m/s
memperhitungkan derajat reaksi
c1 Kecepatan mutlak uap keluar nosel m/s
c1t Kecepatan uap masuk mutlak teoritis m/s
c2 Kecepatan uap pada saluran keluar m/s
ckr Kecepatan kritis m/s
d Diameter nominal sudu atau rotor mm
dp Diameter poros mm
E Modulus elastisitas poros kg/cm2
fd Frekuensi dinamis sudu rps
fs Luas melingkar aliran uap kebocoran m2
fst Frekuensi statik getaran alami rakitan sudu rps
f1 Luas penampang sudu gerak cm2
g Percepatan gravitasi bumi m/s2
Geks Massa alir uap ekstraksi kg/s
Gkebocoran Massa kebocoran uap pada perapat labirin kg/s
Go Massa alir uap kg/s
hb Kerugian energi dalam sudu-sudu gerak kJ/kg
he Kerugian energi akibat aliran keluar kJ/kg
hge.a Kerugian energi karena gesekan roda dan kJ/kg
ventilasi

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
hi tk Nilai penurunan kalor pada tiap tingkat turbin kJ/kg
hkebasahan Kerugian energi karena kelembaban uap keluar kJ/kg
hn Kerugian energi pada nosel kJ/kg
Ho Nilai penurunan kalor dengan kJ/kg
memperhitungkan kerugian tekanan
Ho Nilai penurunan kalor dengan memperhitungkan kJ/kg
kerugian tekanan dan pemipaan buang
Ho,th Nilai penurunan kalor teoritis kJ/kg
I Momen inersia cm4
i0 Kandungan kalor uap saat masuk turbin kJ/kg
i1t Kandungan kalor uap saat keluar turbin kJ/kg
i1t Kandungan kalor uap setelah katup pengatur kJ/kg
l Tinggi nosel mm
l1 Tinggi sisi masuk sudu gerak mm
l1 Tinggi sisi keluar sudu gerak mm
Mt Momen puntir kg.mm
n Putaran turbin rpm
nkr Putaran kritis poros rpm
P Daya nominal generator listrik MW
Pa Gaya yang terjadi akibat perbedaan tekanan uap kg
masuk
Pa Gaya yang bekerja akibat perbedaan momentum kg
uap
PG Daya yang dibutuhkan generator listrik MVA
PN Daya netto turbin MW
po Tekanan awal uap masuk turbin kg/cm2
po Tekanan uap sebelum nosel kg/cm2
pkr Tekanan kritis kg/cm2
Pu Gaya akibat rotasi pada sudu gerak kg
R Jari-jari konis sempurna mm
r1 Jari-jari hub mm
rs Jari-jari rata-rata plat penguat sudu mm

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
0
t0 Temperatur uap awal C
u Kecepatan keliling sudu turbin m/s
Volume spesifik uap m3/kg
W Momen perlawanan poros cm3
Wcr,tot Berat total cakram kg
Wp Berat total poros kg
Wy Momen perlawanan terkecil sudu cm3
z Jumlah sekat labirin Buah
zs,1 Jumlah sudu gerak baris pertama Buah

2. Simbol dari abjad Yunani (Greek Letters)

Simbol Keterangan Satuan


1 Sudut masuk kecepatan uap mutlak ke sudu gerak o

2 Sudut keluar kecepatan uap mutlak o

1 Sudut masuk kecepatan relatif uap ke sudu gerak o

2 Sudut keluar kecepatan relatif uap ke sudu gerak o

as Massa jenis bahan Alloy Steel kg/m3

pl Massa jenis minyak pelumas kg/ltr

u Massa jenis uap kg/m3

pv Penurunan tekanan uap saat melewati katup kg/cm2


pengatur
Tegangan kg/cm2
a Tegangan izin poros kg/cm2
Kecepatan sudut rad/s
g Efisiensi generator -
m Efisiensi mekanis -
Koefisien jenis fluida pada rumus stodola -
Faktor kecepatan (angka kualitas) nosel -
Koefisien kecepatan (angka kualitas) sudu -

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR GAMBAR

Gambar Nama Gambar Halaman


2.1 Diagram alir dan T-S pembangkit tenaga uap sederhana .................................... 5
2.2 Diagram alir dan T-S pemanasan ulang ............................................................ 6
2.3 Diagram alir dan T-S sistem pemanas air terbuka ............................................ 7
2.4 Diagram alir dan T-S sistem pemanas air tertutup ........................................... 7
2.5 Diagram alir PLTGU ....................................................................................... 9
2.6 Grafik untuk Menentukan Koefisien sebagai Fungsi Tinggi Nosel (l1) ..........15
2.7 Grafik untuk menentukan koefisien berdasarkan tinggi sudu gerak.................16
2.8 Tingkat tekanan pada turbin impuls .... 19
2.9 Grafik efisiensi mekanis turbin uap .... 22
2.10 Grafik efisiensi generator .... 22
2.11 Grafik efisiensi efektif relatif turbin uap ..... 24
2.12 Skema ekstraksi uap pada siklus renkine PLTGU .............. 26
3.1 Diagram daya yang harus disuplai turbin uap ke generator .... 29
3.2 Diagram alir PLTGU ........................................................................................... 31
3.3 Diagram T-S .... 32
3.4 Proses penurunan kalor pada turbin uap ..... 34
3.5 Variasi kecepatan uap pada tingkat pengaturan sudu gerak baris I .... 43
3.6 Segitiga kecepatan tingkat pengaturan .... 46
3.7 Segitiga kecepatan tingkat kedua .... 52
4.1 Ukuran Nosel dan Sudu Gerak ........................................................................... 62
4.2 Jarak bagi dari profil sudu gerak ........................................................................ 63
4.3 Gaya-gaya lentur pada Sudu ............................................................................... 68
4.4 Penampang Cakram Konis .................................................................................. 71
4.5 Berbagai Koefisien untuk Cakram Konis ........................................................... 74
4.6 Diagram reaksi pada bantalan dan beban pada poros turbin ................................87
4.7 Penentuan defleksi pada poros turbin ................................................................. 88
4.8 Bantalan Luncur ...... 92
4.9 Kedudukan poros pada bantalan pada berbagai kecepatan ..... 95
4.10 Grafik kriteria beban koefisien v ........................................................................96
4.11 Grafik untuk Menentukan .................................................................................96

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR TABEL

Tabel Nama Tabel Halaman

3.1 Data hasil perancangan turbin lima tingkatan ekstraksi ................ 38

3.2 Fraksi massa tiap ekstraksi........................................................... 40

3.3 Jumlah uap yang mengalir antara berbagai titik ekstraksi ............ 41

3.4 Kondisi uap pada setiap bagian tingkat turbin uap PLTGU ......... 56

4.1 Ukuran nosel dan sudu gerak ...................................................... 66

4.2 Tegangan-tegangan pada Cakram Konis ...................................... 77

4.3 Tegangan-tegangan pada Hub ...................................................... 80

4.4 Ukuran dan berat cakram ............................................................ 84

4.5 Penentuan putaran kritis poros .................................................... 90

4.6 Ruang Bebas yang diperbolehkan untuk Bantalan Luncur ........ 94

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR LAMPIRAN

1. LAMPIRAN I. GAMBAR ASSEMBLING TURBIN UAP PLTGU

2. LAMPIRAN II KONVERSI SATUAN

3. LAMPIRAN III. TABEL SIFAT BAHAN

4. LAMPIRAN IV. TABEL SATURATED WATER

5. LAMPIRAN V. TABEL SUPERHEATED WATER

6. LAMPIRAN VI. TABEL COMPRESSED LIQUID WATER

7. LAMPIRAN VII. SISTEM DATA BELAWAN PLTGU BLOK II

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perancangan

Kehidupan manusia dari dahulu sampai sekarang yang terus berkembang dan

semakin kompleks, selalu diiringin dengan kebutuhan yang semakin

meningkat, terutama kebutuhan akan energi. Salah satu bentuk energi yang

paling dibutuhkan manusia sekarang ini adalah energi listrik. Manusia

membutuhkan energi listrik untuk keperluan rumah tangga, industri,

transportasi dan lainnya.

Energi listrik yang besar dan terus menerus tidak tersedia secara alami di alam

ini, oleh sebab itu dibutuhkan suatu alat yang dapat mengubah energi dari bentuk

lain menjadi energi listrik. Turbin uap merupakan salah satu mesin konversi

energi yang sesuai sebagai salah satu alternatif karena dapat menghasilkan energi

listrik dengan daya yang cukup besar, dan efisiensi yang tinggi.

Ide tentang turbin uap sudah ada sejak turbin Hero kira-kira tahun 120 S.M,

tetapi pada waktu itu masih berbentuk mainan atau tidak menghasilkan daya poros

efektif. Giovani Branca juga mengusulkan turbin impuls pada tahun 1629, tetapi

tidak pernah dibuat. Turbin yang pertama rupanya dibuat pada tahun 1831 oleh

William Avery (Amerika Serikat) untuk menggerakkan mesin gergaji.

Sistem tenaga turbin uap terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu : ketel,

turbin yang menggerakkan beban, kondensor, pemanas air pengisi ketel dan

pompa-pompa. Jadi, turbin hanyalah merupakan suatu komponen dari suatu

sistem pembangkit tenaga. Kemajuan sistem pembangkit tenaga saat ini semakin

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
berkembang, dimana uap yang berfungsi sebagai fluida kerja, telah dapat

dihasilkan melalui sistem siklus uap untuk meningkatkan temperatur dan energi

kalor uap masuk ke turbin dengan ekstraksi uap untuk memanaskan air pengisian

HRSG, sehingga kerja HRSG dan kebutuhan bahan bakar berkurang.

1.2 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dari perancangan ini adalah untuk memenuhi syarat

memperoleh gelar Strata 1 dari Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera

Utara. Sedangkan tujuan umum perancangan ini adalah :

a. Untuk lebih mengetahui dan memahami aplikasi ilmu yang diperoleh di

bangku kuliah terutama mata kuliah Turbin Uap dan Sistem Pembangkit

Tenaga.

b. Merancang sebuah turbin uap penggerak generator pada instalasi PLTGU

dengan daya generator listrik 80 MW.

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari tugas sarjana ini adalah:

a. Perhitungan thermodinamika turbin uap

Yang meliputi perhitungan daya dengan pemanfaatan kalor yang akan

terjadi pada turbin uap, perhitungan laju aliran massa, perancangan turbin

tingkat pengaturan dan perhitungan kalor dari tingkat pengaturan sampai

ekstraksi I.

b. Perhitungan ukuran-ukuran utama turbin uap

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Yang meliputi perhitungan ukuran nosel, sudu gerak, perhitungan ukuran

cakram, poros, bantalan dan pelumasan.

c. Gambar penampang (gambar teknik) turbin uap.

1.4 Metodologi Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas sarjana ini adalah :

a. Survey lapangan, yakni berupa peninjauan langsung ke lokasi tempat unit

pembangkit itu berada.

b. Studi literatur, yakni berupa studi kepustakaan, kajian dari buku-buku, dan

tulisan-tulisan yang terkait.

c. Diskusi, yakni berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing, dosen

pembanding yang nanti akan ditunjuk oleh pihak Departemen Teknik

Mesin - FT USU mengenai masukan dan kekurangan di dalam tulisan

skripsi ini.

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pandangan Umum Siklus Gabungan

Pembangkit daya siklus gabungan pada dasarnya terdiri dari dua siklus utama,

yakni siklus Brayton (siklus gas) dan siklus Rankine (siklus uap) dengan turbin

gas dan turbin uap yang menyediakan daya ke jaringan. Dalam pengoperasian

turbin gas, gas buang sisa pembakaran yang keluar mempunyai suhu yang relatif

tinggi yaitu 11000C 16500C sehingga jika dibuang langsung ke atmosfer

merupakan kerugian energi. Oleh karena itu, panas hasil buangan turbin gas

tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber panas ketel uap yang dalam hal ini

disebut Heat Recovery Steam Generator (HRSG)

Keterangan :

P = Pompa

HRSG = Heat Recovery Steam Generator

TU = Turbin Uap

C = Condensor

K = Kompresor

RB = Ruang Bakar

TG = Turbin Gas

Gambar 2.1 Pembangkit Daya siklus Gabungan

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Pembangkit daya seperti gambar di atas, disamping menghasilkan efisiensi

yang tinggi dan keluaran daya yang lebih besar, siklus gabungan ini bersifat

luwes, mudah dinyalakan dengan beban tak penuh, cocok untuk operasi beban

dasar dan turbin bersiklus yang mempunyai efisiensi yang tinggi dalam daerah

beban yang luas. Kelemahannya berkaitan dengan keruwetannya, karena pada

dasarnya instalasi ini menggabungkan dua teknologi di dalam satu kompleks

pembangkit daya.

Dalam skripsi perancangan ini, dipilih siklus gabungan dengan regenerasi

karena siklus ini lebih efisiensi digunakan dibandingkan dengan siklus gabungan

lainnya dalam menghasilkan daya listrik dengan mempergunakan masing-masing

satu turbin gas dan turbin uap. Disamping itu juga, adanya pemanasan air umpan

atau regenerasi akan lebih mengefektifkan kerja HRSG.

2.2 Siklus Gabungan dengan Regenerasi untuk PLTGU

Siklus ini terdiri dari siklus gas sederhana dan siklus uap dengan regenerasi,

dimana siklus gas sederhana terdiri kompresor, ruang bakar, dan turbin gas

dimana gas buang dari turbin gas itu dimanfaatkan oleh HRSG untuk

membangkitkan uap pada siklus uap. Siklus uap ini terdiri dari turbin uap dengan

empat buah ekstraksi, kondensor, pompa kondensat, pemanas air umpan tertutup,

dan pemanas deaerasi. Sisa gas buang dari HRSG keluar menuju cerobong asap.

Turbin gas dan turbin uap itu keduanya berfungsi untuk memutar generator listrik

secara terpisah.

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
2.3 Tinjauan Thermodinamika Siklus Rankine pada PLTGU

Modifikasi siklus Uap atau siklus Rankine bertujuan untuk meningkatkan

efisiensi siklus, dalam hal ini dibuat ekstraksi uap untuk memanaskan air

pengisian HRSG, sehingga kerja HRSG akan berkurang dan kebutuhan bahan

bakar juga berkurang.

Uap kering dari HRSG memasuki turbin, setelah melalui beberapa tingkatan

sudu turbin sebagian uap tersebut diekstraksikan ke pemanas awal tekanan tinggi

dan tekanan rendah, sedangkan sisanya masuk ke kondensor dan dikondensasikan

di kondensor, selanjutnya air dari kondensor dipompakan ke feed water tank

(FWT) setelah melalui dua pemanas air tekanan rendah, kemudian dari feed water

tank (FWT) air dipompakan kembali ke HRSG melalui dua pemanas air tekanan

tinggi, dari HRSG ini air umpan yang sudah menjadi uap kering dialirkan ke

turbin. Deaerator yang terdapat pada feed water tank (FWT) bertujuan untuk

membuang gas-gas yang tidak terkondensasi sehingga pemanasan pada HRSG

dapat berlangsung efektif.

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran
Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
8

TURBINE

GENERATOR

9
10 13
HRSG 11
12

DEAERATOR
11'

15' FWT

4 CONDENSOR
7
4'
15

1
6 3 2
5 POMPA
HPH2 HPH1 LPH2 LPH1 CP

16 17
14 17'
14' 16'

Keterangan : - CP = Condensat Pump - HRSG = Heat Recovery Steam Generator


- LPH = Low Pressure Heater - FWT = Feed Water Tank
- HPH = High Pressure Heater

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Gambar 2.2 Diagram Alir PLTGU

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Dari diagram alir di atas, dapat digambarkan T-S diagram.

T
8

14
7 10
14'
6 10'
15
5
15'
4'

11
4 16

3 16'
12
17
2
17'
13
1

Gambar 2.3 Diagram T-S


S

2.4 Prinsip Dasar Turbin Uap

Turbin uap merupakan suatu penggerak mula yang mengubah energi potensial uap

menjadi energi kinetik dan energi kinetik ini selanjutnya diubah menjadi energi mekanis

dalam bentuk putaran poros turbin. Poros turbin, langsung atau dengan bantuan roda

gigi reduksi, dihubungkan dengan mekanisme yang digerakkan. Turbin uap dapat

digunakan pada berbagai bidang industri, untuk pembangkit tenaga listrik, dan untuk

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
transportasi. Dalam perancangan ini, turbin uap digunakan untuk menggerakkan

generator listrik pada PLTGU.

Untuk mengubah energi potensial uap menjadi energi mekanis dalam bentuk putaran

poros dilakukan dengan berbagai cara, sehingga turbin uap secara umum terdiri dari tiga

jenis utama, yaitu : turbin uap impuls, reaksi, dan gabungan (impuls-reaksi). Selama

proses ekspansi uap di dalam turbin juga terjadi beberapa kerugian utama yang

dikelompokkan menjadi dua jenis kerugian utama, yaitu kerugian dalam dan kerugian

luar. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kehilangan energi, penurunan kecepatan dan

penurunan tekanan dari uap tersebut yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi

siklus dan penurunan daya generator yang akan dihasilkan oleh generator listrik.

2.5 Klasifikasi Turbin Uap

Turbin uap [Menurut lit.1, hal. 10-12] dapat diklasifikasikan ke dalam kategori yang

berbeda yang tergantung pada jumlah tingkat tekanan, arah aliran uap, proses penurunan

kalor, kondisi-kondisi uap pada sisi masuk turbin dan pemakaiannya di bidang industri,

sebagai berikut :

1. Menurut jumlah tingkat tekanan, terdiri dari :

a. Turbin satu tingkat dengan satu atau lebih tingkat kecepatan, yaitu turbin

yang biasanya berkapasitas kecil dan turbin ini kebanyakan dipakai untuk

menggerakkan kompresor sentrifugal.

b. Turbin impuls dan reaksi nekatingkat, yaitu turbin yang dibuat dalam jangka

kapasitas yang luas mulai dari yang kecil sampai yang besar.

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
2. Menurut arah aliran uap, terdiri dari :

a. Turbin aksial, yaitu turbin yang uapnya mengalir dalam arah yang sejajar

terhadap sumbu turbin.

b. Turbin radial, yaitu turbin yang uapnya mengalir dalam arah yang tegak

lurus terhadap sumbu turbin.

3. Menurut proses penurunan kalor, terdiri dari :

a. Turbin kondensasi (condensing turbine) dengan regenerator, yaitu turbin

dimana uap pada tekanan yang lebih rendah dari tekanan atmosfer dialirkan

ke kondensor, disamping itu uap juga dicerat dari tingkat-tingkat

menengahnya untuk memanaskan air pengisian ketel, dimana jumlah

penceratan itu biasanya dari 2-3 hingga sebanyak 8-9. Kalor laten uap buang

selama proses kondensasi semuanya hilang pada turbin ini.

b. Turbin kondensasi dengan satu atau dua penceratan dari tingkat

menengahnya pada tekanan tertentu untuk keperluan-keperluan industri dan

pemanasan.

c. Turbin tekanan lawan (back pressure turbine), yaitu turbin yang uap buang

dipakai untuk keperluan-keperluan pemanasan dan untuk keperluan-

keperluan proses dalam industri.

d. Turbin tumpang, yaitu suatu jenis turbin tekanan lawan dengan perbedaan

bahwa uap buang dari turbin jenis ini lebih lanjut masih dipakai untuk

turbin-turbin kondensasi tekanan menengah dan rendah. Turbin ini, secara

umum beroperasi pada kondisi tekanan dan temperatur uap awal yang tinggi,

dan dipakai kebanyakan untuk membesarkan kapasitas pembangkitan pabrik,

dengan maksud untuk mendapatkan efisiensi yang lebih baik.

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
e. Turbin tekanan lawan dengan penceratan uap dari tingkat-tingkat

menengahnya pada tekanan tertentu, dimana turbin jenis ini dimaksudkan

untuk mensuplai uap kepada konsumen pada berbagai kondisi tekanan dan

temperatur.

f. Turbin tekanan rendah (tekanan buang), yaitu turbin yang uap buang dari

mesin-mesin uap, palu uap, mesin tekan, dan lain-lain, dipakai untuk

keperluan pembangkitan tenaga listrik.

g. Turbin tekanan campur dengan dua atau tiga tingkat-tekanan, dengan suplai

uap buang ke tingkat-tingkat menengahnya.

4. Menurut kondisi-kondisi uap pada sisi masuk turbin, terdiri dari :

a. Turbin tekanan rendah, yaitu turbin yang memakai uap pada tekanan 1,2

sampai 2 ata.

b. Turbin tekanan menengah,yaitu turbin yang memakai uap pada tekanan

sampai 40 ata.

c. Turbin tekanan tinggi, yaitu turbin yang memakai uap pada tekanan diatas 40

ata.

d. Turbin tekanan yang sangat tinggi, yaitu turbin yang memakai uap pada

tekanan 170 ata atau lebih dan temperatur diatas 550o C atau lebih.

e. Turbin tekanan superkritis, yaitu tubin yang memakai uap pada tekanan 225

ata atau lebih.

5. Menurut pemakaiannya di bidang industri, terdiri dari :

a. Turbin stasioner dengan kepesatan putar yang konstan dipakai terutama

untuk menggerakkan alternator.

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
b. Turbin uap stasioner dengan kepesatan yang bervariasi dipakai untuk

menggerakkan blower-turbo, pengedar udara (air circulator), pompa, dan

lain-lain.

c. Turbin yang tidak stasioner dengan kepesatan yang bervariasi, yaitu turbin

yang biasanya dipakai pada kapal-kapal uap, kapal, dan lokomotif kerata api

(lokomotif-turbo).

Semua jenis turbin diatas tergantung kepada kepesatan putar dapat dihubungkan

langsung atau melalui roda gigi reduksi dengan mesin-mesin yang digerakkan.

2.6 Kerugian Energi pada Turbin Uap

Pada saat pengoperasiannya turbin uap mengalami kehilangan atau kerugian energi

yang dapat dikategorikan atas 2 jenis, [Menurut lit 1, hal. 59-71] yaitu :

1. Kerugian dalam, adalah kerugian yang berkaitan dengan kondisi-kondisi uap

sewaktu uap tersebut mengalir melalui turbin. Misalnya : kerugian pada katup-

katup pengatur, kerugian pada nosel (sudu pengarah), kerugian kecepatan

kecepatan-keluar, kerugian akibat gesekan cakram yang merupakan tempat

pemasangan sudu-sudu dan kerugian pengadukan, kerugian akibat ruang bebas

antara rotor dan cakram-cakram sudu pengarah, kerugian akibat kebasahan uap,

dan kerugian pada pemipaan buang.

2. Kerugian luar, adalah kerugian yang tidak mempengaruhi kondisi-kondisi uap.

Misalnya : kerugian mekanis dan kerugian akibat kebocoran uap dari perapat-

perapat gland labirin.

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
2.6.1 Kerugian pada Katup Pengatur

Uap sebelum masuk ke turbin haruslah melalui katup penutup (stop valve) dan katup

pengatur yang mana ini merupakan bagian terpadu dari turbin tersebut. Aliran uap

melalui katup penutup dan katup pengatur disertai oleh kerugian energi akibat proses

pencekikan. Kerugian energi akibat proses pencekikan dinyatakan sebagai :

H = H o H o' ...(2-1)

Dimana :

H = Besarnya kerugian energi akibat proses pencekikan (kkal/kg).

Ho = Penurunan kalor isentropis dengan mengabaikan kerugian (kkal/kg).

H o' = Penurunan kalor isentropis dengan memperhitungkan kerugian kalor

akibat proses pencekikan (kkal/kg).

Besarnya kerugian tekanan akibat proses pencekikan untuk katup pengatur terbuka

lebar dapat ditentukan sebesar 5% dari tekanan uap panas lanjut. Namun pada

prakteknya, turbin uap sekarang ini telah memungkinkan untuk memperkecil kerugian

tekanan ini sampai serendah 3% dan lebih di bawahnya lagi dengan pemakaian bentuk-

bentuk katup pengatur yang baik (streamlined) pada tempat-tempat yang dialiri oleh

uap. Untuk tujuan perancangan, kerugian tekanan [Lit 1, hal 60] adalah :

p v = (0,03 0,05) p o ...(2-2)

Dimana :

p v = Besarnya kerugian tekanan (bar).

po = Tekanan uap panas lanjut sebelum memasuki turbin (bar).

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
2.6.2 Kerugian pada Nosel

Kerugian energi pada nosel disebabkan oleh adanya gesekan uap pada dinding

nosel, turbulensi, dan lain-lain. Kerugian energi pada nosel ini dicakup oleh koefisien

kecepatan nosel () yang sangat tergantung pada tinggi nosel.

Kerugian energi kalor pada nosel dalam bentuk kalor adalah [Lit 1, hal 25] :

2 2
c - c1
hn = 1t atau :
8378

2
1 c
hn = ( 2 1) 1 ...(2-3)
8378

Dimana :

hn = Besar kerugian pada nosel (kkal/kg)

c1t = Kecepatan uap masuk teoritis dari nosel (m/s)

c1 = c1t = Kecepatan uap masuk mutlak dari nosel (m/s)

= Koefisien kecepatan atau angka kualitas nosel.

Untuk tujuan perancangan, nilai-nilai koefisien kecepatan nosel dapat diambil dari

grafik yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini [Lit 1, hal 60].

Gambar 2.4 Grafik untuk Menentukan Koefisien sebagai Fungsi Tinggi Nosel (l1)

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
2.6.3 Kerugian pada Sudu Gerak

Kerugian energi pada sudu-sudu gerak disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

kerugian akibat olakan pada ujung belakang sudu, kerugian akibat tubrukan, kerugian

akibat kebocoran uap melalui ruang melingkar antara stator dan selubung, kerugian

akibat gesekan, kerugian akibat pembelokan semburan pada sudu, dan kerugian akibat

penyelubungan. Semua faktor ini disimbolkan sebagai koefisien kecepatan (angka

kualitas) sudu-sudu () , dimana koefisien kecepatan ini mempunyai nilai lebih kecil

dari satu.

Kerugian energi pada sudu-sudu menyebabkan penurunan kecepatan keluar relatif

2 lebih kecil dari kecepatan masuk relatif 1 (2 = . 1). Sebagai akibatnya akan

terjadi kehilangan energi dalam sudu-sudu gerak sebesar [Menurut Lit 1, hal 34] :

1 2 - 2 2
hb= atau :
8378

1 2
hb = 2 1 2 ...(2-4)
8378

Dimana :

1 = kecepatan uap masuk relatif dari nosel (m/s)

2 = kecepatan keluar relatif dari sudu (m/s)

hb = kehilangan energi dari sudu-sudu (kkal/kg)

= koefisien kecepatan atau angka kualitas laluan sudu.

Untuk pemakaian praktis, harga dapat ditentukan dengan tinggi sudu-sudu gerak

pada gambar di bawah ini.

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Gambar 2.5 Untuk menentukan koefisien berdasarkan tinggi sudu gerak

2.6.4 Kerugian Akibat Kecepatan-Keluar

Uap meninggalkan sisi keluar sudu gerak dengan kecepatan mutlak c 2 . Pada turbin

nekatingkat (multistage), energi kecepatan uap yang keluar dapat dipakai sebagian atau

seluruhnya pada tingkat-tingkat yang berikutnya. Untuk dapat memanfaatkan energi

yang ekivalen dengan energi kecepatan uap yang keluar dari sudu perlu diperhatikan

celah diantara sudu-sudu tingkat sebelumnya dan nosel-nosel berikutnya sesempit

mungkin.

Besarnya kerugian energi yang diakibatkan oleh kecepatan-keluar itu dalam satuan

kalor diberikan oleh persamaan [Lit 1, hal 63] :

c 22
he = ...(2-5)
8378

Dimana :

he = kerugian akibat kecepatan keluar (kkal/kg)

c2 = kecepatan mutlak uap meninggalkan sudu gerak (m/s).

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
2.6.5 Kerugian Akibat Gesekan Cakram dan Pengadukan

Kerugian ini terjadi karena adanya gesekan antara rotor dengan uap dan kerugian

pengadukan dalam hal pemasukan parsial. Sebagai akibatnya kerja digunakan untuk

melawan gesekan, dan kecepatan partikel uap akan dikonversi menjadi kalor, sehingga

memperbesar kandungan kalor uap. Kerugian ventilasi sulit dihitung secara teoritis dan

umumnya dihitung secara empiris. Salah satu rumus empiris yang dipakai adalah rumus

Stodola, yaitu :

[ ]
N ge ,a = 1,07 d 2 + 0,61 z (1 )d l110,5
u3
10 6
u ...(2-6)

Dimana :

N ge ,a = daya yang hilang dalam mengatasi gesekan dan ventilasi (kW)

= koefisien yang biasanya diambil sama dengan satu untuk udara dan uap

panas-lanjut temperatur tinggi (menurut Levitsky) dan untuk uap panas

jenuh sama dengan 1,3

d = diameter cakram yang diukur pada tinggi rata-rata sudu (m)

z = jumlah tingkat kecepatan pada cakram

= derajat pemasukan uap parsial

l1 = tinggi sudu (cm)

u = kecepatan keliling pada diameter rata-rata (m/s)

u = masssa jenis uap di dalam mana cakram tersebut berputar (kg/m3).

Penentuan daya yang hilang dalam mengatasi gesekan dan ventilasi juga dapat

ditentukan dengan memakai rumus empiris Forner, yaitu :

N ge,a = 10 10 d 4 n 3 l1 u ...(2-7)

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Dimana :

n = putaran turbin (rpm)

= koefisien gesekan yang sama dengan 1,76 untuk cakram baris tunggal

dan 2,06 untuk cakram baris ganda, serta 2,8 untuk cakram tiga baris.

Kerugian akibat gesekan cakram dan ventilasi dalam satuan kalor dapat ditentukan

dari persamaan berikut [Lit 1, 64] :

102 N ge,a
hge,a = ...(2-8)
427 G

Dimana :

hge ,a = besar kerugian akibat gesekan cakram dan ventilasi (kkal/kg)

G = massa alir uap melalui tingkat turbin (kg/s).

2.6.6 Kerugian Ruang Bebas

Ada perbedaan tekanan di antara kedua sisi cakram nosel yang dipasang pada stator

turbin, sebagai akibat ekspansi uap di dalam nosel. Diafragma yang mempunyai sudu

sudu gerak adalah dalam keadaan berputar, sementara cakram-cakram adalah dalam

keadaan diam sehingga selalu ada ruang bebas yang sempit antara cakram-cakram putar

dan diafragma, seperti pada gambar di bawah ini.

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Gambar 2.6 Tingkat tekanan pada turbin impuls

Tekanan sebelum melewati diafragma adalah p1 dan tekanan sesudah cakram yang

mempunyai sudu-sudu gerak adalah p2. Oleh sebab itu, seluruh penurunan tekanan

yang terjadi pada perapat labirin dari p1 hingga ke p2 didistribusikan diantara ruang-

ruang A, B, C, D, E, dan F. Adanya perbedaan tekanan menyebabkan adanya kebocoran

melalui celah ini, yang besarnya [Lit 1, hal 64] :

G kebocoran
h kebocoran = ( i0 - i2 ) ...(2-9)
G

Dimana G kebocoran ditentukan berdasarkan tekanan kritis, yaitu [Lit 1, hal 67] :

0,85 p1
pkr = ...(2-10)
z + 1,5

Bila tekanan kritis lebih rendah dari p2, maka kecepatan uap di dalam labirin adalah

lebih rendah daripada kecepatan kritis dan massa alir kebocoran ditentukan dengan

persamaan [Lit 1, hal 67]:

g ( p1 p 2 )
2 2
Gkebocoran = 100 fs ...(2-11)
zp1 1

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
sebaliknya, bila tekanan kritis lebih tinggi dari p2 , maka kecepatan uap adalah lebih

tinggi dari kecepatan kritisnya dan massa alir kebocoran dihitung [Lit 1, hal 67] :

g p
Gkebocoran = 100 fs 1 ...(2-12)
z + 1,5 v1

2.6.7 Kerugian Akibat Kebasahan Uap

Pada tingkat yang terakhir biasanya beroperasi pada kondisi uap basah yang

menyebabkan terbentuknya tetesan air yaitu dalam hal ini turbin kondensasi dengan

regenerator. Tetesan air ini oleh pengaruh gaya sentrifugal akan terlempar ke arah

keliling. Pada saat bersamaan tetesan air ini menerima gaya percepatan dari partikel-

partikel uap searah dengan aliran, jadi sebagian energi kinetik uap hilang dalam

mempercepat tetesan air ini. Kerugian akibat kebasahan uap dapat ditentukan dengan

persamaan [ Lit 1, hal 68] :

hkebasahan = ( 1-x) hi ...(2-13)

Dimana :

x = fraksi kekeringan rata-rata uap di dalam tingkat turbin yaitu sebelum

nosel (sudu pengarah) dan sesudah sudu gerak tingkat tersebut.

hi = penurunan kalor yang dimanfaatkan pada tingkat turbin dengan

memperhitungkan semua kerugian kecuali akibat kebasahan uap (kkal/kg).

2.6.8 Kerugian Pemipaan Buang

Kerugian pemipaan buang terjadi karena kecepatan aliran pada pipa buang besar

(100-120) m/s yang biasanya terjadi pada turbin kondensasi. Besarnya kerugian tekanan

dalam pemipaan buang turbin-turbin kondensasi [Menurut Lit. 1, hal. 70] dapat

ditentukan, yaitu :
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
2
P2 C
1= s ...(2-14)
P2 k 100

Dimana :

p2 = tekanan uap sesudah sudu (bar)

p2k = tekanan uap di dalam pemipaan buang (bar)

= koefisien yang nilainya dari 0,07-0,1

cs = kecepatan uap pada pemipaan buang (m/s).

2.6.9 Kerugian Luar

1. Kerugian Mekanis

Kerugian mekanis disebabkan oleh energi yang digunakan untuk mengatasi tahanan

yang diberikan oleh bantalan luncur dan dorong termasuk bantalan luncur generator

atau mesin yang dihubungkan dengan poros turbin seperti pompa minyak utama,

pengatur (governor), dan lain-lain. Untuk tujuan perancangan, kerugian mekanis

[Menurut lit. 2, hal. 88] dapat ditentukan dengan mempergunakan grafik efisiensi

mekanis turbin uap.

99,

97516 kW

Gambar 2.7 Grafik efisiensi mekanis turbin uap

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Sedangkan efisiensi generator [Menurut lit. 2, hal. 88] dapat ditentukan dengan

mempergunakan grafik.

97

97516 kW

Gambar 2.8 Grafik efisiensi generator

2. Kerugian Akibat Kebocoran Uap yang Melalui Perapat Bagian Ujung

Kerugian ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara bagian dalam stator

dan udara luar, sehingga terjadi kebocoran uap melalui perapat labirin bagian ujung

turbin. Kebocoran uap melalui perapat ujung tidak akan mempengaruhi variasi kondisi-

kondisi uap di dalam turbin, sehingga kebocoran ini diklasifikasikan sebagai kebocoran

luar. Kebocoran uap ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2-11) dan (2-

12) seperti diatas.

2.7 Efisiensi dalam (internal) Turbin Uap

Hubungan antara kerja yang bermanfaat yang dilakukan oleh 1 kilogram uap pada

tingkat atau di dalam turbin terhadap kerja teoritis yang tersedia disebut sebagai

efisiensi dalam (internal) turbin tersebut. Besarnya efisiensi dalam turbin uap ini

[Menurut lit. 1, hal. 72] dapat ditentukan sebagai :

re
oi = ...(2-15)
m

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Dimana :

oi = efisiensi dalam (internal) turbin uap (%)

re = efisiensi efektif relatif (%)

m = efisiensi mekanis (%)

Besarnya efisiensi mekanis ditentukan dari gambar 2.7 di atas sedangkan efisiensi

efektif relatif [Menurut lit. 2, hal. 88] dapat ditentukan dengan mempergunakan grafik.

86

97516 kW

Gambar 2.9 Grafik efisiensi efektif relatif turbin uap

Besarnya harga efisiensi turbin uap juga tergantung kepada sistem sudu-sudu turbin

dimana sudu-sudu yang pendek akan menghasilkan daya yang kecil, meskipun kondisi

uapnya tinggi (temperatur dan tekanan uap tinggi). Ukuran-ukuran utama turbin

ditentukan berdasarkan kapasitas uapnya dan untuk mendapatkan penentuan

pendahuluan besarnya kapasitas uap dengan seteliti mungkin bisa menggunakan gambar

jalannya efisiensi yang akan timbul seperti ditunjukkan pada gambar 2.7, 2.8, dan 2.9

diatas.

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
2.8 Perhitungan Fraksi Massa pada Tiap Ekstraksi

Dari gambar 2.2 sebelumnya telah diketahui, bahwa untuk siklus rankine PLTGU

ini dirancang empat buah tingkatan ekstraksi dari turbin uap, sehingga fraksi massa

pada tiap ekstraksi dapat ditentukan.

deaerator
t II fw
pompa
eks I eks II eks III eks IV

ts II
t IVfw t III fw t I fw t kond.
ke HRSG dari kondensor
ts I ts III ts IV
ke kondensor

Gambar 2.10 Skema Ekstraksi Uap pada Siklus Rankine PLTGU

Sehingga dari gambar diatas dapat ditentukan fraksi massa dari ekstraksi pertama

hingga ekstraksi keempat [Menurut lit. 1, hal. 137-138] sebagai berikut :

1. Fraksi massa pada ekstraksi I ( 1 )

iV fw i IV
1 =
fw
...(2-16)
I
(ieks is1 ) s

2. Fraksi massa pada ekstraksi II ( 2 )

1
fw i fw ) 1 (is i fw ))
(i IV III I III
(
s
2 = ...(2-17)
II
ieks i III
fw

3. Fraksi massa pada ekstraksi III ( 3 )

(1 1 2 ) (i III
fw i fw )
II

3 = ...(2-18)
III
(ieks isIII ) s

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
4. Fraksi massa pada ekstraksi IV ( 4 )

(1 1 2 ) (i IIfw i Ifw ) 3 (isIII isIV ) s


4 = ...(2-19)
IV
(ieks isIV ) s

Dimana : 1 , 2 , 3 , dan 4 adalah efisiensi pemanas air pengisian HRSG tekanan

rendah dan tekanan tinggi yang diakibatkan oleh kehilangan kalor ke medium di

sekitarnya.

2.9 Perhitungan Jumlah Uap yang Mengalir Melalui Turbin dan Ekstraksi

Jumlah uap yang mengalir melalui turbin uap [Menurut lit. 1, hal. 139] dapat

ditentukan sebagai berikut :

860 PN ...(2-21)
Do =
[h + (1 1 )h + (1 1 2 )h + (1 1 2 3 )hiIV + (1 1 2 3 4 )hiV ]
i
I
i
II
i
III

Dimana :

D0 = jumlah uap yang mengalir melalui turbin uap (ton/jam)

PN = daya netto yang harus disuplai turbin uap ke generator listrik (kW)

hiI , hiII , hiIII , hiIV , hiV = penurunan kalor yang dimanfaatkan pada turbin antara

titik-titik ekstraksi (kkal/kg).

Kemudian jumlah uap yang dicerat dari setiap titik ekstraksi dapat ditentukan

sebagai berikut :

I
1. Deks = 1 D0 = jumlah uap yang dicerat dari titik ekstraksi yang pertama

II
2. Deks = 2 D0 = jumlah uap yang dicerat dari titik ekstraksi yang kedua

III
3. Deks = 3 D0 = jumlah uap yang dicerat dari titik ekstraksi yang ketiga

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
IV
4. Deks = 4 D0 = jumlah uap yang dicerat dari titik ekstraksi yang keempat.

Sehingga jumlah uap yang mengalir melalui turbin antara berbagai titik ekstraksi,

menjadi :

1. D0 = jumlah uap yang mengalir melalui ruang pertama sampai ke titik ekstraksi

yang pertama

2. D1 = D0 Deks
I
= jumlah uap yang mengalir antara titik ekstraksi yang pertama

dan kedua

3. D2 = D0 Deks
I
Deks
II
= jumlah uap yang mengalir antara titik ekstraksi yang

kedua dan ketiga

4. D3 = D0 Deks
I
Deks
II
Deks
III
= jumlah uap yang mengalir antara titik ekstraksi

yang ketiga dan keempat

5. D4 = D0 Deks
I
Deks
II
Deks
III
Deks
IV
= jumlah uap yang mengalir sesudah titik

ekstraksi yang keempat.

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
BAB 3

PERHITUNGAN THERMODINAMIKA TURBIN UAP PLTGU

3.1 Pemilihan Jenis Turbin Uap

Dalam Bab 2 sebelumnya telah dijelaskan tinjauan termodinamika turbin uap dalam

instalasi PLTGU, jenis-jenis turbin uap dan pertimbangan kerugian-kerugian yang akan

terjadi dalam siklus yang akan mempengaruhi efisiensi dalam turbin uap tersebut.

Turbin uap yang akan dirancang akan mempunyai daya generator listrik 80 MW pada

putaran turbin 3000 rpm. Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan setiap

jenis turbin serta pertimbangan pada daya dan putaran yang akan dihasilkan, maka

dalam perancangan ini dipilih jenis turbin impuls nekatingkat dengan derajat reaksi.

Turbin impuls nekatingkat dengan derajat reaksi banyak dipakai di bidang industri

sebagai penggerak mula untuk generator listrik kapasitas besar. Hal ini disebabkan

kemampuannya menghasilkan daya yang lebih besar dibandingkan dengan turbin

tingkat tunggal, sesuai untuk kondisi tekanan uap yang tinggi, dorongan aksial serta

diameter tingkat akhir yang besar dan yang biasanya terjadi pada turbin impuls murni

dapat diatasi dengan derajat reaksi. Distribusi penurunan kalor pada sejumlah tingkat

tekanan akan memungkinkan mendapatkan kecepatan uap yang lebih rendah yang

cenderung untuk menaikkan efisiensi turbin uap.

Dalam perancangan ini, turbin impuls nekatingkat dengan derajat reaksi mempunyai

empat tingkatan ekstraksi uap yang akan diumpankan pada air umpan pengisian HRSG.

Dengan membuat analisa perhitungan penurunan kalor dan fraksi massa serta laju aliran

massa untuk tiap ekstraksi, akan dapat ditentukan daya akhir yang akan dihasilkan jenis

turbin impuls nekatingkat yang sesuai untuk dipakai untuk instalasi PLTGU.

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
3.2 Perhitungan Daya Turbin Uap

Dalam suatu proses pembebanan listrik bolak-balik ada 2 unsur yang terpakai dalam

proses konversi daya, yaitu :

1. Daya keluaran atau daya nyata (V.I cos ) yang diukur dengan MW. Dikatakan

daya nyata, karena besaran inilah yang dipakai dalam proses konversi daya.

2. Daya reaktif (V.I sin ) yang diukur dengan MVAR. Besaran ini adalah suatu

daya yang sebenarnya tidak mempengaruhi suatu proses konversi daya, tetapi

adalah suatu kebutuhan yang harus dilayani.

Dari penjelasan diatas, maka daya yang harus disuplai oleh turbin uap ke generator

harus dapat memenuhi kebutuhan daya nyata dan daya reaktif. Diagram pada gambar di

bawah ini menggambarkan daya yang bekerja pada generator listrik.


Daya Reaktif

Gambar 3.1 Diagram daya yang harus disuplai turbin uap ke generator

Dari gambar 3.1 diatas, dapat disimpulkan bahwa daya yang dibutuhkan oleh

generator adalah daya semu (MVA) dan daya generator listrik adalah daya nyata (MW),

maka :

P = PG . cos ...(3-1)

Dimana :

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
P = daya generator listrik = 80 MW (output generator)

PG = daya semu yang dibutuhkan generator listrik (MVA) (input generator)

cos = faktor daya yang besarnya 0,6 0,9. Namun berdasarkan harga yang umum

dipakai di lapangan [Menurut lit. 3], maka diambil cos = 0,8. Dengan demikian dari

persamaan 3-1 diatas :

P 80
PG = =
cos 0,8

PG = 94,118 MVA

Sehingga daya netto/nyata yang harus disuplai turbin uap ke generator listrik (PN)

adalah :

PG
PN = ...(3-2)
m G

Dimana :

m = efisiensi mekanis yang ditentukan dari gambar 2.7 = 0,995

G = efisiensi generator yang ditentukan dari gambar 2.8 = 0,98,

maka :

94,118
PN =
0,995 0,98

PN = 97,516 MW

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
3.3 Perhitungan Penurunan Kalor untuk Jenis Turbin Nekatingkat

Untuk membangkitkan energi listrik pada generator, dibutuhkan sejumlah uap

pada kondisi tertentu untuk memutar turbin, kemudian turbin akan memutar poros

generator listrik. Dalam perancangan ini, ditentukan kondisi-kondisi uap sebagai

berikut :

1. Tekanan uap masuk turbin (po) = 82 bar

2. Temperatur uap masuk turbin (to) = 550 oC

3. Tekanan uap keluar turbin (p2k ) = 0,1 bar

4. Turbin uap dirancang mempunyai empat tingkatan ekstraksi.

Pada bagian 2.6.1 sebelumnya telah dibahas beberapa kerugian yang terjadi pada

turbin uap, sehingga pada bagian ini akan dapat ditentukan besarnya penurunan

kalor yang terjadi pada tiap ekstraksi. Kerugian pada katup pengatur [Menurut Lit.

1, hal. 60] diambil sebesar 5% dari tekanan uap panas lanjut, sehingga tekanan di

depan nosel tingkat pertama akan menjadi :

p 0' = (1 0,05) 82 = 77,9 bar

Kerugian pada pemipaan buang yang dapat ditentukan dari persamaan 2-14,

dimana sesuai dengan kondisi lapangan maka diambil nilai koefisien sebesar

0,092 dan c s sebesar 110 m/s, maka :

2
110
p 2 0,1 = 0,092 0,1
100
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
p 2 = 0,1 + 0,01113 = 0,11113 bar

Penurunan kalor teoritis yang terjadi pada turbin dengan mengabaikan kerugian

pada katup pengatur dan pemipaan buang akan menjadi :

H 0,th = 3520,6 2164,2 = 1356,4 kJ/kg

Penurunan kalor adiabatik pada turbin dengan memperhitungkan baik katup

pengatur maupun pemipaan buang akan menjadi :

H 0' = 3520,6 2200,8 = 1319,8 kJ/kg

Dari gambar 2.6 dan 2.8 nilai efisiensi re , dan m diperoleh masing-masing

sebesar 0,86 dan 0,995 sehingga nilai efisiensi dalam turbin, yaitu :

0,86
oi = = 0,8643
0,995

Sehingga penurunan kalor yang dimanfaatkan di turbin menjadi :

H i = H 0,th 0i = 1356,4 0,8643 = 1172,337 kJ/kg

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Proses penurunan kalor ini dapat digambarkan dalam diagram Mollier :

Gambar 3.2 Proses Penurunan Kalor pada turbin uap

Untuk tekanan 0,1 bar didapat temperatur air jenuh ts = 45,84 oC. Dalam hal ini
o
diambil temperatur air jenuh keluaran kondensor tkond = 45 C. Guna

menyederhanakan perhitungan, dibuat bahwa air pengisian HRSG dipanaskan dalam

derajat yang sama pada semua pemanas air pengisian HRSG, sehingga pada masing-

masingnya kenaikan temperatur air pengisian HRSG ( t ) menjadi [Menurut lit. 1,

hal. 136] :

t HPH 2 t kond
t = ...(3-3)
z

Dimana :

t HPH 2 = temperatur uap keluaran HPH2 = 185 oC

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
t kond = temperatur air jenuh keluaran kondensor = 45 oC

z = jumlah ekstraksi turbin uap = 4 tingkatan

Maka :

185 0 C 45 0 C
t = = 35 oC
4

Sehingga dapat ditentukan temperatur air pengisian HRSG setelah keluar dari

pemanas [Menurut Lit. 1, hal. 137], yaitu :

1. t LPH 1 = 45 + 35 = 80 oC

2. t LPH 2 = 80 + 35 = 115 oC

3. t HPH 1 = 115 + 35 = 150 oC

4. t HPH 2 = 150 + 35 = 185 oC.

Kemudian temperatur jenuh uap pemanas pada pemanas air pengisian HRSG

diperoleh dengan persamaan [Menurut lit. 1, hal. 137] :

, HPHn = t LHPn , HPHn + t


'
t LPHn ...(3-4)

Dimana :

t = perbedaan temperatur antara temperatur uap pemanas air pengisian

ketel dan temperatur air pengisian ketel pada sisi keluar dari pemanas

air HRSG, yang biasanya diambil 5-7 oC. Dalam hal ini, perbedaan

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
temperatur diambil 5 0C

Maka :

1 = 80 + 5 = 85 C
' o
1. t LPH

2 = 115 + 5 = 120 C
' o
2. t LPH

1 = 150 + 5 = 155 C
' o
3. t HPH

2 = 185 + 5 = 190 C.
' o
4. t HPH

Dari interpolasi pada tabel saturated water diperoleh tekanan uap jenuh untuk

masing-masing temperatur, yaitu :

1. IV
peks = 0,5783 bar

2. III
peks = 1,9853 bar

3. II
peks = 5,431 bar.

4. I
peks = 12,544 bar.

Dengan interpolasi pada tabel saturated water juga dapat diperoleh kandungan

kalor air jenuh untuk masing-masing tekanan, yaitu :

f = 354,239 kJ/kg
1. h IV

f = 503,659 kJ/kg
2. h III

3. h IIf = 662,383 kJ/kg

4. h1f = 807,506 kJ/kg

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Dari diagram Mollier (i-s) diperoleh temperature keluar ekstraksi turbin atau

kebasahan untuk masing-masing tekanan ekstraksi uap, yaitu :

IV
1. teks = x IV = 0,96 atau kebasahan 4 %

III
2. teks =129,167 0C

II
3. teks = 231,818 0C

I
4. teks = 308,333 0C

Dengan menggunakan diagram Mollier (i-s) juga dapat diperoleh kalor total uap

keluar ektraksi turbin, yaitu :

IV
1. ieks = 2560 kJ/kg

III
2. ieks = 2730,769 kJ/kg

II
3. ieks = 2912 kJ/kg.

I
4. ieks = 3060 kJ/kg.

Dari interpolasi pada tabel compressed liquid water diperoleh kalor sensibel air

pengisian HRSG, yaitu :

fw = 788,992 kJ/kg
1. i IV

fw = 637,129 kJ/kg
2. i III

3. i IIfw = 481,994 kJ/kg

4. i Ifw = 335,456 kJ/kg

5. ikond = 188,866 kJ/kg

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Seluruh data hasil perhitungan diatas yang dibutuhkan untuk perancangan awal

pada turbin dengan empat tingkatan ekstraksi dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini

:Tabel 3.1 Data hasil perancangan turbin empat tingkatan ekstraksi

Sebelum
No. Parameter Eks. I Eks. II Eks. III Eks. IV Kondensor
turbin

1 Tekanan uap (bar) 82 12,544 5,431 1,9853 0,5783 0,1

Temperatur atau
2 o
550 oC 308,33 oC 231,818 oC 129,167 oC 4,0% 10,2 %
kebasahan uap ( C atau %)

Kandungan kalor uap/i eks


3 3520,6 3060 2912 2730,769 2560 2348,263
(kJ/kg)

Temperatur jenuh uap


4 296,728 190 155 120 85 -
pemanas (oC)

Kandungan kalor air


5 1325,52 807,506 662,383 503,659 354,239 199,424
jenuh/is(kJ/kg)

Temperatur air pengisian


6 - 185 150 115 80 45
HRSG (oC)

Kalor sensibel air


7 pengisian HRSG/Ifw - 335,456 481,994 637,129 788,992 188,866
(kJ/kg)

8 Penurunan kalor (kJ/kg) 460,6 148 181,231 170,769 211,737 -

3.4 Perhitungan Fraksi Massa dan Laju Aliran Massa pada Tiap Ekstraksi

Dari bagian 2.7 dan 2.8 sebelumnya dengan mengambil nilai 1 , 2 , 3 , dan 4 ,

sama dengan 0,98 akan dapat ditentukan fraksi massa dari ekstraksi yang pertama

hingga ekstraksi keempat sebagai berikut :

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
1. Fraksi massa pada ekstraksi I ( 1 )

788,992 637,129
1 = = 0,068796
(3060 807,506) 0,98

2. Fraksi massa pada ekstraksi II ( 2 )

1
( (637,129 481,994) 0,068796(807,506 481,994))
0,98
2 =
2912 481,994
= 0,059977

3. Fraksi massa pada ekstraksi III ( 3 )

(1 0,068796 0,059977) ( 481,994 335,456)


3 =
( 2730,769 503,659) 0,98
= 0,058494

4. Fraksi massa pada ekstraksi IV ( 4 )

(1 0,068796 0,059977) (335,456 188,866) 0,058494(503,659 354,239) 0,98


4 =
(2560 354,239) 0,98

= 0,0555119

5. Jumlah total uap panas lanjut yang memasuki turbin (D0)

860 97,516 4,1868


Do =
[460,6 + (0,931204)148 + (0,871227)181,231 + (0,812733)170,769 + (0,757614)211,737]

= 332,8399 ton/jam atau = 92,456 kg/s

Sehingga jumlah fraksi massa uap tiap ekstraksi dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut

ini :

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Tabel 3.2 Fraksi massa tiap ekstraksi

Istilah Eks.1 Eks.2 Eks.3 Eks.4


0,068796 0,059977 0,058494 0,055119
Deks. (ton/jam) 22,898 19,9627 19,469 18,3458
Geks (kg/s). 6,361 5,545 5,4081 5,0961

Sedangkan jumlah uap yang mengalir melalui turbin antara berbagai titik ekstraksi

dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini :

Tabel 3.3 Jumlah uap yang mengalir antara berbagai titik ekstraksi

Jumlah uap mengalir Sampai ke Dari eks. Dari eks. Dari eks. Sampai ke
melalui tingkat turbin titik eks. I I II II - III III - IV Kondensor
Deks. (ton/jam) 332,8399 309,9419 289,9792 270,5102 252,1644
Geks (kg/s). 92,456 86,095 80,5498 75,1417 70,046

3.5 Turbin Tingkat Pengaturan

Dalam perancangan ini, akan dibuat tingkat pengaturan (impuls) terdiri dari dua

baris sudu (dua tingkat kecepatan) dimana pemakaian tingkat pengaturan ini akan

memungkinkan untuk memanfaatkan penurunan kalor yang besar pada nosel dan oleh

sebab itu membantu dalam mendapatkan temperatur dan tekanan yang lebih rendah

pada tingkat-tingkat reaksi. Pemakaian tingkat impuls, yang beroperasi dengan

penurunan kalor sebesar 40 60 kkal/kg [Menurut lit. 1, hal. 118]. Untuk ini diambil

penurunan kalor sebesar 55 kkal/kg atau 230,274 kJ/kg, maka tekanan uap pada tingkat

pengaturan ruang sorong uap menjadi sebesar 40 bar dan dengan mengambil nilai

(u/c1)opt sebesar 0,236 [Menurut Lit. 1 hal 81], sehingga kecepatan mutlak uap keluar

nosel :

c1 = 91,5 ho = 91,5 55 = 678,582 m/s

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
dan kecepatan keliling sudu :

u = (u/c1)opt x c1

= 0,236 x 678,582 m/s

= 160,145 m/s,

Diameter rata - rata sudu menjadi :

60 u
d1 =
n

60 160,145
d1 =
3000

= 1,01911 m = 1019,11 mm

Tingkat tekanan ini dibuat dengan derajat reaksi, dimana derajat reaksi () yang

dimanfaatkan pada sudu-sudu gerak dan sudu pengarah [Menurut lit. 1, hal. 141] adalah

1. untuk sudu gerak baris pertama = 4%

2. untuk sudu pengarah = 5%

3. untuk sudu gerak baris kedua = 4%

Kecepatan mutlak uap keluar nosel menjadi :

c1 = 91,5 (1 1 ) h0

Dari gambar 2.4 untuk tinggi nosel 15 mm diperoleh = 0,95 , maka :

c1 = 91,5 0,95 (1 0,04) 55

= 631,628 m/s

Kecepatan teoritis uap keluar nosel adalah :

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
c1 631,628
c1t = =
0,95

= 664,872 m/s

Dengan mengambil sudut masuk uap 1 sebesar 170 [Menurut lit. 1, hal. 81]

diperoleh kecepatan pada pelek (rim) :

c1u = c1 cos 1 = 631,628 cos17 o

= 604,007 m/s

dan kecepatan relatif uap terhadap sudu (1) :

1 = c12 + u 2 2 c1 u cos 1

= 631,628 2 + 160,145 2 2 631,628 160,145 cos17 o = 480,773 m/s,

Sudut kecepatan relatif menjadi :

c1 631,628
sin 1 = sin 1 = sin 17 o ; 1 = 22,5890
1 480,773

Gambar 3.3 Variasi kecepatan uap pada tingkat pengaturan sudu gerak baris I

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Dengan menetapkan sudut relatif uap keluar (2) lebih kecil 30 [Menurut Lit. 1 hal.

82] dari sudut kecepatan relatif uap masuk ( 1), maka :

2 = 22,5890 - 30 = 19,5890,

sehingga dari gambar 2.5 diperoleh = 0,86 .

Kecepatan relatif teoritis uap pada sisi keluar sudu gerak I :

12 480,773 2
2t = 91,5 + 1 h0 = 91,5 + 0,04 55
8378 8378

= 499,403 m/s

Kecepatan relatif uap pada sisi keluar sudu gerak I dengan memperhitungkan

kerugian :

2 = x 2t =0,86 x 499,403 = 429,487 m/s

dari gambar 3.3 diperoleh kecepatan mutlak uap keluar sudu gerak I :

c2 = 2 + u 2 2 2 u cos 2
2

= 429,487 + 160,145 2 2 429,487 160,145 cos19,589 o = 283,747 m/s,

dengan sudut keluar :

2 429,487
sin 2 = sin 2 = sin 19,589 o ; 2 = 30,4960
c2 283,747

maka kecepatan pada pelek (rim) adalah :

c2u = c2 x cos 2 = 283,747 x cos 30,496o = 244,464 m/s

Sehingga kerugian kalor pada nosel adalah :

c1t 2 c12 664,872 2 631,628 2


hn = = = 21,5389 kJ/kg
2001 2001

dan kerugian kalor pada sudu gerak I adalah :

2 t 2 22 499,403 2 429,487 2
hb' = = = 32,4553 kJ/kg
2001 2001
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Kecepatan mutlak uap masuk sudu gerak II :

c22
c1' = 91,5 gb + gb h0
8378

dimana gb diambil sebesar 0,95, maka :

283,747 2
c1' = 91,5 0,95 + 0,05 55 = 305,6 m/s
8378

Kecepatan teoritis uap pada sisi keluar dari sudu pengarah menjadi :

'
c1 305,6
c1t ' = =
gb 0,95

= 321,685 m/s

Dengan mengambil sudut mutlak uap masuk sudu gerak II ( 1' ) sebesar 30o

diperoleh kecepatan pada pelek (rim) :

c1u ' = c1' cos 1' = 305,6 cos 30 o

= 264,626 m/s

dan kecepatan relatif uap pada sisi masuk sudu gerak II :

1' = c1'2 + u 2 2 c1' u cos 1'

= 305,6 2 + 160,145 2 2 305,6 160,145 cos 30 o = 185,151 m/s

Sudut kecepatan relatif uap masuk ke sudu gerak II :

c1' 305,6
sin 1 ' = sin 1' = sin 30 o ; 1' = 55,6240
'
1 185,151

Dengan mengambil sudut mutlak uap keluar sudu gerak II ( 2' ) sebesar 35o, maka

dari gambar 2.5 diperoleh = 0,9 .

Kecepatan relatif teoritis uap keluar sudu gerak II :


Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
1'2 185,1512
2t' = 91,5 + 2 h0 = 91,5 + 0,04 55 = 185,088 m/s
8378 8378

Kecepatan relatif uap pada sisi keluar sudu gerak II dengan memperhitungkan

kerugian :

2' = 2 t ' = 0,9 185,088 = 166,579 m/s

dan kecepatan mutlak uap keluar sudu gerak II :

c2 ' = 2'2 + u 2 2 2' u cos 2'

= 166,579 2 + 160,145 2 2 166,579 160,145 cos 35 o = 98,478 m/s

Dengan nilai-nilai kecepatan dan besar sudut yang sudah diketahui, maka dapat

digambarkan segitiga kecepatan untuk tingkat pengaturan ini, yaitu :

Gambar 3.4 Segitiga kecepatan tingkat pengaturan

( )
Dari gambar 3.4 diatas didapat sudut keluar uap sudu gerak II 2' sebesar 104o dan

kecepatan pada pelek (rim) menjadi :

c2u' = c2' x cos 2' = 98,478 x cos 104o = -23,691 m/s


Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Sehingga kerugian kalor pada sudu pengarah adalah :

c1t ' 2 c1'2 321,685 2 305,6 2


hgb = = = 5,0421 kJ/kg
2001 2001

dan kerugian kalor pada sudu gerak baris II adalah :

2 t ' 2 2'2 185,088 2 166,579 2


hb'' = = = 3,2528 kJ/kg
2001 2001

serta kerugian akibat kecepatan keluar uap dari sudu gerak baris II :

c 2'2 98,478 2
he = = = 4,8464 kJ/kg
2001 2001

Efisiensi pada keliling cakram dihitung adalah :

2 u (c1u + c2u )
u = 2
c1

=
[( ) (
2.u c1u + c1' u + c2u + c2' u )]
2
c1

2.160,145((604,007 + 264,626 ) + (244,464 23,691))


= = 0,70886
678,582 2

Untuk memeriksa ketepatan perhitungan kerugian kerugian kalor yang diperoleh

diatas hasilnya dibandingkan dengan hasil hasil yang diperoleh untuk nilai u/c1 yang

optimum :

h '0 (h n + h 'b + h gb + h 'b' + h e )


u =
h '0

230,274 (21,5389 + 32,4553 + 5,0421 + 3,2528 + 4,8464)


= = 0,7085 ,
194,69

kesalahan perhitungan 0,70886 0,7085 100% = 0,05079% , karena masih di bawah


0,70886

2%, maka perhitungan diatas sudah tepat.

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Gambar 3.5 Diagram i-s untuk tingkat pengaturan

Dari perhitungan sebelumnya untuk tinggi nosel 15 mm, akan dapat ditentukan

derajat pemasukan parsial sebagai berikut :

G1v1 92,456 x0,0747


= = = 0,7778
dlc1 sin 1 .1,01911x0,015 x631,628 x sin 17 0

Sehingga dari persamaan 2-6 dapat ditentukan kerugian daya akibat gesekan cakram

dan pengadukan, yaitu :

u3
N ge ,a = 1,07 d 6 u
2

10

160,145 3 1
= 1 1,07 1,019112
10 6 0,0747

= 61,1277 kW

dan kerugian kalor yang terjadi dari persamaan 2-8 adalah :

102 N ge,a 102.61,1277 4,1868


hge,a = = = 0,6612 kJ/kg
427 G 427 92,456

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Uap dari perapat labirin ujung depan dibuang ke ruang sorong uap ekstraksi yang

II
kedua dengan tekanan p eks = 5,431 bar, sedangkan tekanan sesudah nosel tingkat

pengaturan sebesar p1' = 40,667 bar. Tekanan kritis pada perapat-perapat labirin persis

sebelum ruangan dari mana uap dibuang adalah :

0,85 p1' 0,85 40,667


pkr = = = 3,738 bar
z + 1,5 84 + 1,5

Dimana z adalah jumlah ruang perapat labirin yang diambil sebanyak 84 buah.

Sehingga besarnya kebocoran uap melalui perapat-perapat labirin dihitung dari

persamaan 2-11, yaitu :

g ( p1'2 p eks
II 2
)
Gkebocoran = 100 f s
z p1' v1

9,81 (40,667 2 5,4312 )


= 100 0,94286 10 3 = 0,7131 kg/s
84 40,667 0,081556

Dimana dalam hal ini diambil diameter poros (d) sebesar 500 mm, lebar celah antara

poros dengan paking labirin (s ) sebesar 0,6 mm, sehingga luas melingkar untuk aliran

uap (fs) adalah :

fs = x d x s = x 0,5 x 0,6 x 10-3 = 0,94286 x 10-3 m2

Kalor total uap sebelum nosel tingkat kedua adalah :

i0 ' = i0 - (h0 - h kerugian)

= 3520,6 - (230,274 67,7965)

= 3358,1225 kJ/kg

Dimana :

h kerugian = hn + hb' + hgb + hb'' + he + hge,a

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
= 21,5389 + 32,4553 + 5,0421 + 3,2528 + 4,8464 + 0,6612

= 67,7965 kJ/kg

Sehingga kondisi uap sebelum nosel tingkat kedua ditentukan oleh tekanan 40 bar

dan temperatur 458,333 0C.

3.6 Perhitungan Kalor dari Tingkat Pengaturan sampai Ekstraksi I

Penurunan kalor teoritis dari tekanan 40 bar dan temperatur 458,333 0C ke tekanan

sampai ekstraksi pertama adalah :

h 0 ' = 3358,1225 2998,333 = 359,7895 kJ/kg

Perhitungan pendekatan menunjukkan bahwa empat tingkat dapat dipasang pada

selang hingga ke titik ekstraksi pertama. Dengan membuat penurunan kalor yang sama

pada setiap tingkat, diperoleh :

359,7895
h0 rata -rata = = 89,947 kJ/kg
4

Penurunan kalor untuk ketiga tingkat yang berurutan didistribusikan sebagai berikut

1. Pada tingkat yang kedua sebesar = 89,77 kJ/kg = 21,4412 kkal/kg

2. Pada tingkat yang ketiga sebesar = 89,85 kJ/kg = 21,4603 kkal/kg

3. Pada tingkat yang keempat sebesar = 89,97 kJ/kg = 21,489 kkal/kg

4. Pada tingkat yang kelima sebesar = 90,1995 kJ/kg = 21,5438 kkal/kg

Tekanan uap sesudah tiap-tiap tingkat, dari diagram Mollier (i-s) adalah

p 2II = 31,0769 bar setelah tingkat yang kedua, p 2II = 23,8889 bar setelah tingkat yang

ketiga, p 2IV = 17,5 bar setelah tingkat keempat dan p eks


I
= 12,544 bar setelah tingkat

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
yang keempat. Pada tingkat kedua turbin untuk memperkecil kerugian pemasukan, akan

dibuat terjadi 5% reaksi pada setiap baris sudu.

Untuk tingkat kedua dipilih perbandingan kecepatan (u/c1)opt = 0,41, sehingga

kecepatan mutlak uap keluar nosel tingkat kedua :

c1 = 91,5 h0 = 91,5 21,4412 = 423,687 m/s

Kecepatan keliling pada sudu adalah :

u = (u/c1)opt x c1

= 0,41 x 423,687

= 173,712 m/s

Diameter rata-rata sudu pada tingkat pengaturan menjadi :

60 u 60 173,712
d= =
n 3000

= 1,10544 m = 1105,44 mm

Penurunan kalor pada nosel tingkat kedua :

h01 = (1-) x h0 = (1 0,05) x 21,4412 = 20,3691 kkal/kg,

dan pada sudu gerak sebesar :

h02 = 21,4412 20,3691 = 1,0721 kkal/kg

Kecepatan aktual uap adalah :

c1 = 91,5 h01 = 91,5 0,96 20,3691 = 396,440 m/s

Dimana = 0,96 diambil dari gambar 2.4,

maka kecepatan teoritis uap :

396,440
c1t = = 412,959 m/s
0,96

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Sudut masuk uap (1) diambil sebesar 14,9o sehingga bila = 1 tinggi nosel yang

akan diperoleh berada dalam jangka yang diizinkan, sehingga kecepatan pada pelek

(rim) adalah :

c1u = c1 x cos 1 = 396,440 x cos 14,9o = 383,1 m/s

dan kecepatan relatif uap terhadap sudu gerak :

1 = c12 + u 2 2 c1 u cos 1

= 396,440 2 + 173,712 2 2 396,440 173,712 cos14,9 o = 232,8924 m/s,

besar sudut kecepatan relatif ini adalah :

c1 396,440
sin 1 = sin 1 = sin 14,9 o
1 232,8924

1 = 25,9570

Sudut keluar relatif uap (2) menjadi sebesar :

2 = 1 - 30 = 25,9570 - 30 = 22,9570

sehingga dari gambar 2.5 diperoleh = 0,86

Kecepatan relatif uap meninggalkan sudu gerak ingkat kedua diperoleh melalui

persamaan berikut ini :

12 232,8924 2
2 = 91,5 + h01 = 91,5 0,86 + 0,05 20,3691
8378 8378

= 215,3924 m/s

maka kecepatan relatif uap teoritis menjadi :

2 215,3924
2t = = = 250,4563 m/s
0,86

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Selanjutnya kecepatan uap meninggalkan sudu gerak tingkat yang kedua adalah :

c2 = 22 + u 2 2 2 u cos 2

= 215,3924 2 + 173,712 2 2 215,3924 173,712 cos 22,957 o = 87,5451 m/s

Dengan nilai-nilai kecepatan dan besar sudut yang sudah diketahui, maka dapat

digambarkan segitiga kecepatan untuk tingkat kedua ini, yaitu :

Gambar 3.6 Segitiga kecepatan tingkat kedua

Dari gambar 3.6 diatas didapat sudut keluar uap sudu gerak tingkat kedua 2 ( )
sebesar 730 dan kecepatan pada pelek (rim) menjadi:

c2u = c2 x cos 2 = 87,5451 x cos 73o = 25,5957 m/s

Sehingga kerugian kalor pada nosel adalah :

c1t 2 c12 412,959 2 396,440 2


hn = = = 6,6815 kJ/kg
2001 2001

dan kerugian kalor pada sudu gerak tingkat kedua adalah :

2 t 2 22 250,4563 2 215,3924 2
hb = = = 8,1631 kJ/kg
2001 2001

serta kerugian akibat kecepatan keluar uap dari sudu gerak tingkat kedua adalah :
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
c 22 87,54512
he = = = 3,8301 kJ/kg
2001 2001

Efisiensi pada keliling cakram dihitung sebagai berikut :

2 u (c1u c 2 u )
u = 2
c1

2 173,712 (383,1 + 25,5957)


= = 0,79098
423,687 2

Untuk memeriksa ketepatan perhitungan kerugian kerugian kalor yang diperoleh

diatas hasilnya dibandingkan dengan hasil hasil yang diperoleh untuk nilai u/cad yang

optimum :

h0 (hn + hb + he )
u =
h0

89,77 (6,6815 + 8,1631 + 3,8301)


= = 0,7919 ,
89,77

kesalahan perhitungan 0,7919 0,79098 100% = 0,12523 % , karena masih dibawah


0,7919

2%, maka perhitungan diatas sudah tepat.

Untuk tingkat kedua ini = 1 , maka dari persamaan 2-6 dapat ditentukan daya yang

hilang akibat gesekan dan pengadukan, sebagai berikut :

u3 173,712 3 1
N ge ,a = 1,07 d 2 u = 1 1,07 1,10544 2

10 6 10 6 0,098

= 69,8219 kW

dan besarnya kerugian kalor, adalah :

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
102 N gea 102 69,8219 4,1868
hge,a = = = 0,7553 kJ/kg
427 G 427 92,456

Kalor total uap sesudah sudu-sudu dengan memperhitungkan kerugian adalah :

i2' = 3358,1225 89,77 + (6,6815 + 8,1631 + 3,8301 + 0,45992 ) kJ/kg

= 3287,48712 kJ/kg

Kebocoran uap melalui perapat labirin :

g ( p12 p I 2 )
Gkebocoran = 100 f s
z p1 v1

9,81 (40 2 31,0769 2 )


= 100 0,628 10 3 = 1,3269 kg/s
8 40 0,098164

maka kerugian kalor akibat kebocoran adalah :

Gkebocoran
hkebocoran = (i0 i2 ) =
1,3269
(70,316) = 1,0092 kJ/kg
G 92,456

Penjumlahan seluruh kerugian kalor pada tingkat kedua ini menjadi :

h kerugian = 6,6815 + 8,1631 + 3,8301 + 0,45992 + 0,61451

= 19,7491 kJ/kg

maka penurunan kalor yang bermanfaat pada tingkat kedua ini adalah :

hi = h0 - h kerugian = 89,77 19,7491 = 70,0208 kJ/kg

dan efisiensi tingkat menjadi :

hi 70,0208
oi tk = = 100% = 78%
h0 89,77

sehingga daya yang dibangkitkan oleh tingkat kedua ini adalah :

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
70,0208
427 92,456
427 G0 hi 4,1868
Ni = = = 6407,0221 kW
102 102

Untuk tingkat ketiga, diperoleh tekanan uap sebelum nosel sebesar 31,0769 bar dan

temperatur uap adalah 424,167 0C, sehingga kalor total uap sebelum nosel adalah :

ioIII + hepr = ioII + hepr hiII

ioIII + 3,9041 = 3358,1225 70,0208

ioIII = 3280,2935 kJ/kg

Pada tingkat ketiga turbin ini juga, untuk memperkecil kerugian pemasukan akan

dibuat terjadi 5% reaksi pada sudu pengarah, untuk tingkat ketiga dipilih perbandingan

kecepatan (u/c1)opt = 0,42, sehingga kecepatan mutlak uap keluar nosel tingkat ketiga :

C1 = 91,5 x ho = 91,5 x 21,4603 = 423,876 m/s

dan kecepatan keliling pada sudu adalah :

u = (u/c1)opt x c1 = 0,42 x 423,876

= 178,028 m/s

serta diameter rata-rata sudu menjadi :

60 x u 60 x 178,028
d= =
.n x 3000

= 1,13291 m = 1132,91 mm

Tingkat yang berikutnya sampai tingkat ke-8 didesain sama dengan cara yang

sebelumnya dan hasilnya ditampilkan pada tabel 3.4

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Tabel 3.4 Kondisi Uap pada tiap tingkat Turbin Uap PLTGU

Bagian
Tingkat
Parameter Tingkat Tekanan Tinggi Tingkat Tekanan Menengah Tingkat Tekanan Rendah
Ukuran Pengaturan
I II 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Laju alir uap, Go kg/det 92,456 92,456 92,456 92,456 92,456 86,095 86,095 86,095 81,153 81,153 81,153 75,745 75,745 70,649 70,649
Tekanan uap masuk, Po bar 77,9 40 31,076 23,888 17,5 12,9 9,0 7,0 5,666 3,965 2,75 1,833 1,083 0,625 0,28
0
Temperatur uap, to C 547,826 458,333 424,167 391,666 350 312,5 287,5 258,333 234,783 195,455 165,91 132,5 93,182 96,15 93
Entalpi uap masuk , io kJ/kg 3520,6 3358,122 3284,911 3211,727 3138,064 3063,086 3008,250 2952,946 2897,170 2832,373 2766,934 2701,06 2638,53 2575,88 2469,90
io+ hepr kJ/kg 3520,6 3358,122 3288,815 3215,947 3142,346 3067,486 3012,472 2957,297 2901,687 2834,819 2769,515 2703,46 2642,22 2579,74 2479,72
P fiktif bar 77,9 40 31,157 23,969 17,581 12,981 9,081 7,081 5,732 4,0109 2,781 1,85 1,095 0,632 0,283
Tekanan uap keluar 43 / 40,667 32,713 / 25,146 / 18,421 / 13,579 / 9,474 / 7,368 / 5,965 / 4,243 / 2,943/ 1,961 / 1,191 / 0,753 / 0,35 / 0,144 /
bar
nosel/sudu, p1'/p2 41,333 / 40 31,076 23,888 17,5 12,9 9,0 7,0 5,66 3,965 2,75 1,833 1,083 0,625 0,28 0,111
Tekanan kritis, pkr bar - - - - - - - - - - - - 0,361 0,161
Entalpi tekanan kritis, ikr kJ/kg - - - - - - - - - - - - - 2516,66 2375
Entalpi uap keluar , i1t kJ/kg 3290,326 3268,352 3198,965 3125,977 3052,146 3004,506 2949,473 2894,11 2828,367 2761,379 2695,9427 2633,91 2572,27 2455,49 2353,14
Penurunan kalor ke
kJ/kg - - - - - - - - - - - - - 59,219 94,905
tekanan Kritis, ho,kr
Penurunan kalor, ho kJ/kg 230,274 89,77 89,85 89,970 90,199 62,98 63,0 63,186 73,32 73,44 73,573 69,55 69,95 124,25 126,58
Derajat reaksi, % 4 4 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 7 9 15 25
Penurunan kalor pada
kJ/kg 221,063 85,281 85,357 85,471 85,689 59,201 59,22 59,395 68,920 69,033 69,158 64,68 63,654 105,61 94,93
nosel, ho1
Penurunan kalor sudu
kJ/kg 9,211 9,211 4,488 4,492 4,498 4,510 3,778 3,78 3,791 4,399 4,406 4,414 4,868 6,29 18,637 31,64
gerak, ho2
Kecepatan keluar pada
tekanan Kritis, hepr kJ/kg 0 0 3,904 4,219 4,281 4,400 4,222 4,351 4,516 2,44 2,581 2,393 3,684 3,855 9,820

ho,kr + hepr kJ/kg - - - - - - - - - - - - - 63,074 104,725


pr
ho1 + h e kJ/kg 221,063 85,281 89,261 89,690 89,970 63,601 63,442 63,746 73,437 71,479 71,740 67,074 67,339 109,467 104,757
Ckr/wkr m/det - - - - - - - - - - - - - 355,146 457,621
Kecepatan uap teoritis,
m/det 664,872 321,685 412,959 422,024 423,002 423,656 355,886 355,467 356,302 382,504 377,679 378,349 365,777 366,051 466,631 452,297
C1t/C1t
Koefisien nosel, 0.95 0.95 0.96 0.96 0.96 0.965 0.97 0.971 0.972 0.9722 0.9726 0.973 0.975 0.975 0.975 0.975
Kecepatan uap mutlak,
m/det 631,628 305,6 396,441 405,143 406,082 408,828 345,210 345,158 346,325 371,869 367,330 368,133 356,635 356,899 454,964 440,989
C1/C1
pr
ho + h e
kJ/kg 230,274 89,77 93,75 94,18 94,48 67,38 67,22 67,53 77,83 75,88 76,15 71,94 73,63 128,10 136,40

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Cad m/det 678,582 423,68 432,98 433,99 434,66 367,068 366,63 367,49 394,52 389,54 390,23 379,29 383,72 506,13 522,26
u/Cad 0,236 0,41 0,41 0,41 0,41 0,5 0,505 0,51 0,49 0,5 0,51 0,53 0,53 0,42 0,42
u/C1 0.254 0,438 0,438 0,438 0,436 0,532 0,536 0,541 0,520 0,530 0,541 0,564 0,570 0,467 0,497
Kecepatan keliling, u m/det 160,14 173,71 177,52 177,93 178,21 183,53 185,15 187,42 193,31 194,77 199,02 201,02 203,37 212,57 219,35
Diameter rata-rata, d mm 1019,11 1105,44 1129,70 1132,32 1134,07 1167,95 1178,23 1192,69 1230,19 1239,46 1266,49 1279,25 1294,20 1352,75 1395,87
1 derajat 17 30 14,9 14,9 14,9 14,9 16 16 16 13,4 13,4 12,4 14,2 14,2 13,7 16,5
Kecepatan relatif uap
m/det 480,73 185,15 232,90 238,01 238,56 241,01 176,21 174,80 174,01 189,20 183,50 178,94 169,11 167,35 253,49 238,94
masuk, 1
Sudut masuk uap
derajat 22,58 55,62 25,95 25,95 25,95 25,86 32,68 32,97 33,27 27,09 27,64 26,21 31,54 31,54 25,15 31,61
relatif, 1
Sudut keluar relatif
derajat 19,58 35 22,95 23,45 23,45 23,36 29,68 29,97 30,27 21,09 21,64 20,21 25,15 25,54 19,15 25,61
relatif , 2
2t m/det 499,40 185,08 251,35 256,11 256,65 258,97 193,20 191,92 191,25 207,61 202,47 198,37 192,15 197,93 355,43 381,64
Koefisien sudu, 0,86 0,9 0,.862 0,865 0,868 0,87 0,895 0,898 0,9 0,902 0,903 0,904 0,904 0,905 0,907 0,915
2 m/det 429,487 166,57 216,67 221,54 222,773 225,305 172,91 172,35 172,13 187,27 182,83 179,33 173,80 179,13 322,37 349,2
C2 m/det 283,74 98,47 88,38 91,88 92,55 93,83 91,91 93,31 95,06 69,95 71,87 69,20 85,86 87,83 140,18 178,68
2 derajat 30,49 104 73,0 73,7 73,4 72,2 111,3 112,6 114,1 105,5 110,2 116,4 120,6 118,4 49,0 57,7
C1u m/det 604,007 264,62 383,1 391,5 392,41 395,07 331,82 331,77 332,89 361,73 357,32 359,53 345,72 345,98 442,010 422,81
C2u m/det 244,46 -23,69 25,78 25,69 26,41 28,61 -33,43 -35,981 -38,88 -18,69 -24,92 -30,82 -43,81 -41,86 91,93 95,509
u 0,70886 0,791 0.790 0.791 0.799 0.812 0.814 0.816 0.852 0.853 0.859 0.843 0.840 0.886 0.833
Kerugian pada nosel, hn kJ/kg 21,53 5,04 6,68 6,97 7,01 6,16 3,74 3,609 3,503 4,008 3,85 3.81 3,301 3,306 5,372 5,04
Kerugian pada sudu
kJ/kg 32,45 3,25 8,11 8,25 8,11 8,14 3,711 3,563 3,473 4,01 3,78 3,59 3,356 3,543 11,19 11,84
gerak hb
Kerugian akibat
kJ/kg 4,846 3,904 4,21 4,28 4,4 4,22 4,351 4,51 2,44 2,58 2.39 3,68 3,85 9,82 15,955
kecepatan keluar, he
u 0,7085 0,791 0.783 0.784 0.792 0.814 0.817 0,818 0.857 0.860 0.866 0.851 0.846 0.787 0,740
error, 0,7778 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Vkr m3/kg - - - - - - - - - - - - - - 3,7 9,5
Volume spesifik uap
m3/kg 0.0747 0.0831 0.0982 0.133 0.167 0.217 0.284 0.353 0.425 0.496 0.682 0,881 1,476 2,53 4,463 9,562
sesudah nosel, v1
Volume spesifik uap
m3/kg 0.0750 0.0835 0.1033 0.14 0.176 0.228 0.302 0.376 0.452 0,533 0.733 0,948 1,64 2,98 5,952 13,66
sesudah sudu, v2
Berat jenis uap, u, 1
3
kg/m 13,392 10,187 7,518 5,960 4,606 3,515 2,828 2,350 2,016 1.466 1.133 0.677 0.394 0,224 0.104
Nge.a kW 61,12 69,82 57,44 46,06 35,88 31,72 26,66 23,55 23,58 17,81 15,34 9,63 5,951 4,213 2,301
Kerugian kalor akibat
kJ/kg 0,661 0,755 0.62 0,49 0.388 0,36 0.309 0.27 0.29 0.21 0.189 0,12 0.078 0.059 0.032
gesekan, hge.a
hi" kJ/kg 162,47 70,31 73,68 74,28 75,37 55,33 55,38 55,77 67,07 65,44 66,16 61,47 62,85 101,65 103,52
Penampang kebocoran,
m2 - - 9,42 9,42 9,42 9,42 9,42 9,42 9,42 9,42 9,42 9,42 9,42 9,42 9,42 9,42
fs

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Gkebocoran kg/det 0 0 1,32 1,02 0.84 0.633 0.503 0.331 0.248 0.252 0.181 0.13 0,09 0.055 0.034 0.017
hkebocoran kJ/kg 0 0 1,009 0.81 0.68 0.51 0.32 0.213 0.16 0.208 0.146 0.112 0.076 0.046 0.05 0.026
hi' kJ/kg 162,47 69,306 72,86 73,60 74,85 55,01 55,17 55,61 66,86 65,303 66,05 61,39 62,804 101,605 103,49
hkebasahan kJ/kg 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,158 0,32 1,58 2,96
hi kJ/kg 162,47 69,306 72,86 73,60 74,85 55,01 55,17 55,61 66,86 65,303 66,05 61,23 62,47 100,01 100,53
hkerugian kJ/kg 67,79 20,46 20,885 20,58 19,62 12,36 12,04 11,92 10,96 10,581 10,1 10,703 11,154 28,08 35,87
oitk % 70,55 77,20 81,1 81,80 82,99 87,35 87,57 88,009 91,2 88,92 89,78 88,05 89,32 80,49 79,41
tk
Daya tingkat, N i kW 15020,13 6407,02 6736,30 6804,001 6920,32 4735,82 4749,69 4787,18 5425,89 5298,95 5359,903 4638,06 4731,95 7065,22 7101,68

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Perhitungan Kalor dari Ekstraksi II sampai Kondensor

Untuk tingkat ke-9 sampai tingkat ke-15 akan ditentukan jumlah tepat uap yang

mengalir, dari perapat gland tekanan tinggi (ujung depan) sebagian kebocoran uap

dialirkan ke ruang sorong ekstraksi II

Gkebocoran merupakan massa alir uap dari titik penceratan pertama ke penceratan

kedua dari perapat labirin tekanan tinggi. Titik kedua penceratan mengalirkan ke dalam

ruang uap ekstraksi IV dari turbin, dengan mengambil untuk bagian labirin antara titik

penceratan pertama dan kedua terdapat delapan puluh lembar sekat (z = 80), tekanan

pada ruang labirin sebelum penceratan kedua :

II
0,85 x p eks 0,85 x 5,431
p kr = = = 0,5114 bar
z + 1,5 80 + 1,5

Tekanan uap di dalam ruang dari mana uap dicerat ke ruang sorong uap ekstraksi IV

IV
adalah p eks = 0,5783 bar, dimana pkr < p eks
IV

Jumlah uap yang mengalir di antara titik penceratan pertama dan kedua :

2 2
II
g .( p eks p eks
IV
)
Gkebocoran = 100 xf s x II '
z. p eks .v1

9,81.(5,4312 0,5783 2 )
= 100 x0,94286.10 3 x = 0,1093 kg/s
80.5,431.0,49

Jumlah uap yang dicerat ke ruang ekstraksi II :

Gperapat = Gkebocoran
I
Gkebocoran
II

= 0,7131 0,1093

= 0,6038 kg/s

Jadi jumlah uap yang mengalir melalui tingkat 9 adalah :

II
G9 = G8 - Geks + G perapat

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
= 86,095 5,545 +0,6038

= 81,1538 kg/s

Dari diagram i-s diperoleh bahwa uap sewaktu mengembang dari tingkat ke-12

sampai tingkat ke-15 akan menjadi basah, jadi kerugian akibat kebasahan harus

diperhitungkan. Untuk tingkat ke-12, kerugian kalor akibat kebasahan adalah :

x1 + x 2
hkebasahan = (1 ).h1
2

= (1 0,985).10,54527

= 0,15818 kJ/kg

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
BAB 4

PERHITUNGAN UKURAN UTAMA TURBIN UAP PLTGU

4.1 Nosel dan Sudu Gerak

Nosel merupakan suatu laluan yang penampangnya bervariasi dimana energi

potensial uap dikonversikan menjadi energi kinetik berupa pancaran uap ke sudu gerak

turbin. Dari penyelidikan-penyelidikan secara teoritis dan percobaan, ternyata bahwa

uap yang mengalir melalui bagian nosel dengan penampang konvergen sewaktu

berekspansi didalamnya hanya mencapai nilai minimum tertentu [Menurut Lit. 1, hal.

21] yang disebut tekanan kritis (pkr) yang sama dengan 0,577.po untuk uap jenuh dan

0,546.po untuk uap panas lanjut. Kecepatan uap pada tekanan ini disebut kecepatan

kritis.

Bila tekanan sesudah nosel lebih besar dari tekanan kritis p1 > pkr, maka ekspansi

uap yang terjadi hanya sampai tekanan p1, dalam hal ini digunakan nosel konvergen,

sedangkan untuk mendapatkan tekanan sisi keluar p1 < pkr dan kecepatan superkritis c1

> ckr digunakan nosel konvergen divergen [Menurut Lit. 1, hal. 21]. Untuk menentukan

jenis nosel yang digunakan dalam perencanan ini, terlebih dahulu ditentukan harga-

harga tekanan kritis pkr pada tiap-tiap tingkat.

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
4.1.1 Tinggi Nosel dan Sudu Gerak

Kondisi uap pada tingkat pertama adalah uap panas lanjut, maka tekanan kritisnya :

pkr = 0,546 x p0

= 0,546 x 77,9 bar

= 42,5334 bar

dimana tekanan sesudah nosel p1 = 43bar, karena p1 lebih besar dari pkr, maka

digunakan nosel konvergen.

Penampang sisi keluar nosel [Menurut lit. 1, hal. 22] adalah :

Go
f1 = 1 (m2) ...(4-1)
c1

Dimana :

G0 = massa aliran uap = 92,456 kg/s

1 = volume spesifik uap pada penampang sisi keluar = 0,0747 m3/kg

c1 = kecepatan aktual uap pada penampang sisi keluar = 631,628 m/s

Maka :

92,456
f1 = 0,0747 = 0,010934 m2 = 109,34 cm 2
631,628

Tinggi nosel disarankan antara 10 mm - 20 mm, dan derajat pemasukan parsial,

tidak kurang dari 0,2 [lit, hal 56]. Untuk turbin-turbin dengan kapasitas besar dan

menengah dengan sudu-sudu yang relatif besar, nilai derajat pemasukan parsial dapat

mencapai satu. Sehingga dengan membuat tinggi nosel ln sebesar 15 mm akan

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
diperoleh nilai derajat pemasukan parsial 0,7778. Jumlah nosel yang dipakai,

direncanakan zn = 50 buah, dimana nosel dipasang disekeliling cakram, sehingga luas

penampang setiap nosel adalah :

f1 109,34 cm 2
f1 = = = 2,1868 cm2
zn 50

Lebar penampang sisi keluar nosel adalah :

f1' 2,1868
a= = = 1,458 cm
l 1,5

Tinggi sisi masuk sudu gerak baris yang pertama dibuat sebesar :

l1 ' = ln + 2 = 15 + 2 = 17 mm

Tinggi sudu gerak baris yang pertama pada sisi keluarnya, dari [Menurut lit. 1, hal.

58] adalah :

'
G o .v1
l1 '' = ...(4-2)
.d.. 2 sin 2

Dimana :

1' : volume spesifik uap keluar sudu gerak baris pertama = 0,075 m3/kg

f1
=
.d .l.sin 1

0,010934
=
.1,01911.15.10 3. sin 17 o

= 0,7778

Maka :

92,456 x0,075
l1 '' = = 0,01933 m = 19,33 mm
1,01911 0,7778 429,487 sin 19,589 o

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Tinggi masuk sudu pengarah :

lgb = l1 '' + 0,5

= 19,33 + 0,5

= 19,83 mm

Tinggi sisi keluar sudu ini akan sebesar [Menurut lit. 1, hal. 56] adalah :

G o .v gb
lgb'' = ...(4-3)
.d..c1 sin 1
' '

92,456.0,0831
= = 0,02018 m
1,01911 0,7778 305,6 sin 30 o

= 20,18 mm

Tinggi sudu gerak sisi masuk baris kedua :

l2 ' = lgb " + 2

l2 ' = 20,18 + 2

= 22,18 mm

Tinggi sudu gerak sisi keluar baris kedua, dari [Menurut lit. 1, hal. 58] adalah :

Go .v2
l2 '' = ...(4-4)
.d . .2 ' sin 2 '

92,456.0,0835
= = 0,02521 m
1,01911 0,7778 166,579 sin 35 o

= 25,21 mm

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Berikut ini merupakan gambar penampang nosel, sudu gerak, dan sudu pengarah

untuk tingkat pengaturan :

Gambar 4.1 Ukuran Nosel dan Sudu Gerak

4.1.2 Lebar dan Jari-jari Busur Sudu

Dari pengalaman bahwa untuk hasil-hasil yang baik diperoleh bila lebar sudu gerak

40 mm dan lebar sudu pengarah 30 mm. Besarnya jari-jari busur dari profil sudu baris

pertama dapat dihitung dengan persamaan :

b 40
R1 = = = 21,443 mm
cos 1 + cos 2 cos 22,589 + cos19,589 o
o

Jari-jari busur sudu pengarah :

b 30
Rgb = = = 17,364 mm
cos 2 + cos 1
'
cos 30,496 o + cos 30 o

Jari-jari busur sudu gerak baris kedua :

b 40
R2 = = = 28,906 mm
cos 1 + cos 2
' '
cos 55,624 o + cos 35 o

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
4.1.3 Jarak bagi antara Sudu

Jarak antara masing-masing sudu pada sudu gerak turbin dapat dihitung dengan

persamaan :

1. Jarak bagi sudu-sudu gerak baris pertama :

R1 21,443
t1 = = = 29,807 mm
sin 1 + sin 2 sin 22,589 o + sin 19,589 o

2. Jarak bagi sudu-sudu pengarah :

R gb 17,364
tgb = = = 17,235 mm
sin 2 + sin 1
'
sin 30,496 o + sin 30 o

3. Jarak bagi sudu-sudu gerak baris kedua :

R2 28,906
t2 = = = 20,663 mm
sin 1 + sin 2
' '
sin 55,624 O + sin 35 O

Berikut ini merupakan gambar penampang profil sudu gerak dengan jarak bagi

antara sudu :

Gambar 4.2 Jarak bagi dari profil sudu gerak

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
4.1.4 Jumlah Sudu

Jumlah sudu pada tingkat pengaturan dihitung dengan persamaan :

1. Pada sudu gerak baris pertama :

.d 1019,11
zs,1 = = = 107 sudu
t1 29,807

Dimana :

d = diameter sudu rata rata tingkat pertama = 1019,11 mm

t1 = jarak bagi sudu baris pertama = 29,807 mm

2. Pada sudu pengarah :

.d 1019,11
zgb = = = 186 sudu
t gb 17,235

3. Pada sudu gerak baris kedua :

.d 1019,11
zs,2 = = = 155 sudu
t2 20,663

4.1.5 Nosel dan Sudu Gerak Tingkat 2

Tinggi sisi keluar nosel tingkat kedua, disebabkan adanya kebocoran melalui

diafragma, ditentukan dengan persamaan :

(G Gkebocoran ) 1
ln =
dc1 sin 1

(92,456 1,3269).0,0982
=
.1,10544.396,440. sin 14,9 o

= 0,02525 m = 25,25 mm

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Dan tinggi sisi keluar sudu :

G 2
l2 " =
d 2 sin 2

92,456 x0,1033
=
.1,10544.215.3924. sin 22,957 o

= 0,03253 m = 32,53 mm

Untuk tingkat ke-3 sampai tingkat ke-15 dengan cara yang sama seperti diatas

diperoleh ukuran utama nosel dan sudu gerak dan hasilnya ditabelkan pada tabel 4.1

berikut ini :

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Tabel 4.1 Ukuran Nozel dan Sudu Gerak

Bagian
Parameter Tingkat Pengaturan Tingkat Tekanan Tinggi Tingkat Tekanan Menengah Tingkat Tekanan Rendah
I II 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Laju aliran uap, Go (kg/s) 92,45 92,45 92,45 92,45 92,45 86,09 86,09 86,09 81,15 81,15 81,15 75,74 75,74 70,64 70,64
Gkebocoran (kg/s) 0 1,326 1,020 0,848 0,633 0,503 0,331 0,248 0,252 0,181 0,137 0,093 0,055 0,034 0,017
Tekanan masuk, P0 (bar) 77,9 40 31,07 23,88 17,5 12,9 9,0 7,0 5,67 3,96 2,75 1,83 1,08 0,62 0,28
Tekanan kritis , Pkr (bar) 42,53 21,84 16,96 13,04 9,55 7,04 4,91 3,82 3,09 2,16 1,50 1,05 0,62 0,36 0,16 42,53
Tekanan keluar, P1 (bar) 43 40,66 32,71 25,14 18,42 13,57 9,47 7,36 5,96 4,24 2,94 1,96 1,19 0,75 0,35 0,14
Diameter rata-rata, d (mm) 1019,1 1105,4 1129,7 1132,3 1134,07 1167,9 1178,2 1192,6 1230,1 1230,4 1266,4 1279,2 1294,2 1352,7 1395,8
Volume spesifik keluar nozel, v1
0.074 0.083 0.098 0.133 0.167 0.217 0.284 0.353 0.425 0.496 0.682 0,881 1.476 2,533 4,464 9,562
(m3/kg)
Kecepatan uap keluar nozel, C1
631,6 305,6 396,4 405,14 406,08 408,82 345,21 345,15 346,32 371,86 367,33 368,13 356,63 356,89 454,96 440,98
(m/s)
2
Penampang nozel, f1 (cm ) 109,3 251,4 228,9 303,5 381,9 490,9 709,4 881,8 1057,7 1082,3 1506,6 1944,1 3134,8 5375,8 6932,4 15319,0
Tinggi nosel, ln (mm) 15 20,18 23.29 25.34 34.97 40.04 46.89 47.39 53.19 73.71 106.54 144.51 200.76 280.11 438.85 605.12
Jumlah nozel, zn (buah) 50 65 50 50 50 50 55 55 55 50 50 50 50 50 50 65
Lebar nozel, a (mm) 14,58 19,17 18,13 18,47 18,48 18,46 18,51 1864 18,85 17,98 18,10 17,13 19,76 19,98 18,97 20,03
Tinggi sudu gerak masuk, l' (mm) 17 22,18 27,25 34,87 43,34 55,18 71,68 88,03 104,03 122,37 168,46 228,98 319,34 540,17 732,70 1176,64
Volume spesifik keluar sudu gerak,
0.075 0.083 0.103 0.14 0.176 0.228 0.302 0.376 0.452 0.533 0.733 0,948 1.64 2,98 5,95 13,66
v2 (m3/kg)
1 (derajat) 17 30 14,9 14,9 14,9 14,9 16 16 16 13,4 13,4 12,4 14,2 14,2 13,7 16,5
1 (derajat) 22,58 55,62 25,95 25,95 25,95 25,86 32,68 32,97 33,27 27,09 27,64 26,21 31,15 31,54 25,15 31,61
2 (derajat) 19,58 35 22,95 23,45 23,45 23,36 29,68 29,97 30,27 21,09 21,64 2021 25,15 25,54 19,15 25,61
2 (m/s) 429,48 166,57 216,67 221,54 222,77 225,30 172,91 172,35 172,13 187,27 182,83 179,33 173,80 179,13 322,37 349,20
Tinggi sudu gerak keluar, l'' (mm) 19,33 25,21 32,53 41,32 51,72 66,32 82,86 101,51 119,77 166,00 226,5 311,84 418,08 718,17 934,72 1456,71
Lebar sudu gerak, b (mm) 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 45 50 50
Jari-jari busur, R (mm) 21,44 25,14 21,98 22,02 22,02 22,005 23,38 23,46 23,53 21,94 22,03 21,79 22,71 25,65 27,03 28,52
Jarak bagi sudu, t (mm) 29,80 20,66 26,54 26,34 26,34 26,41 22,58 22,46 22,35 26,89 26,45 27,66 24,09 26,86 35,87 29,80
Jumlah sudu gerak Zs (buah) 107 155 131 135 135 135 163 165 168 144 147 144 167 151 119 147

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
4.2 Kekuatan Sudu

Kekuatan sudu turbin cukup dihitung pada bagian-bagian yang terlemah, dan bila

pada bagian ini ternyata sudah aman, maka bagian yang lain akan lebih aman.Besarnya

tegangan tarik akibat gaya sentrifugal dengan nilai terbesar yaitu pada sudu gerak

tingkat akhir (tingkat ke-15), yang dapat dihitung dengan persamaan dari lit. 1 hal. 288

2 n 2 as As
= l15 xr + xt s xrs (kg/cm2) ....(4-5)
900 xg Ao

Dimana :

n = putaran roda turbin = 3000 rpm

as = massa jenis bahan Alloy Stell = 0,28 lb/in3 = 0,00785 kg/cm3

l15 = tinggi rata-rata sudu gerak tingkat ke-15 = 131,7675 cm

r = jari-jari rata-rata sumbu sudu = 139,5878/2 = 69,794 cm

rs = jari-jari rata-rata plat penguat sudu

= r + 0,5 x l15 + 0,5 x s ; (s = tebal selubung = 0,3 cm)

= 69,794 + 0,5 x 131,7675 + 0,5 x 0,3 = 135,828 cm

ts = panjang setiap bilah selubung

rs 135,828
= 2 . = 2 x x = 5,808 cm
z15 147

Ao = luas penampang sudu paling lemah, pada akar sudu

= 15,4 cm2

As = luas plat penguat sudu = 1,1 cm2

maka :

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
2 x3000 2 x0,00785 1,1
= x 131,7675 x69,794 + x5,808 x135,828 kg / cm 2
900 x981 15,4

= 7328,321 kg/cm2 = 102,881 kpsi

Tegangan tarik akibat gaya sentrifugal yang diizinkan untuk bahan Alloy Steel AISI

1050 As-rolled (Lampiran IV) adalah sebesar 105,0 kpsi, jadi pemilihan bahan di atas

sudah aman.

Tegangan lentur akibat tekanan uap [Menurut lit. 1, hal. 291-292] dapat ditentukan

dari persamaan berikut ini :

1. Besarnya gaya akibat rotasi pada sudu gerak tingkat ke-15 :

427.Go hi
Pu,15 = (kg) ...(4-6)
.u.z s ,15

Dimana :

hi = penurunan kalor yang berguna pada tingkat ke-15 = 24,012 kkal/kg

= derajat pemasukan parsial = 1

zs,15 = jumlah sudu tingkat ke-15 = 147 buah

u = kecepatan keliling = 219,3523 m/s

Go = laju aliran uap pada tingkat ke-15 = 70,6498 kg/s

Maka :

427 70,6498 24,012


Pu,15 =
1 219,3523 147

= 22,465 kg

2. Gaya yang terjadi akibat perbedaan tekanan uap masuk dan keluar sudu adalah :

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
"
Pa,15 = l 15 . t15 (p1 p2) (kg) ...(4-7)

Dimana :

"
l 15 = tinggi sudu gerak keluar tingkat ke-15 = 145,671 cm

t15 = jarak antara sudu pada diameter rata rata = 2,9807 cm

p1 = tekanan uap sebelum sudu = 0,1447 bar = 0,14736 kg/cm2

p2 = tekanan uap sesudah sudu = 0,11113 bar = 0,1133 kg/cm2

Maka :

Pa,15 = 145,671 x 2,9807 (0,14736 0,1133)

= 14,93045 kg

3. Gaya yang bekerja akibat perbedaan momentum uap yang mengalir :

Go (c1 u - c 2 u )
Pa,15 = (kg) ...(4-8)
g . .z s ,15

70,6498(422,815 95,509)
Pa,15 = = 16,0354 kg
9,81.1,0.147

Gambar berikut ini menunjukkan arah resultan gaya yang dikerjakan oleh uap pada

sudu gerak :

Gambar 4.3 Gaya-gaya lentur pada Sudu


Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Sehingga besarnya resultan gaya (Po15) akibat tekanan uap dihitung dengan

persamaan :

Pu,15 +( Pa ,15 + Pa ,15 ' ) 2


2
Po,15 = (kg) ...(4-9)

Po,15 = (22,465) 2 + (14,93045 + 16,0354) 2

= 38,257 kg

Dengan menganggap Po,15 konstan sepanjang sudu gerak ke-15 maka momen

lengkung yang terjadi (Mx,15) adalah :

P15 .l15
Mx,15 = (kg.cm) ...(4-10)
2

Dimana : P15 = Po,15 cos = Po,15 (karena turbin impuls = 0)

l15 = 131,7675 cm

Sehingga :

18,257 131,7675
Mx,15 = = 2520,515 kg.cm
2

Tegangan lentur akibat tekanan uap dengan nilai terbesar yang terjadi di sepanjang

sudu gerak tingkat ke-15 dapat dihitung dengan persamaan :

b = Mx,15 / W y ,15 (kg/cm2) ...(4.11)

Dimana :

Wy,15 : momen perlawanan terkecil sudu relatif terhadap yy = 7,16 cm3

maka :

2520,515
b = = 352,027 kg/cm2
7,16

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
untuk turbin pemasukan penuh : b 380 kg / cm 2 , dengan demikian konstruksi sudu

yang direncanakan sudah aman.

4.3 Getaran Sudu

Getaran yang terjadi pada turbin adalah karena ketidakteraturan aliran uap yang

keluar nosel dan sudu pengarah. Frekuensi dinamis (fd) dari getaran yang terjadi

[Menurut lit. 1, hal. 298] dapat dihitung dengan persamaan :

fd = f st2 + B.n 2 (rps) ...(4-12)

Dimana :

fst = frekuensi statik getaran alami rakitan sudu = 160 rps

B = koefisien yang memperhitungkan pengaruh putaran yang

dihitung dengan :

Drata rata
B = 0,8 x 0,85
l 2"

1395,878
B = 0,8 x 0,85
1456,71

= 0,1082

n = putaran turbin = 3000 rpm = 50 rps.

Maka :

fd = (160) 2 + 0,1082(50) 2

= 160,843 rps

Nilai dari fd mempunyai batasan : Fd 7n, maka :

fd 7 x 50

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
160,843 rps 350 rps,

maka perancangan turbin aman dari getaran.

4.4 Perhitungan Ukuran Cakram

Jenis cakram yang dipilih adalah jenis cakram konis karena sesuai untuk tingkat

dengan diameter besar dalam hal distribusi tegangan yang lebih merata pada kelepak.

Tegangan radial akibat sesuaian paksa pada poros, r0 = -100 kg/cm2 [Menurut lit. 1,

hal. 307]. Tegangan radial pada jari-jari r2 akibat gaya sentrifugal sudu-sudu dan pelek

(rim) adalah r2 = 2220,829 kg/cm2.

ro = jari-jari dalam cakram = 0,5 dp = 0,5 x 500 = 250 mm

r2 = jari-jari luar cakram = d/2 = 697,939mm

r1 = jari jari hub = r2/2 = 348,9695 mm

y1 = tebal kaki cakram = 70 mm (ditetapkan). [lit 1, hal 286]

y = tebal cakram bagian atas = 20 mm (ditetapkan)

y0 = tebal hub = 2.y1= 140 mm (ditetapkan)

Gambar berikut ini akan menunjukkan parameter-parameter yang ada pada cakram

konis.

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
R

Gambar 4.4 Penampang Cakram Konis

Jari-jari konis sempurna (R pada gambar 4.4) dihitung dari persamaan :

r2 y1 - r1 y
R= ...(4-13)
y1 - y

(697,939.70) (348,9695 20)


=
70 20

= 837,526 mm = 83,7526 cm

Tegangan lentur pada bagian cakram yang tipis pada jari-jari R = 83,75268 cm

dihitung dengan persamaan :

as
u = U2 (kg/cm2) ...(4-14)
g

Dimana :

U = kecepatan keliling pada jari-jari R

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
.R.n .83,7526.3000
U = =
30 30

= 26298,34152 cm/s

as = massa jenis bahan Alloy steel = 0,00785 kg/cm3

Maka :

0,00785.(26298,34152) 2
u =
981

u = 5534,2321 kg/cm2

Tegangan pada bagian dalam cakram pada jari-jari r1 dihitung dari :

as
u = U12 (kg/cm2) ...(4-15)
g

Dimana :

.R1 .n .34,89695 3000


U1 = = = 10957,6423 cm/s
30 30

Maka :

0,00785.(10957,6423) 2
u =
981

u = 960,8042 kg/cm2

Untuk menghitung tegangan-tegangan pada bagian utama cakram konis, dihitung

melalui persamaan-persamaan [Menurut lit. 1, hal. 312] :

a. Tegangan radial pada jari-jari r2

r2 = u . p0 + A.p1 + B.p2 (kg/cm2) ...(4-16)

b. Tegangan radial dan tangensial pada kelepak (collar) jari-jari r1

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
r1 = u . p0 + A.p1 + B.p2 (kg/cm2) ...(4-17)

t1 = u . q0 + A.q1 + B.q2 (kg/cm2) ...(4-18)

Dimana : A dan B adalah konstanta integrasi yang diperoleh dari kondisi batas,

sedangkan p dan q adalah koefisien yang tergantung pada perbandingan r/R = x.

Tegangan-tegangan pada bagian utama hub [Menurut lit. 1, hal. 312-313] adalah :

a. Pada jari-jari r hub = r1

t1 = thub + (1-y1/y0). v. r1 (kg/cm2) ...(4-19)

Dimana : v = koefisien pemampatan melintang = 0,3. [lit b1, hal 308]

b. Pada permukaan melingkar cakram pada jari-jari r0

y1
r0 = lo. u + l1o . r1 + l2o thub (kg/cm2) ...(4-20)
y0

Dimana : koefisien p0, p1, p2, q0, q1 dan q2 diperoleh dari kurvakurva yang diberikan

pada gambar 4.5 berikut ini :

Gambar 4.5 Berbagai Koefisien untuk Cakram Konis

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Koefisien-koefisien untuk persamaan (4-16) diperoleh dari :

r2 69,7939
x= = = 0,8333
R 83,7526

Maka dari gambar 4.5 diperoleh : p0 = 0,07 ; p1 = 6,5 ; p2 = -0,25.

Koefisien untuk persamaan (4-17) dan (4-18) :

r1 34,89695
x= = = 0,4167
R 83,7526

Diperoleh : p0 = 0,165 ; p1 = 2,3 ; p2 = -2,85 ; q0 = 0,173 ; q1 = 1,93 ; q2 = 6,35.

Koefisien - koefisien 1o, 11o, l2o dihitung dari ro/r hub = 250/348,9695 = 0,7164 dan

rhub/r0 = 348,9695/250 = 1,39588, sehingga :

1o = 3,3/8 [0,7875 (r0/rhub)2 + 0,2125(rhub/r0)2]

1o = 3,3/8 [0,7875 (0,7164)2 + 0,2125(1,39588)2] = 0,2839



l1o = 0,5 [1 + (r0/rhub)2] (rhub/r0)2

l1o = 0,5 [1 + (0,7164)2] (1,39588)2 = 1,4742



12o= -0,5 [1 - (r0/rhub)2] (rhub/r0)2

12o = -0,5 [1 - (0,7164)2] (1,39588)2 = -0,4742

Dengan mensubstitusikan koefisien koefisien dan nilai numerik y1, yo dan y ke

persamaan (4-16), (4-17), (4-18), (4-19) dan (4-20) dengan bilangan yang belum

diketahui pada sisi kiri diperoleh :

2220,829 = 5534,2321 (0,07) + A.6,5 + B (-0,25)

6,5 A 0,25 B = 1833,4328 ...1)

r1 = 5534,2321 (0,165) + A.2,3 + B (-2,85)

2,3 A 2,85 B - r1 = -913,148 ...2)


Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
t1 = 5534,2321 (0,173) + A.1,93 + B (6,35)

1,93 A + 6,35 B - t1 = -957,422 ...3)

t1 = thub + (1- 70/140) 0,3 . r1

thub + 0,15r1 - t1 = 0 ...4)

-100 = 0,2839 (960,8042) + 1,4742 (70/140) . r1 + (-0,4742). t hub

0,4742 thub 0,7371 r1 = 372,772 ...5)

Persamaan diatas diselesaikan dengan jalan menghilangkan bilangan yang tidak

diketahui secara berurutan. Dengan membagi persamaan 5) dengan 0,4742 dan

mengurangkannya ke persamaan 4) diperoleh :

1,7044 r1 - t1 = -768,107 ...6)

Persamaan (3) dikurangkan dengan persamaan (6) diperoleh :

1,93 A + 6,35 B - 1,7044 r1 = -171,315 ...7)

Dengan membagi persamaan (7) dengan 1,7044 dan mengurangkannya dengan

persamaan (2) diperoleh :

1,168 A 6,576 B = -812,635 ...8)

A dan B dapat dihitung dari persamaan (1) dan (8) :

6,5 A 0,25 B = 1833,4328

1,168 A 6,576 B = -812,635

Diperoleh :

A = 288,793 kg/cm2

B = 174,874 kg/cm2

Maka tegangan tegangan r1, t1, thub dan rhub menjadi :

r1 = 5534,2321 (0,165) + 288,793 (2,3) + 174,874 (-2,85))

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
= 1078,981 kg/cm2

t1 = 5534,2321 (0,173) + 288,793 (1,93) + 174,874 (6,35)

= 2625,243 kg/cm2

t hub = -0,15 (1078,981) + 2625,243

= 2463,395 kg/cm2

y1
rhub = . [lit 1, hal308] ...(4-21)
y 0 r1

70
= 1078,981
140

= 539,491 kg/cm2.

Hasil-hasil semua perhitungan tegangan radial dan tangensial pada cakram konis

diatas ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2 Tegangan-tegangan pada cakram konis

dengan: A = 288,793 kg/cm2

B = 174,874 kg/cm2

u = 5534,2321 kg/cm2

1. Tegangan-tegangan radial

Jari-jari, r, cm
Koefisien
34,89695 52,3454 69,7939
x = r/R 0,4167 0,625 0,8333
p0 0,165 0,13 0,07
p1 2,3 3,25 6,5
p2 -2,85 -0,87 -0,25
u p0 913,1483 719,4502 387,3962
A p1 664,2239 938,5773 1877,1545
B p2 -498,3909 -152,1404 -43,7185
r, kg/cm2 1078,981 1150,8870 2220,8322

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
2. Tegangan-tegangan tangensial

Jari-jari, r, cm
Koefisien
34,89695 52,3454 69,7939
x = r/R 0,4167 0,625 0,8333
q0 0,173 0,155 0,122
q1 1,93 2,5 4
q2 6,35 3,5 2,5
u q0 957,4222 857,8060 675,1763
A q1 557,3705 721,9825 1155,1720
B q2 1110,4499 612,0590 437,1850
t, kg/cm2 2625,243 2191,8475 2267,5333

Tegangan-tegangan pada hub [Menurut lit. 1, hal. 306-307] dapat diperoleh dengan

persamaan :

r = lo .u + l1o.rhub + l2o .thub ...(4-22)

r = lo . 960,8042 + l1o. 539,491 + l2o . 2463,395

t = k.u + k1.rhub + k2.thub ...(4-23)

t = k.. 960,8042 + k1 . 539,491 + k2 . 2463,395

Dimana koefisien - koefisien k, k1, dan k2 dihitung dari persamaan berikut ini :

k = 3,3/8 [0,7875 0,575 (r/rhub)2 - 0,2125(rhub/r)2]

k1 = -0,5 [1 - (r/rhub)2] (rhub/r)2

k2 = 0,5 [1 + (r/rhub)2] (rhub/r)2

Dengan menghitung konstanta pada r tertentu, dapat dicari tegangan-tegangan

tangensial dan radial pada titik tersebut, dan hasilnya dapat ditabelkan berikut ini :

Tabel 4.3 Tegangan-tegangan pada hub

dengan: u' = 960,8042 kg/cm2

r , hub = 539,491 kg/cm2

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
t ,hub = 2463,395 kg/cm2

1. Tegangan-tegangan radial

Jari-jari, r, cm
Koefisien
25,0 29,948 34,89695
r/rhub 0,7164 0,8582 1
lo 0,2839 0,14 0
l1o 1,4742 1,1789 1
l2o -0,4742 -0,1789 0
lou 277,961 134,561 0
l1orhub 795,3176 635,995 539,491
l2o thub -1168,142 -440,652 0
r, kg/cm2 -94,864 329,904 539,491

2. Tegangan-tegangan tangensial

Jari-jari, r, cm
Koefisien
25,0 29,948 34,89695
r/rhub 0,7164 0,8582 1
k 0,0323 0,03113 0
k1 -0,4742 -0,2567 0
k2 1,4742 1,1789 1
ku 31,034 29,91 0
k1rhub -255,827 -138,487 0
k2 thub 3631,537 2904,096 2463,395
t, kg/cm2 3406,744 2795,519 2463,395

Jenis baja yang digunakan untuk konstruksi cakram turbin tergantung pada

besarnya tegangan yang dialami dan kondisi operasi dimana tegangantegangan yang

diizinkan untuk masingmasing hal ditentukan dengan memperhatikan sifatsifat fisis

baja maupun temperatur operasi cakram yang direncanakan. Umumnya tegangan-

tegangan yang diizinkan tidak pernah lebih dari 0,4 kali tegangan titik searah bahan

pada temperatur yang dimaksudkan.[lit 1, hal 315]

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Dari hasil perhitungan tegangan-tegangan pada bagian-bagian yang penting untuk

cakram yang direncanakan, jenis bahan yang dipakai adalah dipilih bahan Alloy Steel

AISI 1050 As-Rolled (Lampiran IV) dengan tegangan tarik = 105 kpsi = 7383,966

kg/cm2. Sehingga tegangan yang diizinkan adalah :

max = t1 0,4 . 7383,966

2625,243 2953,586 kg/cm2

Maka desain cakram ini sudah memenuhi.

4.5 Perhitungan Ukuran Poros

Pada perancangan ini poros mempunyai fungsi sebagai penghubung yang

memindahkan daya dan putaran turbin serta tempat pemasangan cakram dan sudu,

sehingga beban yang akan dialami poros ini adalah :

1. Beban lentur yang berasal dari berat sudu-sudu dan cakram.

2. Beban puntir yang berasal dari cakram

Untuk poros putaran sedang dan beban berat, maka pada perancangan ini digunakan

bahan Alloy steels AISI 1095 As-rolled (Lampiran IV) dengan tegangan tarik 140 kpsi =

98,46 kg/mm2. Sehingga tegangan geser yang diizinkan untuk bahan poros ini [Menurut

lit. 3, hal. 8] dapat dihitung berdasarkan persamaan :

b
a = ...(4-24)
Sf1.Sf 2

Dimana :

Sf1 = faktor keamanan karena berat poros, untuk baja paduan = 6

Sf2 = faktor keamanan karena adanya pasak, untuk poros bertingkat

dengan konsentrasi tegangan (= 1,3 3,0), diambil = 2,2

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Maka :

98,46
a =
6 2,2

= 7,459 kg/mm2

Daya nominal (N) yang ditransmisikan pada perancangan ini = 97516 kW pada

putaran (n) = 3000 rpm. Maka besarnya momen torsi poros (Mt) [Menurut lit. 4, hal. 7]

dapat dihitung dengan persamaan :

N
Mt = 9,74 . 105 ...(4-25)
n

97516
Mt = 9,74 . 105
3000

Mt = 316,602 x 105 kg.mm

Diameter poros (dp) [Menurut lit. 3, hal. 8] dapat dihitung dengan persamaan :

dp = [5,1 . Kt . cb . Mt/a]1/3 ...(4-26)

Dimana :

Kt = faktor pembebanan (= 1,5 3,0), maka untuk beban kejutan dan

tumbukan yang besar diambil = 2,5

cb = faktor pembebanan lentur (=1,2 2,3), maka diambil = 2,2

Maka :

1/ 3
316,602 10 5
dp = 5,1 2,5 2,2
7,459

dp = 491,951 mm

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Dari standarisasi poros, maka dipilih diameter poros yang dipakai pada perancangan

ini (dp) sebesar 500 mm.

4.6 Perhitungan Putaran kritis

Putaran kritis adalah putaran permenit yang secara numerik berimpit dengan

frekuensi alami getaran-getaran poros. Secara teoritis putaran kritis menyebabkan

lendutan poros cenderung untuk memperbesar sampai ke tak hingga. Jadi pengoperasian

pada putaran kritis haruslah dihindari, untuk menghitung putaran kritis harus

menghitung terlebih dahulu pembebanan yang terjadi pada poros. Pembebanan yang

dimaksud adalah pembebanan statis yang disebabkan berat cakram dan berat poros itu

sendiri.

Berat cakram pada tingkat terakhir (ke-15) dapat dihitung melalui persamaan berikut

ini :

y + y1
Wcr = as . .[(r1 r0 ). yo + (r2 r1 )(
2 2 2 2
)] ...(4-27)
2

2+7
Wcr = 0,00785. .[(34,89695 2 25 2 ).14 + (69,7939 2 34,89695 2 )( )]
2

Wcr = 610,357 kg

Untuk massa cakram dari tingkat pengaturan sampai tingkat ke-15 dihitung dengan

cara yang sama dan hasilnya ditabelkan pada tabel 4.4 berikut ini.

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Tabel 4.4 Ukuran dan Berat Cakram

Bagian
Tingkat
No Parameter Tingkat Tekanan Tinggi Tingkat Tekanan Menengah Tingkat Tekanan Rendah
Pengaturan
I II 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 d (cm) 101,911 110,543 112,970 113,232 113,407 116,794 117,823 119,269 123,019 123,946 126,649 127,925 129,420 135,275 139,587
2 l" (cm) 1,933 2,52 3,25 4,13 5,17 6,63 8,28 10,15 11,97 16,60 22,65 31,18 41,80 71,81 93,47 145,67
3 r2 (cm) 50,955 50,955 55,272 56,485 56,616 56,703 58,397 58,911 59,634 61,509 61,973 63,324 63,962 64,710 67,637 69,793
4 r1 (cm) 25,477 25,477 27,635 28,242 28,308 28,351 29,198 29,455 29,817 30,754 30,986 31,662 31,981 32,355 33,818 34,896
5 ro (cm) 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
6 y1 (cm) 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 5 6 7 7
7 yo (cm) 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 10 12 14 14
8 y (cm) 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 2 2 2 2 2 2 2
9 Wcr (kg) 149,48 149,48 200,39 215,44 217,08 218,19 239,83 246,53 256,04 298,76 305,38 324,97 363,10 434,81 560,09 610,35

Sehingga Berat Total Cakram (Wcr,tot) adalah :

Wcr,tot = ( 149,486 + 149,486 + 200,392 + 215,445 + 217,089 + 218,191 + 239,833 + 246,535 + 256,049 + 298,767 + 305,388 + 324,973 +

363,102 + 434,818 + 560,093 + 610,357 ) kg

Wcr,tot = 4790,005 kg

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin 3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Pengaruh ujung poros berjuntai (overhang) [Menurut lit. 1, hal. 323] harus

diabaikan untuk idealisasi, karena hal seperti ini hanya sedikit akan menurunkan putaran

kritis, sehingga berat total poros (Wp) dapat dihitung dengan persamaan :

d p2 as
Wp = lp ...(4-28)
4

Dimana :

lp = panjang total poros antar bantalan = 368,82 cm

Maka :

Wp = 50 0,00785 368,82
2

= 5687,073 kg

Sebelum menghitung putaran kritis poros terlebih dahulu ditentukan :

a. Modulus elastisitas poros untuk bahan Alloy steel, E = 2,1 x 106 kg/cm2

b. Momen inersia untuk poros, dicari dengan persamaan :

d p4
I=
64

=
50 4
64

= 306919,643 cm4

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
c. Mencari reaksi pada bantalan

A B

19
144

Gambar 4.6 Diagram reaksi bantalan dan beban pada poros turbin

MA = 0

WcrI,1(118,63)+WcrI,2(133,75)+Wcr,2(144,35)+Wcr,3(152,3)+Wcr,4(163,87)+Wcr,5

(171,82)+Wcr,6(185,34)+Wcr,7(194,57)+Wcr,8(203,8)+Wcr,9(215,64)+Wcr,10(224,

76)+Wcr,11(233,83)+Wcr,12(250,85)+Wcr,13(264,85)+Wcr,14(283,85)+Wcr,15(306,

35)+WP(184,41) RB(368,82) = 0

149,486(118,63)+149,486(133,75)+200,392(144,35)+215,445(152,3)

+217,089(163,87)+218,191(171,82)+239,833(185,34)+246,535(194,57)+256,

049(203,8)+298,767(215,64)+305,388(224,76)+324,973(233,83)

+363,102(250,85)+434,818(264,85)+560,093(283,85)+610,357(306,3)+5687,

073(184,41) RB(368,82) = 0

RB = 5501,4425 kg

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Kemudian :

Fy = 0

RA + RB (Wcr,tot+Wp) = 0

RA + 5501,4425 (4790,005 + 5687,073) = 0

RA = 4975,6355 kg

d. Defleksi pada poros ditentukan secara grafis dengan memperhitungkan berat

masing-masing cakram dan berat poros yang telah diketahui sebelumnya,

sehingga akan didapat defleksi pada poros seperti gambar berikut ini :
368,

Gambar 4.7 Penentuan defleksi pada poros turbin

Putaran kritis poros [Menurut lit. 1, hal. 322] dapat ditentukan dengan

mempergunakan persamaan berikut ini :

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
M Fi y i
n kr = 300 ...(4-29)
Fi y i2

Dimana :

M = skala defleksi poros = 10000 (gambar 4.7)

F y i i = Wcr ,i y cr ,i

F y i i = Wcr ,i y cr2 ,i

Sehingga untuk mempermudah perhitungan, data-data yang dibutuhkan dapat dibuat

dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.5 Penentuan putaran kritis poros

No. Wcr,i ycr,i ycr,i2 Wcr,i x ycr,i Wcr,i x ycr,i2


1 149,486 63,83 4074,269 9541,691 609046,161
2 149,486 69,32 4805,262 10362,370 718319,455
3 200,392 72,41 5243,208 14510,385 1050696,958
4 215,445 74,33 5524,949 16014,027 1190322,616
5 217,089 76,53 5856,841 16613,821 1271455,734
6 218,191 77,75 6045,063 16964,350 1318978,232
7 239,833 78,55 6170,103 18838,882 1479794,193
8 246,535 78,46 6155,972 19343,136 1517662,458
9 256,049 77,82 6055,952 19925,733 1550620,556
10 298,767 76,28 5818,638 22789,947 1738417,139
11 305,388 74,55 5557,703 22766,675 1697255,651
12 324,973 72,42 5244,656 23534,545 1704371,724
13 363,102 66,93 4479,625 24302,417 1626560,760
14 434,818 61,45 3776,103 26719,566 1641917,337
15 560,093 52,53 2759,401 29421,685 1545521,128
16 610,357 39,93 1594,405 24371,555 973156,192
Jumlah 316020,785 21634096,294

Selanjutnya dengan menggunakan persamaan (4-27) dan tabel 4.5 diatas akan dapat

ditentukan putaran kritis yang terjadi, yaitu :

10000 316020,785
nkr = 300
21634096,294

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
= 3625,849 rpm

Sehingga besarnya perbedaaan putaran kritis dengan putaran normal turbin,

diperoleh :

nkr - nt
n = x 100%
nkr

3625,849 - 3000
= x 100%
3625,849

= 17,261%.

Dari praktek [Menurut lit. 1, hal. 318] ternyata, bila putaran kritis berbeda dengan

putaran normal sebesar 15 sampai 20%, dapat dipastikan bahwa turbin sudah berada

dalam operasi yang aman.

4.7 Bantalan dan Pelumasan

Bantalan merupakan bagian utama dari elemen mesin sehingga dalam pemilihannya

harus dipertimbangkan peranannya. Bantalan yang dipakai pada rancangan ini adalah

bantalan luncur, karena beban yang dialami cukup besar dan putaran yang tinggi.

Gambar 4.8 berikut ini menunjukkan gambar bantalan luncur yang didesain.

Gambar 4.8 Bantalan Luncur

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Pendesainan bantalan ini dilaksanakan menurut metode yang disarankan oleh M.I.

Yanovsky untuk bantalan luncur 1800. Jenis bantalan yang digunakan adalah bantalan

radial (journal bearing). Untuk bantalan radial, dalam hal ini menerima beban dalam

arah tegak lurus dengan poros dan gaya radial dari poros ditentukan dengan persamaan :

Fr = RA + Fs ...(4-30)

Dimana :

RA = 4975,6355 kg

Fs = m (y + e) 2/g

Dengan :

y = lendutan

e = jarak pusat massa poros dengan sumbu geometri poros dan

ditetapkan (y+e) = 5x10-4

m = massa beban = massa poros + massa cakram

= 5687,073 + 4790,005 = 10477,078 kg

w = kecepatan sudut putaran poros = 2 x 3000/60

= 314,286 rpm

Maka :

Fs = 10477,078 (5.10-4) (314,286)2/9,81

Fs = 52703,588 kg

Sehingga besar gaya radial adalah :

Fr = 4975,6355 + 52703,588

Fr = 57679,224 kg

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Tabel 4.6 Ruang bebas yang diperbolehkan untuk Bantalan Luncur [lit 1, hal 277]

Bantalan tanpa lapisan logam putih Bantalan dengan lapisan logam putih
Diameter
Ruang bebas Ruang bebas Ruang bebas Ruang bebas
No. poros,
atas, mm bawah, mm atas, mm bawah, mm
Mm
Minimal Maksimal Minimal Maksimal Minimal Maksimal Minimal Maksimal
1 50 0,15 0,25 0,10 0,15 0,10 0,12 0,15 0,20
2 100 0,20 0,30 0,10 0,20 0,10 0,15 0,20 0,25
3 150 0,30 0,40 0,15 0,25 0,20 0,25 0,30 0,40
4 200 0,40 0,55 0,20 0,30 0,20 0,30 0,35 0,45
5 250 0,50 0,65 0,25 0,35 0,25 0,35 0,45 0,55
6 300 0,60 0,75 0,30 0,40 0,30 0,45 0,55 0,62
7 350 0,70 0,85 0,35 0,45 0,35 0,50 0,62 0,70

Ruang bebas a dipilih sesuai dengan diameter poros 450 mm dari Tabel 4.6 diatas. a

= 0,85 mm dan nilai d/l [Menurut lit. 1, hal. 278-279] diambil = 1,5

Maka :

l = (1/d) x d

= (1/1,5) x 450 = 300 mm

Dimana : l = panjang permukaan bantalan

Gambar 4.9 Kedudukan poros pada bantalan pada berbagai kecepatan

Koefisien (kriteria beban) bantalan [Menurut lit. 1, hal. 278] diperoleh dengan

persamaan :

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
v =
( d)
Fr a
2

...(4-31)
l.u.

Dimana :

Fr = beban bantalan = 57679,224 kg

l = panjang permukaan bantalan = 30 cm

.d .n
u = kecepatan keliling permukaan poros = = 7071,43 cm/s
60

= viskositas rata-rata minyak pelumas jenis TZOUT (GOST 32-53)

= 0,3 x 10-6 kg.det/cm2 [lit 1, hal 278]

Maka :

57679,224 (0,85 / 45)


2
v =
30 7071,43 0,3 10 6

= 32,3357

Besar harga koefisien x diperoleh dari gambar 4.10 berikut ini. Dan untuk bantalan

luncur = 1800 dan harga = d/l = 1,5 diperoleh x = 0,971.

32,

Gambar 4.10 Grafik kriteria beban koefisien v

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Sedangkan koefisien gesek (f) untuk bantalan dapat dihitung dengan menggunakan

data-data pada gambar 4.11 berikut ini. Dan untuk bantalan luncur = 1800 dan harga

= 1,5 dan x = 0,971, diperoleh s = 17,16.

17,

Gambar 4.11 Grafik untuk Menentukan s

Maka, dari lit. 1, hal. 279, didapat nilai koefisien gesek (f) :

a. s
f = ...(4-32)
d v

0,85 17,16
f =
450 32,3357

= 0,0010024

Dan besarnya kerja untuk melawan gesekan, yaitu :

f .Fr u
A = ...(4-33)
100

0,0010024 57679,224 7071,43


A =
100

= 4088,535 kgm/s

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Sehingga ekivalensi kalor kerja ini adalah :

1
Qx = (kkal/kg.m) x Ay
427

4088,535 kg.m / s
Qx =
427 kkal / kg.m

= 9,575 kkal/s

Dengan mengabaikan kerugian akibat radiasi, maka jumlah minyak yang dibutuhkan

untuk menyerap kalor yang timbul akibat gesekan pada bantalan akan sebesar adalah :

Qx
q = ...(4-34)
pl .C.(t 2 t1 )

Dimana :

pl = massa jenis pelumas = 0,92 kg/ltr

C = kapasitas termal rata-rata minyak pelumas = 0,45 kkal/kg0C

t1 = temperatur minyak pada sisi masuk, diandaikan 35 450C, untuk

perancangan ini diambil = 40 0C.

t2 = temperatur minyak pada sisi keluar

= t1 + (10 15)0C ; t2 = 52 0C.

Maka :

9,575
q =
0,92 0,45 (52 40)

= 1,929 ltr/s

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
BAB 5

KESIMPULAN

Dari perhitungan-perhitungan yang dilakukan, maka dapatlah dibuat beberapa

kesimpulan dalam perancangan turbin uap penggerak generator pada instalasi PLTGU,

antara lain :

5.1 Spesifikasi turbin uap untuk PLTGU

1. Tekanan uap masuk turbin = 82 bar

2. Temperatur uap masuk turbin = 550 0C

3. Tekanan uap keluar turbin = 0,1 bar

4. Tingkat turbin = 15 tingkat

5. Jumlah ekstraksi = 4 ekstraksi

6. Laju aliran massa uap = 92,456 kg/s

7. Daya netto yang harus disuplai turbin = 95,782 MW

8. Efisiensi turbin = 84,15 %

5.2 Ukuran bagian utama turbin uap untuk PLTGU

1. Poros

a. Diameter = 500 mm

b. Panjang = 368,82 cm

c. Bahan = Alloy Steels AISI 1095 As- Rolled

d. Tegangan tarik = 98,453 kg/mm2

e. Tegangan geser yang diizinkan = 7,459 kg/mm2

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
f. Momen torsi poros = 520,2134 x 105 kg.mm

2. Nosel

No. Tingkat Jenis Jumlah (buah) Tinggi (mm) Lebar (mm)


1 I Konvergen 50 15,00 14,58
2 II Konvergen 65 20,18 19,17
3 2 Konvergen 50 25,25 18,13
4 3 Konvergen 50 32,87 18,47
5 4 Konvergen 50 41,34 18,48
6 5 Konvergen 50 53,18 18,46
7 6 Konvergen 55 69,68 18,51
8 7 Konvergen 55 86,03 18,64
9 8 Konvergen 55 102,03 18,85
10 9 Konvergen 50 120,37 17,98
11 10 Konvergen 50 166,46 18,10
12 11 Konvergen 50 226,98 17,13
13 12 Konvergen 50 317,34 19,76
14 13 Konvergen 50 538,17 19,98
15 14 Konvergen-divergen 50 730,70 18,97
16 15 Konvergen-divergen 65 1176,64 20,03

3. Sudu gerak

Tinggi Tinggi
Jumlah Lebar
No. Tingkat sisi masuk sisi keluar Bahan
(buah) (mm)
(mm) (mm)
1 I 107 17,00 19,33 40 AISI 1050 As-rolled
2 II 155 22,18 25,21 40 AISI 1050 As-rolled
3 2 131 27,25 32,53 40 AISI 1050 As-rolled
4 3 135 34,87 41,32 40 AISI 1050 As-rolled
5 4 135 43,34 51,72 40 AISI 1050 As-rolled
6 5 135 55,18 66,32 40 AISI 1050 As-rolled
7 6 163 71,68 82,86 40 AISI 1050 As-rolled
8 7 165 49,393 54,99 20 AISI 1050 As-rolled
9 8 168 55,190 59,09 20 AISI 1050 As-rolled
10 9 144 75,719 75,29 20 AISI 1050 As-rolled
11 10 147 168,46 226,50 40 AISI 1050 As-rolled
12 11 144 228,98 311,84 40 AISI 1050 As-rolled
13 12 167 319,34 418,08 40 AISI 1050 As-rolled
14 13 151 540,17 718,17 45 AISI 1050 As-rolled
15 14 119 732,70 934,72 50 AISI 1050 As-rolled
16 15 147 1178,64 1456,71 50 AISI 1050 As-rolled

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
4. Cakram

Jari-jari luar Jari-jari Tebal kaki Tebal


No. Tingkat Bahan
cakram (cm) hub (cm) cakram (cm) hub (cm)
1 I 50,95 25,477 4,5 9 AISI 1050 As-rolled
2 II 50,95 25,477 4,5 9 AISI 1050 As-rolled
3 2 55,27 27,635 4,5 9 AISI 1050 As-rolled
4 3 56,48 28,242 4,5 9 AISI 1050 As-rolled
5 4 56,61 28,308 4,5 9 AISI 1050 As-rolled
6 5 56,70 28,351 4,5 9 AISI 1050 As-rolled
7 6 58,39 29,198 4,5 9 AISI 1050 As-rolled
8 7 58,91 29,455 4,5 9 AISI 1050 As-rolled
9 8 59,63 29,817 4,5 9 AISI 1050 As-rolled
10 9 61,50 30,754 4,5 9 AISI 1050 As-rolled
11 10 61,97 30,986 4,5 9 AISI 1050 As-rolled
12 11 63,32 31,662 4,5 9 AISI 1050 As-rolled
13 12 63,96 31,981 5 10 AISI 1050 As-rolled
14 13 64,71 32,355 6 12 AISI 1050 As-rolled
15 14 67,63 33,818 7 14 AISI 1050 As-rolled
16 15 69,79 34,896 7 14 AISI 1050 As-rolled

5. Bantalan

a. Diameter dalam = 450 mm

b. Panjang = 300 mm

6. Pelumasan

a. Jenis minyak pelumas = TZOUT (GOST 32-53)

b. Temperatur minyak sisi masuk = 40 oC

c. Temperatur minyak sisi keluar = 52 oC

d. Kapasitas minyak yang dibutuhkan = 1,929 ltr/s

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR PUSTAKA

1. Shlyakhin, P, Turbin Uap (Steam Turbines) Teori dan Rancangan, Penerbit

Erlangga, Jakarta, 1990.

2. Dietzel, Fritz, Turbin, Pompa dan Kompresor, Terjemahan Dakso Sriyono,

Penerbit Erlangga, Jakarta, 1993.

3. Sularso, Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin,

Pradnya Paramita, Jakarta, 1994.

4. El-Wakil, M.M, Instalasi Pembangkit Daya, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1985.

5. SIEMENS, PLTGU Theory Document, PLN Pulau Sicanang, Belawan,

Medan,1994.

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

B
A

B
13 A

16 15 14 12 11
POTONGAN A - A

POTONGAN B - B

16 1 BANTALAN AKSIAL BESI COR


15 1 RUMAH TURBIN BESI COR
14 1 PIPA EKSTRAKSI UAP 1 ST 67
13 1 PIPA EKSTRAKSI UAP 4 ST 67
12 1 HUB TINGKAT 15 AISI 1050 AS-ROLLED

11 1 SALURAN UAP KE KONDENSOR


10 1 POROS AISI 1095 AS-ROLLED

9 1 BANTALAN LUNCUR BELAKANG BESI COR


8 12 PAKING LABIRIN BELAKANG BESI COR
7 147 SUDU GERAK TINGKAT 15 AISI 1050 AS-ROLLED

6 165 NOSEL TINGKAT 15 AISI 1050 AS-ROLLED


5 50 NOSEL TINGKAT PENGATURAN AISI 1050 AS-ROLLED
4 1 SALURAN UAP MASUK
3 4 KATUP PENGATUR BESI COR
2 2 PAKING LABIRIN DEPAN BESI COR

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin 3000 RPM, 2009. 1
NO.
1
JLH
BANTALAN LUNCUR DEPAN
NAMA BAGIAN
BESI COR
BAHAN NORMALISASI KETERANGAN

USU Repository 2009 SKALA


SATUAN
:1 : 30
:mm
DIGAMBAR : ROY FRANC J. S.
NIM : 050 421 031
PERINGATAN :

TANGGAL :06-02-2009 DILIHAT : Ir. ISRIL AMIR


STUDIO GAMBAR MESIN
FT-USU TURBIN UAP PLTGU TUGAS SARJANA A1
LAMPIRAN II KONVERSI SATUAN

SATUAN PANJANG

1 mil : 1760 yards 1 pound (lb) : 16 ounces

: 5280 feet : 7000 grains

: 1,609 km : 0,454 kg

1 yard : 3 feet 1 ounces (oz) : 0,0625 pound

: 0,914 meter : 28,35 gr

1 foot : 12 inches 1 grain : 64,8 mgr

: 308,4 mm : 0,0023 ounces

1 inch : 25,4 mm 1 lb/ft : 1,488 kg/m

100 ft/min : 0,508 m/det 1 metrik ton : 1000 kg

1 km : 1000 meter : 0,984 long ton

: 1094 yard : 2205 lbs

: 3281 feet 1 kilogram : 1000 gram

: 0,621 mil : 2,205 pounds

1 meter : 1000 mm 1 gram : 1000 mgr

: 39,37 inches : 0,03527 ounces

1 mikron : 0,001 mm : 15,43 grains

: 0,000039 inch 1 kg/m : 0,672 lbs/ft

1 m/det : 196,9 ft/min 1 US short : 2000 lbs

: 907 kg

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
SATUAN BERAT

1 US long ton : 2240 lbs

: 1016 kg

SATUAN LUAS

1 mil2 : 640 acres 1 US Gallon : 0,833 Imp Gallon

: 259 hektar : 3,785 liter

1 acre : 4840 sq yards : 231 cu inches

: 0,4047 hektar 1 US Barrel : 42 US gallon

1 sq yard : 9 sq feet : 35 Imp gallon

: 0,836 m2 1 m3 : 1000 liter

1 km2 : 100 hektar : 1,308 cu yards

: 0,3861 sq mil : 35,31 cu feet

1 sq foot : 144 sq inches 1 liter : 1000000 cc

: 0,0929 m2 : 0,22 Imp gallon

1 hektar : 10000 m2 : 0,2642 US gallon

: 2,471 acres : 61 cu inches

1 m2 : 10000000 mm2 1 cu ft/min : 1,669 m3/jam

: 1,196 sq yards 1 m3/jam : 0,589 cu ft/min

: 10,76 sq feet

SATUAN VOLUME SATUAN KERAPATAN

1 cu yard : 27 cu feet 1 lb/cu ft : 16,02 kg/m3

: 0,766 m3 1 m3/kg : 16,02 cu ft/lb

1 cu foot : 1728 cu inches 1 kg/m3 : 0,0624 lb/cu ft

: 28,32 liter 1 g/m3 : 0,437 grain/cu ft

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
1 cu inches : 16,39 mm3 : 0,0584 grain/US

1 Imp Gallon : 277,4 cu inches gallon

: 4,55 liter

1 g/liter : 58,4 grain/US gallon 1 m Hg : 133,3 kilo pascal

SATUAN TEKANAN : 1,360 kg/cm2

1 atm standart : 101325 pascal : 1333 milibar

: 760 mm Hg 1 kg/cm2 : 98,066 kilo pascal

: 14,696 psi : 735,5 mm Hg

: 1,033 kg/cm2 : 0,981 bar

: 1013 milibar : 14,22 psi

1 atm metric : 98066,5 pascal SATUAN PANAS DAN ENERGI

: 1 kg/cm2 1 BTU : 778 ft.lbn

: 10 m kolom air : 107,6 kg.m

: 14,22 psi : 0,252 KKal

1 bar : 100000 pascal 1 BTU/lb : 0,556 KKal/kg

: 1000 milibar 1 BTU/cu ft : 8,9 KKal/m3

: 750,1 mm Hg 1 BTU/hr.ft2.F/ft : 1,488 KKal/j.m2.C/m

: 1,02 kg/cm2 1 Kilokalori : 3088 ft.lbs

: 14,50 psi : 427 kg.m

1 lb/ft2 : 47,88 pascal : 3,968 BTU

: 4,88 kg/m2 : 4,1868 KJ

1 psi : 6894 pascal 1 Kilojoule : 0,2388 KKal

: 2,036 in Hg : 0,948 BTU

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
: 0,0703 kg/cm2 1 kW : 738 ft.lbs/det

: 0,69 bar : 102 kg.m/det

1 m kolom air : 9806 pascal : 1,341 HP

: 0,1 kg/cm2 : 1,36 DK (metrik)

1 HP : 33000 ft.lbs/det : 0,000278 Watt.jam

: 550 ft.lbs/sec 1 WH : 3412,14 BTU

: 76,04 kg.m/det : 860 KKal

: 0,746 kW : 3600000 Joule

: 1,36 DK metrik : 3600000 Watt.jam

1 DK metrik : 32550 ft.lbs/sec : 367000 Kg.m

: 542 ft.lbs/sec 1 Kg.m : 0,002342 KKal

: 75 kg.m/det : 9,81 N.m

: 0,735 kW : 9,81 Joule

: 0,986 HP : 9,81 Watt.sec

1 KKal/kg : 1,8 BTU/lb : 0,002724 Watt.jam

: 4,187 KJ/Kg : 0,0000037 DK.jam

1 KKal/m3 : 0,1124 BTU/cu.ft 1 Watt.jam : 0,8599 KKal

: 4,187 KJ/m3 : 367 Kg.m

1 KKal : 427 Kg.m : 3600 Joule

: 4187 N.m : 3600 Watt.sec

: 4187 Joule : 0,001 KWH

: 4187 Watt.sec : 0,00136 DK.jam

: 0,001163 KWH 1 DK.jam : 632,1 KKal

: 0,001582 DK Jam : 270000 Kg.m

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
1 N.m : 1 Joule : 2650000 N.m

: 1 Watt.sec : 2650000 joule

: 0,0002388 KKal : 0,736 KWH

: 0,10194 Kg.m

Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009
Roy Franc J.S. : Perancangan Turbin Uap Untuk PLTGU dengan Daya Generator Listrik 80 MW pada Putaran Turbin
3000 RPM, 2009.
USU Repository 2009

Anda mungkin juga menyukai