Permasalahan Hukum Makam Mbah Priok
Permasalahan Hukum Makam Mbah Priok
I. Pendahuluan
Eksekusi dari suatu putusan pengadilan kerap menjadi persoalan dalam
masyarakat kita, tidak hanya antar orang-perorang akan tetapi juga antar subjek hukum
yang berbentuk badan hukum maupun antara subjek hukum berbentuk badan hukum
dengan orang-perorang dan kelompok masyarakat.. Tentangan secara fisik dari pihak
yang dikalahkan dalam berperkara menjadi pemandangan dan berita yang kerap kita
dengar.
Dari sekian banyak persoalan eksekusi atas suatu objek sengketa, salah satu
yang amat menyita perhatian masyarakat luas adalah eksekusi atas Makam Mbah
Priok, yang berlokasi di sekitar Terminal Peti Kemas Koja, Jakarta Utara. Eksekusi ini
berujung ricuh yang menelan korban jiwa dan kerusakan harta benda yang tidak sedikit,
baik milik Pemda dan Kepolisian maupun Pihak PT Pelindo II sebagai pengelola
pelabuhan serta beberapa milik pribadi perorangan.
Menarik untuk dikaji, mengapa persoalan eksekusi ini menjadi bentrok fisik
berdarah yang meluas, karena tidak hanya melibatkan ahli waris tetapi juga masyarakat
sekitar dan ormas tertentu. Untuk itu kami akan mencoba mengkaji permasalahan ini
dari sudut pandang sosiologis.
1
http://www.crayonpedia.org/mw/BAB_6_KONFLIK_SOSIAL
2
Prof. Dr. H. Zainuddin Ali. M.A., Sosiologi Hukum,( Jakarta: Sinar Grafika, 2010). Hlm. 63.
pemerintah memenuhi syarat. Putusan hakim yang secara mutlak memenangkan PT
Pelindo II, tidak melihat kenyataan hidup masyarakat kita. Masyarakat kita pada
umumnya dan terutama yang beragama Islam, amat memegang teguh simbol-simbol
agama Islam. Bahkan seorang muslim yang jika dilihat dalam kehidupan sehari-harinya
jauh dari ajaran syariah, ketika dihadapkan pada tindakan orang lain yang merendahkan
dan menghina simbol-simbol agamanya, akan dengan sukarela melawan dengan
mengerahkan segala daya yang dimilikinya bahkan nyawa sekalipun. Apalagi
masyarakat kita yang secara taat menjalankan keyakinannya, tentu akan berupaya lebih
dari itu.
Masyarakat kita mempunyai keterikatan yang erat dengan tempat kelahirannya
dan memiliki ikatan bathin yang kuat dengan tanah dimana dia dilahirkan dan hal-hal
yang berkaitan erat dengan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku. Kita sering
menyebutnya sebagai adat, masyarakat kita mempunyai keterikatan yang erat secara
genealogis. Makam Mbah Priok, secara turun temurun tetap dijaga oleh orang-orang
yang masih mempunyai ikatan kerabat, sehingga makam tersebut tetap bertahan hingga
kini.
Inilah kenyataan sosial yang sebenarnya harus dilihat hakim dalam memutus
perkara dan harus dilihat juga secara lebih jernih bagaimana hukum kebiasaan yang
berlaku dimasyarakat. Karena masyarakat adalah merupakan salah satu sumber hukum.
Secara filosofis, tentu kita dapat menyimpulkan secara sederhana bahwa
putusan dan tindakan aparat pemerintah tidak memenuhi syarat filosofis. Tidak
mengindahkan nilai-nilai hak masyarakat dan tindakan yang seharusnya bisa dilakukan
secara persuasif dilakukan dengan cara paksa dan kekerasan.
IV. Penutup
Daftar Pustaka
Prof. Dr. H. Zainuddin Ali. M.A., Sosiologi Hukum,( Jakarta: Sinar Grafika, 2010).
http://www.crayonpedia.org/mw/BAB_6_KONFLIK_SOSIAL