Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Ca Prostat
1.1 Definisi
Ca prostat adalah suatu kanker ganas yang tumbuh di dalam kelenjar
prostat, tumbuhsecara abnormal tak terkendali sehingga mendesak dan
merusak jaringan sekitarnya dan merupakanyang terbanyak diantara
keganasan sistem urogenitalia pada pria. Tumor ini menyerang pasien
yangberumur di atas 50 tahun, diantaranya 30% menyerang pria berusia 70-
80 tahun dan 75% pada usialebih dari 80 tahun. Kanker ini jarang
menyerang pria berusia di bawah 45 tahun.

Kanker prostat adalah kanker yang paling umum pada pria (selain kanker
kulit nonmelanoma) dan merupakan penyebab kedua kematian yang paling
umum akibat kanker pada pria Amerika yang berusia lebih dari 55 tahun.
Kanker prostat adalah kanker yang paling prevalen secara keseluruhan
insidennya hampir dua kali lipat dari populasi umum dan angka kematian
sekitar tiga kali lebih tinggi.

1.2 Etiologi
Jarang ditemukan angka kejadian keganasan prostat yang tinggi di dalam
satu keluarga. Keganasan prostat sama dengan prostat normal, untuk
pertumbuhan dan perkembangannya tergantung pada hormon androgen. Hal
ini tidak berarti bahwa karsinoma prostat disebabkan oleh hormon
androgen. Banyak keganasan prostat sensitif terhadap hormon, sehingga
dapat digunakan pengobatan hormonal.

Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab timbulnya adenokarsinoma


prostat adalah :
1. Usia lanjut
Semakin lanjut usia, resiko terjadinya kanker prostat meningkat dengan
bermakna. Pada usia 50, sekitar 33 % pria memiliki tumor prostat kecil.
Pada usia 80 sekitar 70 % pria dapat dibuktikan memiliki kanker prostat
secara histopatologi (ilmu yang mempelajari tentang penyakit pada
jaringan tubuh manusia).
2. Kadar hormon
Kadar hormon testosteron yang tinggi berhubungan dengan peningkatan
resiko kanker prostat. Testosteron akan diubah menjadi androgen yang
lebih poten yaitu dihydrotestosteron (DHT) oleh enzim 5 alpha-
reductase, yang memegang peran penting dalam proses pertumbuhan
sel-sel prostat.
3. Ras
Orang dari ras kulit hitam memiliki resiko 2 kali lebih besar untuk
terjadi kanker prostat dibanding ras lain. Orang-orang asia memiliki
insiden kanker prostat yang paling rendah.
4. Riwayat keluarga
Semakin banyak anggota keluarga yang mengidap penyakit ini, maka
semakin besar resiko anggota keluarga yang lain untuk dapat terkena
kanker prostat juga. Bila ada satu anggota keluarga yang mengidap
penyakit ini, maka resiko meningkat 2 kali bagi yang lain. Bila ada 2
anggota keluarga, maka resiko meningkat menjadi 2-5 kali.
5. Diet
Konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh yang tinggi
(terutama lemak hewani) dan kurang mengandung serat akan
meningkatkan resiko terkena kanker prostat.

1.3 Tanda dan Gejala


Kanker prostat pada tahap awalnya jarang menimbulkan gejala. Gejala yang

terjadi akibat obstruksi urinarius terjadi saat penyakit berada pada tahap

lanjut. Jika neoplasma cukup besar untuk menyumbat kolum kandung

kemih, maka gejala dan tanda obstruksi urinarius terjadi, seperti kesulitan

dan sering berkemih, retensi urin, dan penurunan ukuran serta kekuatan

aliran urin. Gejala-gejala yang berhubungan dengan metastasis mencakup

sakit pinggang, nyeri panggul, rasa tidak nyaman pada perineal dan rektal,

anemia, penurunan berat badan, kelemahan, mual dan oliguria (penurunan

keluaran urin). Hematuria dapat terjadi akibat kanker yang menyerang uretra
atau kandung kemih atau keduanya. Sayangnya, hal ini mungkin menjadi

indikasi pertama yang jelas dari kanker prostat.

1. Mengalami kesulitan dalam buang air kecil

2. Buang air kecil lebih sering ,terutama kalau pada malam hari.

3. Mengalami kesulitan memulai pancaran air seni .

4. Mengalami kesulitan juga dalam mengakhiri aliran air seni

5. Pancaran aliran air seni lemah

6. Merasa kandung kencing tidak kosong sempurna

7. Jika disertai infeksi timbul keluhan nyeri waktu buang air kecil,atau

waktu mengeluarkan air mani selesai bersetubuh.

8. Kadang-kadang,aliran air seni berhenti sendiri.

9. Makin ada darah di dalam air seni atau air mani

10. Pada kanker prostat,selain keluhan tersebut diatas juga disertai :

Perasaan nyeri pada daerah bawah pinggang.

Mengalami kesulitan memulai dan mempertahankan ereksi penis.

Keluhan nyeri pada pangkal paha dan daerah tulang pinggul.

Mungkin air seni berdarah.

1.4 Patofisiologi
Penyebab Ca Prostat hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi
beberapa hipotesa menyatakan bahwa Ca Prostat erat hubungannya dengan
hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya Ca Mammae adalah
adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen
pada usia lanjut, hal ini akan mengganggu proses diferensiasidan proliferasi
sel. Difereniasi sel yang terganggu ini menyebabkan sel kanker, penyebab
lain yaitu adanya faktor pertumbuhan yang stroma yang berlebihan serta
meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel-sel yang
mati sehingga menyebabkan terjadinya perubahan materi genetik.
Perubahan prolife sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel
kelenjar prostat menjadi berlebihan sehingga terjadi Ca Prostat.

Kanker akan menyebakan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan


akan menghambat aliran urin,. Keadaan ini menybabkan penekanan
intraavesikal, untuk dapat mengeluarkan urinbuli-buli harus dapat
berkontraksi kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus
menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi detrusor,
trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divetikel buli-buli. Fase
penebalan ototdetrusor ini disebut fase kompensasi.

Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan


pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary track symptom
(LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejal-gejal prostatismus, dengan
semakin meningkatnya retensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase
dekompensaasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksisehingga
terjadi retensi urin. Tekanan intravsikal yang semakin tinggi akan diteruskan
ke seluruh bagian buli-buli ke ureter atau terjadi refluk vesico-ureter.
Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis,bahkan akhirnya akan dapat jatuh kedalam gagal ginjal.

Berkembangnya tumor yang terus menerus dapat terjadi perluasan langsung


ke uretra, leher kandung kemih dan vesika semmininalis. Ca Prostat dapat
juga menyebar melalui jalur hematogen yaitu tulang tulang pelvis vertebra
lumbalis, femur dan kosta. Metastasis organ adalah pada hati dan paru.

Proses patologis lainnya adalah penimbunan jaringan kolagen dan elastin


diantara otot polos yang berakibat melemahnya kontraksi otot. Selain tu
terdapat degenerasi sel syaraf yang mempersarafi otot polos. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya hipersensitivitas pasca fungsional,
ketidakseimbangan neurotransmiter, dan penurunan input sensorik, sehingga
otot detrusor tidak stabil. Karena fungsi otot vesika tidak normal, maka
terjadi peningkatan residu urin yang menyebabkan hidronefrosis dan
disfungsi saluran kemih atas.
1.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Ultrasonografi transrektal.
Melalui pemeriksaan ini dapat diketahui adanya area hipo-ekoik (60 %)
yang merupakan tanda adanya kanker prostat dan sekaligus mengetahui
kemungkinan adanya ekstensi tumor ke ekstra kapsuler, untuk
menentukan penyebaran ke vesika seminalis, dan kelenjar limfe yang
dekat penuntun biopsi jarum.
b. CT scan dan MRI.
CT scan diperiksa bila dicurigai adanya metastase pada limponudi (N)
yaitu pada pasien yang menunjukan skor Gleason tinggi ( > 7) atau kadar
PSA tinggi. Dibandingkan dengan transrektal, MRI lebih akurat dalam
menentukan luas ekstensi tumor ke ekstrakapsuler atau ke vesika
seminalis.
c. Bone scan.
Pemeriksaan sintigrafi pada tulang dipergunakan untuk mencari
metastase hematogen pada tulang.
d. Asam fosfatase.
Kadar serum yang lebih besar dari 6 i.u /l menunjukkan dengan kuat
adanya karsinoma prostat. Enzim ini dihasilkan oleh sel epitel dan
sebagian mencerminkan diferensiasi tumor, sebagian mencerminkan
jumlah tumor yang ada.
e. Apusan prostatik.
Apusan yang didapat dari bahan yang dikeluarkan melalui masase
prostatik, dapat memperlihatkan sel-sel maligna.
f. Biopsi.
Pemeriksaan ini biasanya memuaskan tetapi kesalahan sampling lazim
terjadi dan pada tumor-tumor yang berdiferensi baik diagnosis sangat
sukar. Jika tumor kecil pada biopsi transrektal tidak akan ditemukan
karsinoma.
g. PSA dan PAP (Prostate Acid phospatase / Prostate specific antigen)
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk melakukan deteksi dini adanya
kanker prostate dan evaluasi lanjutan setelah terapi kanker prostat.
1.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah retensi kronik
dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal
ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu
miksi. Hernia / hemoroid. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga
menyebabkan terbentuknya batu. Hematuria, sistitis dan pielonefritis.

1.7 Penatalaksanaan
Tindakan yang dilakukan terhadap pasien kanker prostat tergantung pada
stadium, umur harapah hidup dan derajad diferensiasinya.
1) Observasi
Ditujukan untuk pasien dalam stadium T1 dengan umur harapan hidup
kurang dari 10 tahun. Observasi seumur hidup sebab sebagian besar tidak
berkembang menjadi stadium lanjut atau invasi. Kelangsungan hidup
penderita stadium A1 yang tidak diberikan penanganan, tidak berbeda
dari orang tua tanpa kasrinoma prostat.
2) Prostatektomi radikal
Pasien yang berada dalam stadium T1-2 N0 M0 adalah cocok untuk
menjalani prostatektomi radikal yaitu berupa pengangkatan kelenjar
prostat bersama dengan vesikula seminalis, dan diseksi kelenjar limfe
regional di panggul. Pembedahan ini dapat dilakukan secara retropubik
maupaun parineal. Hanya saja operasi ini dapat menimbulkan penyulit
antara lain perdarahan, disfungsi ereksi, dan inkotinensia. Tetapi dengan
teknik nerve sparring yang baik terjadinya kerusakan pembuluh darah
dan saraf yang memelihara penis dapat dihindari sehingga timbulnya
disfungsi ereksi dapat diperkecil
3) Radiasi
Ditujukan untuk pasien tua atau pesien dengan tumor yang telah
mengadakan metastasis. Pemberian radiasi eksterna biasanya didahului
dengan limfadenektomi yang dapat dikerjakan dengan operasi terbuka
maupun laparaskopik.

4) Terapi hormonal
Pemberian terapi hormonal berdasarkan atas konsep dari Hugins yaitu :
Sel epitel prostat akan mengalami atrofi jika sumber androgen ditiadakan
. Sumber androgen ditiadakan dengan cara pembedahan atau
medikamentosa. Menghilangkan sumber androgen yang hanya berasal
dari testis menurut labrie belum cukup, karena masih ada sumber
androgen dari kelenjar suprarenal yaitu sebesar 10% dari seluruh
testosteron yang beredar didalam tubuh. Untuk itu labrie menganjurkan
untuk melakukan blokade androgen total.

1.8 Pathway
II. Rencana asuhan klien dengan ca prostat

2.1 Pengkajian

2.1.1 Riwayat Keperawatan


a. Keluhan utama
Gejala-gejala iritasi (sering kencing/frequency, tergesa-gesa ingin
kencing/urgency, sering kencing malam hari/nocturia dan sulit
menahan kencing/urge incontinen), atau gejala-gejala obstruksi
(kencing harus menunggu lama/hesitancy, pancaran kencing lemah,
kencing tidak lampias, terputus-putus/intermittency, dan harus
mengedan untuk memulai kencing/straining).
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien ca prostat keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi ,
nokturia, urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/
puas sehabis miksi, hesistensi, intermitency, dan waktu miksi
memenjang dan akirnya menjadi retensio urine.
c. Riwayat penyakit dahulu .
Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran
perkemihan, misalnya ISK (Infeksi Saluran Kencing ) yang
berulang. Penyakit kronis yang pernah di derita. Operasi yang
pernah di jalani kecelakaan yang pernah dialami adanya riwayat
penyakit DM dan hipertensi.
d. Riwayat penyakit keluarga.
Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang
menderita penyakit ca prostat Anggota keluargayang menderita
DM, asma, atau hipertensi.
e. Riwayat psikososial
Intra personal
Kebanyakan klien yang akan menjalani operasi akan muncul
kecemasan. Kecemasan ini muncul karena ketidaktahuan
tentang prosedur pembedahan. Tingkat kecemasan dapat dilihat
dari perilaku klien, tanggapan klien tentang sakitnya.
Inter personal
Meliputi peran klien dalam keluarga dan peran klien dalam
masyarakat.
2.1.2 Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus
urinarius bagian atas, kadang-kadang ginjal dapat teraba dan apabila
sudah disertai pielonefritis akan disertai sakit pinggang dan nyeri
kotok pinggang. Vesica urinaria dapat apabila sudah terjadi retensi
urine total, daerah inguinal juga harus diperhatikan untuk mengetahui
ada tidaknya hernia. Genitalia eksterna harus pula diperiksa untuk
melihat adanya kemungkinan sebab lain yang dapat menyebabkan
gangguan miksi seperti batu di fossa naviculare atau uretra anterior,
fibrosis daerah uretra, kondiloma daerah meatus. Pemeriksaan fisik
secara menyeluruh dimaksudkan untuk medapatkan kelainan diluar
traktus urinarius yang perlu untuk menentukan adanya kontra indikasi
apabila akan dilakukan tindakan operatif seperti kelainan jantung,
hepar atau gangguan pernafasan. Pemeriksaan klinik terpenting adalah
pemeriksaan Rectal toucher ( colok dubur ) atau Digital Rectal
Examination ( DRE ). Pada pemeriksaan ini dapat mencari adanya
kelainan pada prostat yang mencurigakan ke arah kanker prostat, yaitu
konsistensi yang keras, adanya nodul (benjolan di permukaan) dan
pembesaran prostat yang tidak simetris.

2.1.3 Pemeriksaan penunjang


1) Pemeriksaan Prostate Specific Antigen (PSA)
PSA merupakan suatu glikoprotein yang secara primer diproduksi
oleh sel-sel prostat. Kadar normalnya dalam darah adalah 0-4 ng/ml
(nanogram per mililiter). Bila kadarnya antara 4-10 ng/ml,
interpretasinya dapat berbeda karena masih bisa normal pada orang
yang dalam kondisi tertentu, atau dapat merupakan tanda PPJ
maupun kanker. Kadar yang lebih dari 10 ng/ml merupakan tanda
yang cukup akurat untuk keberadaan kanker prostat, terutama bila
sesuai dengan hasil pemeriksaan colok dubur. Dan pada keadaan
ini, untuk memastikan diagnosis maka diperlukan pemeriksaan
jaringan prostat yang diambil dengan cara biopsi. Perlu
diperhatikan pula bahwa sekitar 43 % penderita kanker prostat dini
memiliki nilai PSA kurang dari 4 ng/ml. Beberapa keadaan seperti
pemakaian kateter (selang) uretra, pemeriksaan sistoskopi,
prostatitis dan ejakulasi dapat meningkatkan nilai PSA pada
keadaan tidak adanya kanker prostat. Pemakaian obat untuk PPJ
seperti Finasteride dapat menurunkan nilai PSA. Dengan demikian
dapat terjadi nilai positif palsu dan negatif palsu. Untuk
mempertajam nilai diagostik PSA, terutama pada penderita dengan
nilai PSA 4-10 ng/ml, digunakan nilai densitas PSA dan nilai rasio
PSA bebas dengan PSA total.
2) Pemeriksaan USG transrektal (TURS)
Pemeriksaan ini sudah digunakan secara rutin di klinik-klinik
urologi sebagai salah satu prosedur pemeriksaan pada pasien
dengan keluhan saluran kemih bagian bawah. Pemeriksaan dapat
dilakukan saat rawat jalan dan tidak memerlukan persiapan khusus.
Pada pemeriksaan ini dapat dinilai volume prostat dan adanya lesi
hypoechoic atau hyperechoic yang mencurigakan adanya kanker
prostat. Selain itu USG transrektal (TRUS) ini juga dapat
digunakan sebagai pembimbing (guide) saat melakukan biopsi
prostat.
3) Pemeriksaan Biopsi
Harus dikerjakan untuk menentukan diagnosis pasti. Pasien
biasanya diberikan antibiotika sebelum dilakukan tindakan, untuk
mencegah kemungkinan infeksi akibat tindakan.
Biopsi prostat sebaiknya dikerjakan secara rutin pada keadaan:
a. Kecurigaan keganasan dari pemeriksaan colok dubur
b. Adanya lesi hypoechoic atau hyperechoic pada pemeriksaan
TRUS
c. Nilai PSA lebih dari 10 ng/ml
d. Nilai densitas PSA lebih dari 0,15 (bila PSA 4-10 ng/ml)
Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk menentukan derajat
kanker (cancer staging) yang akan menjadi salah satu dasar
pemilihan pengobatan
e. CT scan dan MRI
Apabila diagnosa sudah ditegakkan, maka perlu dilakukan
pemeriksaan CT scan untuk melihat apakah ada tanda tanda
metastasis kekelenjar limfe regional maupun aorta,
dibandingkan TRUS, MRI lebih akurat dalam menentukan luas
ekstensi tumor ke ekstrakapsuler atau ke vesica seminalis.

2.1 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Ansietas
2.1.1 Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
disertai respons autonom (sumber sering sekali tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan
oleh antisipasi terhadap bahaya. Perasaan ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan
memampukan individu melakukan tindakan menghadapi
ancaman.
2.1.2 Batasan karakteristik :
Perilaku
- Mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam
peristiwa hidup
- Gerakan yang tidak relevan
- Gelisah
- Insomnia
- Kontak mata buruk

Afektif

- Kesedihan yang mendalam


- Distres
- Ketakutan
- Perasaan tidak adekuat
- Fokus pada diri sendiri
- Iritabilitas
- Marah
Fisiologis
- Wajah tegang
- Peningkatan keringat
- Peningkatan ketegangan
- Terguncang
2.1.3 Faktor yang berhubungan :
- Hubungan keluarga
- Krisis situasi dan maturasi
- Stres
- Penyalahgunaan zat
- Ancaman kematian
- Ancaman terhadap konsep diri

Diagnosa 2 : Nyeri akut


2.2.1 Definisi : Pengalaman sensori dan emosi yang tidak
menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual dan
fungsional.
2.1.4 Batasan karakteristik :
Subjektif
- Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan [nyeri] dengan
isyarat
Objektif
- Posisi untuk menghindari nyeri
- Perubahan tonus otot
- Respon autonomik
- Perubahan selera makan
- Perilaku ekspresif
- Gangguan tidur
2.1.5 Faktor yang berhubungan
Agens-agens penyebab cedera (misalnya, biologis, kimia, fisika
dan psikologis)

2.2 Perencanaan
Diagnosa 1 : Ansietas
2.2.1 Tujuan dan kriteria hasil : berdasarkan NOC
Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya
ringan-sedang dan selalu menunjukkan pengendalian-diri
terhadap ansietas, konsentrasi dan koping.

2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional : berdasarkan NIC


- Bimbingan antisipasi
Rasional : Mempersiapkan pasien menghadapi kemungkinan
krisis perkembangan dan atau situasional

- Penurunan ansietas
Rasional : Meminimalkan kekhawatiran, ketakutan,prasangka
atau perasaan yang tidak tenang yang berhubungan dengan
sumber bahaya yang diantisipasi
- Teknik menenangkan diri
Rasional : Meredakan kecemasan pada pasien yang
mengalami distres akut
- Peningkatan koping
Rasional : Membantu pasien beradaptasi dengan persepsi
stresor, perubahan, atau ancaman yang menghambat
pemenuhan tuntutan dan peran hidup
- Dukungan emosi
Rasional : Memberikan penanganan , penerimaaan dan
bantuan selama masa stres

Diagnosa 2 : Nyeri akut


2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil : berdasarkan NOC
Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh
indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang,
kadang-kadang,sering atau selalu) :
Mengendalikan awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional : berdasarkan NIC
- Pemberian analgesik
Rasional : Mengurangi atau menghilangkan nyeri
- Manajemen nyeri
Rasional : Meringankan atau mengurangi nyeri sampai tingkat
kenyamanan pasien
- Manajemen medikasi
Rasional : Memfasilitasi penggunaan obat resep atau bebas
secara aman dan efektif
- Manajemen sedasi
Rasional : Memberikan sedasi dan memberikan dukungan
fisiologis yang dibutuhkan selama prosedur diagnostik atau
terapeutik

III. Daftar Pustaka


Rachman, Sani. (2009). Karsinoma Prostat Staging and Grading. Termuat
dalam : <http://sanirachman.blogspot.co.id/2009/11/karsinoma-prostat-
staging-and-grading.html> (Diakses 8 Januari 2017)
Selly. (2010). Asuhan Keperawatan Kanker Prostat. Termuat dalam :
<http://sely-biru.blogspot.co.id/2010/08/asuhan-keperawatan-kanker-
prostat.html> (Diakses 8 Januari 2017)

Walkinson, Judith M. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis


NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Ed.9. Jakarta:EGC
Banjarmasin,...........................2017

Perseptor Akademik, Perseptor Klinik,

(..................................................) (..................................................)

Anda mungkin juga menyukai