Anda di halaman 1dari 5

6.

1 Pengaruh Lobi pada Standar Akuntansi


Maschab (1997) mengemukakan bahwa lobbying adalah segala bentuk upaya
yang dilakukan oleh suatu pihak untuk menarik atau memperoleh dukungan pihak
lain. Aktivitas lobi terhadap dewan standar akuntansi berlaku pada setiap negara
dan jurisdiksi. IASB mendapatkan lobi yang kuat dari uni Eropa, negara-negara
G20 dan dari Asia-Oceania sehingga mempengaruhi standar yang mereka buat.
Melihat beratnya kegiatan politik yang harus dijalani oleh IASB untuk
meyakinkan banyak negara dalam mengadopsi IFRS, tak heran kalau IFRS
Foundation memilih seorang politikus untuk menjadi ketua IASB menggantikan
Sir David Tweedie. Semua orang yang membaca profil Hans Hoogervorst (ketua
IASB per Juli 2011) dapat segera menduga bahwa Hans diangkat bukan karena
kemampuan teknik akuntansinya, dan dugaan tersebut akan semakin kuat bila
mendengar pidato-pidato Hans di forum resmi IASB yang jarang menyentuh level
teknis akuntansi. Untuk lebih menyeimbangkan teknikal akuntansi pimpinan
IASB, diangkatlah Ian Mackintosh yang memiliki kompetensi teknikal akuntansi
tinggi sebagai wakil ketua IASB.
Proses penyusunan standar merupakan proses politik yang di dalamnya
terdapat berbagai pengaruh terhadap penyusun standar (Hodges & Mellett, 2002).
Tindakan yang paling dapat diobservasi untuk mengukur pengaruh lobi yaitu
melalui jumlah tanggapan tertulis atas suatu eksposure draft standar akuntansi.
Di Indonesia standar akuntansi dikenal dengan nama Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan melalui due process procedure yang memungkinkan keterlibatan
konstituen. Berdasarkan survey ke Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) maka data
yang tersedia di IAI hanya tanggapan tertulis atas 4 PSAK yaitu PSAK 8, PSAK
38, PSAK 51 dan PSAK 57. Penelitian ini menemukan pengaruh lobi konstituen
terhadap penyusunan PSAK adalah rendah (hanya 12,88 % tanggapan yang
diakomodasi), namun jika dilihat dari masing-masing masing-masing PSAK
hasilnya bervariasi yaitu tidak berpengaruh pada PSAK 08 dan PSAK 38,
berpengaruh rendah pada PSAK 51 dan berpengaruh sedang pada PSAK 57.
Pengakomodasian tanggapan tersebut berdampak positif karena dapat
memperjelas substansi dan kalimat dalam PSAK.

1
Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan kelompok yang paling banyak
memberikan tanggapan, adalah KAP, bukan pembuat laporan keuangan. Hal
tersebut diduga karena adanya pandangan pelaku bisnis bahwa standar merupakan
tanggung jawab IAI. Kemudian melalui uji beda proporsi ditemukan tidak
terdapat perbedaan pengaruh antar konstituen. Selanjutnya tidak ditemukan juga
perbedaan pengaruh antara tanggapan yang bersifat substantif dan yang bersifat
bahasa. Namun perbedaan pengaruh ditemukan antar standar yang berarti
pengaruh lobi konstituen tergantung dari standarnya. Beberapa keterbatasan
penelitian diantaranya :
1) Penggunaan tanggapan tertulis sebagai ukuran lobi padahal lobi yang
sebenarnya lebih sexing, dilakukan lewat jalur non formal.
2) Tanggapan dipandang sebagai suara (vote) yang berarti cenderung tidak
memperhatikan substansi tanggapan.
3) Kekurangan data mengenai tanggapan konstituen atas eksposure draft.
4) Masih sedikitnya referensi penelitian mengenai lobi konstituen di
Indonesia

6.2 Pengertian dan Contoh Konsekuensi Ekonomis Standar Akuntansi


6.2.1 Pengertian Konsekuensi Ekonomis Standar Akuntansi
Konsekuensi ekonomi adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa meskipun
terdapat implikasi atas teori pasar sekuritas efisien, pilihan kebijakan akuntansi
dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Zeff (1978) mendefinisikan economic
consequences sebagai dampak laporan akuntansi terhadap perilaku pengambilan
keputusan bisnis, pemerintah, dan kreditor. Esensi definisi tersebut adalah bahwa
laporan akuntansi dapat mempengaruhi (affect) keputusan nyata oleh manajer dan
pihak lain, tidak hanya sekedar menggambarkan (reflecting) hasil keputusan yang
dibuat.
Jadi dari pengertian diatas, dapat di simpulkan Konsekuensi Ekonomi adalah
konsep yang menegaskan, meskipun implikasi dari teori pasar sekuritas efisien,
bahwa pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi/memberi dampak pada
nilai perubahaan. Pemahaman konsep konsekuensi ekonomi tentang pilihan
kebijakan akuntansi adalah penting dengan alasan:

2
1) Konsep tersebut menarik dalam kebenarannya. Banyak kejadian-kejadian
menarik dalam penerapan akuntansi berasal dari konsekuensi ekonomi.
2) Saran bahwa kebijakan akuntansi tidak penting bertentangan dengan
pengalaman akuntan. Banyak akuntansi keuangan berfokus pada diskusi
dan argumen tentang kebijakan akuntansi mana yang harus dipakai dalam
kondisi yang berbeda. Konsep konsekuensi ekonomi konsisten dengan
pengalaman dunia nyata.
3) Adanya konsekuensi ekonomi menimbulkan pertanyaan tentang mengapa
mereka ada. Hal ini muncul dari kontrak yang disetujui oleh perusahaan,
khususnya kontrak kompensasi eksekutif dan kontrak hutang.
Economic consequences diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas
perubahan kebijakan akuntansi walaupun perubahan kebijakan akuntansi tersebut
tidak berpengaruh secara langsung terhadap arus kas. Karena itu, economic
consequences merupakan salah satu anomali pasar modal efisien.

6.2.2 Contoh Konsekuensi Ekonomis Standar Akuntansi


1) Contoh 1
Konsekuensi ekonomis standar akuntansi dapat dilihat pada artikel Lev, "The
Impact of Accounting Regulation on the Stock Market; The Case of Oil and Gas
Companies (1979). Penelitian Lev berkonsentrasi pada SFAS 19, yang
dikeluarkan pada tahun 1977. Laporan tersebut meminta bahwa semua perusahaan
oli dan gas US menghitung biaya explorasinya dengan menggunakan metode
successful-efforts (SE). Artikel Lev masih relevan hingga saat ini karena
mendokumentasikan respon pasar pada perubahan kebijakan akuntansi yang tidak
memiliki dampak pada arus kas.
Seperti yang dibahas oleh Lev, salah satu kemungkinannya adalah inefisiensi
pasar sekuritas yang mungkin ini adalah keanehan lain. Namun, dalam pandangan
banyak penelitian empiris, yang hasilnya konsisten dengan efisiensi pasar
sekuritas, penjelasan ini agaknya tidak mungkin. Alasan lain dapat disarankan,
salah satunya adalah bahwa manajer perusahan FC dapat menghadapi kesulitan
meningkatkan modal atau dapat mengurangi aktivitas explorasinya, sesekali
mereka dipaksa untuk menggunakan SE. Alasan lain adalah bahwa pengurangan

3
dalam pendapatan bersih yang dilaporkan dan ekuitas pemegang saham yang
mengikuti hubungan pada penggantian SE dapat mempengaruhi bonus-bonus
manajemen dan rasio perjanjian hutang. Pasar dapat bereaksi pada respon manajer
disfungsional yang mungkin terjadi pada masalah seperti ini. Namun demikian,
sementara kita tidak mengetahui alasannya, hasil penelitian Lev menyarankan
bahwa pasar bereaksi pada kejadian akuntansi yang tidak memiliki implikasi arus
kas. Hal ini adalah fakta bahwa perubahan kebijakan akuntansi yang dimandatkan
dapat memiliki dampak harga sekuritas, menguatkan argumen konsekuensi
ekonomi.
2) Contoh 2
Periode setelah dikeluarkannya SFAS 8 adalah periode dengan nilai tukar
berfluktuasi. Dari tahun 1976 sampai dengan 1981, laba Massey-Ferguson
Limited (sekarang Varity Corp) dipengaruhi oleh untung atau rugi penjabaran
yang bervariasi dari rugi US $90,912 juta dan untung US $190 juta. Kerugian
sebelum penjabaran pada tahun 1981 adalah US $384,8 juta menjadi hanya US
$194,8 juta karena adanya keuntungan penjabaran US $190 juta. Manajemen
Massey-Ferguson skeptis terhadap penerapan FASB 8 ini. Translation gain dan
loss dimasukkan dalam rugi laba, manajemen keberatan akan hal ini.
Manajemen mempermasalahkan (tidak setuju) atas perlakuan terhadap
unrealized gain/loss dari translation yang dimasukkan dalam perhitungan rugi
laba. Cabang di luar negeri tetap jalan, namun didolarkan sehingga rugi diakui,
pada hal perusahaan tetap berjalan. Kinerja, yang digunakan sebagai dasar untuk
menentuan gaji dan bonus, menjadi rendah. Berbeda dari translation gain dan loss,
manajer tidak keberatan atas transaction gain dan loss dimasukkan ke rugi laba.
Hal ini terjadi karena trasaction gain dan loss sudah realized. Keberatan atas
dimasukkannya translation gain dan loss (yang notabene unrealized) ke rugi laba
memicu keluarnya SFAS 52 yang akhirnya memasukkannya ke neraca.
Dari perjelasan di atas terlihat jelas bahwa manajemen perusahaan
multinasional melakukan intervensi terhadap badan penyusun standar. Reaksi
manajemen Massey-Ferguson merupakan suatu contoh konsekuensi ekonomi
seperti yang digambarkan oleh Zeff. Intervensi tersebut terlihat kuat sehingga
dikeluarkannya SFAS 52 untuk mengubah sebagian SFAS 8.

4
DAFTAR PUSTAKA

Zeff, Stephen A.1978. The Rise of Economic Consequences. The Journal of


Accountancy, Desember: 56-63

Adam, Helmi. Konsekuensi Ekonomi Dan Proses Politik Dalam Penyusunan


Standar Akuntansi, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam
(IQTISHODUNA), 2006.

https://www.scribd.com/doc/240179775/Pengaruh-Lobi-Pada-Standar-Akuntansi
(diakses pada 15 Oktober 2017)

Anda mungkin juga menyukai