Anda di halaman 1dari 2

Sekolah Berjalan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu hal yang penting dalam sebuah kehidupan. Melalui
pendidikan kita diajarkan untuk memahami konsep-konsep ilmu pengetahuan yang nantinya
akan bermanfaat dalam kehidupan itu sendiri. Selain itu kita juga dilatih untuk menggali dan
mengembangkan bakat masing-masing sehingga terbangun suatu karakter dalam diri manusia
tersebut. pendidikan juga melatih kita untuk berfikir kritis, bersikap dewasa serta bijaksana.
Untuk itulah pendidikan hendaknya diberikan kepada anak sejak usia dini.

Mengingat pentingnya pendidikan tersebut, pemerintah Indonesia telah menerapkan


kebijakan wajib belajar 12 tahun bagi masyarakatnya. Wajib belajar ini dimulai dari tingkat
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas
(SMA). Tujuan utama penerapan kebijakan ini adalah menggali potensi warga negaranya
sehingga tercipta suatu Sumber Daya Manusia (SDA) yang berkualitas dan diharapkan dapat
membangun bangsa yang lebih baik.

Selain itu pemerintah juga telah menetapkan kebijakan dalam dunia pendidikan bagi
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) . Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya. Yang termasuk Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah tunanetra (tidak bisa melihat), tunarungu (tidak bisa
mendengar), tunawicara (tidak bisa berbicara), tunagrahita (memiliki kecerdasan yang
kurang). UU No. 20 tahun 2003 pasal 15 mengatakan bahwa jenis pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus adalah pendidikan khusus. Untuk itulah pemerintah mendirikan
lembaga sekolah yang khusus diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus, sekolah ini
bernama Sekolah Luar Biasa (SLB).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), di Indonesia ada jumlah Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) mencapai 1,48 juta anak atau 0,7 persen dari jumlah penduduk.
Dari jumlah tersebut yang sudah memperoleh layanan pendidikan baik di sekolah maupun
inklusif baru 28.897 anak atau 26,15 persen. Jadi total Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
yang belum mendapat layanan pendidikan sebesar 73,85 persen atau 234.119 anak.
Sedangkan jumlah total Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah 1.311 sekolah, dari jumlah tersebut
hanya 23 persen yang berstatus negeri. Ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan
bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) masih belum merata.

Selain itu berdasarkan data yan diperolah Universitas Ahmad Dahlan, sebanyak 47,27
persen orang tuamasih belum bisa menerima kenyataan bahwa anaknya termasuk Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK), mereka cenderung tidak peduli terhadap kebutuhan anaknya
khususnya di bidang pendidikan. Sebagian mereka juga enggan menyekolahkan anaknya di
sekolah biasa dengan alasan gengsi, padahal sekolah biasa tidak memiliki metode dalam
menghadapi anak berkebutuhan khusus. Sebagian yang lain memilih untuk tidak
menyekolahkanya dengan alasan biaya dan lain-lain. Selain itu kebanyakan Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) justru dianggap sebagai sampah masyarakat dan dikucilkan.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) bukanlah sampah masyarakat, jika mereka diberikan
pendidikan yang layak bukan tidak mungkin akan menggali potensi terpendam dalam dirinya
sehingga dapat memberi dampak positif bagi masyarakat. Al quran sendiri memberikan
kesempatan bagi para Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) melalui Firman Allah dalam surat
An Nur ayat 61 yang artinya:

Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi
orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka) dirumah
kamu sendiri atau di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-
saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, di rumah saudara
bapakmu yang laki-laki, di rumah saudara bapakmu yang perempuan, di rumah saudara
ibumu yang laki-laki, di rumah saudara ibumu yang perempuan, di rumah yang kamu miliki
kuncinya atau di rumah kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-
sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah ) dari rumah-
rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada penghuninya (yang berarti memberi
salam) kepada dirimu sendiri), salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi
baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya."

Ayat tersebut mengandung makna kesetaraan yaitu bahwa tidak ada halangan bagi
masyarakat untuk bergabung bersama dengan mereka yang berkebutuhan khusus seperti buta,
pincang, bisu, tuli atau bahkan sakit. Mereka berhak untuk makan bersama, berkumpul
bersama layaknya masyarakat pada umumnya.

Berdasarkan hal tersebut perlu adanya kepedulian terhadap penyenggaraan pendidikan


Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Program Sekolah Berjalan Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) ini diharapakan dapat menjadi solusi permasalahan minimnya kepedulian
terhadap pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Rumusan Masalah

1. Bagaimana pandangan islam terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)?


2. Bagaimana mekanisme Sekolah Berjalan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)?
3. Apa manfaat dari adanya program Sekolah Berjalan Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK)?

Anda mungkin juga menyukai