Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan hati yang menimbulkan
gejala klinis yang khas yaitu badan lemah, kencing berwarna seperti teh pekat, mata dan
seluruh badan menjadi kuning.
Berdasarkan penyebabnya, hepatitis dapat dibagi atas :
Hepatitis akut
Hepatitis kronis
Hepatitis viral akut ialah inflamasi hati akibat infeksi virus hepatitis yang
berlangsung selama kurang dari 6 bulan.
The clinical picture of viral hepatitis is extremely variable, ranging from
asymptomatic infection without jaundice to a fulminating disease.
Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi virus hepatotropik yang bersifat sistemik
dan akut berlangsung kurang dari 6 bulan.
Sebagian hepatitis akan sembuh sempurna, tetapi sebagian lain akan berkembang
menjadi kronis, sirosis atau karsinoma hati.
Etiologi
Paling sedikit ada 6 jenis virus penyebab hepatitis yaitu virus hepatitis A, B, C, D,
EHepatitis A umumnya mengenai anak dan dewasa muda sedangkan Hepatitis B sering
mengenai dewasa muda, bayi dan balita. Hepatitis C lebih sering mengenai orang
dewasa.
Hepatitis A lebih sering mengenai penderita dengan status sosioekonomi yang buruk
karena penularan virus ini terutama melalui jalur faecal oral.
Patogenesis
Virus-virus Hepatitis secara primer tidak bersifat sitopatik (merusak) pada sel-sel
hepar. Gejala klinis yang disebabkan oleh infeksi virus ini disebabkan oleh respons
imun penderita terhadap infeksi tersebut.
Patofisiologi
1. Patofisiologi Ikterus
Ikterus adalah keadaan klinis di mana ditemukannya warna kuning pada kulit dan
mukosa yang disebabkan oleh pigmen empedu. Ikterus dapat diketahui bila kadar
bilirubin darah lebih dari 2 mg%.
Metabolisme Bilirubin
Bilirubin merupakan produk dari pemecahan heme yang 80-85% berasal dari eritrosit
matang dan 15-20% dari produk heme lainnya seperti myoglobin, sitokrom.
Proses pemecahan heme terjadi dalam sel retikuloendotelial. Heme diubah menjadi
biliverdin melelui proses oksigenasi. Biliverdin oleh enzim biliverdin reduktase diubah
menjadi bilirubin.
Bilirubin yang beredar dalam plasma sebagian besar (90%) berada dalam bentuk
unconjungated/indirek. Bilirubin indirek akan berikatan dengan albumin lebih kuat
dibandingkan dengan bilirubin direk.
Namun ikatan ini tidak mutlak sehingga bila terdapat anion lain seperti Sulfonamide
dan Salisilat yang berkompetisi dengan bilirubin maka bilirubin ini akan beredar bebas
dalam darah dan memasuki jaringan tubuh lainnya seperti jaringan otak.
Bilirubin indirek melepaskan ikatannya dengan albumin lalu masuk ke dalam hati dan
terikat dengan ligandin. Di dalam hati terjadi perubahan bilirubin menjadi bilirubin
glukoronid oleh enzim glukoronosil transferase.
Bakteri dalam usus halus dan kolon mengubah bilirubin glukoronid menjadi
urobilinogen, sebagian diserap kembali dan akan melewati sirkulasi enterohepatik;
sebagian lainnya dikeluarkan melalui urin dan feses.
Bilirubin direk mudah larut dalam air sehingga dapat difiltrasi melalui ginjal.
Manifestasi Klinis
1. Stadium praikterik
Berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual,
muntah, demam, nyeri pada otot, dan nyeri pada perut kanan atas. Urin menjadi lebih
coklat.
2. Stadium ikterik
Berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada sklera, kemudian
pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang, tetapi pasien masih lemah,
anoreksia, dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati
membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pascaikterik (rekonvalesens)
Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi.
Apabila hepar sudah membesar pasien dapat mengeluh nyeri perut kanan atas (perut
begah).
Demam dengan suhu sekitar 38-39oC lebih sering ditemukan pada hepatitis A. urine
berwarna gelap (seperti air teh) dan feses berwarna tanah (clay-colored). Dengan
timbulnya gejala kuning/ikterus maka biasanya gejala prodromal menghilang.
Hepatomegali dapat disertai nyeri tekan.
Ikterik pada penderita terutama tampak pada wajah, batang tubuh dan sklera. Ikterik
pertama kali terlihat pada frenulum lingue namun yang biasa diperhatikan pertama kali
adalah sklera. Sklera mudah menyimpan bilirubin karena terdiri atas banyak sekali
serat-serat elastin.
Mata kuning adalah keluhan pertama yang dapat dilihat oleh penderita atau kerabatnya.
Warna kuning pada mata dapat memberikan gambaran kasar penyebab ikterus :
Kuning : Prehepatik
Kuning oranye : Hepatik
Kuning kehijauan : Posthepatik
Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Mata
Mulut
Leher
Spider naevi (spider telangiectasis, spider angioma, arterial spider) ditemukan pada
penyakit hati yang kronis, dijumpai pada daerah yang mendapatkan vaskularisasi dari
vena cava superior.
Lokasinya adalah pada muka, leher, lengan, punggung tangan, dada dan punggung
tetapi jarang terdapat di bawah garis yang menghubungkan kedua areola mammae.
Spider naevi tampak sebagai titik dengan serabut-serabut pembuluh darah yang
menyebar secara radier dengan diameter mulai seujung jarum sampai 0,5 cm.
2.Thoraks
3. Abdomen
Inspeksi dartar lembut, jika terdapat asites akan tampak cembung.
Hepatomegali
Pada hepatitis virus akut, terjadi pembesaran hepar yang bersifat kenyal, tepi tajam,
permukaan rata. Sedangkan pada sirosis, hepar dapat teraba atau tidak teraba. Pada
karsinoma, hepar membesar dan teraba keras dengan permukaan yang berbenjol-
benjol, tepi tidak rata, tumpul dan pada auskultasi terdengar hepatic bruit.
Pembesaran Lien
4. Ekstremitas
Edema
Edema dapat dijumpai pada penderita penyakit hati kronis. Penimbunan cairan pada
penyakit hati dimulai dari rongga perut (asites) lalu diikuti tempat-tempat lainnya.
Clubbing
Clubbing biasa dijumpai pada penyakit-penyakit kronis. Pada hepatitis akut tidak
ditemukan.
Sianosis dapat ditemukan pada penderita sirosis dengan kegagalan hati akibat
penurunan dari kejenuhan O2 dalam arteri.
Eritema Palmaris
Eritema palmaris (liver palms) yaitu salah satu kelainan yang dapat dijumpai pada
penderita kegagalan hati. Tangan penderita akan tampak merah tua dan teraba panas
(hangat) terutama pada hipotenar, tenar dan pada jari.
Bila terdapat riwayat transfusi darah, pemakaian obat-obatan narkoba, atau ada risiko
infeksi vertikal dapat dilakukan pemeriksaan anti-HCV, IgM anti-HDV diperiksa pada
kasus hepatitis B kronik. Bila dicurigai pasien menderita hepatitis E, dilakukan
pemeriksaan IgM anti-HEV.
IgM anti-HAV yang meningkat menunjukkan hepatitis A akut. Sedangkan makna
petanda virus untuk hepatitis B adalah sebagai berikut:
HBsAg, tanda mengidap virus hepatitis B (hepatitis akut, hepatitis kronis, sirosis,
hepatoma, karier)
Anti-HBs, umumnya tanda sembuh dan kekebalan seumtu hidup terhadap reinfeksi
hepatitis B
HBeAg dan DNA VHB, tanda bahwa replikasi virus hepatitis B aktif dan daya
tularnya tinggi, muncul sebelum timbulnya gejala dan kurang lebih bersamaan
waktunya dengan terdeteksinya HBsAg
Serokonversi dari HBeAg menjadi anti-HBe adalah tanda remisi; replikasi virus
tidak aktif
IgG anti-HBc, tanda sedang atau pernah terinfeksi, bisa menetap dalam kadar
rendah seumur hidup
IgM anti-HBc, tanda infeksi akut atau kronis aktif. Setelah fase akut, IgM anti-HBc
turun dengan jambat, tetapi marker replikasi virus -HBeAg dan HBV DNA- tetap dapat
dideteksi, sedangkan anti-HBe dan anti-HBs biasanya belum dapat dideteksi.
Biopsi hati (bila faal hati tidak kembali normal setelah 6 bulan).
Terapi
Tirah baring. Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat.
Diet seimbang.
Terapi suportif sesuai kondisi pasien
1. Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.
2. Antibiotik tidak jelas kegunaannya
3. Jangan diberikan antiemetik.
Penyulit
Hepatitis Fulminan
Kolestasis berkelanjutan
Hepatitis Kronik
https://rspwinterna.wordpress.com/2013/08/27/hepatitis-virus-akut/
http://abnusclassb.blogspot.com/2014/12/kelompok-13-imunisasi-hepatitis-b.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi hepatitis B dilakukan untuk mencegah terjangkitnya penyakit hepatitis B. Hal ini
dikarenakan penyakit hepatitis B merupakan salah satu penyakit yang mudah menular. Dengan imunisasi
diharapkan, virus hepatitis B tidak mudah masuk ke dalam tubuh.Penyakit hepatitis B adalah jenis
penyakit liver berbahaya dan dapat berakibat fatal. Virus Hepatitis B (HBV) ditularkan melalui hubungan
seksual, darah (injeksi intravena, transfusi), peralatan medis yang tidak steril atau dari ibu ke anak pada
saat melahirkan.
Pada 90% kasus HBV menghilang secara alami, tetapi pada 10% kasus lainnya virus hepatitis B
tersebut tetap bertahan dan mengembangkan penyakit kronis, yang kemudian bisa menyebabkan sirosis
atau kanker hati. Banyak bayi dan anak-anak yang terkena hepatitis B tidak betul-betul sembuh, sehingga
mendapatkan masalah liver di usia dewasa. Anda perlu berhati-hati dengan virus HBV karena dapat
ditularkan oleh orang yang sehat (yang tidak mengembangkan penyakit hepatitis B) tetapi membawa
virus ini.
Penyakit hepatitis B seringkali tidak menimbulkan gejala. Bila ada gejala, keluhan yang khas
dirasakan adalah nyeri dan gatal di persendian, mual, kehilangan nafsu makan, nyeri perut, dan ikterik.
Hepatitis B dapat ditangkal dengan cara imunisasi. Anak-anak biasanya mendapatkan imunisasi ini
sebagai bagian dari program imunisasi anak.
Imunisasi hepatitis B merupakan salah satu imunisasi yang diwajibkan, lebih dari 100 negara
memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan
virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virus hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan
kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sehingga sangat mungkin terjadi sirosis atau
pengerutan hati.
Pentingnya imunisasi Hepatitis B perlu Anda ketahui sebab penyakit hepatitis B merupakan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dan bisa merusak hati. Jika dibiarkan, penyakit ini akan
semakin berat dan bisa menjadi kanker hati. Untuk penyakit hati, virus penyebab Hepatitis B adalah yang
paling berbahaya.
Biasanya bayi yang baru lahir akan diberikan imunisasi Hepatitis B. Ini sangat penting untuk
mencegah bayi tertular penyakit tersebut. Manfaat Imunisasi Hepatitis B akan meningkat jika diberikan
sejak dini, biasanya pada usia bayi 0 sampai 7 hari.
Jika bayi terjangkit virus ini biasanya hanya menunjukkan gejala ringan, dan bahkan ada yang
tidak menunjukkan gejala sama sekali. Akan tetapi biasanya bayi akan terus menyimpan virus tersebut di
dalam darah selama bertahun-tahun dan bisa menularkannya pada orang lain. Virus hepatitis B memang
biasanya ditemukan pada cairan tubuh orang yang sudah terjangkit, seperti darah, ludah, dan air mani.
Ibu yang memiliki Hepatitis B, beresiko tinggi menularkannya pada bayi-bayi mereka.
Untuk itulah sangat penting melakukan imunisasi Hepatitis B sesegera mungkin untuk
memastikan imunisasi tersebut bekerja seefektif mungkin. Dengan imunisasi ini bayi Anda akan
terlindungi dari penyakit Hepatitis B pada masa pertumbuhannya.
B. Rumusan Masalah
b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau sering disebut
perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan dalam mencari pengobatan.
c. Perilaku Kesehatan Lingkungan
Bagaimana seseorang merespons lingkungan baik lingkungan fisik, sosial budaya dan
sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya, keluarga dan
masyarakat. Dengan perkataan lain bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga
tidak menggangu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya.
2. Domain Perilaku
Perilaku merupakan bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari
luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik
atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama
beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan
respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku (Notoatmodjo, 2007).
Faktor determinan perilaku itu ditentukan atau dipengaruhi oleh perilaku (individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat) itu sendiri. Untuk membedakan determinan perilaku,
Notoatmodjo (2007) membaginya menjadi 2 bagian yaitu:
a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang
bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan
sebagainya.
b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan
lain sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai
perilaku seseorang.
Berdasarkan pembagian domain Bloom dan untuk kepentingan pendidikan praktis,
Notoatmodjo (2005) mengembangkan domain, ranah atau kawasan perilaku itu menjadi 3 tingkat
yang terdiri dari: (1) pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(knowledge), (2) sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
( attitude), (3) praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan
materi pendidikan yang diberikan (practice).
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain
kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek
di luarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut. Ini selanjutnya
menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui.
Akhirnya rangsangan itu, yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya akan
menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan
dengan stimulus atau objek tadi.
3. Perubahan Perilaku
Menurut Teori Lawrence Green (1980) perilaku manusia dalam hal kesehatan
dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku(behavior causes) dan faktor diluar
perilaku (non-behavior causes). Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor
yaitu :
a. Faktor faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai.
b. Faktor - faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia
atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya puskesmas, obat
obatan, alat alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong (reinforching factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang
atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para
petugas kesehatan juga mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya di posyandu dapat disebabkan
karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi bagi anaknya
(predisposing factors). Atau barangkali juga karena rumahnya jauh dari posyandu atau
puskesmas tempat mengimunisasikan anaknya (enabling factors). Sebab lain, mungkin karena
para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lain disekitarnya tidak pernah mengimunisasikan
anaknya (reinforcing factors) Notoatmodjo (2007).
Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh
para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2007),
perubahan perilaku itu dikelompokkan menjadi tiga:
a. Perubahan Alamiah (Natural Change)
Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian
alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial
budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya juga akan mengalami
perubahan.
b. Perubahan Terencana (Planned Change)
Perubahan ini terjadi karena direncanakan sendiri oleh subjek. Misalnya, Pak Anwar
adalah perokok berat. Karena pada suatu saat ia terserang batuk sangat mengganggu, maka ia
memutuskan untuk mengurangi rokok sedikit demi sedikit, dan akhirnya ia berhenti merokok
sama sekali.
c. Kesediaan untuk Berubah (Readiness to Change)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam masyarakat,
maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau
perubahan tersebut (berubah perilakunya), dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk
menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai
kesediaan untuk berubah (readiness to change) yang berbeda-beda. Setiap orang di dalam
masyarakat mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda meskipun kondisinya sama.
C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan. Tradisi
kepercayaan masyarakat terhadap hal hal yang berkaitan dengan kesehatan:
a) Pengetahuan
Menurut Rahman (2003), pengetahuan adalah hasil dari aktivitas mengetahui, yakni
tersingkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.
Notoatmodjo (2003) berpendapaat bahwa, Pengetahuan adalah merupakan hasil Tahu
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana
penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
b) Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap merupakan kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif
tertentu. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007).
Newcomb dalam Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan
atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek. Sikap mempunyai berbagai tingkatan yakni:
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan objek). Misalnya sikap orang terhadaap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian
orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, menger akan, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Apabila ada suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
atau menger akan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah
berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuting)
Mengajak orang lain untuk merger akan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya,
saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu, atau
mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut mempunyai sikap positif
terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan
tidak langsung. Secara langsung, dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pemyataan
responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-
pernyataan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden.
Sebagaimana, dikemukakan Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Walgito,
menyatakan ciri-ciri sikap yaitu :
1. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan
seseorang dalam hubungan dengan obyeknya.
2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap itu dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat
berubah-ubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang
mempermudah sikap pada seseorang tersebut.
c) Kepercayaan atau Keyakinan
Fishbein dan Azien (1975), menyebutkan pengertian kepercayaan atau keyakinan dengan
kata "belief', yang memiliki pengertian sebagai inti dari setiap perilaku manusia. Aspek
kepercayaan tersebut merupakan acuan bagi seseorang untuk menentukan persepsi terhadap
sesuatu objek.
Keyakinan atau kepercayaan merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan
yang lebih tinggi, keahlian dan kekuatan yang menciptakan kehidupan. Aspek keyakinan atau
kepercayaan dalam kehidupan manusia mengarahkan budaya hidup. perilaku normal, kebiasaan,
nilai-nilai dan penggunaan sumber daya di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan pola
hidup yang disebut kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam
terhadap perilaku.
Keyakinan dan praktek spiritual individu dihubungkan dengan semua aspek kehidupan
individu termasuk kesehatan dan penyakit (Potter & Perry dalam Kadir, 2004). Ketika tubuh
sakit dan emosi berada di luar kontrol, spiritualitas dan keyakinan seseorang mungkin menjadi
satumsatunya dukungan yang tersedia.
Hopson (2002) menyebutkan bahwa "seseorang yang memiliki kepercayaan pada diri
merupakan tahap awal dari pengidentifikasian pola pikir pada pembentukan persepsi, yang sesuai
digunakan untuk beberapa kejadian dalam kehidupan". "Bagaimanapun juga, kepercayaan pada
diri tidak selalu menjadi karakteristik dari suasana hati seseorang setelah mengalami kejadian
positif seperti melakukan suatu terapi langsung bisa saja sembuh secara spontan". "Dengan
kejadian yang sifatnya negatif tahap pengurangan mungkin tidak tampak nyata dan individu
dapat berpindah dari tahap kesedihan ke tahap tanpa menyadari adanya perubahan".
Faktor-faktor sosial menurut Gibson (1996) berupa."Pola-Pola perilaku dari suatu
kelompok suku, komunitas, dan suatu komunitas yang lebih besar. Pola-pola perilaku ini
meliputi: peraturan-peraturan, kepercayaan religi, dan standar-standar moral dan etika".
Maslow yang dikutip dalam (Artkinson, 2004) bahwa "hasrat sosial dan status sosial
menuntut interaksi dengan orang-orang lain agar dipuaskan, dan hasrat-hasrat ini segaris dengan
kebutuhan sosial Maslow dan komponen ekstemal dari klasifikasi penghargaan yang diberikan
lingkungan kepadanya".
Namun hepatitis yang banyak terjadi dan dialami oleh penduduk Indonesia
adalah hepatitis B.
- Juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan salah satu anggota keluarga yang
menderita hepatitis B.
- Jika infeksi yang terjadi pada bayi sebelum bayi berusia kurangd ari 1 tahun memiliki
resiko lebih tinggi sekitar 90 % mengidap hepatitis akut atau kronis, namun sebaliknya
jika infeksi hepatitis B terjadi pada bayi setelah berusia 2-5 tahun maka resiko dari
penyakit hepatitis B akan berkurang sekitar 50 % bahkan apabila infeksi terjadi diatas
usia 5 tahun resiko penyakit hepatitis ini hanya 5-10 %.
Posted in Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel penyakit
hepatitis, cara penularan hepatitis, cara penularan penyakit hepatitis, gambar virus hepatitis, hepatitis, hepatitis
adalah, hepatitis akut, hepatitis b akut, hepatitis kronis, hepatitis menular, jenis virus hepatitis, kanker hati, komplikasi
hepatitis, komplikasi hepatitis b, pengertian penyakit hepatitis, penularan hepatitis, penularan hepatitis a, penularan
hepatitis b, penyakit gangguan fungsi hati, penyakit hepatitis, penyakit hepatitis b, penyakit peradangan
hati,penyebab hepatitis, penyebab penyakit hepatitis, sakit hepatitis, sirosis, sirosis hepatitis, tentang hepatitis, virus
hepatitis, virus penyebab hepatitis | Leave a comment
Posted in Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu penyakit hepatitis, artikel
hepatitis, artikel penyakit hepatitis, cara mencegah hepatitis, cara penularan hepatitis, cara penularan penyakit
hepatitis, definisi virus hepatitis b, gambar virus hepatitis, gejala hepatitis, gejala hepatitis c, hepatitis, hepatitis
adalah,pengertian penyakit hepatitis, penyakit hepatitis, penyebab hepatitis, penyebab hepatitis adalah, penyebab
penyakit hepatitis, virus hepatitis | Leave a comment
Sakit Hepatitis
Posted by Penyakit Hepatitis
Problem penyakit hati sangat besar, 1 dari 10 masyarakat Indonesia terserang hepatitis
B.Kurang lebih 20 juta masyarakat Indonesia menderita hepatitis, 15 juta
diantaranya menderita hepatitis B dan 5 juta hepatitis C. Sayangnya, tingginya
angka ini tidak diikuti dengan kesadaran dari masyarakat. Bahkan sebelumnya
pemerintah pun juga tidak banyak menaruh perhatian. Hepatitis B seperti fenomena
gunung es yang hanya nampak sebagian kecil saja, yaitu hanya sekitar 30%. Sementara
menurut catatan Kementrian Kesehatan sekitar 5-10 %. Sedangkan sisanya 70% tidak
terjamah atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan.
Hepatitis B dan C bila dibiarkan akan menjadi cikal bakal kanker hati. Dan
pengobatannya hanya bisa dilakukan dengan transplantasi. Penyait hepatitis bukanlah
penyakit yang baru. Tapi karena banyaknya penyakit lain, hepatitis seolah-olah ter-
masking atau tertutup dari perhatian pemerintah ataupun head provider.
Hepatitis adalah penyakit yang tidak memberikan gejala dan keluhan pada
penderitannya. Oleh sebab itu disebut sillent killer. Liver adalah organ yang
kuat dan tidak cengeng berbeda dengan flu yang menimbulkan gejala
begitu virus masuk. Sementara hepatitis tidak sama saat virus masuk,
tubuh tidak memberikan rekasi sampai 15-20 tahun kemudian. Hanya saja,
saat pergi ke dokter telah terjadi sirosis pada liver. Bentuknya sudah
berenjolan dan bahkan sudah mencapai kanker hati. Hanya orang yang
ringkihyang akan ccepat terdeteksi adanya virus hepatitis.
Angka penyebaran virus hepatitis di Indonesia yaitu berkisar 3-15%. Slain
itu, tingginya angka penyebaran virus hepatitis juga berkaitan degan
kondisi kebersihan dan kepadatan penduduk yang mempermudah
penularan. Mahalnya pengobatan masih menjadi kendala utama. Terutama
pada kasus hepatitis B dan C. Untuk periksa darah saja sekitar 2 juta.
Apalagi pengobatan hepatitis. Pada hepatitis C, harga obatnya sangat
mahal, bisa sampai ratusan juta. Untuk satu suntikan yang tiap 9 juta.
Sebetulnya kalau mengenai pelayanan untuk diagnosisi Indonesia tidak terlalu
ketinggalan jauh dengan negara tetangga artinya, ilmu yang sedang dikembangkan di
luar negeri saat ini juga sedang diikuti Indonesia. Terkecuali, beberapa teknis yang
Indonesia sendiri tidak bisa misalnya transplantasi hati. Namun bukan berarti
kemampuan dokter Indonesia tidak mumpuni. Bahkan untuk kemampuan, dokter
Indoensia terkenal sangat prigel dalam melakukan tindakan pengobatan. Namun,
cangkok hati merupakan suatu tindakan atau prosedur yang sangat sulit. Sehingga
dibutuhkan keterampilan khusus dan persiapan yang sangat kompleks dalam melalukan
transplantasi hati. Sementara biaya yang diberikan pemerintah memang sangat kecil.
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged gejala hepatitis, gejala
hepatitis b, hepatitis, hepatitis adalah, penyakit hepatitis, penyakit hepatitis b, penyebab hepatitis, virus hepatitis |
Leave a comment
Gangguan pada hati dapat terjadi misalnya karena terkena infeksi. Hepatitis
merupakan salah satu contoh penyakit hati yang disebabkan oleh virus.
Virus ini dapat menular melalui makanan, minuman, jarum suntik dan
transfusi darah.
Penderita hepatitis mengalami kerusakan pada sel hatinya sehingga zat warna empedu
beredar ke seluruh tubuh. Akibatnya, warna tubuh menjadi kekuningan. Oleh karena
itu, penyakit hepatitis yang biasa disebut sebagai penyakit kuning.
Hepatitis berarti radang atau pembengkakan hati. Hepatitis dapat disebabkan oleh virus
alkohol, narkoba, obat-0batan (termasuk obat yang diresepkan) atau racun. Hepatitis
merupakan penyakit yang sangat umum, bahkan dapat terjadi pada orang yang sistem
kekebalannya baik. Hepatitis juga dapat mengakibatkan goresan/ pengerasan hati
(sirosis) sehingga fungsi hati menjadi gagal dan berakibat kematian.
Banyak penyakit lain yang jauh lebih mudah menular melalui keagiatan
sosial, misalnya tuberkulosis paru. Banyak virus yang kebih tahan berada
di luar tubuh manusia sehingga lebih mudah menular, misanya hepatitis B.
Banyak virus lain yang dapat menyebabkan penderitaan dan kematian dan
belum ditemukan obat yang efektif misalnya hepatitis C.
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu
penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel penyakit hepatitis, cara mencegah hepatitis, hepatitis menular, pengertian
penyakit hepatitis, penularan hepatitis, penyebab hepatitis adalah, penyebab penyakit hepatitis, sakit
hepatitis,tentang hepatitis, virus penyebab hepatitis | Leave a comment
Istilah hepatitis fulminan akut lebih banyak dikenal sebagai gagal hati fulminan yang
merupakan suatu keadaan yang jarang ditemukan, disebabkan oleh karena kerusakan
dan kematian sel-sel hati yang masif.
Gagal hati fulminan ditandai oleh ensefalopati yang terjadi dalam 8 minggu setelah
adanya gejala pertama penyakit hati dijumpai. Tanda-tanda ensefalopati mulai tampak
setelah periode 8-24 minggu serangan, dahulu keadaan ini disebut sebagai gagal hati
yang timbul pada fase lanjut.
Penyakit gagal hati fulminan bisa timbul pada masa neonatus atau masa
setelah neonatus (masa kanak-kanak) biasanya disebabkan oleh berbagai
virus, toksin, gangguan metabolisme, obat-obatan dll seperti tersebut di
bawah ini :
1. Virus hepatitis A, B, C (NANB post tranfusi), D dan E (NANB menular melalui air)
2. Virus Epstein-Barr dan Sitomegalovirus serta penyakit Demam Kuning (yellow fever),
Ekovirus dan Adenovirus
3. Leptospirosis
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu
penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel penyakit hepatitis, cara mencegah hepatitis, cara penularan
hepatitis,penyebab penyakit hepatitis, sakit hepatitis, tentang hepatitis, virus penyebab hepatitis | Leave a comment
Penyakit hati kronis yang memerlukan perencanaan diit sehingga anak mencapat cukup
energi, makanan tidak mengandung banyak lemak dan pada isrosis membatasi jumlah
protein yang masuk.
Hepatitis virus adalah infeksi sistemik yang berakibat tidak baik terhadap fungsi normal
sel-sel hati. Peneybab dari hepatitis virus akut adalah hepatitis A, B, C atau Non A Non
B (water borne epidemic dan post transfusion) dan D (delta virus). Beberapa virus
lainnya dapat menimbulkan hepatitis seperti virus sitomegalo, virus herpes, virus
Epstein-Barr, virus rubela dan virus koksaki dll.
Hepatitis akut sering menimbulkan keluhan mual dan nafsu makan menjadi berkurang,
makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan nafsu makannya dalam porsi kecil
dan sering. Bilamana anak tidak mau/tidak bisa makan dengan baik perlu
ditpertimbangkan pemberian makan lewat sonde lambung.
Hepatitis yang terjadi pada anak juga dapat diakibatkan oleh penurunan gen orangtua
yang memiliki risiko hepatitis atau penderita hepatitis. Hepatitis pada anak dapat juga
disebabkan oleh kelainan sewaktu masa kehamilan, oleh ibu yang menderita hepatitis
atau kelainan tertentu yang berdampak pada janin atau bayi. Untuk mencegah penyakit
hepatitis ini, anak akan diberikan vaksin anti hepatitis yang diadakan setiap 3-6 bulan
sekali.
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu penyakit
hepatitis,artikel penyakit hepatitis, cara mencegah hepatitis, gejala penyakit hepatitis, hepatitis adalah, pengertian
penyakit hepatitis, penularan hepatitis, tentang hepatitis, virus penyebab hepatitis | Leave a comment
Hepatitis
Posted by Penyakit Hepatitis
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu
penyakit hepatitis, artikel penyakit hepatitis, cara mencegah hepatitis, cara penularan hepatitis, definisi virus hepatitis
b, gambar virus hepatitis, gejala hepatitis c, hepatitis adalah, penyebab penyakit hepatitis, virus penyebab hepatitis |
Leave a comment
Penyakit Hepatitis C
Posted by Penyakit Hepatitis
Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C
(HCV= Hepatitis C virus). Virus Hepatitis C masuk ke sel hati, menggunakan mesin
genetik dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian menginfeksi banyak
sel lainnya.
15% dari kasus infeksi Hepatitis C adalah akut, artinya secara otomatis tubuh
membersihkannya dan tidak ada konsekuensinya. Sayangnya 85% dari kasus, infeksi
Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun. Dalam
waktu tersebut, hati bisa rusak menjadi sirosis (pengerasan hati), stadium akhir
penyakit hati dan kanker hati.
Hepatitis C adalah penyakit menular yang mempengaruhi hati, yang disebabkan oleh
virus hepatitis C (HCV). Infeksi ini sering tanpa gejala, tetapi sekali didirikan, infeksi
kronis dapat berkembang menjadi jaringan parut hati (fibrosis), dan maju jaringan
parut (sirosis) yang umumnya terlihat setelah bertahun-tahun.
Gejala khusus sugestif penyakit hati biasanya hadir sampai parut pada hati substansial
telah terjadi. Namun, hepatitis C adalah penyakit sistemik dan pasien mungkin
mengalami spektrum yang luas dari manifestasi klinis mulai dari tanpa gejala pada
penyakit lebih gejala sebelum perkembangan penyakit hati lanjut. Tanda-tanda umum
dan gejala yang berhubungan dengan hepatitis C kronis termasuk kelelahan, gejala
seperti flu, nyeri sendi, gatal, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, mual, dan
depresi.
Sekali hepatitis C kronis telah berkembang ke sirosis, tanda dan gejala mungkin muncul
yang umumnya disebabkan oleh salah satu fungsi hati menurun atau meningkatnya
tekanan dalam sirkulasi hati, kondisi yang dikenal sebagai hipertensi portal.
Kemungkinan tanda dan gejala sirosis hati termasuk asites (penimbunan cairan di
perut), memar dan berdarah kecenderungan, varises (vena membesar, terutama di
perut dan kerongkongan), sakit kuning, dan sindrom gangguan kognitif yang dikenal
sebagai ensefalopati hepatik. Ensefalopati hepatik adalah karena akumulasi amonia dan
zat lain yang biasanya dibersihkan oleh hati yang sehat.
Posted in Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel penyakit
hepatitis, definisi virus hepatitis c, hepatitis c adalah, hepatitis c akut, komplikasi hepatitis, penularan hepatitis
c,penyakit hepatitis c, penyecac hepatitis, virus hepatitis c | Leave a comment
Penyakit Hepatitis B
Posted by Penyakit Hepatitis
Indonesia merupakan daerah endemis infeksi virus hepatitis B, didaerah tertentu pada
setiap 100 penduduk di jumpai 8 pengidap virus hepatitis B.
Ibu Hamil dengan HBsAg dan HBeAg positif akan menularkan virus hepatitis dengan
peluang lebih dari 90%. Dalam keadaan demikian bayi perlu mendapatkan vaksinasi
dan pemberian imunoglobulin.
Pada meraka yang terinfeksi VHB akut, 90% pada anak-anak dan 70% pada dewasa
tidak menampakkan gejala sama sekali. Hanya sepertiga dari yang terinfeksi
memperlihatkan keluhan, terutama mata kuning.
Infeksi VHB yang diperoleh pada masa bayi akan menyebabkan 95% bayi di antaranya
menjadi penderita hepatitis kronis. Sementara kelompok dewasa yang terinfeksi virus
ini, 95% akan sembuh dan hanya 5% yang berkembang menjadi hepatitis B kronis.
Posted in Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel penyakit
hepatitis, definisi virus hepatitis b, hepatitis b adalah, hepatitis b akut, penularan hepatitis b, penyakit hepatitis
b,penyebab hepatitis, virus hepatitis b | Leave a comment
Penyakit Hepatitis A
Posted by Penyakit Hepatitis
Penyakit akan semakin dikenali apabila memberikan dampak yang besar, baik
menyangkut aspek sosial ekonomi maupun risiko kesakitan dan kematian atau karena
jumlah kejadiannya sangat tinggi. Hepatitis A, suatu penyakit yang menyerang
hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A, meskipun tidak mengakibatkan
risiko kematian yang besar, namun berisiko menimbulkan kejadian yang
luar biasa atau outbreak. Oleh karena itulah, penyakit ini mendapat perhatian besar
baik dari masyarakat kesehatan maupun pemerintah dan publik secara umum.
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu
penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel penyakit hepatitis, hepatitis a, hepatitis adalah, komplikasi
hepatitis, penyakit hepatitis a, penyebab hepatitis | Leave a comment
Umumnya, masyarakat sering menganggap bahwa sakit kuning adalah hepatitis karena
timbulnya warna kuning pada kulit, kuku, dan bagian putih bola mata. Kondisi ini
hanyalah salah satu gejala dari hepatitis. Peradangan ini dapat menyebabkan kerusakan
sel-sel, jaringan, bahkan semua bagian organ hati. Hepatitis dapat terjadi karena
penyakit yang memang menyerang sel-sel hati atau penyakit lain yang menyebabkan
komplikasi pada hati. Pemahaman hepatitis dapat ebih mudah jika kita mengenal lebih
dahulu mengenai organ hati.
Hepatitis dapat berlangsung singkat (akut) kemudian sembuh total atau malah
berkembang menjadi menahun (kronis). Tingkatan keparahan hepatitis bervariasi,
mulai dari kondisi yang dapat sembuh sendiri (self limited) dengan penyembuhan total,
kondisi yang mengancam jiwa, menjadi penyakit menahun, hingga kondisi organ hati
yang tidak berfungsi lagi (yang disebut kegagalan fungsi hati). Jika kondisi terakhir ini
terjadi maka untuk penanganannya membutuhkan transplantasu atau cangkok hati.
Serangan hepatitis akut dapat terjadi tiba-tiba tanpa gejala awal atau bertahap.
Umumnya, hepatitis akut berlangsung dalam periode waktu 1-2 bulan. Kerusakan hati
yang terjadi pada heoatitis akut biasanya hanya mengenai sebagian kecil jaringan saja.
Namun pada kasus yang jarang, misalnya pada saat daya tahan tubuh pasien terlalu
rendah, hepatitis akut dapat mengancam jiwa.
Dibawah ini adalah tips sehat untuk mencegah terserang penyakit hepatitis adalah :
Namun hepatitis yang banyak terjadi dan dialami oleh penduduk Indonesia
adalah hepatitis B.
- Juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan salah satu anggota keluarga yang
menderita hepatitis B.
- Jika infeksi yang terjadi pada bayi sebelum bayi berusia kurangd ari 1 tahun memiliki
resiko lebih tinggi sekitar 90 % mengidap hepatitis akut atau kronis, namun sebaliknya
jika infeksi hepatitis B terjadi pada bayi setelah berusia 2-5 tahun maka resiko dari
penyakit hepatitis B akan berkurang sekitar 50 % bahkan apabila infeksi terjadi diatas
usia 5 tahun resiko penyakit hepatitis ini hanya 5-10 %.
Posted in Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel penyakit
hepatitis, cara penularan hepatitis, cara penularan penyakit hepatitis, gambar virus hepatitis, hepatitis, hepatitis
adalah, hepatitis akut, hepatitis b akut, hepatitis kronis, hepatitis menular, jenis virus hepatitis, kanker hati, komplikasi
hepatitis, komplikasi hepatitis b, pengertian penyakit hepatitis, penularan hepatitis, penularan hepatitis a, penularan
hepatitis b, penyakit gangguan fungsi hati, penyakit hepatitis, penyakit hepatitis b, penyakit peradangan
hati,penyebab hepatitis, penyebab penyakit hepatitis, sakit hepatitis, sirosis, sirosis hepatitis, tentang hepatitis, virus
hepatitis, virus penyebab hepatitis | Leave a comment
Posted in Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu penyakit hepatitis, artikel
hepatitis, artikel penyakit hepatitis, cara mencegah hepatitis, cara penularan hepatitis, cara penularan penyakit
hepatitis, definisi virus hepatitis b, gambar virus hepatitis, gejala hepatitis, gejala hepatitis c, hepatitis, hepatitis
adalah,pengertian penyakit hepatitis, penyakit hepatitis, penyebab hepatitis, penyebab hepatitis adalah, penyebab
penyakit hepatitis, virus hepatitis | Leave a comment
Sakit Hepatitis
Posted by Penyakit Hepatitis
Problem penyakit hati sangat besar, 1 dari 10 masyarakat Indonesia terserang hepatitis
B.Kurang lebih 20 juta masyarakat Indonesia menderita hepatitis, 15 juta
diantaranya menderita hepatitis B dan 5 juta hepatitis C. Sayangnya, tingginya
angka ini tidak diikuti dengan kesadaran dari masyarakat. Bahkan sebelumnya
pemerintah pun juga tidak banyak menaruh perhatian. Hepatitis B seperti fenomena
gunung es yang hanya nampak sebagian kecil saja, yaitu hanya sekitar 30%. Sementara
menurut catatan Kementrian Kesehatan sekitar 5-10 %. Sedangkan sisanya 70% tidak
terjamah atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan.
Hepatitis B dan C bila dibiarkan akan menjadi cikal bakal kanker hati. Dan
pengobatannya hanya bisa dilakukan dengan transplantasi. Penyait hepatitis bukanlah
penyakit yang baru. Tapi karena banyaknya penyakit lain, hepatitis seolah-olah ter-
masking atau tertutup dari perhatian pemerintah ataupun head provider.
Hepatitis adalah penyakit yang tidak memberikan gejala dan keluhan pada
penderitannya. Oleh sebab itu disebut sillent killer. Liver adalah organ yang
kuat dan tidak cengeng berbeda dengan flu yang menimbulkan gejala
begitu virus masuk. Sementara hepatitis tidak sama saat virus masuk,
tubuh tidak memberikan rekasi sampai 15-20 tahun kemudian. Hanya saja,
saat pergi ke dokter telah terjadi sirosis pada liver. Bentuknya sudah
berenjolan dan bahkan sudah mencapai kanker hati. Hanya orang yang
ringkihyang akan ccepat terdeteksi adanya virus hepatitis.
Angka penyebaran virus hepatitis di Indonesia yaitu berkisar 3-15%. Slain
itu, tingginya angka penyebaran virus hepatitis juga berkaitan degan
kondisi kebersihan dan kepadatan penduduk yang mempermudah
penularan. Mahalnya pengobatan masih menjadi kendala utama. Terutama
pada kasus hepatitis B dan C. Untuk periksa darah saja sekitar 2 juta.
Apalagi pengobatan hepatitis. Pada hepatitis C, harga obatnya sangat
mahal, bisa sampai ratusan juta. Untuk satu suntikan yang tiap 9 juta.
Sebetulnya kalau mengenai pelayanan untuk diagnosisi Indonesia tidak terlalu
ketinggalan jauh dengan negara tetangga artinya, ilmu yang sedang dikembangkan di
luar negeri saat ini juga sedang diikuti Indonesia. Terkecuali, beberapa teknis yang
Indonesia sendiri tidak bisa misalnya transplantasi hati. Namun bukan berarti
kemampuan dokter Indonesia tidak mumpuni. Bahkan untuk kemampuan, dokter
Indoensia terkenal sangat prigel dalam melakukan tindakan pengobatan. Namun,
cangkok hati merupakan suatu tindakan atau prosedur yang sangat sulit. Sehingga
dibutuhkan keterampilan khusus dan persiapan yang sangat kompleks dalam melalukan
transplantasi hati. Sementara biaya yang diberikan pemerintah memang sangat kecil.
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged gejala hepatitis, gejala
hepatitis b, hepatitis, hepatitis adalah, penyakit hepatitis, penyakit hepatitis b, penyebab hepatitis, virus hepatitis |
Leave a comment
Gangguan pada hati dapat terjadi misalnya karena terkena infeksi. Hepatitis
merupakan salah satu contoh penyakit hati yang disebabkan oleh virus.
Virus ini dapat menular melalui makanan, minuman, jarum suntik dan
transfusi darah.
Penderita hepatitis mengalami kerusakan pada sel hatinya sehingga zat warna empedu
beredar ke seluruh tubuh. Akibatnya, warna tubuh menjadi kekuningan. Oleh karena
itu, penyakit hepatitis yang biasa disebut sebagai penyakit kuning.
Hepatitis berarti radang atau pembengkakan hati. Hepatitis dapat disebabkan oleh virus
alkohol, narkoba, obat-0batan (termasuk obat yang diresepkan) atau racun. Hepatitis
merupakan penyakit yang sangat umum, bahkan dapat terjadi pada orang yang sistem
kekebalannya baik. Hepatitis juga dapat mengakibatkan goresan/ pengerasan hati
(sirosis) sehingga fungsi hati menjadi gagal dan berakibat kematian.
Banyak penyakit lain yang jauh lebih mudah menular melalui keagiatan
sosial, misalnya tuberkulosis paru. Banyak virus yang kebih tahan berada
di luar tubuh manusia sehingga lebih mudah menular, misanya hepatitis B.
Banyak virus lain yang dapat menyebabkan penderitaan dan kematian dan
belum ditemukan obat yang efektif misalnya hepatitis C.
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu
penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel penyakit hepatitis, cara mencegah hepatitis, hepatitis menular, pengertian
penyakit hepatitis, penularan hepatitis, penyebab hepatitis adalah, penyebab penyakit hepatitis, sakit
hepatitis,tentang hepatitis, virus penyebab hepatitis | Leave a comment
Istilah hepatitis fulminan akut lebih banyak dikenal sebagai gagal hati fulminan yang
merupakan suatu keadaan yang jarang ditemukan, disebabkan oleh karena kerusakan
dan kematian sel-sel hati yang masif.
Gagal hati fulminan ditandai oleh ensefalopati yang terjadi dalam 8 minggu setelah
adanya gejala pertama penyakit hati dijumpai. Tanda-tanda ensefalopati mulai tampak
setelah periode 8-24 minggu serangan, dahulu keadaan ini disebut sebagai gagal hati
yang timbul pada fase lanjut.
Penyakit gagal hati fulminan bisa timbul pada masa neonatus atau masa
setelah neonatus (masa kanak-kanak) biasanya disebabkan oleh berbagai
virus, toksin, gangguan metabolisme, obat-obatan dll seperti tersebut di
bawah ini :
1. Virus hepatitis A, B, C (NANB post tranfusi), D dan E (NANB menular melalui air)
2. Virus Epstein-Barr dan Sitomegalovirus serta penyakit Demam Kuning (yellow fever),
Ekovirus dan Adenovirus
3. Leptospirosis
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu
penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel penyakit hepatitis, cara mencegah hepatitis, cara penularan
hepatitis,penyebab penyakit hepatitis, sakit hepatitis, tentang hepatitis, virus penyebab hepatitis | Leave a comment
Hepatitis virus adalah infeksi sistemik yang berakibat tidak baik terhadap fungsi normal
sel-sel hati. Peneybab dari hepatitis virus akut adalah hepatitis A, B, C atau Non A Non
B (water borne epidemic dan post transfusion) dan D (delta virus). Beberapa virus
lainnya dapat menimbulkan hepatitis seperti virus sitomegalo, virus herpes, virus
Epstein-Barr, virus rubela dan virus koksaki dll.
Hepatitis akut sering menimbulkan keluhan mual dan nafsu makan menjadi berkurang,
makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan nafsu makannya dalam porsi kecil
dan sering. Bilamana anak tidak mau/tidak bisa makan dengan baik perlu
ditpertimbangkan pemberian makan lewat sonde lambung.
Hepatitis yang terjadi pada anak juga dapat diakibatkan oleh penurunan gen orangtua
yang memiliki risiko hepatitis atau penderita hepatitis. Hepatitis pada anak dapat juga
disebabkan oleh kelainan sewaktu masa kehamilan, oleh ibu yang menderita hepatitis
atau kelainan tertentu yang berdampak pada janin atau bayi. Untuk mencegah penyakit
hepatitis ini, anak akan diberikan vaksin anti hepatitis yang diadakan setiap 3-6 bulan
sekali.
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu penyakit
hepatitis,artikel penyakit hepatitis, cara mencegah hepatitis, gejala penyakit hepatitis, hepatitis adalah, pengertian
penyakit hepatitis, penularan hepatitis, tentang hepatitis, virus penyebab hepatitis | Leave a comment
Hepatitis
Posted by Penyakit Hepatitis
Hepatitis merupakan penyakit
peradangan pada hati (liver) penyebabnya dapat bermacam-macam, mulai
dari virus sampai dengan obat-obatan. Penyakit hepatitis ada beberapa
jenis yaitu hepatitis A, B, C, D, E, F, dan G. Manifestasi penyakit hepatitis
akibat virus dapat akut (hepatitis A) dapat krnonis (hepatitis B dan C) atua
dapat juga kemudian menjadi kanker hati.
Virus yang menyebabkan penyakit ini terdapat dalam cairan tubuh yang sewaktu-waktu
dapt ditularkan kepada orang lain. Sebagian orang yang terinfeksi virus ini dapat
sembuh dengan sendirinya. Namun demikian, virus ini akan tetap berada dalam tubuh
seumur hidup.
Hepatitis berasal dari dua kata yaitu hepa (hepar/hati) dan itis (radang).
Hepatitis merupakan radang yang terjadi pada organ hati. Karena hampir
seluruh tubuh penderita berwarna kekuning-kuningan maka dalam
masyarakat dikenal dengan istilah penyakit kuning (jaundice). Namun,
sebenarnya istilah sakit kuning dapat menimbulkan kerancuan karena
tidak semua sakit kuning disebabkan radang hati.
Dapat juga terjadi karena gangguan ada saluran empedu sehingga cairan mepedu tidak
dapat masuk ke dalam usus melainkan ke darah. Gejala kuning juga dapat terjadi
karena pemecahan sel darah merah yang terlalu berlebihan sehingga zat bilirubin
menyebar dalam darah. Gangguan pada organ tertentu, seperti tumor pada pankreas
dan kantung empedu atau ketidak sesuaian transfusi darah jug dapat menimbulkan
warna kuning.
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu
penyakit hepatitis, artikel penyakit hepatitis, cara mencegah hepatitis, cara penularan hepatitis, definisi virus hepatitis
b, gambar virus hepatitis, gejala hepatitis c, hepatitis adalah, penyebab penyakit hepatitis, virus penyebab hepatitis |
Leave a comment
Penyakit Hepatitis C
Posted by Penyakit Hepatitis
Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C
(HCV= Hepatitis C virus). Virus Hepatitis C masuk ke sel hati, menggunakan mesin
genetik dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian menginfeksi banyak
sel lainnya.
15% dari kasus infeksi Hepatitis C adalah akut, artinya secara otomatis tubuh
membersihkannya dan tidak ada konsekuensinya. Sayangnya 85% dari kasus, infeksi
Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun. Dalam
waktu tersebut, hati bisa rusak menjadi sirosis (pengerasan hati), stadium akhir
penyakit hati dan kanker hati.
Hepatitis C adalah penyakit menular yang mempengaruhi hati, yang disebabkan oleh
virus hepatitis C (HCV). Infeksi ini sering tanpa gejala, tetapi sekali didirikan, infeksi
kronis dapat berkembang menjadi jaringan parut hati (fibrosis), dan maju jaringan
parut (sirosis) yang umumnya terlihat setelah bertahun-tahun.
Gejala khusus sugestif penyakit hati biasanya hadir sampai parut pada hati substansial
telah terjadi. Namun, hepatitis C adalah penyakit sistemik dan pasien mungkin
mengalami spektrum yang luas dari manifestasi klinis mulai dari tanpa gejala pada
penyakit lebih gejala sebelum perkembangan penyakit hati lanjut. Tanda-tanda umum
dan gejala yang berhubungan dengan hepatitis C kronis termasuk kelelahan, gejala
seperti flu, nyeri sendi, gatal, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, mual, dan
depresi.
Sekali hepatitis C kronis telah berkembang ke sirosis, tanda dan gejala mungkin muncul
yang umumnya disebabkan oleh salah satu fungsi hati menurun atau meningkatnya
tekanan dalam sirkulasi hati, kondisi yang dikenal sebagai hipertensi portal.
Kemungkinan tanda dan gejala sirosis hati termasuk asites (penimbunan cairan di
perut), memar dan berdarah kecenderungan, varises (vena membesar, terutama di
perut dan kerongkongan), sakit kuning, dan sindrom gangguan kognitif yang dikenal
sebagai ensefalopati hepatik. Ensefalopati hepatik adalah karena akumulasi amonia dan
zat lain yang biasanya dibersihkan oleh hati yang sehat.
Posted in Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel penyakit
hepatitis, definisi virus hepatitis c, hepatitis c adalah, hepatitis c akut, komplikasi hepatitis, penularan hepatitis
c,penyakit hepatitis c, penyecac hepatitis, virus hepatitis c | Leave a comment
Penyakit Hepatitis B
Posted by Penyakit Hepatitis
Indonesia merupakan daerah endemis infeksi virus hepatitis B, didaerah tertentu pada
setiap 100 penduduk di jumpai 8 pengidap virus hepatitis B.
Pada meraka yang terinfeksi VHB akut, 90% pada anak-anak dan 70% pada dewasa
tidak menampakkan gejala sama sekali. Hanya sepertiga dari yang terinfeksi
memperlihatkan keluhan, terutama mata kuning.
Infeksi VHB yang diperoleh pada masa bayi akan menyebabkan 95% bayi di antaranya
menjadi penderita hepatitis kronis. Sementara kelompok dewasa yang terinfeksi virus
ini, 95% akan sembuh dan hanya 5% yang berkembang menjadi hepatitis B kronis.
Posted in Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel penyakit
hepatitis, definisi virus hepatitis b, hepatitis b adalah, hepatitis b akut, penularan hepatitis b, penyakit hepatitis
b,penyebab hepatitis, virus hepatitis b | Leave a comment
Penyakit Hepatitis A
Posted by Penyakit Hepatitis
Penyakit akan semakin dikenali apabila memberikan dampak yang besar, baik
menyangkut aspek sosial ekonomi maupun risiko kesakitan dan kematian atau karena
jumlah kejadiannya sangat tinggi. Hepatitis A, suatu penyakit yang menyerang
hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A, meskipun tidak mengakibatkan
risiko kematian yang besar, namun berisiko menimbulkan kejadian yang
luar biasa atau outbreak. Oleh karena itulah, penyakit ini mendapat perhatian besar
baik dari masyarakat kesehatan maupun pemerintah dan publik secara umum.
Seseorang menjadi panik karena penyakit hepatitis A, biasanya karena tidak
mengetahui karakteristik dan perjalanan penyakit tersebut. Apabila serang penderita
hepatitis A atau keluarga terdekat mengenal tipikal penyakit ini maka kecemasan dan
kepanikan tidak perlu terjadi. Pada dasarnya penyakit ini bersifat self limited disease
(dapat sembuh dengan sendirinya).
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu
penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel penyakit hepatitis, hepatitis a, hepatitis adalah, komplikasi
hepatitis, penyakit hepatitis a, penyebab hepatitis | Leave a comment
Umumnya, masyarakat sering menganggap bahwa sakit kuning adalah hepatitis karena
timbulnya warna kuning pada kulit, kuku, dan bagian putih bola mata. Kondisi ini
hanyalah salah satu gejala dari hepatitis. Peradangan ini dapat menyebabkan kerusakan
sel-sel, jaringan, bahkan semua bagian organ hati. Hepatitis dapat terjadi karena
penyakit yang memang menyerang sel-sel hati atau penyakit lain yang menyebabkan
komplikasi pada hati. Pemahaman hepatitis dapat ebih mudah jika kita mengenal lebih
dahulu mengenai organ hati.
Hepatitis dapat berlangsung singkat (akut) kemudian sembuh total atau malah
berkembang menjadi menahun (kronis). Tingkatan keparahan hepatitis bervariasi,
mulai dari kondisi yang dapat sembuh sendiri (self limited) dengan penyembuhan total,
kondisi yang mengancam jiwa, menjadi penyakit menahun, hingga kondisi organ hati
yang tidak berfungsi lagi (yang disebut kegagalan fungsi hati). Jika kondisi terakhir ini
terjadi maka untuk penanganannya membutuhkan transplantasu atau cangkok hati.
Serangan hepatitis akut dapat terjadi tiba-tiba tanpa gejala awal atau bertahap.
Umumnya, hepatitis akut berlangsung dalam periode waktu 1-2 bulan. Kerusakan hati
yang terjadi pada heoatitis akut biasanya hanya mengenai sebagian kecil jaringan saja.
Namun pada kasus yang jarang, misalnya pada saat daya tahan tubuh pasien terlalu
rendah, hepatitis akut dapat mengancam jiwa.
Sementara hepatitis kronis terjadi jika sebagian hati
yang terserang dapat menjadi tidak aktif atau berkembang sangat lambat, tetapi
sebagian lain dapat juga menjadi aktif dan terus memburuk dalam hitungan
tahun. Komplikasi dari hepatitis kronis yang memburuk adalah terjadinya sirosis atau
kanker hati. Kedua komplikasi ini sering berakhir dengan kematian.
Dibawah ini adalah tips sehat untuk mencegah terserang penyakit hepatitis adalah :
Namun hepatitis yang banyak terjadi dan dialami oleh penduduk Indonesia
adalah hepatitis B.
- Juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan salah satu anggota keluarga yang
menderita hepatitis B.
Posted in Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel penyakit
hepatitis, cara penularan hepatitis, cara penularan penyakit hepatitis, gambar virus hepatitis, hepatitis, hepatitis
adalah, hepatitis akut, hepatitis b akut, hepatitis kronis, hepatitis menular, jenis virus hepatitis, kanker hati, komplikasi
hepatitis, komplikasi hepatitis b, pengertian penyakit hepatitis, penularan hepatitis, penularan hepatitis a, penularan
hepatitis b, penyakit gangguan fungsi hati, penyakit hepatitis, penyakit hepatitis b, penyakit peradangan
hati,penyebab hepatitis, penyebab penyakit hepatitis, sakit hepatitis, sirosis, sirosis hepatitis, tentang hepatitis, virus
hepatitis, virus penyebab hepatitis | Leave a comment
Posted in Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu penyakit hepatitis, artikel
hepatitis, artikel penyakit hepatitis, cara mencegah hepatitis, cara penularan hepatitis, cara penularan penyakit
hepatitis, definisi virus hepatitis b, gambar virus hepatitis, gejala hepatitis, gejala hepatitis c, hepatitis, hepatitis
adalah,pengertian penyakit hepatitis, penyakit hepatitis, penyebab hepatitis, penyebab hepatitis adalah, penyebab
penyakit hepatitis, virus hepatitis | Leave a comment
Sakit Hepatitis
Posted by Penyakit Hepatitis
Problem penyakit hati sangat besar, 1 dari 10 masyarakat Indonesia terserang hepatitis
B.Kurang lebih 20 juta masyarakat Indonesia menderita hepatitis, 15 juta
diantaranya menderita hepatitis B dan 5 juta hepatitis C. Sayangnya, tingginya
angka ini tidak diikuti dengan kesadaran dari masyarakat. Bahkan sebelumnya
pemerintah pun juga tidak banyak menaruh perhatian. Hepatitis B seperti fenomena
gunung es yang hanya nampak sebagian kecil saja, yaitu hanya sekitar 30%. Sementara
menurut catatan Kementrian Kesehatan sekitar 5-10 %. Sedangkan sisanya 70% tidak
terjamah atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan.
Hepatitis B dan C bila dibiarkan akan menjadi cikal bakal kanker hati. Dan
pengobatannya hanya bisa dilakukan dengan transplantasi. Penyait hepatitis bukanlah
penyakit yang baru. Tapi karena banyaknya penyakit lain, hepatitis seolah-olah ter-
masking atau tertutup dari perhatian pemerintah ataupun head provider.
Hepatitis adalah penyakit yang tidak memberikan gejala dan keluhan pada
penderitannya. Oleh sebab itu disebut sillent killer. Liver adalah organ yang
kuat dan tidak cengeng berbeda dengan flu yang menimbulkan gejala
begitu virus masuk. Sementara hepatitis tidak sama saat virus masuk,
tubuh tidak memberikan rekasi sampai 15-20 tahun kemudian. Hanya saja,
saat pergi ke dokter telah terjadi sirosis pada liver. Bentuknya sudah
berenjolan dan bahkan sudah mencapai kanker hati. Hanya orang yang
ringkihyang akan ccepat terdeteksi adanya virus hepatitis.
Angka penyebaran virus hepatitis di Indonesia yaitu berkisar 3-15%. Slain
itu, tingginya angka penyebaran virus hepatitis juga berkaitan degan
kondisi kebersihan dan kepadatan penduduk yang mempermudah
penularan. Mahalnya pengobatan masih menjadi kendala utama. Terutama
pada kasus hepatitis B dan C. Untuk periksa darah saja sekitar 2 juta.
Apalagi pengobatan hepatitis. Pada hepatitis C, harga obatnya sangat
mahal, bisa sampai ratusan juta. Untuk satu suntikan yang tiap 9 juta.
Sebetulnya kalau mengenai pelayanan untuk diagnosisi Indonesia tidak terlalu
ketinggalan jauh dengan negara tetangga artinya, ilmu yang sedang dikembangkan di
luar negeri saat ini juga sedang diikuti Indonesia. Terkecuali, beberapa teknis yang
Indonesia sendiri tidak bisa misalnya transplantasi hati. Namun bukan berarti
kemampuan dokter Indonesia tidak mumpuni. Bahkan untuk kemampuan, dokter
Indoensia terkenal sangat prigel dalam melakukan tindakan pengobatan. Namun,
cangkok hati merupakan suatu tindakan atau prosedur yang sangat sulit. Sehingga
dibutuhkan keterampilan khusus dan persiapan yang sangat kompleks dalam melalukan
transplantasi hati. Sementara biaya yang diberikan pemerintah memang sangat kecil.
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged gejala hepatitis, gejala
hepatitis b, hepatitis, hepatitis adalah, penyakit hepatitis, penyakit hepatitis b, penyebab hepatitis, virus hepatitis |
Leave a comment
Gangguan pada hati dapat terjadi misalnya karena terkena infeksi. Hepatitis
merupakan salah satu contoh penyakit hati yang disebabkan oleh virus.
Virus ini dapat menular melalui makanan, minuman, jarum suntik dan
transfusi darah.
Penderita hepatitis mengalami kerusakan pada sel hatinya sehingga zat warna empedu
beredar ke seluruh tubuh. Akibatnya, warna tubuh menjadi kekuningan. Oleh karena
itu, penyakit hepatitis yang biasa disebut sebagai penyakit kuning.
Hepatitis berarti radang atau pembengkakan hati. Hepatitis dapat disebabkan oleh virus
alkohol, narkoba, obat-0batan (termasuk obat yang diresepkan) atau racun. Hepatitis
merupakan penyakit yang sangat umum, bahkan dapat terjadi pada orang yang sistem
kekebalannya baik. Hepatitis juga dapat mengakibatkan goresan/ pengerasan hati
(sirosis) sehingga fungsi hati menjadi gagal dan berakibat kematian.
Banyak penyakit lain yang jauh lebih mudah menular melalui keagiatan
sosial, misalnya tuberkulosis paru. Banyak virus yang kebih tahan berada
di luar tubuh manusia sehingga lebih mudah menular, misanya hepatitis B.
Banyak virus lain yang dapat menyebabkan penderitaan dan kematian dan
belum ditemukan obat yang efektif misalnya hepatitis C.
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu
penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel penyakit hepatitis, cara mencegah hepatitis, hepatitis menular, pengertian
penyakit hepatitis, penularan hepatitis, penyebab hepatitis adalah, penyebab penyakit hepatitis, sakit
hepatitis,tentang hepatitis, virus penyebab hepatitis | Leave a comment
Istilah hepatitis fulminan akut lebih banyak dikenal sebagai gagal hati fulminan yang
merupakan suatu keadaan yang jarang ditemukan, disebabkan oleh karena kerusakan
dan kematian sel-sel hati yang masif.
Gagal hati fulminan ditandai oleh ensefalopati yang terjadi dalam 8 minggu setelah
adanya gejala pertama penyakit hati dijumpai. Tanda-tanda ensefalopati mulai tampak
setelah periode 8-24 minggu serangan, dahulu keadaan ini disebut sebagai gagal hati
yang timbul pada fase lanjut.
Penyakit gagal hati fulminan bisa timbul pada masa neonatus atau masa
setelah neonatus (masa kanak-kanak) biasanya disebabkan oleh berbagai
virus, toksin, gangguan metabolisme, obat-obatan dll seperti tersebut di
bawah ini :
1. Virus hepatitis A, B, C (NANB post tranfusi), D dan E (NANB menular melalui air)
2. Virus Epstein-Barr dan Sitomegalovirus serta penyakit Demam Kuning (yellow fever),
Ekovirus dan Adenovirus
3. Leptospirosis
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu
penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel penyakit hepatitis, cara mencegah hepatitis, cara penularan
hepatitis,penyebab penyakit hepatitis, sakit hepatitis, tentang hepatitis, virus penyebab hepatitis | Leave a comment
Penyakit hati kronis yang memerlukan perencanaan diit sehingga anak mencapat cukup
energi, makanan tidak mengandung banyak lemak dan pada isrosis membatasi jumlah
protein yang masuk.
Hepatitis virus adalah infeksi sistemik yang berakibat tidak baik terhadap fungsi normal
sel-sel hati. Peneybab dari hepatitis virus akut adalah hepatitis A, B, C atau Non A Non
B (water borne epidemic dan post transfusion) dan D (delta virus). Beberapa virus
lainnya dapat menimbulkan hepatitis seperti virus sitomegalo, virus herpes, virus
Epstein-Barr, virus rubela dan virus koksaki dll.
Hepatitis akut sering menimbulkan keluhan mual dan nafsu makan menjadi berkurang,
makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan nafsu makannya dalam porsi kecil
dan sering. Bilamana anak tidak mau/tidak bisa makan dengan baik perlu
ditpertimbangkan pemberian makan lewat sonde lambung.
Hepatitis yang terjadi pada anak juga dapat diakibatkan oleh penurunan gen orangtua
yang memiliki risiko hepatitis atau penderita hepatitis. Hepatitis pada anak dapat juga
disebabkan oleh kelainan sewaktu masa kehamilan, oleh ibu yang menderita hepatitis
atau kelainan tertentu yang berdampak pada janin atau bayi. Untuk mencegah penyakit
hepatitis ini, anak akan diberikan vaksin anti hepatitis yang diadakan setiap 3-6 bulan
sekali.
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu penyakit
hepatitis,artikel penyakit hepatitis, cara mencegah hepatitis, gejala penyakit hepatitis, hepatitis adalah, pengertian
penyakit hepatitis, penularan hepatitis, tentang hepatitis, virus penyebab hepatitis | Leave a comment
Hepatitis
Posted by Penyakit Hepatitis
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu
penyakit hepatitis, artikel penyakit hepatitis, cara mencegah hepatitis, cara penularan hepatitis, definisi virus hepatitis
b, gambar virus hepatitis, gejala hepatitis c, hepatitis adalah, penyebab penyakit hepatitis, virus penyebab hepatitis |
Leave a comment
Penyakit Hepatitis C
Posted by Penyakit Hepatitis
Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C
(HCV= Hepatitis C virus). Virus Hepatitis C masuk ke sel hati, menggunakan mesin
genetik dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian menginfeksi banyak
sel lainnya.
15% dari kasus infeksi Hepatitis C adalah akut, artinya secara otomatis tubuh
membersihkannya dan tidak ada konsekuensinya. Sayangnya 85% dari kasus, infeksi
Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun. Dalam
waktu tersebut, hati bisa rusak menjadi sirosis (pengerasan hati), stadium akhir
penyakit hati dan kanker hati.
Hepatitis C adalah penyakit menular yang mempengaruhi hati, yang disebabkan oleh
virus hepatitis C (HCV). Infeksi ini sering tanpa gejala, tetapi sekali didirikan, infeksi
kronis dapat berkembang menjadi jaringan parut hati (fibrosis), dan maju jaringan
parut (sirosis) yang umumnya terlihat setelah bertahun-tahun.
Gejala khusus sugestif penyakit hati biasanya hadir sampai parut pada hati substansial
telah terjadi. Namun, hepatitis C adalah penyakit sistemik dan pasien mungkin
mengalami spektrum yang luas dari manifestasi klinis mulai dari tanpa gejala pada
penyakit lebih gejala sebelum perkembangan penyakit hati lanjut. Tanda-tanda umum
dan gejala yang berhubungan dengan hepatitis C kronis termasuk kelelahan, gejala
seperti flu, nyeri sendi, gatal, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, mual, dan
depresi.
Sekali hepatitis C kronis telah berkembang ke sirosis, tanda dan gejala mungkin muncul
yang umumnya disebabkan oleh salah satu fungsi hati menurun atau meningkatnya
tekanan dalam sirkulasi hati, kondisi yang dikenal sebagai hipertensi portal.
Kemungkinan tanda dan gejala sirosis hati termasuk asites (penimbunan cairan di
perut), memar dan berdarah kecenderungan, varises (vena membesar, terutama di
perut dan kerongkongan), sakit kuning, dan sindrom gangguan kognitif yang dikenal
sebagai ensefalopati hepatik. Ensefalopati hepatik adalah karena akumulasi amonia dan
zat lain yang biasanya dibersihkan oleh hati yang sehat.
Posted in Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel penyakit
hepatitis, definisi virus hepatitis c, hepatitis c adalah, hepatitis c akut, komplikasi hepatitis, penularan hepatitis
c,penyakit hepatitis c, penyecac hepatitis, virus hepatitis c | Leave a comment
Penyakit Hepatitis B
Posted by Penyakit Hepatitis
Indonesia merupakan daerah endemis infeksi virus hepatitis B, didaerah tertentu pada
setiap 100 penduduk di jumpai 8 pengidap virus hepatitis B.
Ibu Hamil dengan HBsAg dan HBeAg positif akan menularkan virus hepatitis dengan
peluang lebih dari 90%. Dalam keadaan demikian bayi perlu mendapatkan vaksinasi
dan pemberian imunoglobulin.
Pada meraka yang terinfeksi VHB akut, 90% pada anak-anak dan 70% pada dewasa
tidak menampakkan gejala sama sekali. Hanya sepertiga dari yang terinfeksi
memperlihatkan keluhan, terutama mata kuning.
Infeksi VHB yang diperoleh pada masa bayi akan menyebabkan 95% bayi di antaranya
menjadi penderita hepatitis kronis. Sementara kelompok dewasa yang terinfeksi virus
ini, 95% akan sembuh dan hanya 5% yang berkembang menjadi hepatitis B kronis.
Posted in Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel penyakit
hepatitis, definisi virus hepatitis b, hepatitis b adalah, hepatitis b akut, penularan hepatitis b, penyakit hepatitis
b,penyebab hepatitis, virus hepatitis b | Leave a comment
Penyakit Hepatitis A
Posted by Penyakit Hepatitis
Penyakit akan semakin dikenali apabila memberikan dampak yang besar, baik
menyangkut aspek sosial ekonomi maupun risiko kesakitan dan kematian atau karena
jumlah kejadiannya sangat tinggi. Hepatitis A, suatu penyakit yang menyerang
hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A, meskipun tidak mengakibatkan
risiko kematian yang besar, namun berisiko menimbulkan kejadian yang
luar biasa atau outbreak. Oleh karena itulah, penyakit ini mendapat perhatian besar
baik dari masyarakat kesehatan maupun pemerintah dan publik secara umum.
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu
penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel penyakit hepatitis, hepatitis a, hepatitis adalah, komplikasi
hepatitis, penyakit hepatitis a, penyebab hepatitis | Leave a comment
Umumnya, masyarakat sering menganggap bahwa sakit kuning adalah hepatitis karena
timbulnya warna kuning pada kulit, kuku, dan bagian putih bola mata. Kondisi ini
hanyalah salah satu gejala dari hepatitis. Peradangan ini dapat menyebabkan kerusakan
sel-sel, jaringan, bahkan semua bagian organ hati. Hepatitis dapat terjadi karena
penyakit yang memang menyerang sel-sel hati atau penyakit lain yang menyebabkan
komplikasi pada hati. Pemahaman hepatitis dapat ebih mudah jika kita mengenal lebih
dahulu mengenai organ hati.
Hepatitis dapat berlangsung singkat (akut) kemudian sembuh total atau malah
berkembang menjadi menahun (kronis). Tingkatan keparahan hepatitis bervariasi,
mulai dari kondisi yang dapat sembuh sendiri (self limited) dengan penyembuhan total,
kondisi yang mengancam jiwa, menjadi penyakit menahun, hingga kondisi organ hati
yang tidak berfungsi lagi (yang disebut kegagalan fungsi hati). Jika kondisi terakhir ini
terjadi maka untuk penanganannya membutuhkan transplantasu atau cangkok hati.
Serangan hepatitis akut dapat terjadi tiba-tiba tanpa gejala awal atau bertahap.
Umumnya, hepatitis akut berlangsung dalam periode waktu 1-2 bulan. Kerusakan hati
yang terjadi pada heoatitis akut biasanya hanya mengenai sebagian kecil jaringan saja.
Namun pada kasus yang jarang, misalnya pada saat daya tahan tubuh pasien terlalu
rendah, hepatitis akut dapat mengancam jiwa.
Dibawah ini adalah tips sehat untuk mencegah terserang penyakit hepatitis adalah :
Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver).Penyebabnya dapat
berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis
juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat
virus bisa akut ( hepatitis A ) dapat pula hepatitis kronik ( hepatitis B,C ) dan adapula yang kemudian
menjadi kanker hati ( hepatitis B dan C ).
Penyakit yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat dalam tubuh, yang
disebut sebagai penyakit autoimun; dan
Ada lima virus yang diketahui mempengaruhi hati dan menyebabkan hepatitis: HAV, HBV, HCV,
virus hepatis delta (HDV, yang hanya menyebabkan masalah pada orang yang terinfeksi HBV), dan virus
hepatitis E (HEV). Tidak ada virus hepatitis F. Virus hepatitis G (HGV) pada awal diperkirakan dapat
menyebabkan kerusakan pada hati, tetapi ternyata diketahui sebagai virus yang tidak menyebabkan
masalah kesehatan, dan virus ini sekarang diberi nama baru sebagai virus GB-C (GBV-C).
a. Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV).VHA termasuk virus picorna (virus RNA) dengan
ukuran 27-28 nm.
b. Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang terbungkus serta mengandung genoma DNA
(Deoxyribonucleic acid) melingkar.HBV adalah virus nonsitopatik, yang berarti virus tersebut tidak
menyebabkan kerusakan langsung pada sel hati.Sebaliknya, adalah reaksi yang bersifat menyerang oleh
system kekebalan tubuh yang biasanya menyebabkan radang dan kerusakan pada hati.
c. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitisC (HCV).Virus ini dapat mengakibatkaninfeksi seumur hidup,
sirosis hati, kankerhati, kegagalan hati, dan kematian.Belumada vaksin yang dapat melindungi
terhadapHCV, dan diperkirakan 3 persenmasyarakat umum di Indonesia terinfeksivirus ini.
2. Masa Inkubasi dan Penularan Hepatitis
a. Hepatitis A(VHA).
Virus dikeluarkan dari tubuh melalui tinja yaitu lewat empedu masuk ke dalam usus,
ditularkan secara feco-oral yaitu virus ditemukan pada tinja. Virus ini juga mudah menular
melalui makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi, juga terkadang melalui hubungan
seks dengan penderita.
Waktu terekspos sampai kena penyakit atau masa inkubasi hepatitis A adalah 2 sampai
6 minggu. Penderita akan mengalami gejala-gejala seperti demam, lemah, letih, dan lesu, pada
beberapa kasus, seringkali terjadi muntah-muntah yang terus menerus sehingga menyebabkan
seluruh badan terasa lemas. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak
seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.
b. Hepatitis B (VHB).
VHB ditularkan melalui darah dan cairan tubuh seperti air liur, air mani, cairan vagina dan air
susu ibu. Virus masuk ke tubuh lewat kulit atau selaput lendir tubuh yang rusak. Masa inkubasi dari
hepatitis B ini berkisar antar 45-180 hari dan lama masa inkubasi tergantung pada jumlah virus yang
masuk ke dalam tubuh dan cara penularan serta daya tahan pasien. Di daerah endemik penularan sering
terjadi pada waktu persalinan atau pada awal pemberian makanan bayi. Penularan dari ibu ke bayi
merupakan penyebab terpenting hepatitis menahun yang mudah berkembang menjadi kanker hati.
Biasanya karena darah yang ditransufsikan sudah terinfeksi virus hepatitis B, sehingga orang yang sehat
dapat tertular melalui transfusi darah.
Selain HIV, seringnya berganti-ganti pasangan dapat menularkanpenyakit hepatitis B, belum lagi tertular
penyakit menular seksual lainnya.
Ibu hamil yang terinfeksi penyakit hepatitis B, sudah tentu akan menularkan penyakit ini kepada bayinya.
Oleh karena itu, si bayi wajib diimunisasi sebelum penyakit hepatitis B bertambah parah.
c. Hepatitis C (VHC).
VHC terutama ditularkan melalui darah. Transfusi darah merupakan cara penularan yang ter-
penting. Masa inkubasi rata rata 7 minggu. Orang yang mempunyai risiko tinggi mendapat VHC ialah
mereka yang memerlukan tranfusi darah berulang, menjalani cuci darah, cangkok organ dll. Masa
inkubasi penyakit hepatitis C adalah 2-6 minggu dimana 60-70% tanpa gejala, 10-20% menunjukkan
gejala yang tidak spesifik seperti mual, muntah, lemah, tidak nafsu makan, nyeri pada perut dan 20-30%
disertai warna kuning pada kulit (iketus).
Hepatitis C biasanya menyebar ketika darah dari orang yang terinfeksi Virus Hepatitis C (HCV)
memasuki tubuh seseorang yang tidak terinfeksi. Hal ini dapat terjadi pada kegiatan kegiatan seperti:
Hepatitis C dapat ditularkan melalui hubungan seks dengan orang yang terinfeksi atau berbagi barang
pribadi yang telah terkontaminasi, tetapi ini jarang terjadi.
Hepatitis C tidak ditularkan melalui air susu atau melalui kontak biasa seperti memeluk, menyentuh, dan
berbagi makanan atau minuman dengan orang yang terinfeksi.
Orang yang menggunakan tindikan dan tatoo yang dibuat oleh peralatan yang tidak steril.
Pasien gagal ginjal yang menjalani prosedur Hemodialisis selama bertahun tahun.
Petugas kesehatan yang terluka akibat jarum suntik.
Gejala demam merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang timbul karena diproduksinya
senyawa kimia interleukin (suatu protein hormon) sebagai respon terhadap adanya infeksi mikroba atau
adanya jaringan tubuh yang terluka. Meningkatnya suhu tubuh (demam) akan menyebabkan mikroba
tertentu yang ada dalam tubuh kita menjadi mati. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan mikroba
tersebut dalam mentoleransi kenaikan suhu 20-30 oC di atas ambang normal suhu optimumnya.
Pada kebanyakan orang terutama anak-anak apabila terinfeksi hepatitis B tidak menimbulkan
gejala. Gejala baru timbul apabila seseorang telah terinfeksi selama 6 minggu. Gejala yang timbul
dapat berupa kehilangan nafsu makan, mual, muntah-muntah, lemas, merasalelah, nyeri perut terutama
di sekitar hati, urin berwarna gelap, kulit menjadi kuning, dan juga terlihat terutama pada mata, serta
kadang - kadang pula disertai nyeri otot dan tulang - tulang. Gambaran klinis infeksi akut HVA dapat
sangat beragam berupa bentuk yang asimtomatik atau simtomatik yang mungkin anikterik atau dengan
ikterik dan biasanya pada anak lebih ringan serta singkat dibandingkan dengan dewasa.
Hepatitis Asimtopatik
Infeksi yang asimtomatik ini selanjutnya dapat dibagi menjadi sub-klinik atau tidak nyata (inapparent).
Infeksi sub-klinik ditandai dengan adanya kelainan fungsi hati, yaitu peningkatan aminotransferase
serum,sementara infeksi tak nyata hanya dapat diketahui dari pemeriksaan serologik.
Hepatitis simtopatik
Gejala dan perjalanan penyakit hepatitis virus secara klinis dapat dibedakan dalam 4 stadium yaitu masa
inkubasi, pra-ikterik, ikterik, dan fase penyembuhan.
Hepatitis A
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada orang
dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan
hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A
akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak
berlanjut ke hepatitis kronik. Masa inkubasi 30 hari.
Hepatitis B
Gejala mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata
kuning dan muntah serta demam. Penularan dapat melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi,
transfusi darah dan gigitan manusia.
Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang mengandung
antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan. Vaksin hepatitis B yang aman dan
efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah
pecandu narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.
Hepatitis C
Hepatitis C sering dialami penduduk Indonesia, penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh.
Virus Hepatitis B dan Hepatitis C dapat ditularkan melalui hubungan seksual, jarum suntik, dan transfusi
darah. Virus biasanya dimulai dengan demam, pegal otot, mual, mata menjadi kuning, dan air seni
berwarna kemerahan seperti air teh. Namun, tidak semua orang mengalami gejala seperti itu.
Gejala Hepatitis C biasanya lebih ringan dibandingkan dengan Hepatitis A atau B. Setelah
terserang Hepatitis A pada umumnya penderita sembuh secara sempurna, tidak ada yang menjadi
kronik.
Pada bayi dan anak kecil, umumnya tidak terdapat gejala yang jelas namun biasanya terdapat
keluhan awal seperti tidak nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala, lemah badan, nyeri sendi dan otot,
dan memungkinkan nyeri perut kanan atas karena pembesaran hati. Gejala ini dapat terjadi pada 1-2
minggu pertama sebelum akhirnya muncul gejala hepatitis yang khas yaitu perubahan warna urine
(menjadi berwarna gelap seperti air teh) dan feses seperti warna tanah atau dempul. Selain itu warna
pada mata dan kulit menjadi kekuningan menyolok dan disertai rasa gatal pada kulit.
b. Diagnosa Hepatitis
Hepatitis A
Diagnosis hepatitis A ditegakkan dengan tes darah. Dokter akanmeminta tes ini bila kita
mengalami gejala hepatitis A atau bilakita ingin tahu apakah kita pernah terinfeksi HAV sebelumnya.Tes
darah ini mencari dua jenis antibodi terhadap virus, yangdisebut sebagai IgM dan IgG (Ig adalah
singkatan untukimunoglobulin). Pertama, dicari antibodi IgM, yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh
lima sampai sepuluh hari sebelum gejala muncul, dan biasanya hilang dalam enam bulan. Tes juga
mencari antibodi IgG, yang menggantikan antibodi IgM dan untuk seterusnya melindungi terhadap
infeksi HAV.
Bila tes darah menunjukkan negatif untuk antibodi IgM dan IgG, kita kemungkinan tidak pernah
terinfeksi HAV, dan sebaiknya mempertimbangkan untuk divaksinasi terhadap HAV.
Bila tes menunjukkan positif untuk antibodi IgM dan negative untuk IgG, kita kemungkinan tertular HAV
dalam enam bulan terakhir ini, dan sistem kekebalan sedang mengeluarkan virus atau infeksi menjadi
semakin parah.
Bila tes menunjukkan negatif untuk antibodi IgM dan positif untuk antibodi IgG, kita mungkin terinfeksi
HAV pada suatu waktu sebelumnya, atau kita sudah divaksinasikan terhadap HAV. Kita sekarang kebal
terhadap HAV.
Hepatitis B
Diagnosa yang dapat dilakukan yaitu serologi (test darah) dan biopsi liver (pengambilan sampel
jaringan liver).Bila HBsAg positif maka orang tersebut telah terinfeksi oleh VHB (Misnadiarly, 2007).
Tersedia tes laboratorium untuk mendiagnosis infeksi HBV dan tes lain untuk memantau orang
dengan hepatitis B kronis.
Hepatitis B didiagnosis dengan tes darah yang mencari antigen (pecahan virus hepatitis B)
tertentu dan antibodi (yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh sebagai reaksi terhadap HBV).Tes darah
awal untuk diagnosis infeksi HBV mencari satu antigen HbsAg (antigen permukaan, atau surface,
hepatitis B) dan dua antibodi anti-HBs (antibodi terhadap antigen permukaan HBV) dan anti-HBc
(antibodi terhadap antigen bagian inti, atau core, HBV). Sebetulnya ada dua tipe antibodi anti-HBc yang
dibuat: antibodi IgM dan antibodi IgG.
Tes darah yang dipakai untuk diagnosis infeksi HBV dapat membingungkan, karena ada berbagai
kombinasi antigen dan antibodi yang berbeda, dan masing-masing kombinasi mempunyai artinya sendiri.
Berikut adalah arti dari kombinasi yang mungkin terjadi:
Tergantung pada hasil ini, tes tambahan mungkin dibutuhkan.Bila kita tidak pernah terinfeksi
HBV atau pernah divaksinasikan terhadap HBV, kita tidak membutuhkan tes tambahan.Bila kita baru-
baru ini terinfeksi HBV atau kita hepatitis B akut, sebaiknya kita tes ulang setelah enam bulan untuk
meyakinkan sudah didapatkan kekebalan yang dibutuhkan.
Hepatitis C
Ada tes laboratorium untuk mendiagnosis infeksi HCV dan tes laboratorium untuk memantau
orang dengan HCV.
Tes Antibodi HCV: Mendiagnosis infeksi HCV mulai dengantes antibodi, serupa dengan tes yang
dilakukan untuk diagnosisinfeksi HIV. Antibodi terhadap HCV biasanya dapat dideteksidalam darah dalam
enam atau tujuh minggu setelah virustersebut masuk ke tubuh, walaupun kadang kala untukbeberapa
orang dibutuhkan tiga bulan atau lebih. Bila tesantibodi HCV positif, tes ulang biasanya dilakukan
untukkonfirmasi. Tes konfirmasi ini dapat tes antibodi lain atau tesPCR.
Bila kita tes positif untuk antibodi terhadap HCV, ini berartikita pernah terpajan oleh virus
tersebut pada suatu waktu.Karena kurang lebih 20 persen orang yang terinfeksi HCV sembuh tanpa
memakai obat, biasanya dalam enam bulansetelah terinfeksi, langkah berikut adalah untuk mencari
virusdalam darah.
Tes Viral Load HCV: Untuk mencari HCV, dokter kitamungkin meminta tes PCR kualitatif untuk
menentukanadanya virus hepatitis C di darah kita. Dokter juga dapatmeminta tes PCR kuantitatif mirip
dengan tes yang dipakaiuntuk mengukur viral load HIV untuk mengetahui apakahada HCV dan
menentukan viral load HCV kita.
Tes viral load HCV tidak dapat menentukan bilaatau kapan seseorang dengan hepatitis C akan
menjadi sirosisatau gagal hati. Namun viral load HCV dapat membantumeramalkan keberhasilan
pengobatan. Sebagai petunjuk praktis,semakin rendah viral load HCV, semakin mungkin kita
berhasildalam pengobatan untuk HCV. Tes viral load HCV jugaterpakai pada waktu kita dalam
pengobatan untuk menentukanapakah terapi berhasil.
Tes Genotipe: Tidak semua virus hepatitis C adalah sama. Ada sedikitnya enam genotipe HCV yang
berbeda yang berarti bentuk genetis saling berbeda. Lagi pula, beberapa genotipe ini dibagi menjadi
subtipe. Misalnya, HCV genotipe 1 dibagi dalam subtipe a dan b.
Transmisi Hepatitis A
HAV menular melalui makanan/minuman yang tercemar kotoran (tinja) dari seseorang yang
terinfeksi masuk ke mulut orang lain. HAV terutama menular melalui makanan mentah atau tidak cukup
dimasak, yang ditangani atau disiapkan oleh seseorang dengan hepatitis A (walaupun mungkin dia tidak
mengetahui dirinya terinfeksi). Minum air atau es batu yang tercemar dengan kotoran adalah sumber
infeksi lain, serta juga kerang-kerangan yang tidak cukup dimasak. HAV dapat menular melalui rimming
(hubungan seks oral-anal, atau antara mulut dan dubur).HAV sangat jarang menular melalui hubungan
darah-ke-darah.
Transmisi Hepatitis B
Ada dua macam cara transmisi Hepatitis B, yaitu transmisi vertikal dan transmisi horisontal.
a. Transmisi vertical
Penularan terjadi pada masa persalinan (Perinatal).VHB ditularkan dari ibu kepada bayinya yang disebut
juga penularan Maternal Neonatal. Penularan cara ini terjadi akibat ibu yang sedang hamil terserang
penyakit Hepatitis B akut atau ibu memang pengidap kronis Hepatitis B (Dalimartha, 2004).
b. Transmisi horizontal
Adalah penularan atau penyebaran VHB dalam masyarakat.Penularan terjadi akibat kontak erat dengan
pengidap Hepatitis B atau penderita Hepatitis B akut.Misalnya pada orang yang tinggal serumah atau
melakukan hubungan seksual dengan penderita Hepatitis B (Dalimartha, 2004).
Cara transmisi paling utama di dunia ialah dari ibu kepada bayinya saat proses melahirkan. Kalau
bayinya tidak divaksinasi saat lahir bayi akan menjadi carrier seumur hidup bahkan nantinya bisa
menderita gagal hati dan kanker hati. Selain itu penularan juga dapat terjadi lewat darah ketika terjadi
kontak dengan darah yang terinfeksi virus Hepatitis B (Misnadiarly, 2007).
Transmisi Hepatitis C
Proses transmisinya melalui kontak darah (transfusi, jarum suntik yang terkontaminasi, serangga
yang menggigit penderita lalu mengigit orang lain disekitarnya).
Pengguna narkoba suntikan (IDU) yang memakai jarum suntik dan alat suntik lain secara
bergantian berisiko paling tinggi terkena infeksi HCV. Antara 50 dan 90 persen IDU dengan HIV juga
terinfeksi HCV.Hal ini karena kedua virus menular dengan mudah melalui hubungan darah-ke-darah. HCV
dapat menyebar dari darah orang yang terinfeksi yang masuk ke darah orang lain melalui cara yang
berikut:
Memakai alat suntik (jarum suntik, semprit, dapur, kapas, air) secara bergantian;
Luka terbuka atau selaput mukosa (misalnya di dalam mulut, vagina, atau dubur); dan
Masa inkubasi virus hepatitis A adalah 15-49 hari, dengan rata-rata 28-30 hari.Pada tahap
inkubasi ini, gejala infeksi hepatitis A belum terlihat.
Sedangkan pada Hepatitis B, masa inkubasinya (saat terinfeksi sampai timbul gejala) sekitar 24-
96 minggu (Misnadiarly, 2007). Menurut Sudoyo (2006), masa inkubasi VHB berkisar dari 15180 hari
(rata-rata 60-90 hari).
Pada tahap infeksi, infektivitas maksimum terjadi pada hari-hari terakhir dari separuh masa
inkubasi dan terus berlanjut beberapa hari hingga muncul gejala ikterus.
Sebuah hepatitis akut Sebuah kasus dapat berkembang menjadi hepatitis fulminan A. Ini adalah
suatu komplikasi yang jarang namun parah dari Hepatitis A, di mana racun dari virus hepatitis
membunuh sel-sel hati dengan jumlah tinggisecara abnormal (sekitar dari jumlah sel hati), dan hati
mulai mati. Lima puluh persen pasien dengan kondisi ini memerlukan transplantasi hati langsung untuk
menghindari kematian. Hepatitis fulminan A juga bisa menyebabkan komplikasi lebih lanjut, termasuk
disfungsi otot dan kegagalan organ multiple.
FasePraikterik(prodromal)
Gejalanonspesifik,permulaanpenyakittidakjelas,demamtinggi,anoreksia, mual,nyerididaerahhati
disertaiperubahanwarnaairkemihmenjadigelap.
Pemeriksaanlaboratoriummulaitampakkelainanhati(kadarbilirubinserum, SGOTdanSGPT,Fosfato
sealkali,meningkat).
Faselkterik
Gejalademamdangastrointestinaltambah hebatdisertaihepatomegalidansplenomegali.timbulny
aikterusmakin hebatdenganpuncak pada minggukedua.setelahtimbulikterus,gejalamenurundan pemeri
ksaanlaboratoriumtesfungsi hatiabnormal. Air seni berwarna seperti teh, kulit menguning, serta keluhan
menguat.
FasePenyembuhan
Faseiniditandaidenganmenurunnyakadarenzimaminotransfirase.Pembesaranhatimasihadatetap
itidak terasanyeri.
Hepatitis A
Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A seperti minggu pertama munculnya yang disebut
penyakit kuning, letih dan sebagainya, diharapkan untuk tidak banyak beraktivitas serta segera
mengunjungi fasilitas pelayan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang
timbul seperti paracetamol sebagai penurun demam dan pusing, vitamin untuk meningkatkan daya
tahan tubuh dan nafsu makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan muntah.
Pengobatan umum untuk hepatitis A adalah istirahat di tempat tidur.Juga penting untuk minum
banyak cairan, terutama bila kita mengalami diare atau muntah.Obat penawar rasa sakit yang dijual
bebas, misalnya ibuprofen dapat mengurangi gejala hepatitis A, tetapi sebaiknya dibicarakan lebih
dahulu dengan dokter.
Bila kita merasa kita mungkin terpajan pada HAV misalnya bila seseorang dalam rumah tangga
kita baru didiagnosis hepatitis A sebaiknya kita memeriksakan diri ke dokter untuk membicarakan
manfaat suntikan immune globulin (juga disebut sebagai gamma globulin).Immune globulin
mengandung banyak antibodi terhadap HAV, yang dapat membantu mencegah timbulnya penyakit bila
kita terpajan pada virus.Immune globulin harus diberikan dalam dua hingga enam minggu setelah kita
mungkin terpajan pada HAV.Bila kita menerima immune globulin untuk mencegah hepatitis A, sebaiknya
kita juga menerima vaksinasi hepatitis A.
Hepatitis B
Saat ini ada beberapa pengobatan yang dapat dilakukan untuk Hepatitis B, pengobatan tersebut
tersedia dalam bentuk antiviral seperti lamivudine dan adefovir dan modulator sistem kebal seperti
InteAlfa (Uniferon).
Dengan mengambil interferon sebagai obat, tubuh akan merangsang sistem kekebalan tubuh
untuk melawan virus hepatitis B. Namun, tidak semua orang dapat mengambil interferon karena efek
samping. Dalam dua minggu pertama mengambil interferon, tubuh dapat memperburuk gejala dan akan
dapat mengalami depresi, lelah, dan menderita nyeri otot, demam dan mual.
Meskipun interferon suntik sedikit berbeda dengan yang dihasilkan tubuh, interferon ini dapat
membantu menumpas virus dengan dua cara:
Kedua sebagai antiviral menginduksi jalur degradasi RNA melalui induksi enzim 2-5-OAS sehingga
mencegah replikasi virus.
Interferon yang digunakan untuk pengobatan hepatitis meliputi interferon alfa dan pegylated
interferon alfa.
Telbivudine
Merupakan obat antivirus lain yang digunakan untuk menghentikan virus hepatitis B dari replikasi.Ini
adalah dalam bentuk pil yang harus diambil setiap hari. Terdapat hampir tidak ada efek samping tetapi
jika Anda berhenti minum pil, gejala mungkin akan memburuk. Selain itu, jika minum pil terlalu lama,
virus bisa menjadi resisten terhadap obat-obatan.
Entecavir
Merupakan obat antivirus lain dalam bentuk pil. Pil ini harus dilakukan sekali sehari dan jika
menghentikannya, akan timbul gejala-gejala yang menjadi lebih buruk.
Lamivudine
Mirip dengan Telbivudine tetapi tidak kuat.Ini juga merupakan pil yang harus diminum sekali sehari.Obat
antivirus ini tidak dianjurkan untuk orang dengan masalah ginjal.
Adefovir dipivoxil
Obat anti virus dalam bentuk pil yang mampu menghentikan virus dari replikasi.Obat ini sangat efektif
untuk orang-orang yang resisten terhadap Lamivudine.
Selain itu, ada juga pengobatan tradisional yang dapat dilakukan.Tumbuhan obat atau herbal
yang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan Hepatitis diantaranya mempunyai
efek sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel
hati, juga bersifat anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan produksi empedu oleh hati.
Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan Hepatitis, antara lain
yaitu temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kunyit (Curcuma longa), sambiloto (Andrographis paniculata),
meniran (Phyllanthus urinaria), daun serut/mirten, jamur kayu/lingzhi (Ganoderma lucidum), akar alang-
alang (Imperata cyllindrica), rumput mutiara (Hedyotis corymbosa), pegagan(Centella asiatica), buah
kacapiring (Gardenia augusta), buah mengkudu (Morinda citrifolia), jombang (Taraxacum officinale).
Selain itu juga ada pengobatan alternatif lain Hepatitis B seperti hijamah/bekam yang bisa
menyembuhkan segala penyakit hepatitis, asal dilakukan dengan benar dan juga dengan standar medis.
Hepatitis C
Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti Interferon alfa,
Pegylated interferon alfa dan Ribavirin.Adapun tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah
menghilangkan virus dari tubuh anda sedini mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk
dan stadium akhir penyakit hati.Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu yang cukup
lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu perlu penanganan pada
stadium awalnya.
Indonesia menempati peringkat ketiga dunia setelah China dan India untuk jumlah penderita
hepatitis.Di Indonesia infeksi HVA banyak mengenai anak usia < 5 tahun dan biasanya tanpa gejala. Anak-
anak ini merupakan sumber penularan bagi orang dewasa di sekitarnya dengan risiko morbiditas dan
mortalitas yang lebih berat.
Ahli kesehatan dari Divisi Hepatologi, Depatemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Ali Sulaiman memperkirakan sejumlah 13 juta penduduk Indonesia mengidap
hepatitis B dan empat juta penduduk lainnya menderita hepatitis C.
Meskipun belum mendapatkan angka pasti penderita penyakit yang menyerang fungsi hati
tersebut, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tjandra Yoga Adhitama,
memperkirakan sekitar 20 juta orang di Indonesia menderita Hepatitis B dan C.
Di Indonesia berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit, hepatitis A masih merupakan
bagian terbesar dari kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar dari 39,8-68,3%. Peningkatan
prevalensi anti HAV yang berhubungan dengan umur mulai terjadi dan lebih nyata di daerah dengan
kondisi kesehatan di bawah standar. Lebih dari 75% anak dari berbagai benua Asia, Afrika, India,
menunjukkan sudah memiliki antibody anti-HAV pada usia 5 tahun. Sebagian besar infeksi HAV didapat
pada awal kehidupan, kebanyakan asimtomatik atau sekurangnya aniktertik.
Tingkat prevalensi hepatitis B di Indonesia sangat bervariasi berkisar dari 2,5% di Banjarmasin
sampai 25,61% di Kupang, sehingga termasuk dalam kelompok negara dengan endemisitas sedang
sampai tinggi. Di negara-negara Asia diperkirakan bahwa penyebaran perinatal dari ibu pengidap
hepatitis merupakan jawaban atas prevalensi infeksi virus hepatitis B yang tinggi. Hampir semua bayi
yang dilahirkan dari ibu dengan HBeAg positif akan terkena infeksi pada bulan kedua dan ketiga
kehidupannya. Adanya HbeAg pada ibu sangat berperan penting untuk penularan. Walaupun ibu
mengandung HBsAg positif namun jika HBeAg dalam darah negative, maka daya tularnya menjadi
rendah. Data di Indonesia telah dilaporkan oleh Suparyatmo, pada tahun 1993, bahwa dari hasil
pemantauan pada 66 ibu hamil pengidap hepatitis B, bayi yang mendapat penularan secara vertical
adalah sebanyak 22 bayi (45,9%).
Prevalensi anti-HCV pada donor darah di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan angka di
antara 0,5%-3,37%. Sedangkan prevalensi anti HCV pada hepatitis virus akut menunjukkan bahwa
hepatitis C (15,5%-46,4%) menempati urutan kedua setelah hepatitis A akut (39,8%-68,3%) sedangkan
urutan ketiga ditempati oleh hepatitis B (6,4%-25,9%). Untuk hepatitis D, walaupun infeksi hepatitis ini
erat hubungannya dengan infeksi hepatitis B, di Asia Tenggara dan Cina infeksi hepatitis D tidak biasa
dijumpai pada daerah dimana prevalensi HBsAg sangat tinggi. Laporan dari Indonesia pada tahun 1982
mendapatkan hasil 2,7% (2 orang) anti HDV positif dari 73 karier hepatitis B dari donor darah. Pada
tahun 1985, Suwignyo dkk melaporkan, di Mataram, pada pemeriksaan terhadap 90 karier hepatitis B,
terdapat satu anti HDV positif (1,1%).
Pada tahun 1991 pemerintah Indonesia memperluas program imunisasi hepatitis B ke 4 propinsi
yaitu mencakup seluruh kabupaten dipropinsi NTB, Bali, D.I. Yogyakarta, dan 5 kabupaten di Jatim.
Akhirnya, pada satu Maret 1997 vaksin hepatitis B dimasukkan kedalam program immunisasi
rutin. Pada tahun 2003, ditingkatkan dengan mencakup bayi baru lahir dengan pemberian Hepatitis B
Uniject pada bayi usia 0 7 hari dan kini telah dilaksanakan di seluruh Indonesia serta telah berhasil
menurunkan prevalensi hepatitis B pada anak di bawah 4 tahun dari 6,2 persen menjadi 1,4 persen.
Faktor Lingkungan.
a. Lingkungan Fisik.
1) Jamban.
Jenis jamban terdiri dari beraneka ragam sesuai selera dan kebutuhan yang diperlukan
serta berdasarkan kemampuan perekonomian dan rancangan jamban yang baik adalah jamban
berbentuk leher angsa, oleh karena pada bagian septik tank yang akan terhalang oleh air
sehingga bau dan udara tidak mencemari kamar WC, juga bagian lantai harus kedap air dan
terbuat dari semen atau keramik di rancang tidak licin begitu juga dinding jamban/WC terbuat
tertutup, sehingga aman dari luar juga harus kedap air sehingga tidak menggangu estetika
maupun kenyamanan untuk ke belakang.
Pemilihan bahan baku makanan juga sangat penting misalnya makanan tersebut harus
bersih dan segar. Kemudian juga disimpan pada suatu tempat yang aman dan tertutup,
disamping juga pengguanaan alat-alat dapur yang bersih selanjutnya mencuci sayuran atau
makanan sebelum diolah dan tidak lupa juga menyimpan makanan yang telah matang di lemari
atau ditutup dengan tutup saji sesuai alat penyajian
Air minum yang sehat mempunyai berbagai syarat seperti : jernih, tidak berbau, tidak
berwarna, tidak berasa dan bebas dari kuman, oleh karena air juga merupakan tempat
pembiakan kuman tertentu. Oleh karena itu sangat penting di perhatikan sanitasi tentang air
minum. Adapun aturan dalam menkonsumsi air minum misalnya : air minum dimasak sampai
mendidih agar kuman-kumannya mati, kemudian minumlah minimal 6-8 gelas setiap hari dan
bila minuman air dari kemasan harus diproses sesuai ketentuan pemerintah.
Sektor kesehatan bertanggung jawab dalam pembinaan teknis konstruksi sarana air
bersih dan juga sektor yang lain yang terkait. Disamping itu juga sektor kesehatan punya peran
sebagai penyuluh dan pembanding demi untuk pembinaan kualitas air yang baik. Adapun yang
dimaksud dengan penyehatan air adalah pengamanan dan penetapan kualitas air untuk
berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia, dalam kaitannya dengan hal tersebut selayaknya
air bersih yang digunakan selain memenuhi syarat kualitas untuk kebutuhan kesehatan
misalnya minum, mandi, cuci dan kakus juga harus memenuhi syarat kualitas
Dalam kejadian Hepatitis , faktor penjamu (Host), penyebab (Agent) dan lingkungan
(Environment) yang mempunyai pengaruh sangat besar adalah :
2. Faktor penjamu (Host) yaitu perilaku (personal hygiene), immunisasi, status gizi, keturunan,
umur dan jenis kelamin.
3. Faktor lingkungan (Environment) yaitu lingkungan fisik maupun lingkungan biologi, lingkungan
fisik dapat berupa Mandi Cuci Kakus (MCK), pengolahan dan penyimpanan makanan dan
minuman, sedangkan lingkungan biologi dapat berupa keberadaan lalat, keberadaan kecoa dan
keberadaan tikus.
4. Faktor pelayanan kesehatan (Medical Care Service) juga mempengaruhi tinggi rendahnya
derajat kesehatan.
Jenis tempat atau sarana yang digunakan untuk buang air besar
Pemakaian tatto
Transfusi darah
Dalam hal mencegah hepatitis ini terbagi menjadi dua kategori pencegahan penyakit hepatitis
ini. Yaitu pencegahan penyakit hepatitis secara umum dan juga pencegahan penyakit hepatitis secara
khusus. Karena penyakit hepatitis ini adalah karena virus dan sebagian besar menular melalui darah atau
pun cairan tubuh yang tercemar dengan virus hepatitis ini maka kita harus benar-benar waspada akan
penularan penyakit hepatitis ini.
Yang termasuk kategori mencegah penularan penyakit hepatitis secara umum adalah sebagai
berikut :
1. Menghindari kontak seksual atau hubungan badan dengan penderita hepatitis B, termasuk dalam hal ini
kontak dengan cairan tubuh seperti ludah dan juga sperma.
2. Menghindari pemakaian alat suntik yang tidak steril ( dalam dunia kesehatan harus menggunakan alat
suntik sekali pakai ), alat tatto, alat tindik, pemakaian narkoba yang menggunakan jenis alat suntik
sebagai medianya, berganti-ganti pasangan.
3. Pada ibu hamil untuk mengadakan skrining pada awal kehamilan serta juga setelah memasuki trimester
ke III kehamilan.
Dan yang masuk dalam mencegah dan pencegahan penyakit hepatitis secara khusus adalah
dengan melakukan imunisasi aktif. Imunisasi aktif hepatitis ini adalah bertujuan jalur transmisi
penyebaran penyakit hepatitis ini melalui program imunisasi bayi baru lahir dan kelompok resiko tinggi
tertular hepatitis.
Hepatitis memiliki banyak tipe, untuk mencegah penyakit hepatitis agar tidak menjangkit
dan berkembang semakin parah perlu dilakukan upaya pencegahan yang lebih signifikan.
Setiap tipe hepatitis memiliki pencegahan tersendiri dengan cara yang berbeda dari setiap tipe
hepatitis.
Berikut ini akan diberikan beberapa ulasan upaya pencegahan yang dapat dilakukan
untuk menangani masalah penyakit hepatitis dengan beragam tipe, diantaranya :
Penyakit hepatitis dapat menghinggap siapa saja tidak memandang segi usia atau faktor
ekonomi. Hepatitis dapat menyerang mulai dari balita, anak-anak hingga orang dewasa. Untuk
hepatitis A bila menyerang anak-anak mulai dari 1-18 tahun dapat dilakukan vaksinasi dengan
pemberian dosis vaksin 2 atau 3 tetes dosis vaksin sesuai dengan standar pengobatan.
Sedangkan untuk orang dewasa dengan pemberian vaksinasi yang lebih besar dengan jangka
waktu pemberian vaksin 6-12 bulan setelah dosis pertama vaksin.
Dengan pemberian vaksinasi ini merupakan upaya pencegahan yang efektif dapat
bertahan 15-20 tahun atau lebih. Pemberian vaksin bertujuan mencegah sebelum terjadinya
infeksi dari virus hepatitis A dan memberikan perlindungan terhadap virus sedini mungkin 2-4
minggu setelah vaksinasi.
Mereka yang bekerja sebagai pramusaji, terutama mereka yang memiliki makanan yang kurang
mendapatkan perhatian akan keamanan dan kebersihan dari makanan itu sendiri.
Orang yang tinggal dalam satu pondok atau asrama yang setiap harinya berkontak langsung.
Mungkin diantara penghuni pondok asrama memiliki riwayat penyakit hepatitis A.
Balita dan anak-anak yang mungkin tinggal dalam lingkungan yang memiliki tingkat resiko yang
lebih tinggi akan hepatitis.
Menjaga kebersihan terhadap diri pribadi dan lingkungan sekitar tempat tinggal
merupakan upaya awal yang sangat penting sebagai proses pencegahan lebih dini sebelum
terjangkit atau mengalami resiko yang lebih tinggi terhadap serangan penyakit hepatitis. Selalu
menjaga kebersihan dengan mengawali langkah yang mudah salah satunya dengan cara
membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh sesuatu.
Namun bagi mereka yang suka berpergian ke luar negeri yang mungkin di negara
tersebut memiliki sanitasi yang kurang baik sebagai pencegahan tak ada salahnya untuk
melakukan vaksinasi minimal 2 bulan sebelum melakukan perjalanan ke luar negeri. Akan tetapi
bagi mereka yang sudah teridentifikasi terkena virus hepatitis A (HAV), globulin imun (IG) harus
diberikan sesegera mungkin dengan pemberian vaksin minimal 2 minggu setelah teridentifikasi
virus hepatitis A.
Pemberian vaksinasi ini juga dinilai sangat optimal dan efektif bagi mereka yang
teridentifikasi hepatitis B dan dapat membantu memberikan perlindungan kurang lebih selama
15 tahun. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menuturkan bahwa semua bayi yang
baru lahir dan mereka yang sudah berusia sampai dengan 18 tahun dan dewasa diwajibkan
untuk diberikan vaksin sebagai upaya perlindungan dan pencegahan terhadap resiko infeksi
divaksinasi. Dengan pemberian 3 suntikan pada jangka waktu 6-12 bulan wajib memberikan
perlindungan penuh.
Semua anak, para remaja dan orang dewasa pun serta mereka yang aktif secara
seksual perlu diberikan vaksinasi. Terutama bagi mereka yang bekerja langsung menangani
darah atau produk darah seperti pendonor atau pekerja laboratoruim setiap harinya harus
diberikan vaksin. Mereka yang menggunakan obat terlarang dengan menggunakan jarum suntik
juga sangat dilarang untuk saling bergantian atau menggunakan jarum suntik yang sama,
sedotan kokain atau jenis lainnya.
Dengan tiadanya vaksin terhadap hepatitis C, cara terbaik untuk mencegah infeksi
adalah untuk mengurangi risiko kita tersentuh oleh darah orang lain. Hal ini juga berlaku untuk
orang yang sudah terinfeksi HCV, agar menghindari penularan pada orang lain.
Cara terbaik untuk menghindari faktor risiko terbesar terhadap penularan HCV adalah
untuk menghentikan penggunaan narkoba suntikan atau tidak mulai.Namun ini tidak realistis
untuk semuanya. Jika kita tetap menyuntik narkoba, kita selalu harus memakai alat suntik dan
pelengkap baru dan suci hama, termasuk jarum suntik, semprit (insul), dapur, kapas, dan air,
setiap kali kita menyuntik. Jangan memakai alat tersebut bergantian. Bila kita harus membagi
narkoba, membaginya waktu kering (masih berbentuk serbuk), atau pakai semprit baru dan suci
hama untuk membaginya. Jangan mengisi larutan narkoba pada semprit orang lain, dan
tentukan daerah suntikan adalah bersih. Menghindari hubungan dengan darah orang lain.
Jangan memakai sikat gigi, alat cukur, pemotong kuku, atau alat lain yang mungkin
terkena darah secara bergantian. Bila ingin dilakukan tato atau tindikan lain, pastikan dilakukan
oleh ahli yang dapat dipercaya, dan dengan cara yang bersih, termasuk alat yang suci
hama/sekali pakai.
Walaupun HCV tidak menular secara efisien melalui hubunganseks, sebaiknya kita
memakai kondom untuk mengurangi risiko menularkan atau ditularkan HIV, HCV atau infeksi
menular seksual lain.
Hepatitis A merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati di dunia. Hepatitis A terjadi
secara sporadis di seluruh dunia, dengan kecenderungan pengulangan siklus epidemi. Di dunia
prevalensi infeksi virus hepatitis A sekitar 1.4 juta jiwa setiap tahun (WHO) dengan prevalensi tertinggi
pada negara berkembang. Epidemi yang terkait dengan makanan atau air yang terkontaminasi dapat
meletus eksplosif, seperti epidemi di Shanghai pada tahun 1988 yang mempengaruhi sekitar 300 000
orang.
Infeksi Hepatitis B ditemukan di seluruh dunia, dengan tingkat prevalensi yang berbeda-beda
antar negara. Pembawa infeksi kronis merupakan reservoir utama, di beberapa negara, khususnya di
negara-negara belahan timur, 5-15 dari semua orang membawa virus, meskipun sebagian besar tidak
menunjukkan gejala. Pasien dengan infeksi HIV, 10% adalah pembawa kronis hepatitis B. Di Amerika
Serikat, diperkirakan bahwa 1,5 juta orang terinfeksi hepatitis B, dan diperkirakan 300.000 kasus baru
terjadi setiap tahunnya. Sekitar 300 orang ini mati dengan hepatitis fulminan akut, dan 5-10% dari pasien
yang terinfeksi hepatitis B kronis menjadi pembawa virus. Sekitar 4000 orang mati per tahun karena
sirosis hatiterkait hepatitis B dan 1000 karena karsinoma hepatoseluler. Sekitar 50% dariinfeksi di
Amerika Serikat menular secara seksual (Wilson, 2001).
Sebelum skrining donor untuk anti-HCV (1992), HCV adalah penyebab paling umum pasca
transfusi hepatitis di seluruh dunia, jumlahnya untuk sekitar 90% dari penyakit ini di Amerika Serikat.
Studi yang dilakukan pada 1970 menunjukkan bahwa sekitar 7% dari penerima transfusi menderita
hepatitis NANB, dan bahwa sampai 1% dari darah unit mungkin berisi virus. Pengenalan skrining anti-
HCV telah mengurangi transmisi hingga hampir 100%.
Saat ini diAmerika Serikat, HCV menyumbang sekitar 20% dari kasus hepatitis virus akut, kurang
dari 5% berhubungan dengan transfusi darah. Prevalensi anti-HCV tertinggi pada pengguna narkoba
suntik dan penderita penyakit darah (hingga 98%), sangat bervariasi pada pasien hemodialisis (<10%
-90%), prevalensi rendah pada heteroseksual dengan mitra seksual multipel, pria homoseksual,
pekerjakesehatan dan kontak keluarga orang terinfeksi HCV (1% -5%), dan terendah didonor darah
sukarela (0,3% -0,5%). Dalam populasi umum bervariasi (0,2%-18%). Daerah prevalensi tinggi meliputi
negara-negara di belahan timur, Negara-negara Mediterania dan daerah-daerah tertentu di Afrika dan
Eropa Timur (WHO, 2010).
Penyakit hepatitis A ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap
tahunnya. Secara global, virus hepatitis merupakan penyebab utama viremia yang persisten. Di Indonesia
berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit, hepatitis A masih merupakan bagian terbesar dari
kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar 39,8-68,3% (Sanitoso, 2007). Pada tahun 2002-
2003 terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) hepatitis dengan 80% penderita berasal dari kalangan mahasiswa.
Dari data penderita hepatitis pada mahasiswa menunjukkan 56% mahasiswa tersebut terbiasa makan di
warung atau pedagang kuliner kaki lima dengan hygiene sanitasi yang tidak baik (Laporan Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember, 2003).
Pada tahun 2010, prevalensi penyakit infeksi virus hepatitis A mencapai angka 9.3% dari total
penduduk 237.6 juta jiwa. Di sumsel tahun 2007 dengan jumlah penduduk 7.019.964 jiwa, prevalensi
hepatitis A adalah 0.2-1.9%.
Di Indonesia, kurang lebih 10 persen (3,4-20,3%) dari populasi adalah pembawa virus hepatitis B
(HBV). Prevalensi ini tidak menurun. Di Jakarta, hampir 9 persen pengguna narkoba suntikan (IDU)
HBsAg+ (mempunyai infeksi HBV kronis, dan dapat menular pada orang lain). Namun di Asia-Pasifik,
kebanyakan penularan terjadi dari ibu-ke-bayi, dan 90 persen anak yang terinfeksi tetap mempunyai
infeksi kronis waktu menjadi dewasa. Penyakit hepatitis biasanya juga didapat karena seseorang telah
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi, susu, atau air. Pada tahun 2001, ada lebih dari 10.000
kasus infeksi hepatitis akut dilaporkan di AS (Anonim, 2010)
Ada empat serotipe HBV yang umum di Indonesia: adw di Sumatera, Java, Kalsel, Bali, Lombok,
dan Maluku Utara; ayw di NTT/NTB lain dan Maluku; adr di Papua; ayr di Manado; dan campuran di
Kalimantan, Sulawesi dan Sumbawa. Sementara genotipe B paling umum di Indonesia, tetapi juga ada C
dan D. Dampak dari perbedaan serotipe dan genotipe tidak jelas.
Imunisasi merupakan salah satu upaya P3M yang dilakukan untuk mencegah penyakit
hepatitis.Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka
penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian
pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B,
campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.
Tujuan Imunisasi
Untukmengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderitanya.
Manfaat Imunisasi
1. Vaksin ini dapat mencegah Hepatitis B dan tentunya juga untuk mencegah kanker hati. Vaksin ini
memberikan daya lindung yang sangat tinggi (paling kurang 96%) terhadap Hepatitis B, sebagaimana
telah terbukti pada berbagai percobaan klinis dan jutaan pemakaiannya. Bila jadwal vaksinasi telah
dijalani selengkapnya maka daya lindungnya akan bertahan lebih kurang selama 5 tahun. Setelah itu
dapat diberikan tambahan vaksinasi untuk memperpanjang daya lindungnya.
Kanker Hati
Kanker hati merupakan kanker yang sering dijumpai di Indonesia. Kanker ini dihubungkan
dengan infeksi Hepatitis B atau Hepatitis C. Artinya pada umumnya penderita kanker hati pernah
terinfeksi Hepatitis B atau C. Penyakit Hepatitis B dan Hepatitis C sering dialami penduduk Indonesia.
Kedua penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh. Virus Hepatitis B dan Hepatitis C dapat ditularkan
melalui hubungan seksual, jarum suntik, dan transfusi darah.
Hepatitis B adalah virus dengan gejala pembengkakan hati dan gejala lainnya seperti mual, kelelahan dan
kulit kuning. Dalam beberapa kasus, Hepatitis B dapat menyebabkan ganguan hati dan kanker hati.
Seorang ibu hamil dengan hepatitis B dapat menulatkan virus ini kepada bayinya saat persalinan. Bayi
juga beresiko tinggi mengalami ganguan hati.
3. Vaksinasi hepatitis B dapat secara efektif menurunkan angka pengidap maupun angka infeksi Virus
Hepatitis B .
4. Vaksinasi hepatitis B rekombinant DNA mempunyai efek proteksi jangka panjang terhadap penyakit
hepatitis B .
6. Menjaga produktifitas karyawan karena terhindar dari penularan penyakit Hepatitis B yang memerlukan
perawatan dan istirahat.
Hingga saat ini, vaksinasi Hepatitis yang telah menjadi program nasional adalah program
imunisasi Hepatitis B. Imunisasi hepatitis B masuk dalam program nasional Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan sejak bulan April 1997.Adapun strategi penggunaan
Uniject untuk imunisasi pada bayi baru lahir dilaksanakan sejak tahun 2003.
Menurut rekomendasi ACIP (The Advisory Committee on Immunization Practices) maka orang-
orang yang disebut dibawah ini memerlukan vaksniasi untuk mencegah penyakit hepatitis B :
Semua anak berusia <19 tahun, yang belum pernah divaksinasi anti hepatitis B sebelumnya
Multiple sexual partner (mempunyai partner sexual >1 dalam kurun waktu 6 bulan)
Orang homosexual
Pemakai obat injeksi
Pekerja bidang kesehatan dan laboratorium yang berhubunan dengan darah dan cairan tubuh
Penderita penyakit ginjal stadium akhir termasuk pre-dialisa, hemodialisa, peritoneal dialisa, dan pasien
dialisa dirumah
Wisatawan
Pasien diabetes mellitus dewasa berusia antara 19 - 59 tahun yang belum divaksinasi
Semua orang yang memerlukan perlindungan terhadap kemungkinan infeksi virus hepatitiis B
Sesuai dengan rekomendasi ACIP (The Advisory Committee on Immunization Practices), dalam
situasi dan kondisi tertentu, maka orang-orang dibawah ini perlu diberikan vaksin dan imunisasi untuk
mencegah infeksi virus hepatitis B, misalnya :
WHO pada tahun 1992 merekomendasikan vaksinasi Hepatitis B ke dalam EPI di seluruh dunia
paling lambat pada tahun 1997.Di Indonesia sejak tahun 1991 vaksinasi Hepatitis B telah diintegrasikan
ke dalam EPI. Sebelumnya pada tahun 1987 sampai dengan tahun 1991 telah dilakukan proyek
percontohan imunisasi Hepatitis B pada anak baru lahir di Pulau Lombok yang telah berhasil
menurunkan angka pengidap Hepatitis B pada anak sebesar 70%.
Berdasarkan fakta tentang lamanya perlindungan pada penderita yang telah memberikan respon
s pada vaksinasi seri pertama dan tidak adanya bukti bahwa suntikan ulangan vaksin (booster) lebih
efektif dibandingkan dengan paparan alamiah terhadap infeksi Hepetitis B, sampai sekarang tidak ada
anjuran untuk melakukan booster pada individu yang telah memberikan respons terhadap seri vaksinasi
pertama, kecuali untuk penderita dengan hemodialysis kronik.
Angka prevalensi infeksi VHB di Asia Pasifik cukup tinggi yaitu melebihi 8% dan penularannya
pada umumnya terjadi secara vertikal (pada periode perinatal) dan horizontal (pada masa anakanak)
oleh karena itu risiko menjadi kronis cukup besar. Diperkirakan lebih dari 350 juta diantaranya menjadi
kronis yang tentunya berisiko tinggi meninggal dunia akibat penyakit hati kronis. Sekitar 75% pengidap
hepatitis B kronis karier berada di Asia Pasifik. Pada saat ini sekitar 1 juta kematian per tahun akibat
penyakit hati berhubungan dengan VHB. Sirosis hati, gagal hati, atau kanker hati dapat terjadi pada 15
40 % penderita dengan infeksi hepatitis B kronis. Di negara berkembang orang dewasa sangat berisiko
tinggi untuk terkena hepatitis B, terlebih di negara miskin, hepatitis B dengan endemis tinggi, cukup
banyak ditemukan pada anak-anak. Oleh sebab itu, karena tingginya morbiditas dan mortalitas karena
hepatitis B, penyakit ini sangat mengancam di dunia.
Prevalensi infeksi HBV berbeda-beda di seluruh dunia. Kategori daerah endemis terbagi menjadi
rendah, sedang, dan tinggi. Indonesia sendiri masuk dalam kelompok prevalensi sedang sampai tinggi.
Dari data Lukman Hakim Zain: Hepatitis B dan Permasalahannya 3 yang terkumpul, prevalensi infeksi
VHB di Indonesia berkisar antara 2,5% (di Banjarmasin) sampai 36% (di Dili). Pada penelitian prevalensi
infeksi virus B yang dilakukan oleh Zain dkk. pada 114 mahasiswa USU yang baru masuk tahun 1983
didapat prevalensi 16,6%. Dari data pasien hemodialisis regular di 12 kota besar di Indonesia dari 2.458
pasien didapati prevalensi infeksi HBV sebanyak 4,5%, sedangkan di Kota Medan sendiri didapat 6,05%
dari 314 pasien (survey nasional pernefri untuk prevalensi hepatitis B/C pada pasien hemodialisis).
Diperkirakan saat ini11,6 juta penduduk Indonesia terinfeksi oleh VHB. Oleh sebab itu perlu
diupayakan pencegahan dengan program imunisasi pada bayi dan anak-anak karena pada usia seperti ini
infeksi hepatitis B yang kronis dapat dicegah serta menghentikan progresivitas infeksi hepatitis B kronis
yang sudah terjadi dengan obat-obatan yang sudah tersedia. Pada tahun 1991, World
Health Organization (WHO) telah merekomendasikan vaksinasi hepatitis B untuk seluruh negara. Tahun
2002, 154 negara telah melakukan vaksinasi hepatitis B pada seluruh bayi baru lahir.Program vaksinasi
pertama di dunia dilakukan di Taiwan pada tahun 1984. Selama 2 tahun program tersebut, vaksinasi
diberikan terutama pada bayi dengan ibu pengidap hepatitis B (HbsAg positif). Kemudian vaksinasi
tersebut diperluas untuk seluruh bayi baru lahir, usia pra-sekolah dan sekolah yang belum divaksinasi.
Program tersebut menurunkan angka prevalensi anak usia kurang 15 tahun pengidap hepatitis B dari
9,8% pada tahun 1984 menjadi 1,3% pada tahun 1994. Pada tahun 1999 vaksinasi mencakup sekitar 80
86 % pada anak balita dan 90% pada anak usia sekolah sehingga prevalensi pengidap hepatitis B
berkurang sampai 0,7% pada anak usia kurang 15 tahun.
Hasil pemeriksaan biomedis menunjukkan prevalensi HBsAg sebesar 9.7% pada pria dan 9.3%
pada wanita, dengan angka tertinggi pada kelompok usia 45-49 tahun sebesar 11.9%. Sementara itu,
prevalensi penduduk yang pernah terinfeksi virus hepatitis B ditunjukkan dengan angka Anti-HBc sebesar
34%, dan cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Ini berarti penularan horizontal memegang
peran yang penting dalam penyebaran hepatitis B. Untuk hepatitis C, ditunjukkan dengan angka anti-HCV
positif sebesar 0.8%, dengan angka tertinggi pada kelompok usia 55-59 tahun yaitu sebesar 2,12%.
Semua data ini merupakan data nasional berbasis populasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
melaksanakan berbagai upaya kesehatan dan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Efi. 2005. Tanaman obat untuk mengatasi hepatitis. Jakarta : AgroMedia PustakaBaratawidjaja, Karnen
Garna. 2002. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit FakultasKedokteran Universitas Indonesia.
Darmono. 2006. Farmakologi Dan Toksikologi Sistem Kekebalan: Pengaruh Penyebab DanAkibatnya Pada
Kekebalan Tubuh. Jakarta: Universitas Indonesia.
Dienstag J.L., Isselbacher K.J. 2008. Acute Viral Hepatitis. In: Eugene Braunwauld et al.Harrisons Principles of
Internal Medicine, 17th Edition,McGraw Hill.
Foster GR, Goldin RD. Management of Chronic Hepatitis, 2nd ed., Oxfordshire: Taylor&Francis,2005:17-61.
Hepatitis Masalah Kesehatan Dunia. 2010. Available at: www.depkes.go.id di akses tanggal 14 Juni 2013
http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=health+news&y=cybermed|0|0|5|5572di akses
tanggal 11 Juni 2013
http://health.kompas.com/read/2011/07/26/09381955/Indonesia.Peringkat.Ketiga.Pengidap.Hepatitisdi akses
tanggal 11 Juni 2013
http://www.depkes.go.id/hepatitis/index.php/component/content/article/34-press-release/799-lembar-fakta-
hepatitis.htmldi akses tanggal 11 Juni 2013
Lauer GM, Walker BD. Hepatitis C virus infection. N Engl J Med 2001; 345(1):41-52.
Manju Rani, Baoping Yang and Richard Nesbit. Hepatitis B controlled by 2012 inThe WHO Pacific Region: Rationale
and implications.http://www.who.int/bulletin/volume/87/9/08-059220/en/
Martin A and Lemon SM, 2006. Hepatitis A virus. From discovery to Vaccines. Hepatology: Vol 45 No.2 Suppl 1,
S164-S172.
Noer, Sjaifoellah H.M., Sundoro, Julitasari. 2007.Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati Edisi Pertama. Editor : H. Ali
Sulaiman. Jakarta: Jayabadi.
Profil Kesehatan Kota Palembang 2009, Dinas Kesehatan Kota Palembang diakses
darihttp://dinkes.palembang.go.id/tampung/dokumen35-37.pdf
Putri, Maretta. Hepatitis A. Journal [serial on the Internet]. 2008. Yogyakarta.Available at: eprints.undip.ac.id
Sanityoso, A. 2009. Hepatitis Virus Akut.Buku Ajar Ilmu Penyakit DalamJilid I Edisi V. Jakarta. Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Siregar, Fazidah Aguslina. Hepatitis B Ditinjau dari Kesehatan Masyarakat dan Upaya Pencegahan. FKM USU.
Jurnal onlinehttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3706/1/fkm-fazidah.pdf
Soemoharjo, Soewignjo. 2008. Hepatitis Virus B Edisi 2. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran ISBN 978-979-448-
927-7
Sriwidodo. Cermin Dunia Kedokteran Simposium Penyakit Hati. Journal. [serial on the Internet].1985.Available
at: ebookbrowse.com/cdk-040- simposium-penyakit-hati-pdf-d33750169
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasan. Jakarta : Penerbit
Erlangga