Anda di halaman 1dari 5

FILSAFAT HUKUM

Disusun Oleh :

AGUNG PRASETYO KUSYANTO (201510110311254)

REVANUAR ADITIO (201510110311246)

SAFARUDIN HI UMAR (201510110311230)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2017
Kasus Pembakaran Tukang Service Elektronik

1. Kronologi Kasus
Pada awal bulan agustus lalu, telah terjadi sebuah kasus pembakaran
terhadap seorang tukang service elektronik di Bekasi Jawa Barat. Kronologinya
seperti dibawah ini :
Rojali menjadi saksi kunci kasus dugaan pencurian amplifier di Musala Al Hidayah
yang membuat MA kemudian menjadi bulan-bulanan massa pada Selasa (1/8) sore
lalu. Rojali lalu menceritakan kronologi peristiwa hilangnya amplifier musala
hingga akhirnya MA diduga sebagai pelaku pencurian.
Ia mengaku masih mengingat betul kejadian pada Selasa sekitar pukul 16.00 WIB,
usai waktu salat Ashar. Sebab, pria yang belakangan diketahuinya berinisial MA
tersebut masuk dan keluar musala tanpa menyapa atau pun memberi salam saat
bertemu dengan dirinya. Padahal, saat itu Rojali tengah membersihkan halaman
musala. "Mari saya ceritakan supaya jelas semuanya," ucap Rojali saat mengajak
keluar dari musala.
Ia menceritakan, MA datang ke musala beberapa menit setelah dirinya
mengumandangkan adzan Ashar dan melaksanakan salat berjemaah dengan
anaknya, Fahmi. Usai menunaikan salat Ashar, Rojali bertemu dengan MA. Saat itu,
MA terlihat kebingungan lantaran mencari tempat berwudhu. Saat itu Rojali pun tak
berprasangka apapun perihal pria yang tak dikenalnya itu.
Lantas, ia mengambil selang air untuk diisi di dalam sebuah ember besar tidak jauh
dari halaman musala. Hal itu dilakukan karena pihaknya akan menyelenggarakan
haul organisasi desa di dalam dan halaman musala pada malam hari itu.
Di tengah aktivitas menyiram air ke tanah di halaman depan musala, Rojali melihat
MA mengambil air wudhu di sisi kanan musala. Beberapa menit kemudian, Rojali
kembali pergi mengecek warung pulsanya yang berada sekitar 10 meter di depan
musala.
Tak lama kemudian ia kembali lagi ke dalam musala untuk menyelesaikan
pekerjaan bersih-bersih persiapan haul. Rojali kembali berpapasan muka dengan
MA yang saat itu keluar meninggalkan musala. Namun, untuk kali kedua ia tidak
melihat ada senyum maupun sapa dari MA.
"Pas keluar ya biasa saja, saya tidak memerhatikan betul dia. Hanya lewat saja
sudah," tuturnya. Tidak lama kemudian, paman Rojali, Zainudin (54) datang ke
musala untuk membantu mengecek peralatan sound system yang akan digunakan
untuk acara haul malam itu. Rojali baru tersadar satu amplifier musala tidak ada di
tempatnya, di samping ruang imam.
"Saya bilang ke mamang (pamam) saya, ada kok tadi. Saya adzan Ashar kan pakai
itu. Saya cek ke dalam, ternyata memang enggak ada," ujar Rojali. "Saya baru ingat
ada laki-laki itu karena hanya dia sendirian yang masuk ke sini terakhir. Saat salat
Ashar pun saya hanya berdua sama anak saya," jelas pegawai perusahaan minyak
sawit di Pondok Ungu itu.
Karena tahu amplifier musala telah hilang, Rojali memberitahukan kepada sejumlah
pemuda setempat untuk melakukan pencarian terhadap MA yang diduga sebagai
pelaku pencuri amplifier musala. Ia hanya menyebut MA mengendarai sepeda motor
bebek merk Revo warna merah.
Selain itu, diperkirakan amplifier yang dibawa akan tampak dari luar jika dibawa
dengan sepeda motor. Ia bersama belasan pemuda dengan mengendarai sekitar tujuh
sepeda motor berpencar keliling desa untuk mencari MA. "Ampli-nya lumayan
besar. Jadi saya pikir akan ditaruh di antara jok motor dan setang. Saya mintakan
bantuan untuk menemui sepeda motor bebek warna merah," kata dia.
Lihat motor merah, Tiba-tiba, di tengah perjalanan kembali ke musala, Rojali
melihat sepeda motor dan pengendara dengan ciri-ciri seperti yang ditemuinya di
musala. Lantas, ia berputar balik dan tancap gas mengejarsepeda motor diduga
pelaku pencuri amplifier musala tersebut. Begitu mendekat, Rojali memepet sepeda
motor merah tersebut seraya berteriak, "Hai, itu amplifier saya."
Bukannya berhenti, pengendara sepeda motor bebek warna merah itu justru
berusaha melarikan diri dengan memacu kendaraannya. Sejumlah warga dengan
sepeda motornya di tepi jalan melihat kejadian itu. Lantas, mereka ikut bergabung
melakukan pengejaran.
Kejar-kejaran dari sejumlah warga terhadap sepeda motor yang dikendarai MA tak
terelakkan. Pengejaran terjadi hingga 500 meter sebelum akhirnya MA
menghentikan laju sepeda motornya di tepi kali.
Saat pengejaran itu, Rojali mengaku sama sekali tidak pernah berteriak 'maling'
kepada MA. Teriakan maling justru terjadi saat sejumlah warga yang didominasi
anak muda sudah berkumpul di tepi kali tempat MA menceburkan diri. "Saya saat
itu juga ikut mengejar. Tapi Demi Allah, Demi Rasulullah, saya tidak meneriaki dia.
Justru saya meminta agar dia dilepaskan dan amplifier Musala bisa kembali," kata
dia dengan suara tegas.
Bersujud, Bogem mentah tidak dapat dihindari, saat MA keluar dari kali dan
tersungkur di jalanan. Rojali masuk ke dalam kerumunan dan meminta tokoh
masyarakat setempat menenangkan massa. Beberapa pukulan juga sempat melayang
ke arah belakang Rojali dan tokoh agama yang berada untuk melindungi MA.
"MA sempat bangun dan bersujud minta maaf di hadapan saya. Dia bilang minta
maaf berulang kali," ucap lirih Rojali. Selanjutnya, suasana di lokasi kejadian untuk
beberapa saat mulai tenang ketika tokoh masyarakat hadir dan akan membawa MA
ke Balai Desa setempat untuk dilindungi. Rojali mempercayai langkah selanjutnya
kepada tokoh setempat untuk penanganan selanjutnya. Ia lalu kembali ke motor MA
dan mengambil satu amplifier yang dibawa oleh MA.
"Saya baru tahu malamnya kalau dia dibakar. Demi Allah, itu biadab sekali. Tak
pernah saya berpikir kalau akan berakhir seperti itu. Allah membalas perbuatan itu,"
ucapnya seraya jari telunjuknya menghadap ke atas.
Saat kembali ke sepeda motor, Rojali menemukan terdapat tiga buah amplifier yang
dibawa oleh MA. Namun, hanya satu amplifier musala yang dikenali Rojali. Ia pun
mengambil amplifier tersebut untuk dikembalikan ke musala. "Di Musala ini, hanya
satu yang hilang, tidak ada lagi. Dua amplifier lainnya di motor dia, saya tidak tahu
dari mana. Saya tidak mau berburuk sangka," tandasnya.
Rojali meyakinkan, amplifier yang dibawa oleh MA tidak dalam kondisi rusak. Itu
terbukti saat ia bisa menggunakan pengeras suara dengan amplifier sebagai
perangkatnya saat mengumandangkan adzan Salat Ashar sebelum kejadian.
Selain itu, tidak ada warga sekitar yang memesan jasa MA untuk memperbaiki
amplifier musala. Menurut Rojali, jikalau amplifier rusak, maka pamannya,
Zainudin, yang akan memperbaikinya. Zainudin terbilang mempunyai keahlian itu.
Bukan hanya itu, tempat tinggal MA yang berada di Cikarang Utara terbilang sangat
jauh dari Musala Al Hidayah, yakni berjarak sekitar 25 kilometer. Para warga di
sekitar musala pun tidak ada yang mengenal maupun mengetahui jika MA
berprofesi sebagai tukang reparasi alat elektronik seperti amplifier.
(rio/Kompas.com/suf).

2. Jeratan Terhadap Tersangka


JAKARTA, JITUNEWS.COM - Pihak Kepolisian menetapkan dua tersangka terkait
pengeroyokan dan pembakaran yang mengakibatkan tewasnya MZ, pria yang
dituduh mencuri amplifier di musala di kawasan Babelan, Bekasi. Kedua tersangka
ternyata berperan ikut menganiaya korban.
"Sudah ditetapkan dua orang tersangka atas nama NNH dan SH (sekuriti) di
Bekasi," ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono
kepada pewarta di Jakarta, Senin (7/8). Kombes Pol Argo kembali menuturkan,
kedua tersangka tersebut ikut mengeroyok korban. Tersangka menendang satu kali
di perut dan dua kali di punggung.
Gara-gara Jatuh dari Motor, Polisi Sukses Tangkap Kaki Tangan Bandar Besar
Narkoba di Kemayoran "Tersangka SH menendang di punggung dua kali," sambung
Kombes Pol Argo. Selanjutnya, petugas juga memeriksa delapan orang saksi terkait
pengeroyokan tukang servis elektronik tersebut. Dua orang tersangka ini termasuk
di antara kedelapan saksi tersebut.
"Mereka dijerat dengan Pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan," tutup Kombes Pol
Argo.

3. Analisis Berdasarkan Sistem Filsafat Hukum


a. Ontologi Hukum
Jika ditinjau dari sudut pandang ontologi, kesadaran hukum masyarakat
indonesia masih dikatakan jauh dari kata sadar. Itu dapat dibuktikan jika kita
melihat dan mendengar berita yang berkaitan dengan tindak kejahatan yang telah
terjadi sehari-hari. Salah satunya yang akan penulis sorot adalah tindakan main
hakim sendiri yang sering dilakukan oleh masyarakat di indonesia. Bahkan lebih
parahnya lagi, tindakan main hakim tersebut telah mengakibatkan kematian
terhadap seseorang yang dituduh telah melakukan pencurian sebuah ampli
mushola. Sehari-harinya orang tersebut bekerja sebagai tukang service
elektronik di kawasan Bekasi, Jawa Barat. Naasnya, ternyata dia bukanlah
seorang pencuri melainkan adalah tukang service yang sedang membawa barang
serviceannya. Dalam hukum dikenal sebuah asas praduga tak bersalah, yaitu kita
tidak boleh langsung semena-mena menjudge seseorang bersalah. Tapi
realitanya dalam kehidupan masyarakat, asas tersebut tidak dipahami dan
dilaksanakan, yang telah mengakibatkan banyaknya korban main hakim sendiri
di lingkungan masyarakat indonesia. Karena kebanyakan masyarakat tidak mau
mengolah apalagi menelusuri suatu kebenaran dan langsung menelan mentah
mentah suatu berita atau kejadian. Dont judge a book by its cover ternyata
sudah tidak berlaku lagi saat ini.
b. Dimensi Epistemologi
Berdasarkan pandangan Epistemologi, seharusnya hukum ditentukan
berdasarkan aspek sejarah, sosiologi, antropologi dan filsafat. Serta metode
perumusan hukum yang ideal adalah hasil dari hasil konfirmasi dan dialog
antara rakyat dan penguasa. Tapi dalam implementasinya, hukum kebanyakan
dibentuk berdasarkan pesanan dan keuntungan sebagian pihak. Ditambah lagi
apabila hukumnya sudah baik, aparat pelaksanaanya yang kurang baik dan
begitu juga sebaliknya. Maka dari itu terkadang masyarakat merasa dan perlu
menghakimi para terduga kejahatan tanpa memikirkan ada hukum yang sudah
mengatur dan mengikatnya. Seperti halnya kasus pembakaran terduga pencurian
ampli di sebuah mushola. Jika ditelisik lebih lanjut, apakah ini reaksi warga
terhadap hukum yang kurang maksimal ataukah masyarakatnya yang kurang
sadar akan hukum yang ada di indonesia.
c. Dimensi Aksiologi
Selanjutnya adalah dimensi aksiologi, yang diakibatan dari penerapan ciri
berfikir komprehensif dan sistematik. Apabila telah dihasilkan produk hukum
yang terukur tingkat kebenarannya, maka dapat diterapkan dan dikembangkan
dengan tetap memepertimbangkan nilai nilai yang ada. Serta jika dirasa produk-
produk hukum tersebut sudah tidak cocok lagi, maka perlu direvisi atau dirubah
isi dan ketentuannya agar dapat lebih maksimal lagi dalam penerapannya. Jika
para tersangka pelaku pembakaran dijerat dengan sebuah pasal yang yang dirasa
kurang maksimal dan tidak membuat jera para pelaku main hakim sendiri, maka
dari itu isi dan ketentuan dalam hukum yang ada harus dirubah dan direvisi agar
dapat membuat jera para pelaku tindak kejahatan tersebut. Karena hukum
seharusnya dapat mengangkat derajat, harkat martabat manusia dan bermanfaat
bagi kemaslahatan umat manusia. Jadi, meskipun pelaku ataupun korban, produk
hukum juga harus dapat menjangkau itu semua tanpa memandang korban mapun
pelaku yang melakukannya asalkan sesuai dengan porsinya masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai