Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Malpraktek adalah kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk
mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat
pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
di lingkungan yang sama. Malpraktek tidak hanya terdapat dalam bidang kedokteran, tetapi
juga dalam profesi lain seperti perbankan, pengacara, akuntan publik, dan wartawan.
Masalah malpraktek dalam pelayanan kesehatan pada akhir-akhir ini mulai ramai
dibicarakan masyarakat dari berbagai golongan. Hal ini ditunjukkan banyaknya pengaduan
kasus-kasus malpraktek yang diajukan masyarakat terhadap profesi dokter yang dianggap
telah merugikan pasien dalam melakukan pengobatan. Sebenarnya dengan meningkatnya
jumlah pengaduan ini membuktikan bahwa masyarakat mulai sadar akan haknya dalam
usaha untuk melindungi dirinya sendiri dari tindakan pihak lain yang merugikannya.
Dengan menggunakan jasa pengacara masyarakat mulai berani menuntut atau menggugat
dokter yang diduga telah melakukan malpraktek (Etika Kedokteran Indonesia, 2008).
Dalam beberapa tahun belakangan ini yang dirasakan mencemaskan oleh dunia
kedokteran dan perumahsakitan di Indonesia adalah meningkatnya tuntutan dan gugatan
malpraktek, utamanya sejak diberlakukannya UndangUndang No. 8 Th. 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen. Apakah undangundang itu yang menjadi pemicu berubahnya
masyarakat yang semakin gemar menuntut (litigious society) ataukah karena ada sebab
lain, belum ada konfirmasi yang dapat dipercaya (Dahlan, 2006).
Bertitik tolak dari adanya perbedaan pendapat ini, tidak mengherankan jika banyak
putusan profesi dokter yang menyatakan tidak ada malpraktek yang dilakukan dokter
seringkali ditanggapi secara sinis oleh pengacara. Dari munculnya perbedaan pendapat ini
yang seharusnya tidak perlu terjadi, perlu dicari solusi untuk menghilangkannya. Salah satu
cara adalah dengan merumuskan bersama mengenai pengertian tentang apa yang dimaksud
dengan malpraktek tersebut (Kode Etik Kedokteran, 2009).
Undang-Undang No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran diundangkan untuk
mengatur praktik kedokteran dengan tujuan agar dapat memberikan perlindungan kepada
pasien, mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis dan memberikan
kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi. Perlu diperhatikan pula,
bahwa dokter merupakan bagian dari masyarakat, karena dokter juga mengenal berbagai
tanggungjawab terhadap norma-norma yang berlaku di masyarakat dimana dokter bertugas
(Williams, 2009).
Di beberapa negara maju seperti Inggris, Australia dan Amerika Serikat, kasus
malpraktek medik juga banyak terjadi bahkan setiap tahun jumlahnya meningkat.
Misalnya, di negara Amerika Serikat pada tahun 1970-an jumlah kasus malpraktek medik
meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dan keadaan ini
terus meningkat hingga pada tahun 1990-an. Keadaan di atas tidak jauh berbeda dengan
negara Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ini kasus penuntutan terhadap dokter atas
dugaan adanya malpraktek medik meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Sejak 2006 hingga 2012, tercatat ada 183 kasus kelalaian medik atau
bahasa awamnya malpraktek yang terbukti dilakukan dokter di seluruh Indonesia.
Malpraktek ini terbukti dilakukan dokter setelah melalui sidang yang dilakukan Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI). Akibat dari malpraktek yang terjadi
selama ini, sudah ada 29 dokter yang izin prakteknya dicabut sementara.
Hingga Januari 2013 jumlah pengaduan dugaan malpraktek ke Konsil Kedokteran
Indonesia (KKI) tercatat mencapai 183 kasus. Jumlah tersebut meningkat tajam dibanding
tahun 2009 yang hanya 40 kasus dugaan malpraktek. Bahkan kasus-kasus ini pun tidak
mendapatkan penanganan yang tepat dan hanya berakhir di tengah jalan, tanpa adanya
sanksi atau hukuman kepada petugas kesehatan terkait. Dari 183 kasus malpraktek di
seluruh Indonesia itu, sebanyak 60 kasus dilakukan dokter umum, 49 kasus dilakukan
dokter bedah, 33 kasus dilakukan dokter kandungan, dan 16 kasus dilakukan dokter
spesialis anak. Siasanya di bawah 10 macam-macam kasus yang dilaporkan. Selain itu, ada
enam dokter yang diharuskan mengenyam pendidikan ulang. Artinya, pengetahuan dokter
kurang sehingga menyebabkan terjadinya kasus malpraktek.
Kerugian atas hal ini bisa menimbulkan dampak yang luar biasa besar, bahkan
dalam beberapa kasus dapat berakhir pada kebangkrutan rumah sakit atau klinik medis, dan
berakhirnya reputasi dan karir jajaran manajemen dan tenaga ahli paramedis yang ada.
Oleh karena itu, perlu diketahui mengenai apa yang dimaksud dengan malpraktek
serta bagaimana cara mencegah terjadinya malpraktek dengan langkah-langkah antisipatif
agar dapat terhindar dari berbagai macam tuntutan yang berkaitan dengan malpraktek
tersebut.

2. Tujuan
Tujuan penulisan referat ini ialah meningkatkan pemahaman tentang malpraktek
agar dapat melakukan upaya-upaya pencegahan dan untuk menambah wawasan tentang
kelalaian dan malpraktik medis bagi semua pihak, agar ketertiban dalam profesi dapat
diwujudkan.

Anda mungkin juga menyukai