Anda di halaman 1dari 17

Makalah Masalah Kemiskinan

Kemiskinan di Pedesaan
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam
nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik
kehidupan di alam dunia ini, lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita
serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

Kami mengucapkan terima kasih sebelum dan sesudahnya kepada Dosen serta teman-teman
sekalian yang telah membantu, baik bantuan moril maupun materil, sehingga makalah ini
terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.

Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta
banyak kekurangan, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada
dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menuruti egoisme pribadi, untuk itu
besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah kami di lain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang kami
susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin
mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini sebagai tambahan
dalam menambah referensi yang telah ada.

Padang, 02 November 2012

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................

DAFTAR TABEL.............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................

1.1 Latar Belakang......................................................................................

1.2 Rumusan Masalah................................................................................

1.3 Tujuan...................................................................................................

1.4 Metode..................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................

2.1 Pengertian Kemiskinan.........................................................................

2.2 Mengukur Kemiskinan..........................................................................

2.3 Penyebab Kemiskinan...........................................................................

2.4 Menghilangkan Kemiskinan..................................................................

BAB III KASUS KEMISKINAN PETANI DI PEDESAAN........................

BAB IV PEMBAHASAN KASUS..................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 1

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2011September 2011.

Tabel 2

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Pulau, September 2011.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, kemiskinan adalah masalah yang sangat sulit diatasi apalagi bagi negara berkembang.
Kemiskinan menjadi momok dan kata yang sangat menakutkan karena semua orang pasti tidak
mau menjadi miskin. hal itu berawal dari dua sebab, yaitu diri sendiri dan orang lain. Pertama,
kurangnya kemampuan individu untuk mengembangkan kemampuan dirinya sendiri memperoeh
kehidupan yang lebih baik. Kedua, kelicikan orang yang berpangkat merampas harta yang bukan
miliknya alias korupsi.

Negara Indonesia merupakan negara agraris, akan tetapi perekonomian masih rendah di
Indonesia terutama di desa, itu semua menyebabkan kemiskinan. Kemiskinan disebabkan
pekerjaan masyarakat yang tidak menentu. Kebanyakan masyarakat desa bekerja sebagai buruh
dan petani dengan pendapatan yang rendah. Masyarakat petani tergolong masyarakat miskin
karena masyarakat petani tersebut mempunyai banyak keterbatasan salah satunya yaitu,
pengetahuan dan teknologi.

Masalah kemiskinan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu memperoleh perhatian.
Jumlah orang yang hidup dibawah garis kemiskinan nasional masih signifikan. Dicatat bahwa
pada tahun 1985 Indonesia menduduki peringkat negara termiskin di dunia. Pada tahun 1966
Pendapatan Nasional Brutonya hanya US$50,- per kapita per tahun; sekitar 60 persen orang
Indonesia dewasa tidak dapat membaca dan menulis; dan mencapai 65 persen penduduk negara
tersebut hidup dibawah garis kemiskinan (Tambunan, 2006).

Kemiskinan salah satu penghalang kesejahteraan hidup masyarakat desa, untuk itu masyarkat
desa harus bekerja sama untuk meningkatkan pembangunan perekonomian dan pemerintah harus
peka terhadap masalah kemiskinan yang masih terjadi di dalam masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana dampak dan penanggulangan studi kasus kemiskinan yang terjadi di Desa
Tambaagung Ares Kec. Ambunten Kab. Sumenep?

1.3 Tujuan

Memahami dampak dan penanggulangan kemiskinan dari studi kasus yang terjadi di Desa
Tambaagung Ares Kec. Ambunten Kab. Sumenep.

1.4 Metode

Metode yang digunakan untuk penulisan makalah ini adalah metode


refrensiliteratur, artikel-artikel, dan jurnal yang didapat dari perpustakaan dan internet.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai
seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, dan air minum. Hal-hal ini berhubungan erat
dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan
dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang
layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami
istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral
dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah
"negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin".

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:

Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangansehari-


hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami
sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini
termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari
kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak
dibatasi pada bidang ekonomi.
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna
"memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik danekonomi di
seluruh dunia.

2.2 Mengukur Kemiskinan

Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua


kategora,yaitu Kemiskinan Absolut dan Kemiskinan Relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada
satu set standar yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat/negara. Sebuah contoh
dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yang
cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki-laki
dewasa).

Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan


dibawah USD $1 per hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari,
dengan batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang di dunia mengkonsumsi kurang
dari $1 per hari dan 2,7 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $2 per hari. Proporsi
penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrim telah turun dari 28% pada
1990 menjadi 21% pada 2001. Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia
yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 per hari telah berkurang separuh. Tetapi, nilai dari $1
juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.

Berikut adalah contoh data jumlah dan persentase penduduk miskin menurut daerah dan
menurut pulau yang diambil dari data Badan Pusat Statistik.

Tabel 1

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin

Menurut Daerah, Maret 2011September 2011

Daerah/Tahun Jumlah Penduduk Persentase Penduduk

(1) Miskin (Juta) Miskin

(2) (3)

Perkotaan

Maret 2011 11,05 9,23

September 2011 10,95 9,09

Perdesaan

Maret 2011 18,97 15,72

September 2011 18,94 15,59

Kota+Desa

Maret 2011 30,02 12,49

September 2011 29,89 12,36

Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2011 dan September 2011

Tabel 2
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Pulau, September 2011

Jumlah Persentase
Penduduk Penduduk
Miskin Miskin (%)
Pulau (000)

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

Sumatera 2.045,34 4.273,53 6.318,87 10,10 13,55 12,20

Jawa 7.527,73 9.216,68 16.744,41 9,28 16,08 12,09

Bali dan Nusa 645,32 1.420,50 2.065,82 12,29 17,51 15,46


Tenggara
266,03 705,86 971,88 4,45 8,65 6,88
Kalimantan
354,15 1.798,00 2.152,15 5,96 15,32 12,17
Sulawesi
116,01 1.520,99 1.637,00 6,09 33,21 25,25
Maluku dan Papua

Indonesia 10.954,58 18.935,56 29.890,14 9,09 15,59 12,36

Sumber: Diolah dari data Susenas September 2011.

Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang
kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan
kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang
miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok
orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap
miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara
berkembang.

2.3 Penyebab Kemiskinan


Umumnya, kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan
sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk
perang, pemerintah, dan ekonomi;
penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial.

Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari
kemalasan, namun di Amerika Serikat (negera terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki
jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang
tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.

Kemiskinan petani pedesaan barangkali dapat juga dijelaskan melalui capability


approach yang diketengahkan oleh Amartya Sen (1999) didalam Development As Freedom.
Menurut Sen, kemiskinan berkaitan dengan freedom of choice; orang miskin sama sekali tidak
memiliki freedom of choice karena terjadi capability deprivation. Capability mengacu pada dua
perkara, yaitu ability to do dan ability to be. Petani miskin dipedesaan benar-benar
mengalami ability to do dan ability to be yang rendah karena mereka dalam posisi yang
dirampas. Berbagai macam deprivation dapat diketengahkan disini:

1. Structural devrivarion. Struktur berkaitan dengan: (1) power relations, dimana posisi
petani selalu dalam posisi yang lemah; (2) adanya kebijakan pemerintah yang
memengaruhi kebijakan dalam penangulangan kemiskinan; (3) dualisme ekonomi yang
muncul dalam wajah baru.
2. Social capability deprivation: orang miskin tidak dapat meraih kesempatan, informasi,
pengetahuan, ketrampilan, partisipasi dalam organisasi.
3. Economic capability deprivation: orang miskin tidak dapat mengakses fasilitas keuangan
pada lembaga-lembaga keuangan resmi seperti perbankan, tetapi mereka terjebak pada
Bank Plecit dan kaum rentenir yang tidak membutuhkan prosedur yang berbelit-belit.
4. Technological capability deprivation: dimana orang miskin tidak dapat memiliki
teknologi baru yang memerlukan modal yang cukup besar. Teknologi tradisional seperti
pembuatan alat-alat dari bahan lokal (tanah, bambu, kayu, dll) telah digantikan oleh alat-
alat pabrikan.
5. Political capability deprivation: petani miskin di pedesaan tidak mampu memengaruhi
keputusan politik yang dirumuskan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), tidak
didengarkan aspirasinya, tidak memiliki kemampuan untuk melakukan collective action.
6. Psychological deprivation: petani miskin pedesaan selalu memperoleh stigma sebagai
orang-orang yang kolot, bodoh, malas, tidak aspiratif. Stigma inilah yang berakibat
mereka menjadi rendah diri dan merasa disepelekan, merasa teralienasi di dalam
kehidupan sosial dan politik.

Kemiskinan petani dipedesaan semakin diperparah dengan munculnya sistem ekonomi


global yang menganut paham neo-liberalisme. Tiga alat neo-lib yaitu World Bank, International
Moneteray Fund (IMF) dan World trade organization kelihatannya tidak memihak pada petani
miskin (catatan: sekarang para staf ahli dari Bank Dunia seperti Sen, Stilgitz, Woolcock dan
Narayan) telah membaca tanda-tanda meningkatnya kemiskinan global karena perilaku neo-lib
yang menyarankan untuk menghapus kemiskinan dinegara ketiga melaluistructural adjustment
programs, yaitu (1) free trade, (2) penghapusan tarif, dan (3) mengganti tanaman pangan dengan
tanaman komoditas. Akibatnya adalah fatal, jumlah kemiskinan dunia meningkat menjadi lebih
dari dua miliar penduduk. Di India jumlah orang miskin meningkat menjadi dua kali lipat. Dan
yang paling menikmati kemiskinan penduduk dunia ketiga adalah negara-negara kapitalis.

2.4 Menghilangkan Kemiskinan

Peneliti mengetengahkan suatu pendekatan kemiskinan yang sekarang ini juga disarankan
oleh para penasehat Bank Dunia. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan modal sosial.
Pendekatan ini telah ditunjukkan oleh banyak peneliti yang menyatakan bahwa pengentasan
kemiskinan berkaitan erat dengan peranan modal sosial. Modal sosial berkaitan dengan social
networking, norm of trust, mutual reciprocity danmutual benefit. Hasil penelitian Grootaert
(1999), Putnam (2000; 2002), Coleman (2000), Woolcock (2002), Slamet (2010) menunjukkan
bahwa modal sosial dapat membantu dalam pengentasan kemiskinan. Menurut hasil penelitian
Slamet (2010) modal sosial dapat diciptakan melalui 11 pembangunan institusi-institusi sosial.
Institusi sosial memungkinkan terbentuknya modal sosial yang pada gilirannya dapat
mengentaskan kemiskinan.

Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:

Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah
menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk
mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan,
kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang
miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan
sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan
ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan
akan perawatan kesehatan.
Saat ini permasalahan ekonomi yang mendesak adalah pengangguran dan rakyat miskin
yang jumlahnya sangat besar. Ini disebabkan karena gerak ekonomi berjalan lamban (down turn).
Investasi yang berjalan tidak mampu menyerap pertambahan tenaga kerja yang tumbuh
sementara tenaga kerja penganggur yang ada selama ini jumlahnya juga sudah besar. Ini telah
berjalan bertahun tahun sehingga berakumulasi menjadi jumlah di luar batas kewajaran.
Akibatnya, tercipta masyarakat miskin yang berjumlah besar pula.

Kemiskinan ini berakibat pada semakin rendahnya pendapatan riil dan merusak sendi-
sendi kehidupan lainnya seperti pedidikan dan kesehatan. Yang terkena imbasnya tidak sekadar
pengurangan pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat tetapi juga pada kualitas
pendidikan dan kualitas kesehatan. Pendidikan masyarakat menjadi mundur dalam pengertian
tidak saja semakin banyak anak-anak berusia sekolah yang tidak bersekolah tetapi mutunya juga
menurun.

Demikian juga dengan tingkat kesehatan. Pengeluaran kesehatan menjadi pengeluaran


mewah karena biayanya tinggi dan banyak anggota masyarakat yang tidak mampu membayar
biaya dimaksud. Itu berarti secara perlahan kualitas hidup pun menjadi menurun. Gurita
pengangguran dan kemiskinan ini tidak bisa dibiarkan. Ia harus dihentikan dengan suatu aktivitas
ekonomi yang besar (big push) melalui penanaman modal oleh pemerintah ataupun pihak
perusahaan swasta.

Namun, pemerintah sendiri atau pihak usaha swasta juga belum mampu mendorong
perputaran aktifitas ekonomi dalam gerakan yang lebih besar. Kondisi mereka juga dalam
sempoyongan. Itu berarti untuk saat ini kita harus menunggu sampai itu terjadi saat di mana
pemerintah atau pengusaha swasta mampu dan mau menanamkan modalnya (investasi). Jika
demikian halnya apa yang akan terjadi pada masa menunggu ini. Tentu semakin banyak anggota
masyarakat yang menganggur dan miskin.

Timbul pertanyaan siapa yang menganggur dan siapa yang miskin tersebut? Jawabannya
adalah masyarakat jelata, yang umumnya adalah mereka yang tidak mempunyai akses ke sektor
formal, berpendidikan rendah dan berdaya ekonomi marjinal. Maka kalau harus menunggu tentu
nasib para warga yang menganggur dan miskin tersebut menjadi semakin parah. Tentu hal ini
tidak dapat dibiarkan karena dampak yang muncul bukan saja pada diri warga tersebut tapi juga
pada kenyamanan dan kestabilan masyarakat lainnya. Dalam konteks yang seperti inilah
pemerintah perlu mendorong perkembangan ekonomi rakyat Mengapa, karena penganggur dan
rakyat miskin tersebut adalah rakyat jelata yang merupakan masyarakat marjinal di mana
ekonomi rakyat itu bekerja. Apa itu ekonomi rakyat. Ekonomi rakyat adalah kegiatan ekonomi
yang berskala kecil yang dilakukan oleh rakyat dan biasanya bersifat informal. Ekonomi rakyat
mampu menekan tingkat pengangguran dan merupakan salah satu sumber pendapatan bagi
masyarakat miskin untuk ukuran yang sebanding.
Jika begitu halnya maka ekonomi rakyat harus dikembangkan dalam rangka untuk
mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Ekonomi rakyat, sesuai dengan ukurannya,
diharapkan mampu menyelesaikan kedua masalah tersebut secara langsung. Cara ini lebih fokus
pada penyelesaian masalah yang dihadapi oleh masyarakat jelata.

Oleh sebab itu, mengembangkan ekonomi rakyat dapat dianggap sebagai salah satu
pilihan untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan yang terdapat di masyarakat.
Cara ini pun dianggap lebih terhormat di mana mereka bukan sebagai orang yang minta
dikasihani. Cara ini adalah cara bagaimana mereka diberdayakan dengan memberikan
peluang/kesempatan untuk berusaha pada bidang ekonomi rakyat. Yang diharapkan adalah suatu
pengertian dari pemerintah sekaligus mengaturnya secara tepat agar ekonomi rakyat berjalan
seperti yang diharapkan. Pemerintah diharapkan dapat memberi kesempatan kepada mereka
sehingga mendorong mereka untuk tetap bertahan hidup.

BAB IV

KASUS KEMISKINAN PETANI DI PEDESAAN


Studi Kasus Kemiskinan di Desa Tambaagung Ares Kec. Ambunten, Kab. Sumenep

Kasus kemiskinan yang terjadi di desa Tambaagung Ares itu adalah kurangnya pendidikan bagi
anak-anak yang ada di desa tersebut, dan tidak adanya bantuan dari pemerintahan misalnya
dalam memperhatikan masalah yang melanda rakyatnya. Alangkah lebih baiknya apabila dana-
dana bantuan tersebut langsung digunakan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM), seperti di bebaskannya biaya sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP)
serta dibebaskannya biaya-biaya pengobatan di pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas).

Ada dua masalah pokok dalam kemiskinan, yaitu faktor penyebab dan dampak-dampak
yang ditimbulkannya serta penanganannya :

Faktor penyebab kemiskinan adalah berbagai situasi yang memberi ruang akan terjadinya
insiden kemiskinan, baik yang menyangkut situasi sosial, politik, ekonomi, hukum, budaya
maupun situasi-situasi alami yang terjadi di luar perhitungan manusia. Termasuk dalam kategori
ini adalah berbagai krisis yang terjadi baik akibat situasi dalam negeri maupun akibat dampak
persoalan global. Krisis moneter sebagai dampak persoalan global merupakan faktor yang sangat
berpengaruh.

Dampak yang ditimbulkan akibat kemiskinan sangat beragam mencakup hampir semua
dimensi kehidupan masyarakat dan negara. Terjadinya berbagai permasalahan sosial seperti
kejahatan, ketunasosialan, keterlantaran, keterasingan, merupakan manifestasi dan kemiskinan.
Dengan kata lain, kemiskinan terbukti menjadi faktor utama rapuhnya ketahanan tatanan sosial
sebuah keluarga, suatu komunitas, kelompok atau masyarakat, bangsa dan bahkan negara.

BAB V

PEMBAHASAN KASUS
Langkah-langkah penanggulangan kemiskinan ini tidak dapat ditangani sendiri oleh satu sektor
tertentu, tetapi harus multi sektor dan lintas sektor dengan melibatkan stakeholder terkait untuk
meningkatkan efektivitas pencapaian program yang dijalankan. Oleh sebab itu, langkah-langkah
yang ditempuh dalam penanggulangan kemiskinan dijabarkan ke dalam program sebagai berikut
:

1. Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat


a. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya.
b. Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas.
c. Pengadaan peralatan dan perbekalan termasuk obat generik.
d. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar mencakup kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana, pemberantasan penyakit menular dan peningkatan gizi.
e. Pengadaan dan Peningkatan SDM tenaga kesehatan.

2. Program Pelayanan Pendidikan


a. Peningkatan Pendidikan Dasar
b. Peningkatan Pendidikan Menengah dan Tinggi
c. Peningkatan Pendidikan Luar Sekolah
d. Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil Penelitian dan IPTEK
e. Peningkatan Apresiasi seni
f. Pelestarian dan Pengembangan Desa tambaagung ares.

Pemerintah melalui Pendidikan Luar Sekolah, sebenarnya telah membuka peluang bagi
masyarakat untuk mengikuti program pendidikan keterampilan sesuai dengan keinginan dan
keperluan masing-masing. Kecakapan hidup, sebenarnya lebih bermanfaat bagi masyarakat,
terutama kaum perempuan yang akhirnya bertindak sebagai manager keuangan dalam rumah
tangganya. Bisa kita lihat berapa banyak perempuan yang rela berdagang, berapa banyak yang
rela menjadi penjaja jasa dan berapa banyak yang harus menerima sebagai pemulung karena
mereka tidak bisa berkreasi atau tidak ahli dalam bidang keterampilan. Padahal jika mereka
terampil, misalkan sebagai pengrajin, sebagai pengelola salon kecantikan, maupun ahli di bidang
lainnya, tentulah mereka bakal mendapatkan penghasilan tambahan yang berguna sebagai
penopang ekonomi keluarga.

Pelayanan kesehatan bagi orang miskin sering menjadi sorotan pemerintah, seiring
meningkatnya jumlah orang miskin dan naiknya pelayananan pengobatan. Adanya program
ASKESKIN dari pemerintah memang sedikit membantu bagi orang miskin namun
pelaksanaannya banyak menemui kendal-kendala. Program pelayanan kesehatan bagi orang
miskin perlu diperbaiki dengan cara mengajak partisipasi aktif dari masyarakat sekitar untuk
mendukung program pelayanan ini yang telah berjalan meskipun masih mandek-mandek

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kemiskinan merupakan masalah yang selalu ada pada setiap Negara. Permasalahan
kemiskinan tidak hanya terdapat di negara-negara berkembang saja, bahkan di negara maju juga
mempunyai masalah dengan kemiskinan. Kemiskinan tetap menjadi masalah yang rumit,
walaupun fakta menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di negara berkembang jauh lebih besar
dibanding dengan negara maju. Hal ini dikarenakan negara berkembang pada umumnya masih
mengalami persoalan keterbelakangan hampir di segala bidang, seperti : kapital, teknologi,
kurangnya akses-akses ke sektor ekonomi, dan lain sebagainya.

Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah
dan buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas,
penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan buatan terjadi karena
lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu
menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin.

Penyebab orang menjadi miskin adalah karena ia terjebak dalam perangkap kemiskinan
kemiskinan materil, kelemahan jasmani, isolasi, kerentanan, dan ketidakberdayaan. Ini masalah
sosial dan kultural. Makanya penanggulangan kemiskinan mesti melibatkan transformasi sosial
dan kultural juga, termasuk perubahan nilai-nilai (misal : etos kerja). Pembagian sesuatu yang
gratis adalah langkah tidak karena membudayakan kemiskinan.

Pembangunan ekonomi yang salah satu tujuannya menghapus atau setidak-tidaknya


mengurangi kemiskinan, dalam realitasnya justru sering kali menimbulkan kemiskinan baru.
Bahkan lebih daripada sekadar paradoks, realitas kemiskinan diyakini atau paling tidak disinyalir
justru merupakan salah satu produk pembangunan Dalam konteks itulah pembicaraan mengenai
modal menjadi amat relevan sebab faktanya orang kerap kali menjadi miskin (mengalami
pemiskinan) dalam proses pembangunan karena orang tersebut tidak memiliki cukup modal.

Saran

Bagi peminat studi ilmu sosial pertanian, makalah ini hanya merupakan bagian terkecil
dari sekian banyak referensi penelitian pengentasan kemiskinan di pedesaan, dan sedikit
banyaknya menjelaskan masalah umum tentang kemiskinan yang bisa diambil dan dimanfaatkan
ilmunya dalam kehidupan bermasyarakat. Apabila ingin mengembangkan untuk menjadi model
penelitian sejenis, akan lebih baik jika referensi yang digunakan lebih komprehensif dan lebih
terarah demi pencapaian maksud yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. Berita Resmi Statistik (2012). Profil Kemiskinan di Indonesia September
2011. No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012.
George Ritzer 2002, Sosiologi Ilmu Pengetahuanberparadigma Ganda , Jakrta, PT Raja Grafindo
Persada.

Rahardjo, 1999, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Edisi Pertama, Gadjah Mada
University Press.

Riska dkk. 2007. Makalah Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan. Universitas Indraprasta Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai